Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI DIGITAL

LINE CODING ENCODER

Dosen Pembimbing :

Rachmat Saptono, ST, MT

Oleh :

JTD 2E /17

Sovi Andika Rahmadani P. 1641160038

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL

TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2018
BAB 1
LINE CODING ENCODER

1.1 Tujuan Percobaan

1. Untuk memahami teori dan aplikasi line coding encoder.


2. Untuk memahami teori pengkodean dan struktur rangkaian NRZ.
3. Untuk memahami teori pengkodean dan struktur rangkaian RZ.
4. Untuk memahami teori encode dan rangkaian rangkaian AMI.
5. Untuk memahami teori encode dan struktur sirkuit Manchester.

1.2 Teori Dasar


Line coding adalah suatu proses konversi data digital menjadi sinyal digital,dengan
asumsi bahwa data berisi atau berbentuk fax, angka, gambar,audio, atau vidio yang
disimpan dalam memori komputer sebagai bit squence. Line coding juga merupakan
metoda untuk merubah simbol dari sumber ke d a l a m b e n t u k l a i n u n t u k
d i t r a n s m i s i k a n d a n d a p a t m e r u b a h p e s a n - p e s a n digital ke dalam deretan simbol
baru yang disebut dengan proses Encoding. Line coding dapat dikatakan bagian dari
source coding. Sebelum sinyal PCM dikirim ke mo du lato r, kita
men gguna kan mode sin ya l t e rten tu pad a ap likasi te rt ent u.

Pe rt imban ga n memilih mode sinyal digital untuk membawa data biner adalah:

jenis modulasi, jenis demodulasi, keterbatasan bandwidth, dan jenis penerima.

 Karakteristik Line Coding

Adapun beberapa hal yang harus di perhatikan dalam mengetahui karakteristik line
coding

adalah sebagai berikut ;

1) Elemen data dan elemen sinyal


Pada komunikasi data,elemen data merupakan entity terkecil sedangkanelemen
sinyal merupakan unid terpendek dari sinyal digital,dengan kata lain elemen data
adalah apa yang kita butuhkan untuk dikirim,sedangkan elemensinyal adalah
apa yang dapat kita kirim.
2) Data rate dan sinyal rate
Adalah sejumlah elemen data dalam unid BPS (Bit per second) sedangkan sinyal
rate adalah sejumlah elemen sinyal dalam satuan unid baud.Rumus yang
digunakan untuk menghitung sinyal rate adalah6
S = C x N x 1/R
dimana ;
S = Sinyal rate ,c = Nilai konstanta ½ , R = Elemen sinyal, n = Data rate
3) Bandwidth (lebar pita)
Bandwidth adalah suatu sistem komunikasi elektronika yang mengirimkan
informasi dengan memancarkan energi elektromagnetik
4) Baseline Wandering , Baseline adalah rata – rata kekuatan sinyal yang diterima
oleh penerima
5) Komponen DC
6) Sinkronisasi bit
7) Deteksi bit in error
8) Mengurangi noise, Noise adalah tambahan sinyal yang tidak diinginkan yang
masuk dimana pun diantara pengirim dan penerima. Noise dibagi dalam 4
kategori ,yaitu:

Line coding dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu return to to zero (RZ) dan
nonreturn-to-zero (NRZ). Pada RZ maupun NRZ akan dibagi beberapa bagian
lagi yaitu unipolar dan bipolar berikut adalah penjelasan dari bagian-bagian dari
Line Coding.
1. Uni pol a r Nonre turn -to-ze ro S i gna l E nc ode
Aliran data unipolar nonreturn-to-zero ( UNI -NRZ) ditunjukkan dalam 1-1 (a). Dari
gambar 1- 1 (a), bila bit data adalah "1", lebar dan celah antara bit UNI-NRZ sama satu
sama lain; ketika bit data adalah "0", maka pulsa direpresentasikan sebagai 0V. Diagram
rangkaian encoder UNI-NRZ ditunjukkan pada Gambar 1-2. Sebagai hasil dari sinyal data
dan sinyal encoder NRZ serupa, oleh karena itu, kita hanya perlu menambahkan
penyangga di depan sirkuit.
Gambar 1-2 Diagram rangkaian encoder nonreturn-to-zero unipolar.

2. Bipolar Nonreturn-to-zero Signal Encode


Aliran data bipolar nonreturn-to-zero (BIP-NRZ) ditunjukkan pada gambar 1-1
(b). Bila bit data BIP-NRZ adalah "1" atau "0", amplitudo sinyal akan menjadi
positif atau tingkat tegangan negative.
3. Unipolar Return to zero Sinyal Encode
Aliran data unipolar return to to zero (UNI-RZ) ditunjukkan pada gambar 1-1
(c). Bila bit data adalah "1", amplitudo sinyal pada waktu 1/2 bit adalah tingkat
tegangan positif dan sisa waktu bit diwakili sebagai 0 V. Dari gambar 1-1, bandingkan
sinyal data, sinyal clock dan data setelah pengkodean, kita tahu bahwa untuk
mendapatkan data pengkodean RZ, kita perlu "DAN" sinyal data dan sinyal clock.
Diagram rangkaian unipolar return-to-zero encoder ditunjukkan pada gambar 1-4.

Gambar 1-3 Diagram rangkaian encoder nonreturn-to-zero bipolar.


Gambar 1-4 Diagram rangkaian enkoder return-to-zero unipolar.
4. Bipolar kembali ke nol Sinyal Encode
Aliran data bipolar kembali ke nol (B1P-RZ) ditunjukkan pada gambar 1-1
(d). Bila bit data adalah "1", amplitudo sinyal pada waktu 1/2 bit adalah
tingkat tegangan positif dan waktu 1/2 bit lainnya adalah tingkat tegangan
negatif. Bila bit data adalah "0", amplitudo sinyal bit time diwakili sebagai level
tegangan negatif. Gambar 1-5 adalah diagram rangkaian BIP-RZ. Oleh Dengan
membandingkan data stream RZ dan BIP-RZ pada gambar 1-1, kita hanya
memerlukan converter untuk mengubah sinyal pengkodean dari unipolar
menjadi bipolar, oleh karena itu, kami menggunakan komparator untuk
merancang konverter, yang dapat mengubah sinyal RZ ke BIP. -RZ sinyal.

Gambar 1-5 Diagram rangkaian bipolar return-to-zero encoder.


5. Alternate Mark Inversion Signal Encode
Alternate mark inversion (AMI) sinyal mirip dengan sinyal RZ kecuali
alternatif "1" terbalik. Aliran data sinyal AMI ditunjukkan pada Gambar 1-1 (f).
Bila bit data adalah "1", amplitudo sinyal pertama pada waktu 1/2 bit adalah
tingkat tegangan vol positif dan waktu 1/2 bit lainnya adalah 0 V; maka sinyal
kedua ampl itude pada waktu 1/2 bit adalah level tegangan negatif dan waktu 1/2
bit lainnya 0 V, oleh karena itu, satu-satunya perbedaan antara AMI dan RZ
adalah alternate "1 " yang terbalik. Bila bit data adalah "0", amplitudo sinyal
adalah 0V. Jenis encode ini biasa digunakan oleh industri telepon yaitu
modulasi pengkodean pulsa ( pulse coding modulation / PCM).
Gambar 1-6 adalah diagram rangkaian sinyal AMI yang dikodekan

Gambar 1-6 Diagram rangkaian encoder sinyal AMI.


6. Sinyal Manchester Encode
Sinyal Manchester juga dikenal sebagai sinyal split-phase. Aliran data sinyal
Manchester ditunjukkan pada gambar 1-1 (e). Bila bit data adalah "1", amplitudo sinyal
pada waktu pertama 1/2 bit adalah tingkat tegangan positif dan waktu 1/2 bit lainnya
adalah tingkat tegangan negatif. Bila bit data adalah "0", amplitudo sinyal pada waktu
pertama 1/2 bit adalah tingkat tegangan negatif dan waktu 1/2 bit lainnya adalah level
tegangan positif. Gambar 1-7 adalah diagram rangkaian encoder sinyal Manchester.

Gambar 1-7 Diagram rangkaian encoder sinyal Manchester.


1.3 Langkah Percobaan
1.3.1 Percobaan 1 ( Unipolar dan sinyal NRZ bipolar encode )

Percobaan 1-1 ( Unipolar NRZ encode )

1. Untuk menerapkan unipolar NRZ encode circuit seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1-2 atau lihat gambar DCT 1-1 pada modul GOTT DCT- 6000-01.
2. Atur frekuensi fungsi generator ke sinyal TTL 1 kHz dan hubungkan sinyal ini
ke Data I / P. Kemudian amati pada bentuk gelombang keluaran dengan
menggunakan osiloskop dan catatlah hasil yang terukur pada tabel 1-1.
3. Sesuai sinyal input pada tabel 1-1, ulangi langkah 2 dan catat hasil yang terukur
pada tabel 1-1.

Percobaan 1-2: Sinyal NRZ Bipolar menyandikan

1. Untuk menerapkan rangkaian pengkode sinyal NRZ bipolar seperti yang


ditunjukkan pada gambar 1-3 atau lihat gambar DCT1-1 pada modul GOTT DCT-
6000-01.
2. Atur frekuensi fungsi generator ke sinyal TTL 1 kHz dan hubungkan sinyal ini
ke Data I / P. Kemudian amati pada bentuk gelombang TP1 dan BIP-NRZ O / P
dengan menggunakan osiloskop dan catat hasil yang diukur pada tabel 1-2.
3. Sesuai sinyal input pada tabel 1-2, ulangi langkah 2 dan catatlah hasil yang
terukur pada tabel 1-2.

1.3.2 Percobaan 2 (Unipolar dan sinyal RZ Bipolar encode)

Percobaan 2-1 (Sinyal sinyal RZ Unipolar)

1. Untuk menerapkan rangkaian pengkode sinyal RZ unipolar seperti yang


ditunjukkan pada gambar 1-4 atau lihat gambar DCT 1-2 pada modul GOTT
DCT-6000-01.
2. Atur frekuensi generator fungsi menjadi 2 kHz sinyal TTL dan hubungkan
sinyal ini ke CLK I / P dari gambar DCT 1-2 dan CLK di bagian kiri bawah.
Setelah itu sambungkan Data O / P di sebelah kiri bawah ke Data I / P pada
gambar DCT 1-2. Kemudian amati pada bentuk gelombang CLK I / P, Data I
/ P dan UNI-RZ O / P dengan menggunakan osiloskop, dan catatlah hasil yang
diukur pada tabel 1-3.
3. Sesuai dengan sinyal input pada table 1-3mulangi langkah 2 dan catatlah
hasil yang terukur pada table 1-3.
4. Atur frekuensi fungsi generator menjadi 2 kHz sinyal TTL dan hubungkan
sinyal ini ke CLK I / P pada gambar DCT 1 -2. Kemudian tentukan
frekuensi generator fungsi lain menjadi sinyal TTL 1 kHz dan
hubungkan sinyal ini ke Data I / P pada gambar DCT1-2. Kemudian amati
pada bentuk gelombang CLK I / P, Data I / P dan UNI-RZ O / P
dengan menggunakan osiloskop, catat hasil pengukuran pada tabel 1-4.
5. Sesuai sinyal input pada tabel 1-4, ulangi langkah 4 dan catatlah hasil yang
terukur pada tabel 1-4

Percobaan 2-2: Sinyal sinyal Bipolar RZ

1. Untuk menerapkan rangkaian pengkode sinyal RZ bipolar seperti ditunjukkan


pada gambar 5 atau lihat gambar DCT 1-2 pada modul GOTT DC T -6000-01.
2. Atur frekuensi fungsi generator menjadi 2 kHz TTL dan hubungkan signal ini ke
CLK I / P pada gambar DCT 1-2 dan CLK di bagian kiri bawah. Setelah itu
hubungkan Data O / P di kiri bawah ke Data I / P pada gambar DCT 1-2.
Kemudian amati pada bentuk gelombang CLK I / P, Data I / P, TP1 dan BIP-RZ O
/ P dengan menggunakan osiloskop, dan catatlah hasil yang diukur pada tabel 1-
5.
3. Sesuai sinyal input pada tabel 1-5, ulangi langkah 2 dan catatlah hasil yang diukur
pada tabel 1-5.
4. Atur frekuensi fungsi generator menjadi 2 kHz TTL dan hubungkan signal ini ke
CLK I / P pada gambar DCT 1-2. Kemudian tentukan frekuensi generator fungsi
lain menjadi sinyal TTL 1 kHz dan hubungkan sinyal ini ke Data I / P pada gambar
DCT 1-2. Kemudian amati bentuk gelombang dari CLK I / P, Data I / P, TP1 dan
BIP-RZ O / P dengan menggunakan osiloskop, dan catatlah hasil yang diukur
pada tabel 1-6.
5. Sesuai sinyal masukan pada tabel 1-6, ulangi langkah 4 dan catatlah hasil yang
terukur pada tabel 1-6.

1.3.3 Percobaan 3 ( sinyal AMI encode )

1. Untuk menerapkan rangkaian pengkodean sinyal AMI seperti yang


ditunjukkan pada gambar 1-6 atau lihat figur e DCT 1-3 pada modul GOTT
DCT- 6000-01.
2. Atur frekuensi fungsi generator menjadi 2 kHz sinyal TTL dan hubungkan
signal ini ke CLK I / P pada gambar DCT 1-3 dan CLK di bagian kiri bawah.
Setelah itu hubungkan Data O / P di sebelah kiri bawah ke Data I / P pada
gambar DC T 1-3. Kemudian amati pada bentuk gelombang CLK I / P, Data I /
P, T P1, TP2, TP3, TP4, TP5 dan AMI O / P dengan menggunakan
osiloskop, dan catat hasil pengukuran pada tabel 1-7.
3. Sesuai sinyal input pada tabel 1-7, ulangi langkah 2 dan catatlah hasil yang
diukur pada tabel 1-7.
4. Atur frekuensi fungsi generator ke sinyal 2 kHz TTL dan hubungkan
signal ini ke CLK I / P pada gambar DCT 1 -3. Kemudian atur fungsi
generator ke sinyal TTL 1 kHz dan hubungkan tanda ini ke Data I / P pada
gambar DCT 1-3. Kemudian amati pada bentuk gelombang CLK I / P, Data I
/ P, TP1, TP2, TP3, TP4, TP5 dan AMI O / P dengan menggunakan
osiloskop, dan catat hasil yang diukur pada tabel 1-8.
5. Sesuai sinyal masukan pada tabel 1-8, ulangi langkah 4 dan catatlah hasil
yang terukur pada tabel 1-8.
1.3.4 Percobaan 4: sinyal Manchester encode

1. Untuk menerapkan rangkaian pengkodean sinyal Manchester seperti


ditunjukkan pada gambar 1-7 atau lihat gambar DCT1-4 pada modul GOTT
DCT-6000-01.
2. Atur frekuensi fungsi generator untuk 2 kHz sinyal TTL dan hubungkan
signal ini ke CLK I / P pada gambar DCT 1-4 dan CLK di bagian sebelah kiri
bawah. Setelah itu hubungkan Data O / P di sebelah kiri bawah ke Data I / P
pada gambar DCT 1-4. Kemudian amati pada bentuk gelombang CLK I / P,
Data I / P dan Manchester O / P dengan menggunakan osiloskop, dan
catatlah hasil yang diukur pada tabel 1-9.
3. Sesuai sinyal input pada tabel 1-9, ulangi langkah 2 dan catatlah hasil yang
terukur pada tabel 1-9.
4. Atur frekuensi fungsi generator menjadi 2 kHz sinyal TTL dan hubungkan
signal ini dengan CLK I / P pada gambar DCT 1-4. Kemudian setting,
frekuensi generator fungsi lain ke sinyal TTL 1 kHz dan sambungkan
sinyal ini ke Data I / P pada gambar DCT 1-4. Kemudian amati pada bentuk
gelombang CLK I / P, Data I / P dan Manchester O / P dengan
menggunakan osiloskop, dan catatlah hasil yang diukur pada tabel 1-10.
5. Sesuai sinyal masukan pada tabel 1-10, ulangi langkah 4 dan catatlah hasil yang
diukur pada tabel 1-10.
1.4 Hasil Percobaan

Table 1-1: Measured results of UNI-NRZ signal encode.

Output Signal Waveforms


Input Signal
Frequencies
(Data I/P) UNI-NRZ O/P

1 kHz

2kHz

5kHz
8kHz

Table 1-2 Measured results of BIP-NRZ signal encode.

Output Signal Waveforms


Input
Signal
Frequencies
TP1 BIP-NRZ O/P
(Data I/P)

1 kHz

2 kHz
3.5 kHz

5kHz

7.5 kHz
Table 1-3 Measured results of UNI-RZ signal encode.

Output Signal Waveforms


Input
Signal
Frequencies CLK I/P Data I/P UNI-RZ O/P
(Data I/P)

2 kHz

3.5 kHz

5kHz

7.5 kHz
Table 1-4 Measured results of UNI-RZ signal encode.

Input Signal
Frequencies Output Signal Waveforms

CLK Data
CLK I/P Data I/P UNI-RZ O/P
I/P I/P

2 1
kHz kHz

3.5 1.5
kHz kHz

2.5
5kHz
kHz

7.5 4
kHz kHz
Table 1-5 Measured results of BIP-RZ signal encode.

Input Signal
Frequencies (Clock Output Signal Waveforms
I/P)
CLK I/P Data I/P

2 kHz
TP1 BIP-RZ O/P

CLK I/P Data I/P

5kHz
TP1 BIP-RZ O/P
Table 1-6 Measured results of BIP-NRZ signal encode.

Input Signal
Frequencies
Output Signal Waveforms
DATA
CLK I/P
I/P
CLK I/P Data I/P

2 kHz 1 kHz
TP1 BIP-RZ O/P

CLK I/P Data I/P

5kHz 2.5 kHz


TP1 BIP-RZ O/P

Table 1-7 Measured results of AMI signal encode.

Input Signal
Output Signal Waveforms
Frequencies (CLK I/P)
CLK I/P Data I/P

100 Hz

TP1 TP2
TP3 TP4

TP5 AMI O/P


Input Signal
Frequencies (CLK Output Signal Waveforms
I/P)
CLK I/P Data I/P

TP1 TP2

2 KHz

TP3 TP4
TP5 AMI O/P

Table 1-7 Measured results of AMI signal encode. (Continue)

Input Signal
Output Signal Waveforms
Frequencies (CLK I/P)
CLK I/P Data I/P

TP1 TP2
500 Hz
TP3 TP4

TP5 AMI O/P


Table 1-8 Measured results of AMI signal encode.

Input Signal
Frequencies Output Signal Waveforms
CLK I/P Data I/P
CLK I/P Data I/P

TP1 TP2

100 Hz 50 Hz

TP3 TP4

TP5 AMI O/P


Table 1-8 Measured results of AMI signal encode. (continue)

Input Signal
Frequencies Output Signal Waveforms
CLK I/P Data I/P
CLK I/P Data I/P

500 Hz 250 Hz TP1 TP2

TP3 TP4
TP5 AMI O/P

Table 1-9 Measured results of Manchester signal encode.

Input Output Signal Waveforms


Signal
Frequencies CLK I/P Data I/P Manchester O/P
(CLK I/P)

2k
3k

5k

8k

Table 1-10 Measured results of Manchester signal encode.

Input Signal
Frequencies Output Signal Waveforms

CLK Data
CLK I/P Data I/P Manchester O/P
I/P I/P

2 1
kHz kHz
3.5 1.5
kHz kHz

2.5
5kHz
kHz

8 4
kHz kHz

1.5 Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai