Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PERBEDAAN

KOMUNIKASI BIASA DENGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


DISUSUN OLEH

NAMA : SOLEMAN BALI NGARA


NIM : 2019610075
KELAS : B.II

A. Defenisi
Komunikasi terapeutik biasanya dilakukan oleh perawat namun tidak menutup
kemungkinan juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lain. Komunikasi terapeutik
memang lebih banyak dilakukan oleh perawat karena perawatlah yang lebih sering
bertemu dan lebih dekat dengan pasien. Berbeda dengan komunikasi biasa,
komunikasi biasa dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak hanya oleh tenaga kesehatan
namun juga dapat dilakukan oleh semua orang dari bayi sampai lansia. Hal ini terjadi
karena komunikasi biasa bertujuan untuk memberikan informasi atau bertukar
informasi, sedangkan komunikasi terapeutik semata-mata bertujuan untuk kesembuhan
pasien. Diskusi kali ini membahas tentang perbedaan komunikasi biasa dan
komunikasi terapeutik. Diskusi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan komunikasi
biasa dan komunikasi terapeutik.
Komunikasi biasa adalah penyampaian informasi dari satu orang kepada orang
lain baik verbal maupun nonverbal. Komunikasi biasa, biasanya dilakukan secara
umum dengan topik yang umum, artinya komunikasi biasa dapat dilakukan oleh siapa
saja tanpa kecuali. Dan komunikasi biasa juga bertujuan untuk sosialisasi, bertukar
pikiran atau informasi, menyampaikan informasi dan atau pesan. Informasi yang
disampaikan dapat berupa simbol-simbol atau kalimat, bisa secara lisan atau pun
tulisan dan bisa secara langsung atau tidak langsung. Komunikasi biasa dapat
disampaikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
Komunikasi terapeutik adalah bentuk ketrampilan menyampaikan informasi
dan wawancara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka mengajak pasien
dan keluarga bertukar pikiran, melakukan tindakan investasi keperawatan, dan
bertujuan semata-mata untuk penyembuhan pasien. Komunikasin terapeutik dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan lebih sering dilakukan oleh perawat dan pasien,
komunikasi ini jika dilihat dari tujuannya, tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang,
karena tujuannya kususnya adalah untuk kesembuhan pasien. Tujuan komunikasi
terapeutik secara umum bertujuan untuk memperjelas dan mengurangi pikiran dan
perasaan pasien, mengurangi keraguan dan membantu pasien menentukan pilihan,
mempererathubungan pasien dengan tenaga kesehatan. fungsi dari komunikasi
terapeuti adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antar perawat dan
pasien, membina hubungan interpersonal pasien, meningkatkan kesejahteraan pasien
dengan memenuhi kebutuhan pasien.
Untuk menjalankan komunikasi terapeutik ada tahapan-tahapan yang
ditentukan, yaitu
1. Pra Interaksi, yaitu tahapan sebelum perawat bertemu dengan pasien, pada
tahapa ini perawat menyiapkan peralatan untuk asuhan keperawatan, melihat
catatan medis pasien yang akan dirawat, menetukan rencana interaksi dan
tujuannya, dan evaluasi diri. Agar dalam melakukan komunikasi lancar maka
strategi saat prainteraksi harus dilakukan, yaitu mengeksplorasi perasaan diri,
menganalisis kelemahan diri, mengumpulkan data pasien dan berpikir positif.
2. Orientasi, yaitu tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan pasien, atau
setelah bertemu dengan pasien dan membebaskan diri dari semua barang
bawaan. Pada tahap ini perawat memberi salam kepada pasien,
memperkenalkan diri, mengevaluari keadaan pasien, membuat dan
mengingatkan kontrak perawat dengan pasien, serta menggali informasi pasien
lebih banyak dengan menjalin hubungan saing percaya antar perawat
danpasien. Dalam tahap ini perawat harus membina hubungan saling percaya,
bersikap menarima, melakukan kontark, bertanya kepada keluarga tentang
topik yang menarik, mengeksplorasi perasaan dan mengidentifikasi masalah
pasien agar dapat lancar dalam berkomunikasi.
3. Fase kerja, yaitu melakukan tindakan asuhan keperawatan yang dibutuhkan
pasien. Untuk memperlancar fase kerja, perawat harus dapat mengatasi
penolakan perilaku adaptif dengan komunikasi yang nyaman.
4. Tahap Terminasi, yaitu tahap akhir dimana perawat telah selesai melakukan
tindakan asuhan keprawatan dan akhir setiap pertemuan perawat dengan pasien.
Dalam tahap ini perawat melakukan efaluasi hasil, tahap tindaklanjut, kontrak
yang akan datang, serta eksplorasi perasaan. Strategi agar lancar dalam tahap
ini adalah, perawat harus mengevaluasi pencapaian tujuan dari
interaksi,melakukan evaluasi subjektif dan menyepakati tindak lanjut.
Dalam berkomunikasi tidak selalu lancar, pasti ada hambatan-hsmbatannya. Begitu
juga dengan komunikasi terapeuti, ada 4 hambatan komunikasi terapeutik, yaitu
a. Resisten, dimana pasien menunjukan sikap maladaptif atauenggan mematuhi
peraturan.
b. Transferen, dimana pasien menganggap perawat sangat berpengaruh dimasa
lalunya.
c. Kontertransferen, sama dengan transferen namun berbeda pada pelakunya,
kontertransferen dilakukan dari perawat kepada pasien.
d. Boundari violationa, yaitu tindakan yang sangat melenceng atau sangat jauh dari
peran dan fungsi perawat.

Dari diskusi ini dapat disimpulkan bahwa, komunikasi biasa dan komunikasi
terapeutik sangat berbeda. Perbedaannya terletak pada tujuan, pelaku, dan topik dalam
komunikasi. Pada kumunikasi biasa tujuan komunikasinya untuk sosialisasi, dengan
topik yang masih umum dan dengan pelaku yang biasa dari bayi sampai lansia.
Komunikasi terapeutik, bertujuan untuk kesembuhan pasien, dengan topik yang khusus
sesuai dengan keadaan pasien, dan dengan pelaku yang khusus pula, yaitu perawat dan
tenaga kesehatan lainnya.
REFERENSI

Setiyanti, Y. (2007, juli 15). Makalah Ilmiah Komunikasi Terapeutik Antar Perawat dan
Pasien. Dipetik mei 2, 2012, dari pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/01/komunikasi_terapeutik.pdf. Turner, L. H. (2008). Pengantar
Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi . Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai