NIM : 1801103010013
Suatu bisnis biasanya menetapkan strateginya berdasarkan pada asumsi bahwa bisnis
tersebut akan terus bertahan (sustainable) dan dengan tujuan bahwa bisnis tersebut akan
mengalami pertumbuhan dan kesuksesan. Dalam situasi normal, perencanaan strategis dilakukan
dengan mempertimbangkan banyak faktor seperti prediksi ekonomi, lingkungan usaha, aktivitas
pesaing, kemajuan teknologi, proyeksi keuangan dan perubahan kebutuhan pelanggan.
Pertimbangan atas berbagai faktor tersebut kemudian menghasilkan suatu rencana strategis yang
koheren yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai targetnya.
Namun, dengan adanya pandemi Covid-19 telah menimbulkan dampak ekonomi pada
berbagai lini bisnis, baik secara nasional, multinasional dan global. Beberapa perusahaan
mungkin tidak begitu terpengaruh dengan kondisi ini dan dapat mempertahankan perusahaannya,
sedangkan sebagiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi ini dan sulit untuk bertahan sehingga
harus mengurangi jumlah karyawannya. Untuk menyikapi hal tersebut terdapat berbagai strategi
yang dapat diterapkan oleh kedua perusahaan, baik untuk meningkatkan kinerja hingga mencapai
level puncak, maupun untuk sekedar mempertahankan kelangsungannya.
Selama pandemi ini, sangat penting bagi bisnis untuk melakukan penilaian yang tepat atas
biaya tetap dan biaya variabel mereka serta pendapatan aktual. Penilaian ini akan memberikan
gambaran yang jelas tentang posisi keuangan perusahaan dan membantu para pengusaha dalam
merencanakan strategi kedepannya di saat situasi pasar sedang kacau saat pandemi. Strategi ini
dapat diterapkan bahkan ketika efek pandemi mereda.
1
Melakukan Analisis Kelayakan Bisnis
Mengingat kondisi pasar dapat berubah-ubah dalam kondisi pandemi, sangat penting
untuk mempertimbangkan kembali kondisi bisnis pada berbagai aspek. Analisis kelayakan juga
merupakan hal yang cukup penting untuk melacak financial health dan arus kas saat ini.
Karena sulit untuk mengukur berapa lama pandemi ini akan berlangsung, penting untuk
suatu bisnis agar bersiap menghadapi semua skenario. Jika kita menganggapnya sebagai masalah
3 bulan, penghentian instan pada pengeluaran variabel seperti biaya pemasaran, biaya
komunikasi, dan sebagainya dapat membantu. Namun, jika krisis berlanjut selama 9 bulan
hingga satu tahun, pengusaha harus mengkonfigurasi ulang strategi bisnis mereka untuk
mengurangi biaya variabel, menegosiasikan kembali biaya tetap (sewa, gaji, pembayaran sewa
peralatan, dll.), dan hanya fokus pada hal-hal penting yang penting untuk bertahan. Mungkin ada
baiknya untuk meninjau kembali strategi penjualan – menjual secara online versus secara
langsung. Selain itu sebaiknya juga dilakukan analisis apakah perlu mengurangi atau
meningkatkan biaya pemasaran. Beberapa pertimbangan ulang yang serius akan diperlukan jika
efek pandemi berlanjut selama 18 bulan atau lebih.
Pada kondisi pandemi ini konsumen tentunya menginginkan produk yang dapat
digunakan untuk mencegah penularan virus. Perusahaan dapat mengeluarkan produk baru yang
terkait dengan hal tersebut. Contohnya seperti merek kosmetik Wardah yang berfokus pada
produk kosmetik juga mengeluarkan produk seperti hand sanitizer dan hand wash pada saat
pandemi. Kemudian rumah produksi film Walt Disney yang berfokus pada produksi film juga
2
mengeluarkan platform bioskop online Disney+ dikarenakan pada masa pandemi bioskop ditutup
sehingga film yang telah diproduksi tidak dapat ditayangkan.
Pada kondisi pandemi ini, penerapan strategi defensif merupakan salah satu cara untuk
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Contohnya seperti PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk yang melakukan berbagai inisiatif untuk mendongkrak penjualan selama pandemi,
diantaranya mengintensifkan iklan melalui media digital, peluncuran produk untuk menangkap
pangsa pasar kalangan milenial, serta memenangi peluang marketing dan distribusi produk yang
lebih baik sesuai dengan areanya.
3
perusahaan mengeluarkan produk dengan ciri khas yang unik. Produk dengan ciri
khas yang unik yang tidak dimiliki perusahaan lain dapat menjadi nilai tambah
perusahaan.
o Ancaman dari Produk Pengganti
Perusahaan perlu mempertimbangkan adanya ancaman dari produk pengganti,
contohnya apabila perusahaan mengeluarkan sabun cuci tangan, perusahaan perlu
memperhatikan produk pengganti untuk sabun cuci tangan seperti hand sanitizer, dan
lainnya.
o Daya Tawar Pembeli
Perusahaan perlu mempertimbangkan daya tawar pembeli karena pada masa pandemi,
daya beli masyarakat cukup menurun.
o Daya Tawar Pemasok
Perusahaan perlu mempertimbangkan pemasokan atau distribusi produk serta
pengecekan produk yang akan dijual kepada konsumen.
Dengan munculnya wabah pandemi, maka cukup banyak strategi yang muncul dan
digunakan dalam waktu yang sangat cepat. Adaptasi ini menjadi pembelajaran yang sangat
berharga bagi orang-orang terlibat di dalam lingkungan organisasi. Secara umum tingkat
kerugian pelaku bisnis meningkat, namun demikian tentu di bagian lain akan memunculkan
keutungan yang sangat berarti, terutama pihak-pihak yang mampu beradaptasi sangat cepat. Di
masa depan akan terjadi perubahan paradigma di segala bidang, oleh karena itu setiap organisasi
harus selalu meninjau ulang manajemen strategis mereka, baik itu strategi yang sedang
berlangsung atau yang akan direncanakan.