Anda di halaman 1dari 5

Naufal Azif Rakhman

Teknik Perkapalan

Introduction to RC UAV

Wahana terbang seperti drone pada saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-
hari. Bisa dilihat saat ini banyak pekerjaan yang sudah mulai menggunakan teknologi drone
mulai dari bidang videography sampai dengan jasa antar makanan. Seiring berjalannya
waktu, banyak bermunculan ajang kompetisi di bidang riset UAV. Hal ini memiliki tujuan
untuk mengembangkan teknologi UAV agar semakin bermanfaat kedepannya. Ada
beberapa tipe dari drone yang dibedakan dari fisiknya. Tipe yang pertama adalah drone
multirotor yang dibedakan berdasarkan jumlah motor penggeraknya, yang mana pada
umumnya drone ini memiliki motor berjumlah 3(Tricopter), 4(Quadcopter), 6(Hexacopter),
8(Oxtacopter), dan lain-lain. Keunggulan dari drone ini adalah dapat take off dan landing
secara vertical, sehingga tidak membutuhkan lahan yang luas. Drone tipe ini juga dapat
mengangkut barang yang lebih banyak dan berat dari tipe yang lain karena jumlah motor
yang lebih banyak. Namun, ada beberapa kelemahan dari drone tipe multirotor seperti daya
yang lebih cepat habis, jangkauan yang tidak terlalu jauh, dan kecepatan yang tidak setinggi
drone tipe yang lain. Baling-baling dapat kehilangan efisiensi pada kecepatan tinggi, karena
efek yang dikenal sebagai tarikan gelombang yang terjadi tepat di bawah kecepatan
supersonik. Efek ini dapat terjadi ketika baling-baling berputar cukup cepat sehingga ujung
baling-baling mendekati kecepatan suara. Baling-baling pada drone multicopter berputar
saling berlawanan arah untuk membuat body dari drone tidak berputar. Jika semua baling-
baling drone berputar searah, maka body drone akan berputar berlawanan arah dengan
baling-baling drone. Hal ini dapat terjadi karena penerapan hukum III Newton pada stator
dan rotor drone. Jika rotor menerima gaya dari stator, maka stator juga menerima gaya yang
nilainya sama dengan rotor tapi berlawanan arah. Drone dapat bergerak dalam 3 sumbu,
yaitu roll, yaw, dan pitch. Berbeda dengan system pada helicopter yang rotornya bisa
digerakkan secara vertical untuk menciptakan perbedaan angle of attack dari masing-
masing blade sehingga mampu menciptakan gerakan yaw, pitch, roll, maju, dan mundur.
Dalam sisitem drone anda hanya perlu mengatur kecepatan pada setiap baling-baling.
Selanjutnya, ada drone tipe fixed wing yang dibedakan berdasarkan cara take-off dan
landing, yaitu drone fixed wing standard dan drone Vertical Take-Off and Landing
(VTOL). Drone fix wings harus menggunakan alat bantu ketika take off dan dapat
menggunakan pelontar (catapulp) maupun dilempar secara manual dengan tangan. Jenis
VTOL seperti namanya, ketika take off dan landing berposisikan tegak lurus, sedangkan
pada saat terbang mirip dengan fixed wing biasa. VTOL memiliki keunggulan karena
merupakan gabungan antara srone multirotor dan fixed wing. Bisa dikatakan bahwa jenis
drone ini memiliki keunggulan seperti durasi terbang yang lebih lama karena motor yang
digunakan tidak sebanyak drone multirotor, tidak membutuhkan landasan yang luas, dan
aman saat take-off maupun landing. Proses pembuatan UAV dimulai dengan tahap design
yang biasanya menggunakan software CAD. Ketika mendesign body kita harus
mempertimbangkan letak dari komponen elektrik yang akan dipasang nantinya pada body
UAV agar distribusi berat dapat merata sehingga UAV terbang dengan keseimbangan yang
baik. Lalu, setelah melalui tahap design kita masuk pada tahap pengujian awal yang
memanfaatkan software CAE, biasanya menggunakan Ansya fluent untuk melakukan
simulasi aliran fluida dimana kita bisa mendapatkan perhitungan dan gambaran dari cd,
fortex, aliran laminar maupun turbulent, persebaran tekanan, dan lainnya. Setelah melewati
tahap simulasi, body UAV bisa mulai dibuat dengan beberapa cara tergantung material
yang digunakan, seperti:

 Carbon fiber yang memiliki keunggulan tahan banting, tidak mudah patah, kuat,
dan ringan. Pada tahap pembuatanya bisa memakai beberapa metode seperti hand
lay up dan vacum infus. Hand lay up merupakan metode laminasi serat secara
manual serta tidak memerlukan peralatan yang banyak dan canggih karena metode
ini digunakan untuk membuat body carbon fiber dengan bentuk sederhana,
Keunggulan Hand lay up: Peralatan sedikit dan harga murah, kemudahan dalam
bentuk dan desain produk, variasi ketebalan dan komposisi serat dapat diatur
dengan mudah. Kelemahan Hand lay up: ketebalan yang tidak konsisten, distribusi
resin yang tidak merata, dan lebih boros dalam penggunaan resin. Selanjutnya ada
metode vacuum infus yang memiliki keunggulan antara lain hasil lebih rapih, proses
lebih cepat, penggunaan resin lebih sedikit. Sedangkan kelemahan vacum infus
mahal dan memerlukan keahlian khusus. Ada beberapa hal yang perlu anda lakukan
ketika menggunakan metode ini, seperti penyemprotan wax yang berguna agar resin
ketika mengeras tidak melekat pada cetakan. Lalu, setelah menyemprot wax baru
kita semprot resin secara merata, setelah itu letakan lembaran carbon fiber pada
cetakan lalu semprot resin kembali ( ulangi tahap pemberian resin dan lembar
karbon fiber sesuai kebutuhan ). Jangan lupa beri lembaran kain plain khusus pada
kedua sisi yang berguna untuk mendistribusikan tekanan pada seluruh permukaan
carbon fiber sehingga tidak ada gelembung maupun kerutan setelah resin mengeras.
Kemudian beri lapisan plastic agar body dapat divacum, dan yang terakhir
perhatikan peletakan lubang vacum agar resin yang tersedot bisa maksimal.
Biasanya jenis resin yang digunakan untuk UAV resin epoxy anti UV yang dikenal
memiliki kelenturan yang tinggi tetapi lebih sulit untuk mengeras.
 3D Printing (filament) yang memiliki keunggulan karena dapat mencetak
komponen kecil dan rumit sehingga designer bisa lebih berkreasi sesuai dengan apa
yang mereka inginkan.
 Kayu Balsa, dimana proses pengerjaannya dimulai dengan pemotongan
menggunakan laser cut sesuai dengan design yang dibuat lalu setiap bagian
disatukan dengan perekat lem. Setelah itu untuk mengurangi drag dan memperhalus
permukaan, sambungan-sambungan dilapisi dengan dempul dan setelah dempul
kering kemudian body diberi lapisan resin.
 Sterofoam yang dibentuk sesuai dengan design.
 Aluminium ringan, material ini biasanya digunakan untuk UAV yang difungsikan
sebagai pembawa muatan sehingga membutuhkan kerangka yang kuat, seperti yang
kita tahu kalau bahan ductile memiliki keadaan elastic ketika menerima gaya
dengan besaran tertentu, jadi deformasi pada aluminium yang disebabkan oleh
beban akan kembali kekeadaan normal. Sehingga aluminium menjadi material yang
cocok untuk dijadikan kerangka drone muatan.
Setelah body uav dibuat dan dirapikan kemudian sampai pada tahap pemasangan
komponen elektronik dan baling-baling, selanjutnya UAV bisa diuji langsung untuk
menemukan kesalahan pada design maupun pada komponen elektronik, pastikan pada
bagian artikulasi seperti fin dan ruder pada UAV fix wing bisa berfungsi dengan baik.
Dalam mendesign UAV tidak boleh sembarangan karena harus memperhitungkan berbagai
macam pertimbangan seperti Coeficient Drag, lift force yang dihasilkan dari bernoulli efect
atau hukum III Newton. Kemungkinan munculnya aliran turbulent atau pusaran vortex,
angle of attack yang apabila tidak dihitung dengan matang akan menimbulkan kerugian
dimana gaya lift yang dihasilkan sayap atau blade pada UAV menimbulkan drag. Jadi, jika
angle of attack terlalu kecil maka gaya dorong/lift akan kecil sehingga hanya menimbulkan
kerugian dari sisi aerodinamis dan apabila angle of attack terlalu besar maka drag yang
dihasilkan tidak sebanding dengan lift/gaya dorong yang mengikutinya atau bisa dikatakan
tidak worth it karena drag yang dihasilkan sangat besar tetapi nilai lift force yang dihasilkan
sangat kecil. Angle of attack yang terlalu besar juga dapat menghasilkan nilai adverse
pressure gradient yang tinggi dan bisa membuat efek coanda kehilangan power yang dapat
menyebabkan separated flow, dan lainnya. Kemudian semuanya akan berkaitan ketika
UAV dioprasikan nantinya. Bukan hanya body dari UAV yang harus di design dengan
perhitungan, tetapi baling baling juga harus dibuat dengan perhitungan matang, ada
beberapa wahana yang bladenya dibuat seolah-olah ditwist atau diputar yang berfungsi agar
distribusi gaya dorong pada saat blade berputar bisa merata sehingga mengoptimalkan
kinerja baling-baling. Seperti yang kita tahu jika baling-baling menerapkan turning efect
dimana bagian ujung blade akan lebih cepat putaranya dibandingkan dengan bagian blade
yang dekat dengan rotor sehingga gaya dorong yang dihasilkan ujung blade akan lebih
besar dan menyebabkan gaya sentrifugal dimana udara yang ada disekitar blade akan
terkonsentrasi pada ujung blade. Tetapi, dengan mentwist bilah baling-baling maka akan
membuat distribusi udara pada blade lebih merata sehingga menyebabkan gaya dorong
yang merata pula. Mentwist blade juga dapat mengurangi keausan pada blade itu sendiri.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memilih baling-baling, seperti: jumlah
blade pada tiap baling-baling, panjang blade, lebar masing-masing blade, dan berat dari
blade.

Anda mungkin juga menyukai