Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN POLA SPASIAL KASUS KEJADIAN CURANMOR DI

WILAYAH KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2018


DENGAN METODE AVERAGE NEAREST NEIGHBOR

Aditya Ramadhan1), Winarno2), Mushoddik3)


1,2,3)
Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka, Jakarta, Indonesia

E-mail: rdhan5461@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pola spasial curanmor di Kota Depok. (2) Membuat peta
persebaran kasus curanmor di Kota Depok. Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif. Objek
penelitian ini peristiwa tindakan kriminal yaitu lokasi curanmor di Kota Depok pada tahun 2018.
Terfokus pada analisis spasial berbasis Sistem Informasi Geografi yang menghasilkan peta persebaran
dan konsentrasinya. Data dianalisis dengan metode analisis Average Nearest Neighbor dengan software
pemetaan bernama ArcMap GIS. Cara pengumpulan data dengan pengumpulan data sekunder, diolah
dengan metode analisis tersebut. Berdasarkan analisis, terdapat tiga hasil penelitian, yaitu: (1) ada 146
kasus curanmor yang dilaporkan ke Polresta Depok pada tahun 2018 dengan kejadian terbanyak berada di
Kecamatan Beji sebanyak 37 kasus (25,3%), sementara tidak ada kejadian curanmor di Kecamatan
Bojongsari dan Limo. (2) Dalam 12 bulan di tahun 2018, Kasus curanmor terbanyak terjadi di bulan Mei
sebanyak 18 kasus, dan paling sedikit terjadi di bulan Oktober sebanyak 8 kasus. (3) Untuk wilayah
curanmor dengan pola spasial mengelompok (clustered) dengan konsentrasi yang besar terletak di
6º20’45’’- 6º22’45’’LS dan 106º49’50’’- 106º49’45’’BT. Pola spasial yang mengelompok menandakan
kejadian terbilang banyak dan cenderung berdekatan dengan rasio ketertanggaan terdekat sebesar
0,800227 dan skor-z -4,617891 serta nilai-p 0,000004 dan Jarak rata rata yang diamati 420,9534 meter
dan jarak rata rata yang diharapkan 526,0424 meter. Kesimpulannya, Titik persebaran lokasi kejadian
curanmor di Kota Depok tahun 2018 di dominasi terdapat di sepanjang Jalan raya besar. Untuk tren
kejadian pencurian kendaraan bermotor per bulannya dalam jangka tahun 2018 adalah fluktuatif tetapi
lebih banyak mengalami penurunan.

Kata Kunci: Pola Spasial, Curanmor, Rasio Ketertanggan Terdekat

Abstract

This study aims to (1) determine the spatial pattern of theft in Depok City. (2) Make a map of the
distribution of theft cases in Depok City. The research method uses descriptive research. The object of
this research is a criminal act, namely the location of theft in Depok City in 2018. It focuses on spatial
analysis based on the Geographic Information System which produces maps of its distribution and
concentration. The data were analyzed using the Average Nearest Neighbor analysis method with
mapping software called ArcMap GIS. The way of collecting data is by collecting secondary data,
processed by this analysis method. Based on the analysis, there are three research results, namely: (1)
there were 146 cases of theft reported to the Depok Police in 2018 with the most incidents being in Beji
District as many as 37 cases (25.3%), while there were no theft incidents in Bojongsari District. and
Limos. (2) In 12 months in 2018, the most theft cases occurred in May as many as 18 cases, and the least
occurred in October as many as 8 cases. (3) For burglary areas with clustered spatial patterns with large
concentrations located at 6º20'45''- 6º22'45'' South Latitude and 106º49'50''- 106º49'45''E. The clustered
spatial pattern indicates that the events are fairly large and tend to be close together with the closest
kinship ratio of 0.800227 and a z-score of -4.617891 and a p-value of 0.000004 and the observed
average distance is 420.9534 meters and the expected average distance. 526.0424 meters. In conclusion,
the point of distribution of the locations of thefts in Depok City in 2018 is dominated by major highways.
The trend in the incidence of motor vehicle theft per month in 2018 is fluctuating but has decreased more.

1
Keywords: Spatial Pattern, Motor Vehicle Theft, Average Nearest Neighbor

1. PENDAHULUAN
Salah satu tindak kejahatan yang sering terjadi di Indonesia adalah pencurian,
pencurian merupakan perilaku mengambil barang orang tanpa seizin pemilik yang sah.
Pencurian bisa dilakukan secara tidak sengaja maupun disengaja (Soerjono
Soekanto,1988). Seperti contohnya di Indonesia, aset terbanyak yang dimiliki oleh
masyarakatnya adalah kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan yang banyak khususnya
di daerah perkotaan mendorong maraknya pencurian aset berupa kendaraan bermotor
Menurut Statistik Kriminalitas BPS (2018:35-36) Untuk kejadian pencurian
rentang persentase desa/kelurahan yang mengalami pencurian selama tahun 2018 berada
pada kisaran 11,42 – 73,76 persen dari total desa/kelurahan di masing-masing provinsi.
Tiga provinsi yang persentase desa/kelurahannya yang pernah terjadi kejahatan
pencurian terbesar (perbandingan jumlah desa/kelurahan yang mengalami kejadian
dibagi total jumlah desa/kelurahan di satu provinsi), berturut-turut adalah Jawa Barat
(73,76 persen), Banten (71,13 persen), dan Lampung (70,65 persen). Hal yang
mempengaruhi Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi dengan presentase daerah kejadian
pencurian terbesar di Indonesia dikarenakan jumlah penduduk Jawa Barat mencapai
18,34% dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan dalam 34 Provinsi
(Statistik Indonesia BPS, 2018:86).

Menurut Haryanto (2016:4) Perkembangan tindak pidana pencurian yang sering


terjadi di kota kota besar dan wilayah kabupaten salah satunya berkembangnya kasus
pencurian seperti pencurian kendaraan bermotor (Curanmor). Yang diincar dalam
pencurian ini tentunya adalah kendaraan bermotor di karenakan barang tersebut lazim
diperjualbelikan dalam kehidupan sehari hari dan mudah dimilikki oleh masyarakat
kelas atas dan menegah. Karena uang muka yang relatif kecil, biaya angsuran yang
murah dan jangka waktu angsuran yang berlangsung lama sehingga jumlahnya semakin
pesat. Perumusan masalah dalam penelitian penting dijabarkan agar substansi dalam
penelitian tersebut sesuai. Maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor yang terjadi
di wilayah Kota Depok Jawa Barat menjadi ketertarikan permasalahan yang akan
diteliti. Selain itu provinsi Jawa Barat juga termasuk urutan pertama yang persentase
desa/kelurahannya yang pernah terjadi kejahatan pencurian terbesar di tahun 2018.

Curanmor adalah suatu tindak kejahatan berupa pencurian dimana termasuk


kategori pencurian yang tidak disertai dengan kekerasan. Andi Hamzah (2011:140-141)
dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana Bab XXII menuturkan tentang pencurian
yang termaktub di dalam pasal 363. Pencurian adalah kasus yang paling umum,
tercantum di dalam semua KUHP di dunia, disebut delik netral karena terjadi dan diatur
oleh semua negara termasuk Indonesia. Jenis tindak pidana pencurian merupakan jenis
tindak pidana yang terjadi hampir di setiap daerah di Indonesia yang disebabkan oleh
beberapa faktor, oleh karenanya menjadi sangat masuk akal apabila jenis tindak pidana
ini menempati urutan teratas di antara tindak pidana terhadap harta kekayaan yang lain.
Selanjutnya deskripsi teori yang berhubungan adalah pemetaan yang menurut Aryono
Prihandito (1989:1) Peta mengandung arti komunikasi yang menginformasikan suatu
penjabaran antara pembuat peta dengan pembaca peta, berupa informasi tentang
kenyataan dalam wujud berupa gambar.

2
Menurut Gwinn (2011:2-3) Pola Spasial kejahatan merupakan kelompok
kejahatan yang terdiri dari dua atau lebih dari laporan maupun yang ditemukan oleh
pihak berwenang dalam hal ini adalah kepolisisan, dan memeiliki keunikan karena
terdapat kondisi masing masing. Pola Spasial yang akan disajikan menggunakan analisis
spasial Average Nearest Neighbor yang merupakan analisis spasial statistik yang
menghitung indeks tetangga terdekat berdasarkan jarak rata rata dari setiap fitur ke fitur
tetangga terdekat, dari jarak antar setiap titik fitur dan lokasi tetangga terdekat
kemudian di rata rata untuk distribusi acak hipotesis. Statistik tetangga terdekat rata-rata
adalah salah satu dari banyak statistik analisis pola titik berbasis jarak. Distribusi fitur
yang dianalisis dianggap berkerumun fitur dianggap menyebar jika jarak rata rata lebih
besar dari distribusi acak. Rasio rata rata tetangga terdekat dihitung sebgai jarak rata
rata yang diamati dengan jarak rata rata yang diharapkan. Jika indeks (rata rata rasio
tetangga terdekat) kurang dari 0,9 pola tersebut menujukkan pengelompokkan, jika
indeks lebih besar dari 2,15 maka dispersi. Alat tetangga terdekat rata-rata
mengembalikan lima nilai yaitu jarak rata-rata yang diamati, jarak rata-rata yang
diharapkan, indeks tetangga terdekat, skor-z, dan nilai-p. Nilai-nilai ditulis sebagai
pesan di bagian bawah panel Geoprocessing selama eksekusi alat dan dilewatkan
sebagai nilai output turunan untuk potensi penggunaan dalam model atau skrip.

Untuk penelitian yang relevan, sebelumnya dilakukan Mitha Ayu Tamara dan
Andri Kurniawan (2018) dari Jurnal Bumi Indonesia Volume 7 No 4 2018 dengan
penelitiannya yang berjudul Pola Spasial Kejadian Kejahatan Jalanan (Street Crime)
Berdasarkan Faktor Ekologi Kriminal di Kota Samarinda. Penelitian ini bertujuan untuk
memetakan lokasi tindak kriminal kejahatan jalanan pada tahun 2016 dan untuk
mengetahui apakah faktor ekologi yaitu berupa kepadatan penduduk, kemiskinan,
pemukiman kumuh dan lahan komersial yang berpengaruh terhadap kejadian jalanan
khususnya di Kota Samarinda yang menjadi ibukota Kalimantan Timur.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data data yang sudah ada
sebelumnya dari pihak pihak terkait dan juga survey langsung ke lapangan. Penelitian
survey adalah penyelidikan yang dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta dari gejala
yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual baik tentang institusi sosial,
ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau suatu individu. (M. Nazir 2011: 56 ).

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari - Oktober 2019. Penelitian ini
dilakukan di Kota Depok. Provinsi Jawa Barat. Indonesia, Pertimbangan dipilihnya kota
Depok menjadi lokasi penelitian karena peneliti mendapatkan data kejadian pencurian
kendaraan bermotor dari Polresta Depok selaku instansi yang berwenang, dan ingin
mengetahui persebaran tindak pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di Kota
Depok. Peta wilayah penelitian di Kota Depok dapan dilihat di (Peta 2.1)

3
Peta 2.1 Peta Wilayah Penelitian

2.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi yang
berwenang untuk menerima pelaporan kasus pencurian yaitu kepolisian. Data yang
dikumpulkan adalah data titik (lokasi) untuk membuat peta persebaran dan mengetahui
pola spasial yang terbentuk dari kejadian pencurian kendaraan bermotor di Kota Depok
dalam kurun waktu 2018. Data tersebut diperoleh dari data sekunder yang dicari
koordinatnya menggunakan fitur Google Earth dan juga bisa dicari menggunkan Global
Positioning System (GPS) langsung di ke lapangan. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berupa data sekunder dan selanjutnya dilakukan input ke dalam software
ArcGis dan selanjutnya ke tahap analisis spasial.

2.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis menggunakan metode Average Nearest Neighbor Analysis


dengan cara menghitung besarnya rasio tetangga terdekat dengan menggunakan jarak
antar titik sebagai basisnya dan membandingkan rata-rata jarak yang diamati antara
setiap titik dan tetangga terdekatnya dengan jarak rata-rata yang diharapkan yang
dihitung melalui rumus:
D(Obs)
Rn=
a

Keterangan :

0.5
n

Rn : Nilai rasio ketertanggan terdekat.


D( Obs) : Rata rata jarak hasil observasi ketetanggan terdekat.
a : Luas wilayah
n : Jumlah poin ( lokasi )

Menurut Briggs (2007:34) rasio ketertanggaan terdekat memiliki kriteria:


1. Untuk nilai rasio ketertangaan terdekat = 0 – 0,9 maka berpola mengelompok.

4
2. Untuk nilai rasio ketertangaan terdekat = 1 – 2,149 maka berpola acak.
3. Untuk nilai rasio ketertangaan terdekat = >2,15 maka berpola menyebar.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk jumlah kejadian pencurian kendaraan bermotor di Kota Depok yang


dilaporkan dan dihimpun oleh Polresta Depok, maka diuraikan berdasarkan 11
kecamatan yang terdapat di wilayah penelitian dapat dilihat pada (Tabel 3.1)
Tabel 3.1
Ju
ml
ah
Ke
jad
ian
Pe
nc
uri
an
Ke
nd
ara
an
Be
rm
oto
r
Be
rd
asa
rk
an Kecamatan Jumlah (TKP) Persentase (%)
Ke
ca
ma
tan
Di
Ko
ta
De
po
k
Ta
hu
n
20
18
(T
erl
ap
or)
X
No
1. Sawangan 1 0.7
2. Bojongsari 0 0.0

5
3. Pancoran Mas 24 16.4
4. Cipayung 20 13.7
5. Sukmajaya 21 14.4
6. Cilodong 11 7.5
7. Cimanggis 27 18.5
8. Tapos 4 2.7
9 Beji 37 25.3
10. Limo 0 0.0
11. Cinere 1 0.7
Jumlah 146 100

Sumber : Satreskrim Polresta Depok dan Penglohan Data

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa wilayah yang paling banyak terjadi
kasus pencurian kendaraan bermotor di Kota Depok tahun 2018 adalah Kecamatan Beji
dengan jumlah kejadian sebanyak 37 dengan persentase sebesar (25,3%) kasus dalam
satu tahun, Kecamatan Beji merupakan salah satu wilayah yang menjadi gerbang masuk
dari Provinsi DKI Jakarta melalui Jalan Raya Margonda dan yang paling padat serta
menjadi kawasan strategis dikarenakan wilayah tersebut menjadi pusat perkotaan di
Kota Depok. Untuk Kecamatan Bojongsari dan Kecamatan Limo yang dinyatakan
dalam tabel tidak ada sama sekali kasus pencurian kendaraan bermotor dikarenakan
tidak ada pelaporan ke kantor polisi.

Kejadian pencurian kendaraan bermotor di Kota Depok yang dilaporkan dan


dihimpun oleh Satreskrim Polresta Depok dalam kurun waktu satu tahun pada 2018
akan diuraikan per bulan yang dapat dilihat pada (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Grafik Curanmor per bulan di Kota Depok Tahun 2018

Pada grafik dalam Gambar 3.1 menunjukkan tren kasus curanmor di Kota Depok
tahun 2018, dari bulan januari ke februari mengamalami penurunan dan kembali naik ke
bulan april, dan kenaikan tertinggi yang signifikan terjadi di bulan april menuju bulan
mei dikarenakan pada bulan mei 2018 bertepatan pada bulan ramadhan 1439 Hijriyah
yang mendorong sebagian pelaku curanmor bertindak untuk melakukan pencurian
dikarenakan desakan ekonomi untuk menunjang kebutuhan pada saat bulan puasa dan
menjelang hari raya Idul Fitri. Sementara itu pada bulan juni mengalami penurunan

6
bertahap sampai ke bulan oktober yang menjadi bulan dengan kejadian terendah selama
tahun 2018 dan kembali naik dibulan november sampai ke bulan desember di karenakan
kebutuhan untuk akhir tahun 2018.

Peta menjadi gambaran tentang hasil dari penelitian ini. Peta persebaran tempat
kejadian perkara pencurian kendaraan bermotor dapat menggambarkan tentang
persebarannya serta lokasi kejadiannya yang selanjutnya dapat dilakukan ke tahap
analisis spasial. Untuk Peta persebaran tempat kejadian perkara pencurian kendaraan
bermotor di Kota Depok dapat dilihat pada (Peta 3.1).

Peta 3.1 Peta Persebaran TKP Curanmor Kota Depok Tahun 2018

Berdasarkan Peta 3.1. lokasi tempat kejadian perkara lebih dominan tersebar di
sepanjang Jalan Margonda Raya yang melintasi Kecamatan Beji, Kecamatan Pancoran
Mas dan sisi barat Kecamatan Sukmajaya. Untuk visualisasi lebih lanjut maka
digunakan Heat Map. Heat map merupakan pemodelan spasial yang berfungsi
menginformasikan seberapa tinggi konsentrasi lokasi kejadian pencurian kendaraan
bermotor di Kota Depok. Jika dalam peta tersebut menunjukkan warna merah maka
konsentrasi kejadian terbilang tinggi. Jika menunjukkan warna kuning maka konsentrasi
lokasi kejadian terbilang sedang, Jika warna hijau, maka konsentrasi lokasi kejadiannya
terbilang rendah atau tidak ada sama sekali. Untuk pemodelan Heat Map tempat
kejadian perkara curanmor di Kota Depok dapat dilihat pada (Peta 3.2).

7
Peta 3.2 Peta Konsentrasi TKP Curanmor Kota Depok Tahun 2018

Setelah dibuat peta persebaran kejadian curanmor, maka langkah selanjutnya


adalah melakukan analisis spasial dengan menggunakan metode Average Nearest
Neighbor, selanjutnya pilih Average Nearest Neighbor dan lakukan analisis terhadap
146 kejadian pencurian kendaraan bermotor yang dilaporkan ke Polresta Depok pada
tahun 2018. Hasil analisis akan muncul dalam bentuk format html dan dapat dibuka
secara otomatis dengan search engine di internet dan dapat disimpan ke penyimpanan
komputer.Hasil analisis dengan menggunakan Average Nearest Neighbor yang telah
dilakukan terhadap peta tersebut menghasilkan pola spasial berbentuk mengelompok
(clustered) dengan rasio ketertanggaan terdekat sebesar 0,800227 dan skor-z -4,617
serta nilai-p 0,001. Jarak rata rata yang diamati dari titik satu ke titik satu lagi berjarak
420,9534 meter dan jarak rata rata yang diharapkan yaitu jarak antar satu titik dengan
titik titik lain di sekitarnya berjarak 526,0424 meter. Untuk hasil analisis yang diperoleh
dari html dapat dilihat pada (Gambar 3.2).

8
Gambar 3.2 Hasil Rata Rata Ketertanggan Terdekat Analisis
Average Nearest Neighbor Curanmor di Kota Depok 2018

Pola spasial yang mengelompok menandakan bahwa kejadian terbilang banyak


dan cenderung berdekatan dibuktikan dengan rata rata jarak dari titik atau lokasi satu ke
satu lokasi didekatnya dari hasil analisis terbilang hanya ±430 meter sedangkan untuk
rata rata jarak yang diharapkan antara lokasi satu dengan lokasi sekitarnya yang
mengelilinginya berjarak ±526, hal ini menandakan bahwa kejadian pencurian
kendaraan bermotor masih sering terjadi di lingkungan yang sama mulai dari kesamaan
wilayah RT, masih berada di satu komplek tetapi beda blok, maupun masih berada di
jalan yang sama.

9
4. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan di atas, Titik persebaran lokasi kejadian pencurian


kendaraan bermotor di Kota Depok tahun 2018 di dominasi terdapat di sepanjang Jalan
raya besar seperti Jalan Margonda Raya, Jalan Raya Bogor, Jalan Raya Citayam, Jalan
Raya H.Juanda. yang meliputi Kecamatan-Kecamatan yang di lewatinya Untuk tren
kejadian pencurian kendaraan bermotor per bulannya dalam jangka tahun 2018
mengalami kenaikan dan juga penurunan atau fluktuatif tetapi lebih banyak mengalami
penurunan. Dengan analisis spasial yang dilakukan menggunakan metode Average
Nearest Neighbor dapat diketahui rasio ketertanggaan terdekat sebesar 0,800227 dan
skor-z -4,617891 serta nilai-p 0,000004. Jarak rata rata yang diamati dari titik satu ke
titik satu lagi berjarak 420,9534 meter dan jarak rata rata yang diharapkan yaitu jarak
antar satu titik dengan titik titik lain di sekitarnya berjarak 526,0424 meter. Dengan
hasil tersebut dapat diketahui bahwa Pola Spasial kasus kejadian pencurian kendaraan
bermotor di Kota Depok Tahun 2018 adalah Clustered atau mengelompok.

Diharapkan untuk pihak yang berwenang dengan penindakan permasalahan ini,


khususnya kepolisian di Kota Depok agar lebih mempersempit ruang gerak pelaku
pencurian kendaraan bermotor dengan menjaga akses akses yang menjadi peluang
kaburnya pelaku dengan membawa hasil curiannya melewati perbatasan Kota Depok
yang melalui Jalan besar penghubung antar Kota maupun jalan lokal lainnya yang
menghubungkan permukiman dengan jalan raya. Diperlukan juga kesadaran para
pemilik kendaraan bermotor untuk waspada dalam menjaga kendaraan bermotornya
agar tidak lengah dalam menaruh kendaraannya dan sebaiknya kendaraan disimpan di
dalam rumah dan dikunci ganda serta menambah alat pengamanan lainnya. Dikarenakan
pola spasial curanmor yang mengelompok, maka unsur keamanan lingkungan harus
diperkuat dan memberlakukan satu akses keluar masuk yang dijaga di setiap
pemukiman terutama pada malam hari untuk mempermudah pengawasan agar
mempersempit peluang tindak kriminal khususnya pencurian kendaraan bermotor di
Kota Depok.

5. UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan terselesaikannya penelitian ini, maka peneliti mengucapkan terimakasih sebesar
besarnya kepada Dekan FKIP UHAMKA, Kaprodi Pendidikan Geografi FKIP
UHAMKA, Seluruh dosen Pendidikan Geografi khususnya kepada dosen pembimbing,
dan tak lupa kepada Kapolresta Depok dan Disdukcapil Kota Depok serta seluruh unsur
yang telah membantu dalam proses penelitian ini sehingga berjalan dengan baik.

6. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Kriminalitas 2018. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Indonesia 2018. Jakarta.
Briggs. (2007). Spatial Statistic. Spring .UT Dallas GISC,6328.
Gwinn, S. (2011). Crime Pattern Definitions For Tactical Analysis (White Paper 2011-
01).. Overland Park, USA: International Association of Crime Analysts IACA
Hamzah, Andi. (2011). KUHP dan KUHAP edisi revisi .Jakarta: Rineka Cipta.
Haryanto, F.N. (2016). Sistem Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Hasil Curanmor Sebagai Mata Pencaharian Dihubungkan Dengan
KUHP. Universitas Pasundan. Diunduh tanggal 20 juni 2019,dari
http://repository.unpas.ac.id/13319/2/20pdf.pdf
Nazir, Moh. (2011). Metode Penelitian. Bogor : Ghlia Indonesia
Prihandito, Aryono. (1989). Kartografi. Yogyakarta: Gama Widya.
Soekanto, Soerjono. (1988). Kamus Kriminologi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai