Anda di halaman 1dari 4

Pandemi : Dilema Pembelajaran Matematika Di Lingkungan Sekolah Pedesaan

Oleh : Mahkfud Khundhori, S.Pd.

Kasus positif Corona Virus Desease 19 (Covid-19) di tanah air setiap hari terus
meningkat. Berdasarkan informasi dari detiknews.com diketahui bahwa jumlah masyarakat
yang terinfeksi virus ini sejak Maret 2020 - 27 Februari 2021 mencapai 1.329.074 dengan
tambahan kasus 6.208 per 27 Februari 2021. Kondisi ini pun telah mengubah seluruh tatanan
kehidupan masyarakat, termasuk bidang pendidikan. Instansi pendidikan dituntut untuk
melaksanakan pembelajaran virtual berbasis teknologi guna memutus mata rantai penyebaran
wabah ini. Akibatnya, pembelajaran tidak lagi dilaksanakan secara tatap muka. Guru,
sekolah, dan pemerintah selaku pemangku kepentingan harus mengetahui dan menangani
fenomena tersebut (Muthy &Pujiastuti, 2020).Cara ini mungkin dianggap ampuh dalam
menahan laju kenaikan angka positif Covid-19 dengan menghindari kerumunan, tetapi di satu
sisi tuntutan ini menyebabkan dilema bagi para guru, khususnya guru matematika dalam
melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik, apalagi jika berada di lingkungan
sekolah pedesaan. Lalu bagaimana pembelajaran matematika dalam jaringan (daring) di
lingkungan sekolah pedesaan?

Di tengah pandemi ini, kita sebagai tenaga pendidik dituntut untuk tetap memberikan
materi dan bimbingan kepada peserta didiknya meskipun secara virtual (Nurhayati, 2020). Di
lapangan umumnya para gurumemanfaatkan media whatsapp group, classroom, zoom,
google form, dan google meetdalam menjawab tantangan tersebut. Sementara itu, SMA
Negeri 1 Mijen yang merupakan salah satu sekolah di lingkungan pedesaan menerapkan
pembelajaran, dalam hal ini matematika telah memannfaatkan whatsapp group, google form,
dan classroom. Biasanya guru menyiapkan presensi di dalam google form, materi di dalam
classroom, dan whatssapp group untuk mengingatkan peserta didik masuk ke classroom saat
jam pelajaran telah berlangsung. Mengapa memanfaatkan media ini? Ada beberapa hal yang

PANDEMI: DILEMA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LINGKUNGAN SEKOLAH PEDESAAN 3


menjadi pertimbangan. Mulai dari keterbatasan piranti (telepon genggam, laptop), signal,
kuota, hingga dukungan orang tua kepada anak.

Di setiap pertemuan,guru telah siap dengan segala kemampuan dan materinya, tetapi di
lapangan tidak begitu banyak peserta didik yang terlibat di dalam pembelajaran. Guru
ditempatkan dalam posisi yang terhimpit. Dituntut melaksanakan pembelajaran yang efektif,
tetapi juga harus mengerti kondisi peserta didik mengingat mereka hidup di lingkungan
pedesaan yang notabennya tidak semua anak hidup dalam kondisi nyaman. Ada yang telepon
genggamnya tidak memadai, lingkungan rumah yang sulit mendapatkan signal, pekerjaan
orang tua yang bisa dibilang hanya cukup memenuhi kebutuhan harian hingga tak mampu
membeli kuota. Inilah yang berdampak pada jumlah peserta didik yang aktif dalam
pembelajaran daring. Bahkan, berpengaruh pada pemberian dan pengumpulan tugas.
Akibatnya, guru harus mampu menyikapi kondisi tersebut dengan pembelajaran di classrom
atau wthassappdalam bentuk menyediakan materi dan soal yang sesuai Kompetensi Dasar
(KD) yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusnanto, S. Pd. selaku Wakil Kepala
Sekolah Bagian Kurikulum sekaligus salah satu Guru Matematika di SMA Negeri 1 Mijen
yang menghimbau para guru untuk memahami kondisi peserta didik dalam pembelajaran
daring.

“Kita memang dituntut untuk menjadi guru profesional meskipun di saat pandemi, tetapi
kita juga tidak boleh mengesampingkan latar belakang anak. Kita perlu mencari tahu alasan
dibalik ketidakhadiran ataupun tidak mengerjakan tugas.Cari media dan metode
pembelajaran yang memudahkan.” jelasnya.

Bukan hanya itu, selama ini pembelajaran matematika yang dilaksanakan secara tatap
muka ditemukan banyak anak yang kesulitan memahami konsep. Tentunya, kondisi ini pun
semakin terasa dalam pembelajaran daring. Guru harus memutar otak untuk menemukan
metode yang tepat agar peserta didiknya mampu menguasai materi yang diajarkan.
Sebenarnya, pembelajaran ini bisa memanfaatkan media zoom ataupun google meet, tetapi
seperti yang telah dikemukakan tadi, ada peserta didik yang piranti, kuota, bahkan signalnya
tak memadai. Akibatnya, guru harus memberikan contoh atau video pembelajaran seperti
penyelesaian soal dan dibagikan di classroom yang bisa dipelajari berulang-ulang ataupun
saat terlambat masuk jam pelajaran. Di satu sisi, cara ini dianggap kurang begitu efektif
dalam memahamkan peserta didik terhadap materi, namun di sisi lain hal ini bisa menjangkau
seluruh peserta didik di sekolah pedesaan. Mengapa? hal ini disebabkan oleh penggunaan
media belajar yang hemat kuota dan bisa dilihat meskipun terlambat.

PANDEMI: DILEMA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LINGKUNGAN SEKOLAH PEDESAAN 3


Penyesuaian diri telah dilakukan, tetapi masih saja ada anak yang tidak hadir atau
mengerjakan tugas dengan berbagai alasan. Pembelajaran daring idelanya mendapatkan
kontrol penuh dari orang tua sebab mereka memiliki peran yang dominan di rumah
(Handayani dan Ari Irawan, 2020). Orang tua harus memberikan dukungan dan pengawasan
kepada anak agar pembelajaran daring berjalan lancar dan efektif. Namun, lagi-lagi kondisi
masyarakat pedesaan yang mayoritas bersikap acuh tak acuh terhadap anak-anaknya
membuat kondisi pembelajaran daring ini kurang maksimal. Di rumah anak tidak diawasi dan
dikukung penuh oleh orang tua. Mereka beranggapan bahwa ketika anak sudah memegang
telepon genggam berarti aktif dalam pembelajaran daring. Di matapelajaran matematika pun
ketika anak mengalami kesulitan, mereka kurang mendapatkan bimbingan dan dukungan.
Bahkan, tidak sedikit yang malah disarankan untuk mengerjakan alakadarnya. Tidak
memerhatikan benar atau salahnya, tetapi hal yang terpenting yaitu mengerjakan serta
mengumpulkan.Oleh karena itu, guru dan sekolah berusaha sekuat tenaga untuk membimbing
anak-anak yang mengalami kendala-kendala tersebut, mulai dari pemberitahuan berkala
kepada orang tua, home visit, sampai dengan memanggil peserta didik ke sekolah.
Pembimbingan dan pemanggilan peserta didik tersebut dilaksanakan secara terjadwal dan
tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat.

Era pandemi merupakan kondisi yang sulit bai seluruh pihak.Namun, pembelajaran harus
tetap belajar meskipun dalam kondisi yang penuh keterbatasan. Kesulitan yang ada harus
diimbangi dengan pemahaman keadaan dan kebijaksanaan pihak-pihak yang terlibat agar
pembelajaran berlangsung dengan lancar.
Guru Matematika SMA Negeri 1 Mijen Kabupaten Demak.

PANDEMI: DILEMA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LINGKUNGAN SEKOLAH PEDESAAN 3


PANDEMI: DILEMA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LINGKUNGAN SEKOLAH PEDESAAN 3

Anda mungkin juga menyukai