Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN NY A UMR 22 TAHUN DENGAN

PERAWATAN LUKA POST SC

DISUSUN :NADIA AULIA ISMI

NIM :P00324218024

TINGKAT/ :II/IV

DOSEN PEMBIMBING:AFNI YUNIZAR STR KEB

POLTEKKES KEMENKES ACEH

PRODI DIII KEBIDANAN KOTA LANGSA

1
LEMBAR PENGESAHAN

NADIA AULIA ISMI AFNI YUNIZAR STR KEB

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul [judul makalah] ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
laporan.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang [topik
makalah] bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Afni yunizar str keb selaku pembimbingyang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Langsa,26 April 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………I

KATA PENGANTAR……………………………………..………….III

DAFTAR ISI …………………………………………………………. IV

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 5

A. Latar Belakang ……………………..……………………………….. 5

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………6

C. Tujuan Penulisan …………………………..…………………….….. 6

BAB II PEMBAHASAN …………………………..……………….…. 7

A. Masa nifas…………………..………………………….……………. 9

B. Sectio saecar……………………………….………………………... 9

BAB III PENGKAJIAN

A.FORMAT…………………………………………………………..13

B.SOAP……………………………….…………………………........19

BAB III PENUTUP …………….…………………………………. ..21

A. Kesimpulan ……………………….……………………………….21

B. Saran ……………………………………………………………….21

DAFTAR PUSTAKA …………………………….…………………22

4
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kelahiran sang buah hati tentunya menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh setiap ibu
hamil, namun tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan normal. Hal tersebut harus
melihat kondisi ibu maupun janin benar-benar mampu untuk bersalin normal, apabila terindikasi
ataupun terancam jiwa baik ibu maupun bayi maka persalinan dengan tindakanpun harus
dilakukan demi menyelamatkan keduanya.
Peningkatan angka sectio caesarea terus terjadi di Indonesia. Meskipun dictum “Once a
Caesarean always a Caesarean” di Indonesia tidak dianut, tetapi sejak dua dekade terakhir ini
telah terjadi perubahan tren sectio caesareadi Indonesia. Dalam 20 tahun terakhir ini terjadi
kenaikan proporsi sectio caesarea dari 5% menjadi 20%. Menurut Depkes RI (2010) secara
umum jumlah persalinan sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20 – 25% dari
total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30 –
80% dari total persalinan. Peningkatan ini disebabkan oleh teknik dan fasilitas operasi bertambah
baik, operasi berlangsung lebih asepsis, teknik anestesi bertambah baik, kenyamanan pasca
operasi dan lama perawatan yang menjadi lebih singkat. Di samping itu morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal dapat diturunkan secara bermakna (Dewi, 2007).
Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka kesakitan dan
kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan
pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah 5,8 per 100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen dibandingkan dengan persalinan normal
hanya sekitar 9 per 1000 kejadian. WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi
sesar hanya sekitar 10-15 % dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya
didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun
bayi. (Andon, 2008).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau
42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara  berlahan akan mengalami perubahan seperti
sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian
ibu 60% terjadi pada masa nifas (Maritalia, 2012).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis
puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab
kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga
kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan
berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan
mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan
mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sulistyawati, 2009).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, rata-rata angka
kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Menurut Departemen
Kesehatan (Depkes) pada tahun 2010, penyebab langsung kematian ibu di Indonesia terkait

5
kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28%, eklampsi 24%, infeksi 11%, partus
lama 5% dan abortus 5%. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu di Indonesia adalah
usia yang terlalu muda, usia yang terlalu tua saat melahirkan, terlalu sering melahirkan dan
terlalu banyak anak yang dilahirkan atau yang sering disebut dengan istilah empat terlalu. Dalam
rangka menekan angka kelahiran yang menyangkut penyebab tidak langsung angka kematian
ibu, pemerintah menganjurkan pada wanita atau laki-laki dengan kriteria tertentu untuk
mengikuti program keluarga berencana dengan metode kontrasepsi mantab (SDKI, 2012).
Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas,
maupun persebarannya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi bagi tercapainya
keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi kependudukan yang ada pada
saat ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian dan penanganan secara seksama,
lebih sungguh-sungguh dan berkelanjutan (Handayani, 2010).
Indonesia merupakan negara dengan nomor urut ke empat dalam besarnya jumlah
penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik jumlah penduduk
Indonesia saat ini adalah 230 juta jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) saat ini yaitu
1,35% atau 3,2 juta jiwa per tahun. Bila tanpa pengendalian yang berarti maka jumlah penduduk
Indonesia akan bertambah menjadi 249 juta jiwa pada tahun 2010 dan 293,7 juta jiwa pada tahun
2015.

B.Tujuan
1.Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio
caesarea
2.Tujuan Khusus
a.Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif secara sistematis pada ibu post sectio
caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea
b.Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang pada ibu post sectio caesarea
atas indikasi riwayat sectio caesarea
c.Mahasiswa mampu menganalisa data pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio
caesarea
d.Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi
riwayat sectio caesarea

C.Manfaat
1.Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkat
an mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2.Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang
profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu post sectio
caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW)

6
3.Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan
kebidanan pada ibu post sectio caesarea
4.Bagi Pasien
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa nifas dengan sectio caesarea
atas indikasi riwayat sectio caesarea

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Masa Nifas
1.Pengertian
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).
2.Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a.    Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan
teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan
suhu.
b.    Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c.    Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB (Saleha, 2009).
3.      Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan kesejahtaraan
fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi
pada ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu, mendukung dan memperkuat
keyakinan ibu serta meyakinkan ibu mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga
dan budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan mendorong pelaksanaan metode
yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang
baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009).
4.      Perubahan fisiologis pada masa nifas
a.    Perubahan sistem reproduksi
Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhan disebut involusi. Disamping
involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan
timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh  lactogenic hormone  dari kelenjer
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mammae.
1)    Uterus
Tinggi fundus dan kontraksi uterus, akibat proses involusi TFU mengalami penurunan sampai
keadaan sebelum hamil. Kontraksi keras pada uterus berarti baik, dan sebaliknya.

8
Involusi uterus TFU
Hari ke-1 Setinggi pusat
Hari ke-2 1-2 jari dibawah pusat
Hari ke-3 Pertengahan simpisis
Hari ke-7 3 jari diatas simpisis
Hari ke-9 1 jari diatas simpisis
Hari ke-10 atau ke-
Tidak teraba dari luar
12
Sumber : Sarwono, 2007
2)    Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa
nifas.   Jenis – Jenis Lochea menurut Suherni (2009), yaitu :
1)    Lochea rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua,
vernix caseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.
2)    Lochea sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lender. Ini terjadi pada hari
ke – 3 – 7 pasca persalinan.
3)    Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke – 7 – 14
pasca persalinan.
4)    Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca persalinan.
5)    Lochea parulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6)    Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya.
3)    Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga
tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).
4)    Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak mengangah seperti corong,
segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara
korvus dan servik berbentuk semacam cincin (Sulistyawati, 2009).
b.    Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena
makanan padat dan kurang berserat selama persalinan. Disamping itu rasa takut buang air
besar, sehubungan dengan jahitan pada perinium, jangan sampai lepas dan jangan takut akan
rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan tiga sampai empat hari setelah persalinan
(Sulistyawati, 2009).
c.    Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada keadaan
sebelum persalinan, lamanya partus kala dua dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan
pada saat persalinan (Rahmawati, 2009).
d.    Perubahan sistem muskuloskeletal
9
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah melahirkan. Pembuluh-pembuluh darah
yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retropleksi karena ligamentum
rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah
melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor.
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).
e.    Perubahan tanda-tanda vital
1)    Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius. Sesudah partus dapat naik
kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat
celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.
Nila suhu lebih dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada pasien.
2)    Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat terjadi Bradikardia.
Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas. Mungkin ada pendarahan berlebihan atau
ada vitium kordis pada penderita pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan
dengan suhu tubuh.
3)    Pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
4)    Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009)

B.    Sectio Caesarea
1.    Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2006)
Bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan
pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi
atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada
komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal
(Dewi, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea adalah pengeluaran hasil konsepsi dengan
cara pembedahan yang menembus abdomen sampai ke uterus.
2.    Indikasi
Berdasarkan waktu dan pentingnya dilakukan sectio caesarea, maka  dikelompokkan 4
kategori (Edmonds,2007) :
a.    Kategori 1 atau emergency
Dilakukan sesegera mungkin untuk menyelamatkan ibu atau janin. Contohnya abrupsio
plasenta, atau penyakit parah janin lainnya.
b.    Kategori 2 atau urgent
Dilakukan segera karena adanya penyulit namun tidak terlalu mengancam jiwa ibu ataupun
janinnya. Contohnya distosia.
c.    Kategori 3 atau scheduled

10
Tidak terdapat penyulit.
d.    Kategori 4 atau elective
Dilakukan sesuai keinginan dan kesiapan tim operasi.
Menurut Impey dan Child (2008), mengelompokkan 2 kategori, yaitu emergency dan
elective Caesarean section. Disebut emergency apabila adanya abnormalitas pada power atau
tidak adekuatnya kontraksi uterus. Passenger bila malaposisi ataupun malapresentasi. Serta
Passage bila ukuran panggul sempit atau adanya kelainan anatomi.
a.    Indikasi Ibu
1)    Panggul Sempit Absolut
2)    Tumor yang dapat mengakibatkan Obstruksi
3)    Plasenta Previa
4)    Ruptura Uteri
5)    Disfungsi Uterus (Prawirohardjo, 2009)
6)    Solutio Plasenta
b.    Indikasi Janin
Kelainan Letak
1)    Letak Lintang
2)    Presentasi Bokong (Decherney,2007)
3)    Presentasi Ganda atau Majemuk (Prawirohardjo, 2009)
4)    Gawat Janin (Prawirohardjo, 2009).
5)    Ukuran Janin
c.    Indikasi Ibu dan Janin
1)    Gemelli atau Bayi Kembar
2)    Riwayat Sectio Caesarea
3)    Preeklampsia dan Eklampsia (Decherney,2007).
d.    Indikasi Sosial
3.    Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut Wiknjosastro (2002)
a.    Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam
masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
b.    Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterine ikut
terbuka atau karena atonia uteri.
c.    Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada dinding
uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya
4.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
a.    Penatalaksanaan secara medis
1)    Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat,
Ketorolak, Tramadol.
2)    Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.

11
3)    Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun pemberian
antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya
pemberiannya dianjurkan.
4)    Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
b.    Penatalaksanaan secara keperawatan
1)    Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 4
jam kemudian.
2)    Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3)    Mobilisasi
a)    Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan dibantu
paling sedikit 2 kali.
b)    Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
4)    Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah operasi
(Bobak, 2004)

12
BAB III
PENGKAJIAN KASUS
FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny. N
Umur : 21 tahun
Suku / kebangsaan : Aceh/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : guru bahasa Inggris
Alamat rumah : kp Jawa baru
Telp : 082272617123
Alamat kantor : SMA n 3 langsa

Nama suami : Tn. Z


Umur : 25 tahun
Suku / kebangsaan : Aceh/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : S1 pendidikan bahasa Inggris
Alamat rumah : kp Jawa baru
Telp : 0852-3443-4754
Alamat kantor :-

B. ANAMNESE (DATA SUBJEKTIF)


1. Alasan masuk : Ingin sc
2. Keluhan utama : ingin ganti perban sudah 3 hari
3. Riwayat persalinan

13
Tempat melahirkan : Rumah sakit ditolong oleh : dr spog
IBU
 Jenis persalinan : Normal Spontan belakang kepala : Ya
Lain-lain : Tidak Ada

 Komplikasi atau kelainan dalam persalinan


Partus lama : - Jam/menit

 Plasenta
Spontan : Ya
Dilahirkan dengan tanpa indikasi : Ya
Sisa plasenta : Lengkap
Ukuran : 18 cm Berat : 500 gr
Kelainan : Tidak Ada

 Tali pusat panjang : 50 cm


Kelainan : Tidak Ada

 Perineum
Utuh : Ya
Robekan tingkat : Tidak Ada
Episiotomy : Tidak Ada
Anestesi : Tidak Ada
Jahitan dengan : Tidak Ada

 Pendarahan
Kala I : -
Kala II : -
Kala III : -
Kala IV : -

14
 Tindakan lain : Tidak Ada
Infuse cairan : RL Tranfusi golongan darah : Tidak Ada

Catatan waktu
Kala I :- Jam Menit
Kala II :- Jam Menit
Dipimpin meneran :- Jam Menit
Kala III :- Jam Menit
Kala IV :- Jam Menit
Ketuban pecah :- Jam Menit
(spontan/amniotomi) spontan waktu PD

BAYI

 Lahir : Laki-laki pukul : 11.00 WIB


 BB : 3050 gr
 PB : 49 cm
 Nilai Apgar : 10
 Cacat bawaan : Tidak Ada
 Masa gestasi : 36 minggu
 Komplikasi
Kala I : Tidak Ada
Kala II : Tidak Ada
 Air ketuban
banyaknya : 500 ml
Keadaan : Jernih

4. Riwayat post partum


1. Keadaan umum : Baik
2. Keadaan emosional : Stabil

15
3. Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Respirasi : 20 x/menit
Denyut nadi : 88 x/menit
Suhu : 37 0C

4. Payudara
Pengeluaran : Ada
Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol

5. Uterus
Tinggi fundus uteri : 2 jari dibawah pusat
kontraksi uterus : Baik
konsistensi uterus : Keras
posisi uterus : Antefleksi

6. Pengeluaran lokea : Sanguinolenta


warna : merah kuning berisi darah dan lendir
Jumlah : 4 x ganti doek
Bau : Amis
Konsistensi : Kental

7. Perineum : Utuh

8. Kandung kemih : Kosong

9. Ekstremitas
Oedema : Ada, kaki kiri
Refleks : (+) Kanan-Kiri

16
Kemerahan : tidak ada
Tanda homan :-

C. UJI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium (* jika ada indikasi albumin ) :
*Keton : Tidak ada
Haemoglobin : 11 gr %
Golongan darah : O

II. ASSESSMENT
Diagnosa   : Ny. A berumur 22 tahun G1P0A0 postpartum 3 hari
Masalah : ingin ganti balutan pasca operasi
Kebutuhan : Perawatan luka pasca SC
Masalah Potensial :

III. PLANNING
1. Menjalin hubungan baik dengan ibu dan keluarga dengan ramah dan sopan
(Hubungan baik telah terjalin)
2. Memeriksa TTV ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan tdi dalam keadaan normal
(Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan)
3. Mengganti balutan pasca Operasi
 Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan
pasien.

 Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar

 Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan hanya pada
daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika perlu.

 Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa dipasang pada
sisi tempat tidur.

 Angkat plester atau pembalut.

17
 Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan hati-hati
kearah luka. Gunakan alkohol untuk melepaskan jika perlu.

 Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau
menggunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi
pasien.

 Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.

 Buka set steril

 Tempatkan pembungkus steril di samping luka

 Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai
mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain
gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang
drain.

 Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.

 Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset


dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset dijauhkan
dari daerah steril.

 Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas


dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah
daripada pegangannya.

 Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain:

 Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar

 Jika ada drain bersihkan sesudah insisi

 Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari tengah
luka kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.

 Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.

 Olesi zalf . Ratakan zalf (Bioplasenton) diatas luka dan gunakan alat steril.

 Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut

 Amankan balutan dengan plester atau pembalut

 Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.

4.Evaluasi ganti balutan setiap hari

18
SOAP

SUBJECTIFE Ny. A berumur 22 tahun G1P0A0 postpartum 3 hari mengeluh balutan sudah
basah

OBJECTIVE K/U:baik
TD:110/70 mmhg
N:80x/menit
R:20x/m

ASSESSMENT : Ny. A berumur 22 tahun G1P0A0 postpartum 3 hari Ingin ganti balutan

PLANNING
1.Menjalin hubungan baik dengan ibu dan keluarga dengan ramah dan sopan
(Hubungan baik telah terjalin)
2.Memeriksa TTV ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan tdi dalam keadaan normal
(Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan)
3.Mengganti balutan pasca Operasi
 Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan
pasien.

 Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar

 Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan hanya pada
daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika perlu.

 Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa dipasang pada
sisi tempat tidur.

 Angkat plester atau pembalut.

 Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan hati-hati
kearah luka. Gunakan alkohol untuk melepaskan jika perlu.

19
 Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau
menggunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi
pasien.

 Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.

 Buka set steril

 Tempatkan pembungkus steril di samping luka

 Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai
mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain
gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang
drain.

 Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.

 Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset


dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset dijauhkan
dari daerah steril.

 Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas


dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah
daripada pegangannya.

 Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain:

 Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar

 Jika ada drain bersihkan sesudah insisi

 Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari tengah
luka kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.

 Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.

 Olesi zalf . Ratakan zalf (Bioplasenton) diatas luka dan gunakan alat steril.

 Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut

 Amankan balutan dengan plester atau pembalut

 Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.

4.Evaluasi ganti balutan setiap hari

20
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan

Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut.atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam
rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan baik pada ibu maupun pada bayi. Seksio
sesaria adalah suatu tidakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan diatas 500gram , melalui
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.

B.Saran
1.Bagi Institusi
Diharapkandapat digunakan sebagai tambahan
informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dima
sa yang akan datang.
2.Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan
yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan khususnya pada
ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea
3.Bagi Mahasiswa
Diharapkanmahasiswadapat
menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan
kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio
4.Bagi Pasien
Diharapkan klien dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa nifas post
sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea

21
DAFTAR PUSTAKA
Andon, H., Tabloid Nakita, No.493/Th. X13 September 2008
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI)  2012. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
BKKBN.2006. Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional Materi Konseling. Jakarta
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas / Maternity Nursing (Edisi 4),
Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I. Anugerah. Jakarta: Egc
Depkes  RI.  2010. Survei  Kesehatan  Rumah  Tangga  Tahun  2010.  Jakarta: Departement
Kesehatan RI.
Dewi, Y. 2007. Operasi Caesar. Pengantar Dari A Sampai Z. Jakarta : Edsa Mahkota
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihanna.
Hartanto Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Edmonds, Dk. 2007. Dewhurst’s Textbook Of Obstetrics And Gynaecology, Seventh Edition.
Blackwell Publishing.
Impey, Child, 2008. Disorderof Early Pregnancy. In: Obstetric And Gynaecology. 3rd Edit Ion.Uk :
Wiley-Blackwell
Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Editor Sujono Riyadi.  Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Maryunani,Anik.2012.Biologi reproduksi dalam kebidanan.Jakarta:Trans Info Media
Noviawati,Dyah setia arum dan Sujiyatini. 2009.Panduan Lengkap Pelayanan KB
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP – SP.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Rahmawati,  Suherni, Widyasih, Hesty &, Anita. (2009).  Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta :
Fitramaya.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Jogjakarta : Fitramaya
Sulistyawati,Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.Jogjakarta: Andi
Offset Terkini. Mitra cendekia : Jogjakarta.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Editor Monica
Ester. Jakarta : Egc
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

22

Anda mungkin juga menyukai