Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS PREDIKSI SEBARAN PARTIKULAT DI RSUD ARIFIN

ACHMAD MENGGUNAKAN SCREEN VIEW

Felino Alfauzi1, Maulana Sanudin2, Siska Apriliyani3, Fathira Ayuni Zalma4, Alda
Alfisa5
1,2,3,4,5
Teknik dan Manajemen Lingkungan, Sekolah Vokasi, Institut Pertaninan Bogor
E-mail: 1felinoalfauzi@gamail.com, 2mau.sanudin99@gmail.com, 3apriliyanisiska15@gmail.com,
4
fathiraayuni@gmail.com, 5aldaalfisaa@gmail.com

Abstrak

Rumah sakit menghasilkan limbah medis padat dan non medis berbentuk padat yang berasal
dari kegiatan rumah sakit, tak terkecuali RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Metode
pembakaran yang dilakukan dengan alat Incinerator menimbulkan masalah pencemaran
udara yang dihasilkan dari proses pembakaran, dengan demikian diperlukanya
pengambaran penyebaran mengenai distribusi serta konsentrasi partikulat yang dihasilkan
dari alat Incinerator menggunakan screen view. Bedasarkan data yang diperoleh
konsentrasi partikulat yang dihasilkan oleh insentor RSUD Arifin Achmad dengan diameter
cerobong 0.38 m dan tinggi cerobong 15 m. yaitu sebesar 1.55 g/m3 . Nilai Konsentrasi
partikulat tersebut masih dibawah dari nilai baku mutu partikulat yang boleh tersebar di
sekitar rumah sakit yaitu sebesar 50 g/m3 sesuai baku mutu yang ditetapkan oleh
keputusan kepala Bapedal no 3 Tahun 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun..

Kata kunci : Rumah sakit, RSUD Arifin Achmad, Incinerator, screen view, partikulat

PENDAHULUAN manusia, dan umumnya bersifat padat


(Azwar, 1990).
Limbah rumah sakit adalah semua limbah
yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit pembakaran merupakan salah satu
dalam bentuk padat, cair, pasta maupun alternatif metode pengolahan limbah yang
gas yang dapat mengandung efektif digunakan. Sistem ini mempunyai
mikroorganisme pathogen bersifat kelebihan antara lain dapat menghasilkan
infeksius, bahan kimia beracun, dan energi panas dan membutuhkan waktu
sebagian bersifat radioaktif. Limbah rumah degradasi yang singkat dibandingkan
sakit cenderung bersifat infeksius dan dengan pengolahan sistem composting,
kimia beracun yang dapat mempengaruhi landfill dan open dumping. Proses
kesehatan manusia, memperburuk pembakaran mampu mengurangi volume
kelestarian lingkungan hidup apabila tidak sampah sampai 90% sedangkan kompos,
dikelola dengan baik. Limbah padat rumah landfill dan open dumping hanya mampu
sakit yang lebih dikenal dengan pengertian menurunkan volume sebesar
sampah rumah sakit adalah sesuatu yang 40%.Insinerasimerupakan proses
tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu pengolahan limbah padat dengan cara
yang harus dibuang yang umumnya pembakaran pada temperatur lebih dari
berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh 800°C untuk mereduksi sampah mudah
terbakar yang sudah tidak dapat didaur
ulang lagi, membunuh bakteri, virus dan BAHAN DAN METODE
kimia toksik. Proses ini dilakukan di dalam
sebuah alat bernama incinerator. Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah data percobaan yang
Insinerator merupakan teknologi yang baik akan disimulasikan pada software
dalam pemusnahan limbah rumah sakit ScreenView yang diukur pada Insinerator
dan teknologi yang banyak digunakan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Riau dan
pada saat ini (Saragih dan Herumurti, data lingkungan (suhu lingkungan, arah
2013). Dampak dari insinerator menim- angin dan kecepatan angin) yang diperoleh
bulkan masalah pencemaran udara. Dari dari hasil pengukuran lapangan. Alat yang
hasil pembakaran insinerator akan diperlukan adalah seperangkat laptop
menghasilkan emisi salah satunya dengan software ScreenView. Data
partikulat. Partikulat yang dihasilkan dapat tersebut berisi jenis cerobong asap, lokasi
bersifat toksik cerobong asap, tinggi reseptop sari atas
karena sifat fisik atau kimia. Partikulat tanah, laju emisi polutan, tinggi cerobong,
dapat membawa toksik/gas-gas berbahaya diameter cerobong, kecepatan polutan
melalui absorpsi, sehingga molekul- keluar dari cerobong, suhu cerobong, dan
molekul gas tersebut yang terhirup oleh suhu udara sekitar.
saluran pernafasan dapat memberikan Data yang diperoleh pada
dampak yang berbahaya bagi kesehatan pengukuran disajikan dalam Tabel 1 yang
seperti kesulitan bernafas, memperburuk selanjutnya akan dimasukan ke software
kondisi penderita asma, menurunkan ScreenView.
kemampuan fungsi paru-paru serta
kematian dini pada penderita penyakit paru Komponen Hasil
dan jantung. Selain itu dari semua gas Kecepatan gas buang (m/s) 11.43
beracun yang dihasilkan dari insinerator, Temperatur (oK) 303
yang paling berbahaya adalah timbulnya Tinggi Cerobong (m) 15
gas dioksin/furan. Diameter Cerobong (m) 0.38
Laju emisi (g/s) 4.234

Sebagai rumah sakit besar yang berada


di pusat kota Pekanbaru, RSUD Arifin Tabel 1. Data Percobaan yang Akan
Achmad berpengaruh terhadap kesehatan Disimulasikan ke dalam Software
lingkungan disekitarnya.Pembakaran ScreenView
sampah medis dengan menggunakan Buka software ScreenView dengan cara
sistem insinerasi akan menghasilkan menekan tombol “OK”.
emisi yang tersebar dari cerobong
insinerator ke lingkungan, Kualitas
pembakaran serta pola sebaran emisi dari
pembakaran insinerasi akan berpengaruh
besar terhadap kesehatan lingkungan Perlu
dilakukan prediksi pola sebaran emisi dari
kegiatan insinerasi untuk menguji
kualitas pembakaran serta mengevaluasi
insinerator yang ada di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru.
Gambar 1. Tampilan Awal
ScreenView
Tujuan: Untuk Mengetahui persebaran
Pilih opsi “Open” setelah software
polutan yang keluardari cerobong
ScreenView terbuka.
Insinerator merupakan teknologi
yang baik dalam pemusnahan limbah
rumah sakit dan
Teknologi yang banyak digunakan pada
saat ini (Leonard dan Herumurti,2013).
Menurut penelitian Trias dkk., (2012),
insinerator yang digunakan rumah sakit
maupun puskesmas tidak banyak yang
berfungsi dengan baik, tidak terawat dan
Gambar 2. Tampilan Setelah tidak sesuai dengan Standar Operasional
ScreenView Terbuka Prosedur (SOP).
Pilih folder “Examples” setelah Pencemaran udara merupakan
pilihan data terbuka. Pilih file “Example1” masuk atau dimasukannya zat, energi, dari
yang berisi contoh data pengukuran. komponen lain kedalam udara ambien oleh
Masukan data ke dalam table-tabel yang kegiatan manusia sehingga mutu udara
tersedia sesuai dengan Tabel 1. Pilih jenis turun sampai pada tingkat tertentu yang
cerobong asap yaitu point dan lokasi menyebabkan udara ambien tidak dapat
cerobong asap yaitu Rural. memenuhi fungsinya (PP No. 41 Tahnu
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara).

Komponen Hasil
Kecepatan gas buang (m/s) 11.43
Temperatur (oK) 303
Tinggi Cerobong (m) 15
Diameter Cerobong (m) 0.38
Gambar 3. Input Data Laju emisi (g/s) 4.234
Setelah memasukan data, pilih opsi
“Run” dan setelahnya opsi “Graph” untuk Berdasarkan hasil praktikum yang
menampilkan grafik pengaruh dari telah dilakukan,didapatkan hasil bahwa
cerobong asap tersebut. konsentrasi partikulat yang dihasilkan oleh
insentor RSUD Arifin Achmad dengan
diameter cerobong 0.38 m dan tinggi
cerobong 15 m. yaitu sebesar 1.55 g/m3 .
Nilai Konsentrasi partikulat tersebut masih
dibawah dari nilai baku mutu partikulat
yang boleh tersebar di sekitar rumah sakit
yaitu sebesar 50 g/m3 sesuai baku mutu
yang ditetapkan oleh keputusan kepala
Bapedal no 3 Tahun 1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
Gambar 4. Grafik Data Pengukuran
Bahan Berbahaya Dan Beracun.
Konsentrasi partikulat yang dihasilkan
tidak berpengaruh besar terhadap
kesehatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1990. Pengantar Ilmu


Kesehatan Lingkungan. Jakarta :
Yayasan Mutiara.

BAPEDAL. 1999. Peraturan tentang


Pengendalian Dampak Lingkungan

Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun


1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.

Saragih, J. L., & Herumurti, W. 2013.


Evaluasi Fungsi Insinerator Dalam
Memusnahkan Limbah B3 di Rumah
Sakit TNI Dr. Ramelan Surabaya.
Jurnal Teknik Pomits, 2:138-143

Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa


pada jarak 0 meter dari insinerator menuju
jarak 500 meter, terjadi peningkatan
konsentrasi dari partikulat dan konsentrasi
partikulat berada pada puncak maksimal
pada jarak 100 meter dari insinerator,yaitu
senilai 1.55μg/m3 Nilai konsentrasi
partikulat perlahan turun hingga mencapai
nilai konsentrasi partikulat sebesar 0,7
μg/m3 pada jarak 3000 meter dari
incinerator.

KEAIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah


dilakukan dapat disimpulkan bahwa pola
sebaran polutan terjadi peningkatan
konsentrasi dari partikulat pada jarak 0 –
100 m dan konsentrasi partikulat berada
pada puncak maksimal pada jarak 100
meter dari insinerator,yaitu senilai
3
1.55μg/m Nilai konsentrasi partikulat
perlahan turun hingga mencapai nilai
konsentrasi partikulat sebesar 0,7 μg/m3
pada jarak 3000 meter dari incinerator
namun nilai tersebut masih dibawah baku
mutu sehingga tergolong aman untuk
daerah sekitar.

Anda mungkin juga menyukai