Anda di halaman 1dari 3

PEMBELAJARAN JARAK JAUH PENURUN IMUN BAGI SISWA SMK

ADISA ZUKHRIFATUL AINI

Senin, 17 Maret 2020 merupakan hari pertama yang sangat bersejarah bagi dunia
pendidikan di Indonesia, tak terkecuali pada mahasiswa Menengah Kejuruan. Seluruh kegiatan
belajar mengajar yang menyelengarakan pertemuan tatap muka bahkan kegiatan Praktek Kerja
lapangan atau PKL bagi siswa SMK juga harus dihentikan dari waktu yang telah ditentukan.
Siswa harus diliburkan selama 14 hari dengan sebuah keputusan yang harus. Tidak ada
penawaran dan pertanyaan. Komunikasi dan pemahaman yang minim, membuat siswa
dicekam rasa ketakutan akan bahaya Covid 19. Kondisi tersebut memunculkan dua klaster di
kalangan siswa yakni klaster siswa yang merasa bahagia, karena dalam benak mereka situasi
seperti itu adalah saatnya mereka berlibur. Di sisi lain muncul klaster yang bingung sekaligus
panik. Klaster ini didominasi oleh siswa kelas XII yang sebentar lagi akan menempuh Ujian
Nasional.

Pada pertengahan semester genap tersebut, Kegiatan Belajar Mengajar harus tetap
dilaksanakan dengan media KBM yang seadanya. Tidak hanya siswa yang belum siap, bahkan
bagi para guru yang relatif “gaptek” maka KBM secara online (saat itu masih belum istilah
PJJ) menjadi sesuatu yang membingungkan. Belum ditemukannya media KBM yang tepat dan
resmi dari pihak sekolah makin membuat berbagai pihak kebingungan. Antara guru yang satu
dengan guru yang lain, media KBM yang digunakan tidaklah sama. Hal ini juga semakin
membuat siswa kebingungan, bahkan saking bingungnya mereka menjadi malas untuk
mengikuti KBM. Hal itu terbukti dari laporan bapak ibu guru yang mengeluh mengenai tingkat
prosentase kehadiran saat KBM Online sangat rendah dan dari nilai yang masuk. Salah satu
mata pelajaran kejuruan di SMK program keahlian multimedia yang harus dilaksanakan
melalui kegiatan praktik di laboratorium menggunakan PC yakni Dasar Desain Grafis,
walaupun perangkat digital saat ini bisa menggantikan PC tetapi KBM secara online tidak bisa
membuat siswa antusias melaksanakan PJJ.
pada akhir semester menjelang pengolahan raport masih banyak sekali siswa yang
nilainya belum tuntas bahkan beberapa siswa yang nilainya kosong. Ini menjadi sebuah
permasalahan tersendiri bagi bapak ibu guru untuk melakukan penilaian akhir semester. Hal
yang dilakukan oleh guru adalah secara personal menghubungi siswa yang masih nilainya
kurang melalui Whatsapp, telpon, dan pemanggilan siswa satu persatu. Jika langkah tersebut
tidak membuahkan hasil, maka langkah terakhir yang dilakukan adalah guru melakukan home
visit.

Berdasarkan realita selama kegiatan PJJ semester Genap, maka dihasilkan sebuah
keputusan bahwa kegiatan PJJ menggunakan ZOOM Meeting ataupun Google Meet,
Menggunakan media yang sama diharapkan PJJ dapat dilaksanakan semaksimal mungkin dan
menghasilkan sebuah hasil yang mendekati dengan Kegiatan Belajar Mengajar secara tatap
muka. Pada semester gasal tahun pelajaran 2020/2021 setelah menggunakan media yang sama
ternyata progres atau peningkatan prosentase keaktifan siswa dalam mengikuti PJJ tidak
berbeda jauh pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020. Bahkan untuk siswa pada kelas
X, tingkat prosentasenya sangat rendah.

Ditemukan beberapa kendala yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan PJJ.


Secara garis besarnya faktor tersebut berasal dari intern siswa, faktor orang tua dan faktor dari
pihak bapak ibu guru. Faktor yang berasal dari intern siswa meliputi faktor sinyal, mind set,
keberadaan gadget dan faktor kurang paham terhadap media yang digunakan bapak ibu guru.
Sebanyak 80 siswa menyatakan bahwa sinyal sangat berpengaruh terhadap PJJ. Faktor mind
set siswa (misal malas, berlibur atau mengerjakan sesuatu hal di luar kewajiban siswa sekolah)
sebanyak 23. Sebanyak 15 siswa menyatakan bahwa gadget yang dimiliki sangat berpengaruh
dan faktor masih kurang paham tentang media yang digunakan bapak ibu guru sebesar 46
siswa. Faktor yang berasal dari bapak ibu guru adalah faktor teknik mengajar bapak ibu guru
dalam mengajar. Sebanyak 135 siswa menyatakan bapak ibu guru hanya memberikan materi
kemudian memberi penugasan, sedangkan siswa yang menyatakan bahwa bapak ibu guru aktif
dalam memberi materi, memberi feedback, dan berkomunikasi hanya 21 siswa. Siswa yang
menyatakan bahwa bapak bu guru tanpa memberi materi langsung penugasan adalah sebanyak
5 siswa, serta ada 3 siswa yang menyatakan bahwa ada bapak ibu guru yang masa bodoh yang
penting siswa presensi.

Salah satu siswa kelas X Multimedia mengatakan bahwa setelah pemberian materi
guru langsung memberi tugas jadi belum semua siswa paham dengan tugas yang diberikan.
Hal ini dikarenakan daya serap antara siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda.
Beberapa siswa yang membutuhkan perhatian lebih dari guru. Banyak materi yang termasuk
sulit, terlebih setelah libur lama sedangkan pelajaran dilakukan secara PJJ. Siswa juga
mengatakan terlalu banyak penugasan yang dibebankan kepada mereka. Seharusnya PJJ adalah
upaya untuk menjaga dan menghindari pandemi Covid-19. Siswa berada di rumah, agar
mampu melaksanakan program kesehatan 3M. Penting juga untuk menjaga kondisi badan dan
kesehatan, seperti berolahraga, makan-makanan sehat, dan tentunya merilekskan pikiran. Akan
menjadi bahaya apabila siswa dibiarkan sibuk dengan tugas-tugas yang mengharuskan mereka
sering keluar rumah untuk mencari sinyal atau bahkan kadang harus belajar kelompok karena
keterbatasan materi yang dipahami. Secara psikologis siswa akan merasa tertekan, karena
hampir semua guru memberikan penugasan dalam waktu yang bersamaan. Beberapa guru yang
kurang memahami siswa dan selalu menuntut penugasan tepat waktu. Oleh karena itu guru
seharusnya menggunakan metode belajar yang efektif, menyenangkan, dan tentunya bisa
dengan mudah dipahami.

Salah satu doa dan harapan yang disampaikan oleh siswa adalah semoga PJJ yang
akan datang lebih baik lagi dari dari sebelumnya, semoga Covid 19 segera berakhir dan
keadaan segera membaik seperti semula agar bisa melaksanakan kegiatan KBM dengan tenang
terutama bisa masuk sekolah tanpa ada halangan suatu apapun. Aminn.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya siswa sangat
menghendaki adanya Kegiatan Belajar Mengajar secara tatap muka. Banyak siswa yang merasa
kesulitan dalam menyerap materi pelajaran. Siswa merasa PJJ merupakan sebuah hal yang
membuat imunitas menurun dikarenakan ketidak siapan mereka dalam menghadapi tugas tugas
yang diberikan bapak ibu guru. Beberapa guru yang terkendala dalam penggunaan teknologi
juga menjadi salah satu hal yang membuat siswa merasa kebingungan. Beberapa guru ada
yang hanya berusaha memenuhi tuntutan kurikulum, sehingga cenderung memaksa siswa harus
menuntaskan apa yang menjadi tagihan kurikulum. Kondisi pandemi yang semakin meningkat,
dibarengi dengan tuntutan PJJ dan banyaknya berita hoak di media sosial semakin menjadi
beban bagi siswa.

Essai ini membutuhkan narasumber yaitu


Narasumber: Salist Nurhayati S.Kom.

Anda mungkin juga menyukai