Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 REMAJA PUTRI


A. pengertian
Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti
tumbuh kearah kematangan. Kematangan terjadinya diantaranya yaitu kematangan fisik,
social dan psikologis. Masa transisi pada saat remaja ditandai dengan terjadinya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Dan juga terjadinya pematangan organ repsoduksi, hal
ini disebut masa pubertas. Masa remaja dapat juga di sebut periode peralihan dan masa
anak-anak kemasa dewasa (Widyastuti, 2009).
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa.Peralihan yang terjadi
diantaranya peralihan faktor psikis dan faktor fisik. Dan dapat terjadi perubahan-
perubahan primer lainnya dalam pertumbuhan remaja (Mulyatiningsih, 2004).
Masa remaja atau pubertas berada pada usia antara 10-19 tahun dan terjadinya
peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Marmi, 2013). Begitu pula menurut
WHO, remaja diartikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.
Batasan usia remaja yaitu antara 12-24 tahun (Efendi,2009).

B. perkembangan remaja putri


1. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan
yang menyertai perubahan- perubahan itu.Mereka mengembangkan pikiran-pikiran
baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan
dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang
berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
2. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-
kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan
“narastic”, yaitu mencintai dirisendiri, dengan menyukai teman-teman yang
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya.
Remaja pria harus membebaskan diridari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu
sendiri pada masa kanak- kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan
dari lawan jenis.
3. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal dibawah ini:
a. Minat terhadap fungsi intelek
b. Ego bersama dengan orang-orang lain dalam pengalaman baru
c. Terbentuk identitas sexual yang tidak akan berubah lagi
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan dirinya sendiri (self-private) dengan
masyarakat umum (the public)

C. ciri perkembangan remaja putri


Ciri-ciri perkembangan remaja putri menurut Hurlock (2001), antara lain :
1. Perubahan tubuh pada masa puber
a. Perubahan ukuran tubuh
Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubauan ukuran tubuh dalam
tinggi dan berat badan. Di antara anak-anak perempuan, rata-rata peningkatan per
tahun dalam tahun sebelum haid adalah 3 inci, tetapi peningkatan itu bisa juga
terjadi dari 5 sampai 6 inci. Dua tahun sebelum haid peningkatan rata-rata adalah
2,5 inci. Jadi peningkatan keseluruhan selama dua tahun sebelum haid adalah 5,5
inci. Setelah haid, tingkat pertumbuhan menurun sampai kira-kira 1 inci setahun
dan berhenti sekitar delapan belas tahun.
b. Perubahan proporsi tubuh
Perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh. Daerah tubuh
tertentu yang tadinya terlampau kecil menjadi terlampau besar karena kematangan
tercapai lebih cepat pada derah tubuh tertentu disbanding yang lain. Badan yang
kurus dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu, dan ukuran
pinggang tampak tinggi karena kaki menjadi lebih panjang dari badan.
c. Ciri seks primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun dalam
tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak usia sebelah atau dua belas
tahun berkisar 5,3 gram; pada usia enam belas tahun rata-rata beratnya 43 gram.
Tuba faloppi, sel telur,dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini.Petunjuk
pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah
datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir,
dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira
setiap dua puluh delapan hari sampai mencapai menopause. Periode haid
umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak teratur dan lamanya
berbeda- beda pada tahun-tahun pertama.
d. Ciri seks sekunder
 Pinggul
Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya
tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.
 Payudara
Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara juga berkembang.
Puting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar
susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
 Rambut
Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.
Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua
rambut kecuali rambut wajah mulai lurus dan terang warnanya, kemudian
menjadi lebih subur, lebir kasar, lebih gelap dan agak keriting.
 Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori
bertambah besar.
 Kelenjar
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan
kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak
mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama
masa haid.
 Otot
Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan
menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu,
lengan dan tungkai kaki.
 Suara
Suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara serak dan suara
yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.

D. Kebutuhan zat besi pada remaja putri


Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia
dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami
menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan
asupan zat besi yang lebih banyak. Selain itu, remaja. Remaja putri biasanya sangat
memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan dan
banyak pantangan terhadap makanan. Bila asupan makanan kurang maka cadangan besi
banyak yang dibongkar. Keadaan seperti ini dapat mempercepat terjadinya anemia (Agus,
2004).
Pada masa remaja dibutuhkan zat gizi termasuk zat besi yang cukup untuk
mengimbangi peningkatan kebutuhan zat gizi di akibatkan oleh growth spurt. Kebutuhan
zat gizi besi pada remaja yang dianjurkan oleh AKG 2013 yaitu 19-26 mg/hari yaitu
sebesar 6,9 dan 9,18 mg/hari. Zat besi berpengaruh pada kadar Hb remaja putri yang
sedang dalam pertumbuhan, karena peningkatan kebutuhan zat besi pada remaja putri
diakibatkan oleh menstruasi (Badriah, 2011).
Kebutuhan zat besi pada remaja putri dipengaruhi oleh :
 Pertumbuhan fisik
Pada usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung lambat bahkan akan
berhenti menjelang usia 18 tahun, tidak berarti faktor gizi pada usia ini
tidak memerlukan perhatian lagi. Selain itu keterlambatan tumbuh
kembang tubuh pada usia sebelumnya akan dikejar pada usia ini. Ini berarti
pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar tumbuh kembang tubuh
berlangsung dengan sempurna. Taraf gizi seseorang,dimana makin tinggi
kebutuhan akan zat besi, misalnya pada masa pertumbuhan, kehamilan dan
penderita anemia (Moeji, 2003).
 Aktivitas fisik
Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas tubuh meningkat
sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat (Moeji,2003).

2.2 Tablet Tambah Darah


A. Pengertian
Tablet Tambah Darah (TTD) adalah suplemen makanan yang mengandung zat besi dan
folat. Zat besi adalah mineral yang banyak terkandung di alam makanan secara alami, atau
ditambahkan ke dalam beberapa produk makan. Zat besi berperan penting dalam
pembuatan sel darah merah yang mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain
itu, juga diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi normal sel
(Zahra,2018).
Wanita dan Remaja Putri perlu minum Tablet Tambah Darah karena wanita
mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang.
Wanita mengalami hamil, menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi yang
perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu
mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia, meningkatkan kemampuan
belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus.
Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja putri dan wanita
TTD diberikan kepada wanita usia subur dan ibu hamil. Bagi wanita usia subur
diberikan sebanyak satu kali seminggu dan satu kali sehari. selama haid dan untuk ibu
hamil diberikan setiap hari selama masa kehamilannya atau minimal 90 tablet (Permenkes,
2014).

B. Spesifikasi kandungan TTD (Kemenkes RI, 2016)


1. Kandungan TTD
Setiap TTD mengandung zat besi (Ferrous fumarate atau Ferro Gluconat setara
dengan
60 mg besi elemental), asam folat (0,400 mg).
2. Spesifikasi umum
a. Salut gula atau film dengan bahan penambah rasa vanila untuk menutupi rasa bau
atau kurang enak dari TTD.
b. TTD perlu menunjukkan tanggal produksi dan tanggal kadaluarsanya.
c. Bentuknya bulat atau lonjong

3. Sertifikasi
Kandungan TTD merupakan produk farmasi dan harus diproduksi sesuai dengan
standar GMP (Good Manufacturing Pracites) untuk produk farmasi oleh BPOM atau
pihak berwenang tingkat internasional yang dikenal.
4. Registrasi produk
Produk harus teregistrasi di BPOM.
5. Spesifikasi kemasan dan label
Tablet berwarna merah dan dikemas dalam kemasan aluminium untuk produk farmasi
dalam bentuk strip, dengan 10 tablet dalam setiap strip.

D. Efek samping
1. Nyeri/ perih di ulu hati.
2. Mual dan muntah.
3. Tinja berwarna hitam.
Gejala di atas tidak berbahaya, untuk mengurangi gejala di atas sebaiknya minum TTD
setelah makan (perut tidak kosong) atau malam sebelum tidur. Bagi remaja yang
mempunyai gangguan lambung dianjurkan konsultasi kepada dokter.

2.3 Program Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri


Rekomendasi WHO pada World Health Assembly (WHA) ke-65 yang menyepakati
rencana aksi dan target global untuk gizi ibu, bayi, dan anak, dengan komitmen
mengurangi separuh (50%) prevalensi anemia pada WUS pada tahun 2025.
Menindaklanjuti rekomendasi tersebut maka pemerintah Indonesia melakukan
intensifikasi pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri dan WUS dengan
memprioritaskan pemberian TTD melalui institusi sekolah (Kemenkes, 2016).
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2015-2019 menargetkan
cakupan pemberian TTD pada remaja putri secara bertahap dari 10% (2015) hingga
mencapai 30% (2019). Diharapkan sektor terkait di tingkat pusat dan daerah mengadakan
TTD secara mandiri sehingga intervensi efektif dengan cakupan dapat dicapai hingga 90%
(Kemenkes, 2016).

A. Pengertian
Program TTD merupakan program dari pemerintah baik diadakan untuk APND maupun
APBN dan didistribusikan kepada kelompok sasaran melalui fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah (Kemenkes, 2016).

B. Tujuan Program
Program TTD pada remaja putri bertujuan meningkatkan status gizi remaja putri untuk
memutus mata rantai terjadinya stunting, menurunkan kasus anemia, dan meningkatkan
cadangan zat besi dalam tubuh sebagai bekal mempersiapkan generasi yang sehat
berkualitas dan produktif (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Secara
khusus tujuan program tablet tambah darah pada remaja putri, yaitu:
1. Meningkatkan cakupan pemberian TTD pada remaja putri dan Wanita Usia Subur
(WUS).
2. Meningkatkan kepatuhan mengonsumsi TTD pada remaja putri dan WUS.
3. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga kesehatan dalam
penanggulangan anemia pada remaja putri dan WUS.
4. Meningkatkan manajemen suplementasi TTD pada remaja putri dan WUS.
5. Meningkatkan kinerja tenaga ksehatan dalam pemberian TTD pada remaja putri dan
WUS.
6. Meningkatkan komitmen pengambilan kebijakan dari tingkat pusat sampai daerah
kabupaten dan kota.
7. Meningkatkan komitmen dan peran serta lintas program dan kintas sektor, organisasi
profesi, swasta, LSM, dan masyarakat (TP UKS, GP2SP/ Perusahaan, dan KUA/
tempat ibadah lainnya).

C. Sasaran program
Sasaran program ini berdasarkan Buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan
Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS) Tahun 2016 yaitu (1)
Pengelola program, terdiri dari Tenaga kesehatan, Kepala sekolah dan guru UKS serta
Pengelola klinik kesehatan di tempat kerja; (2) Penerima program, terdiri dari Remaja
Putri dan WUS, Orang tua dan masyarakat.

D. Pelaksanaan program
Surat Edaran Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian Tablet tambah Darah
Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur menjelaskan program ini awalnya dilakukan
dengan memberikan tablet tambah darah bagi remaja putri dengan aturan pemberian tablet
1x per minggu dan 1 tablet perhari selama masa menstruasi 10 hari. Jadi dalam satu bulan
setiap remaja putri mengkonsumsi tablet tambah darah sebanyak 13 butir yang dilakukan
selama minimal 3 bulan. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswi SMA
di Tasikmalaya menunjukkan bahwa pemberian TTD 1x seminggu dibandingkan dengan
pemberian TTD 1x seminggu ditambah setiap hari selama 10 hari saat menstruasi, dapat
meningkatkan kadar Hb tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok
tersebut.

C. Cara pemberian
Program TTD diberikan kepada rematri usia 12-18 tahun di sekolah dengan 1 tablet setiap
minggu sepanjang tahun. Pemberian TTD pada rematri di sekolah dilakukan dengan
menentukan hari minum TTD bersama setiap minggunya sesuai kesepakatan setiap
sekolah. Saat libur sekolah TTD diberikan sebelum libur. TTD tidak diberikan pada
rematri yang menderita penyakit thalasemia, hemosiderosis, atau atas indikasi dokter
lainnya (Kemenkes, 2016).

D. Pelaksanaan
1. Cara pemberian TTD dengan dosis satu tablet per minggu sepanjang tahun
2. Pemberian TTD dilakukan untuk remaja putri usia 12-18 tahun
3. Pemberian TTD pada remaja putri melalui UKS/M di institusi pendidikan (SMP
dan SMA atau yang sederajat) dengan menentukan hari minum TTD bersama
setiap minggunya sesuai kesepakatan di wilayah masing-masing.
4. Pemberian TTD pada WUS di tempat kerja menggunakan TTD yang disediakan
oleh institusi tempat kerja atau secara mandiri.
Dalam pelaksanaan tatalaksana pemberian TTD (Tablet Tambah Darah) terdapat 3 hal
penting yang harus diperhatikan yaitu sasaran penerima, tempat dan petugas yang
memberikan, pengadaan dan pendistribusian.

E. Penyimpanan dan pendistribusian


1. Penyimpanan
Sesuai dengan standar penyimpanan obat, yaitu di tempat yang sejuk dan tidak
boleh terkena sinar matahari langsung dan dalam kemasan tertutup rapat.
2. Pendistribusian
 TTD Program
Ditjen Kefarmasian dan Alkes mendistribusikan TTD sesuai dengan usulan
kebutuhan ke Instalasi Farmasi Provinsi. Instalasi Farmasi , IFK
mendistribusikan ke gudang farmasi puskesmas, dan selanjutnya
puskesmas mendistribusikan TTD ke sekolah melalui pengelola program
gizi. Perhitungan kebutuhan di sekolah didasarkan pada data riil yang
berasal dari Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) terbaru dari SMP dan
SMA atau yang sederajat.
 TTD Mandiri
Remaja putri dan WUS dapat memperoleh TTD secara mandiri melalui
UKBM, klinik perusahaan, apotek/ toko obat, dan kelompok lainnya.

F. Persiapan
Orientasi petugas kesehatan tentang manajemen pemberian TTD dan spesifikasi TTD.

G. Pencatatan
Sistem pencatatan dan pelaporan pendistribusian Tablet Tambah Darah Remaja Putri telah
diatur dalam Buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri
dan Wanita Usia Subur (WUS) Tahun 2016 dengan mekanisme sebagai berikut :
Pencatatan dilakukan oleh tim pelaksana UKS di sekolah (guru UKS) sesuai dengan
tugas tambahan. Pemberian TTD dicatat pada Kartu Suplemtasi Gizi dan Buku Rapor
Kesehatanku.
H. Pelaporan
Pelaporan pemberian TTD dan kepatuhan konsumsi TTD direkapitulasi dan dilaporkan
oleh : (1) Sekolah, dimana data pemberian TTD dan kepatuhan konsumsi TTD
direkapitulasi oleh guru pembina UKS untuk dilaporkan ke Puskesmas, (2) Puskesmas,
selanjutnya petugas puskesmas merekap laporan dari sekolah dan melaporkan ke dinas
kesehatan Kabupaten dan kota; (3) Dinas Kesehatan Kab/Kota, dimana Laporan dari
Puskesmas direkap oleh pengelola program gizi dan dilaporkan ke dinas kesehatan
provinsi; (4) Dinas Kesehatan Provinsi, kemudian melakukan rekapitulasi dan analisis
semua laporan dinas kesehatan kota dan Kabupaten yang ada di wilayah kerjanya dan
hasilnya dilaporkan ke Kementerian Kesehatan; (6) Kementrian Kesehatan, selanjutnya
melakukan rekapitulasi dan analisis semua laporan dinas kesehatan provinsi.
Frekuensi pelaporan dari semua tingkatan dilakukan setiap 3 bulan sekali. Masing-
masing tingkatan administrasi yang menerima laporan berkewajiban menganalisis laporan
yang diterima dan menyampaikan umpan balik penerimaan laporan dan hasil analisisnya
dalam rangka penilaian dan pengembangan program serta untuk memacu kesinambungan
pelaporan. Masing-masing tingkatan administrasi juga berkewajiban untuk memberikan
umpan balik sebagai informasi hasil pelaksanaan pemberian TTD yang telah dilakukan
pada wilayah kerja.

I. indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan pada program pencegahan dan penanggulangan anemia pada
rematri dan WUS (Wanita Usia Subur) yaitu cakupan program anemia pada rematri dan
WUS, kepatuhan rematri dan WUS yang mengonsumsi TTD dan diharapakan terjadi
penurunan prevalensi anemia pada rematri dan WUS. Dampaknya akan menurunkan
prevalensi anemia pda rematri dan WUS.
1. Input
Kebijakan dan program nasional
 Komitmen kuat di semua tingkatatan
 Sumber daya (man, money, material) yang tersedia
2. Proses
 Advokasi dan sosialiasasi
 Jejaring yang efektif dan komunikasi optimal
 Pengelolaan program
 Penungkatan kegiatan kelompok sasaran
 Integrasi dan surveilans
 Penelitian dan pengembangan

3. Output
 Cakupan program anemia pada rematri dan WUS
 Kepatuhan mengonsumsi TTD pada rematri dan WUS

Anda mungkin juga menyukai