Anda di halaman 1dari 15

SOSIALISASI HASIL PENELITIAN FREKUENSI PEMAKAIAN

MUKENA DENGAN JUMLAH ANGKA KUM AN PADA MUKENA DAN


PELATIHAN METODE PERAWATAN MUKENA DI MASJID RUMAH
SAKIT SE KOTA PURWOKERTO

A. PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal perlu diperhatikan juga sanitasi tempat-tempat umum. Sanitasi
tempat-tempat umum merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup
mendesak. Hal ini dikarenakan tempat umum merupakan tempat bertemunya
segala macam mayarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh
masyarakat tersebut. Dengan demikian maka sanitasi tempat-tempat umum
harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dalam arti melindungi, memelihara
dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. (HJ.Mukono, 2000, h. 106).
Masjid merupakan salah satu tempat umum, sebagai tempat
berkumpulnya masyarakat khususnya yang beragama Islam untuk melakukan
ibadah dan atau kegiatan kemasyarakatan lainnya. Sebagai tempat umum di
dalam masjid terdapat beberapa fasilitas yang dibutuhkan oleh para
pengunjung untuk melakukan kegiatan peribadatan atau kegiatan lainnya
yang dilakukan di masjid.
Keberadaan masjid tersebar sampai pelosok desa dan dengan jumlah
yang cukup banyak. Menurut data dari Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Tengah, di Jawa Tengah pada tahun 1991 terdapat 26.670 buah Masjid
(Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Pedoman Usaha Kesehatan Masjid, t. th,
h. 10)
Mukena merupakan salah satu dari fasilitas yang disediakan di Masjid.
Sebagai fasilitas yang ada pada tempat umum, maka mukena dapat digunakan
secara bergantian oleh para pengunjung masjid. Pemakaian yang bergantian
dapat menjadikan penyebab terjadinya penularan penyakit. Penularan
penyakit dapat terjadi karena adanya kuman pada mukena.

1
Kuman dari manusia dapat mengkontaminasi mukena melalui muka,
tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya saat memakai mukena, atau juga
dapat melalui batuk, bersin atau berbicara. Kuman tersebut selanjutnya
menempel pada mukena dan dapat menularkan penyakit kepada pengguna
mukena lainnya. Para pengunjung yang memiliki penyakit kulit menular
seperti panu, kadas, kurap dan lainnya dengan pemakaian mukena secara
bergantian maka dapat meningkatkan resiko penularan penyakit kulit tersebut.
Lingkungan sekitar juga memiliki andil yang cukup besar terkait dengan
adanya kuman pada mukena. Kondisi lemari atau tempat penyimpanan
mukena yang kurang bersih, kondisi lantai, langit-langit dan dinding yang
kotor dan berdebu dapat mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah
kuman pada mukena. Kondisi suhu udara yang optimal bagi pertumbuhan
kuman (sekitar 30oC) dan tingkat kelembaban yang tinggi (>80%) dapat juga
mengakibatkan pertumbuhan kuman yang semakin cepat pada mukena.
Kuman merupakan organisme kecil seperti virus, bakteri, protozoa
dan jamur mikroskopik jahat yang dapat menyebabkan suatu penyakit atau
gangguan kesehatan bagi tubuh inangnya (manusia, hewan, dan sebagainya).
Walaupun kecil, kuman dapat menduplikasikan atau menggandakan diri
dalam waktu kurang lebih 20 menit. Kemampuan kuman yang mampu
menduplikasikan diri membuat jumlah kuman dapat meningkat dalam waktu
yang relatif singkat.
Pada penelitian Agus Subagiyo (2011), peneliti mengambil tempat
penelitian di Masjid At Taqwa Kebondalem Purwokerto. Mukena yang ada
secara fisik terlihat kotor serta terdapat bercak kuning kecokelatan ataupun
bintik-bintik hitam pada bagian-bagian tertentu dari mukena yang ada.
Kondisi demikian dapat mengindikasikan bahwa pada mukena tersebut sudah
dipakai berkali-kali dan sangat memungkinkan jumlah kumannya cukup
tinggi. Kuman pada mukena dapat berasal dari manusia (pengunjung masjid
yang menggunakan mukena) ataupun lingkungan di sekitar masjid.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara jumlah

2
kuman dengan frekuensi pemakaian dengan r positif artinya semakin banyak
frekuensi pemakaian mukena semakin tinggi jumlah kuman pada mukena.
Masjid ataupun mushola rumah sakit merupakan salah satu sarana
ibadah umat muslim yang memiliki karakteristik mirip dengan masjid At
Taqwa, yaitu penggunaan mukena dengan frekuensi yang tinggi, peluang
waktu pemakaian 24 dalam sehari dan digunakan oleh khalayak umum.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat
permasalahan yaitu: frekuensi pemakaian mukena di rumah sakit sangat
tinggi, sedangkan berdasarkan hasil penelitian Agus Subagiyo (2011),
semakin banyak frekuensi penggunaan mukena di tempat umum semakin
tinggi jumlah kuman pada mukena tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan di atas kegiatan pengabdian
masyarakat dilakukan di masjid – masjid rumah sakit besar di Kota
Purwokerto dengan bentuk sosialisasi hasil penelitian dan pelatihan metode
perawatan mukena.
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian - pengertian
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan
pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1986, h. 9).
Tempat - tempat umum adalah suatu tempat di mana orang banyak
berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara insidentil maupun
secara terus menerus (Suparlan, 1981, h. 3).
Sanitasi tempat – tempat umum adalah suatu usaha untuk
mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat – tempat umum
terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya
suatu penyakit (Suparlan, 1981, h. 4).
Menurut pemerintah propinsi daerah tingkat I Jawa Tengah (t. th, h.
10), Masjid adalah suatu tempat (termasuk fasilitasnya) yang digunakan
umat Islam melakukan ibadah dan kegiatan kemasyarakatan lainnya.

3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991, h. 670), mukena
adalah kain selubung berjahit (biasanya berwarna putih) untuk menutup
aurat wanita Islam pada waktu shalat.
Kuman adalah mikroorganisme yang bersifat pathogen dan non
pathogen yang pathogen dapat menimbulkan penyakit pada manusia,
sedangkan yang non pathogen tidak menimbulkan penyakit pada manusia
(Timolus, 1982, h. 105).
2. Kuman
Kuman ada di sekitar manusia, baik yang berada di tubuh manusia
maupun di luar tubuh manusia. Pada tubuh manusia misalnya, kuman
antara lain berada di kulit, mulut dan hidung. Sedangkan di luar tubuh
manusia, kuman ada di udara, di tanah dan di air.
Pada kulit terdapat kuman penetap yang tetap dan berbatas jelas,
yang di berbagai daerah anatomik dipengaruhi oleh sekresi, kebiasaan
berpakaian, atau letaknya yang dekat dengan selaput mukosa (mulut,
hidung, dan daerah perineum). Keringat yang berlebihan ataupun
mencuci dan mandi tidak dapat menghilangkan atau mengubah secara
bermakna kuman penetap normal. Jumlah kuman superfisial dapat
dikurangi dengan menggosok setiap hari memakai sabun yang
mengandung heksaklorofen, atau desinfektan lainnya, tetapi kuman
tersebut secara cepat diganti kembali dengan organisme dari kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat, meskipun kontak dengan daerah-daerah
kulit lain atau lingkungan sekitarnya telah ditiadakan. Pemakaian baju
yang menutupi kulit secara ketat cenderung mengakibatkan peningkatan
populasi total kuman dan dapat pula menimbulkan pergantian kuman
secara kualitatif. (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996, h. 189)
Kuman juga terdapat di mulut. Mulut merupakan lingkungan ideal
bagi pertumbuhan kuman karena adanya makanan yang terlarut secara
konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan. Hal ini menyebabkan
kuman pada mulut atau rongga mulut sangat beragam, banyak
bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu. Kuman pada

4
mulut diperoleh dari rongga mulut, yang pada hakekatnya merupakan
suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembab yang mengandung
berbagai substansi nutrisi. Air liur mengandung asam amino, protein,
lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa organik. Air liur merupakan
medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai
sumber nutrient bagi kuman pada berbagai tempat di mulut. Air liur itu
sendiri pada umumnya mengandung mikroba transien, yang artinya
singgah sebentar yang datang dari tempat-tempat lain rongga mulut,
terutama dari permukaan lidah bagian atas. (Lud Waluyo, 2007, h. 325)
Kuman dalam hidung. Kuman yang paling sering dan hampir selalu
dijumpai dalam hidung adalah difteroid, Staphylococcus epidermidis, dan
S. aureus. Di dalam hulu lubang hidung dapat juga dijumpai kuman
Branhamella catarrhalis (suatu kokus Gram negatif) dan Haemophilus
influenza (suatu bakteri batang Gram negatif). (Lud Waluyo, 2007, h.
325).
Kuman di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah
suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan
pembawa bahan partikulat, debu, dan tetesan cairan, yang kesemuanya
ini mungkin dimuati kuman. Jumlah dan tipe kuman yang mencemari
udara ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya
dari saluran pernapasan manusia disemprotkan melalui batuk dan bersin,
dan partikel-partikel debu dari permukaan bumi yang diedarkan oleh
aliran udara. (Michael J. Pelezar, 1988, h. 860).
Kuman dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua cara
yaitu penularan langsung (dari orang ke orang) dan penularan tidak
langsung. Penularan langsung adalah perpindahan pathogen atau agen
secara langsug dan segera dari penjamu/reservoir ke penjamu yang
rentan. Penularan langsung dapat terjadi melalui kontak fisik langsung
atau kontak langsung orang ke orang, seperti bersentuhan dengan tangan
yang terkontaminasi, sentuhan kulit dengan kulit, berciuman, atau
hubungan seksual. Penularan tidak langsung terjadi ketika agent

5
berpindah atau terbawa melalui beberapa item, organisme, benda, atau
proses perantara menuju penjamu yang rentan sehingga menimbulkan
penyakit. Penularan tidak langsung dilakukan melalui salah satu atau
beberapa cara penularan berikut: penularan airborne (melalui droplet
atau partikel debu), waterborne, vehicleborne, atau penularan
vectorborne. (Thomas C.T., 2005, h. 11).
Masing-masing kuman memiliki suhu optimum, minimum, dan
maksimum untuk pertumbuhannya. Hal ini disebabkan di bawah suhu
minimum dan di atas suhu maksimum, aktivitas enzim akan berhenti,
bahkan pada suhu yang terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim.
Berdasarkan hal tersebut kuman dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
Tabel 2.1
PENGELOMPOKAN KUMAN
Kelompok Suhu pertumbuhan (°C)
kuman Minimum Optimum Maksimum
Psikrofil 0–5 5 – 15 15 – 20
Mesofil 10 – 20 20 – 40 40 – 45
Termofil 25 – 45 45 – 60 60 – 80

3. Sanitasi Mukena
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sanitasi mukena antara lain :
a. Tempat penyimpanan mukena. Diupayakan tempat penyimpanan
kokoh, tertutup, selalu bersih dan bebas dari vektor dan binatang
pengganggu, diberi kamper dan mukena tertata rapi (Pemerintah
Propinsi DATI I Jawa Tengah, t.th, h. 19 – 21)
b. Jenis bahan (kain mukena) sangat menentukan perkembangan dari
kuman. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kain
mukena adalah kemampuan dalam menyerap air, kemampuan
menyerap panas dan kemudahan dalam pembersihannya. Semakin
Semakin mudah bahan menyerap air maka kemungkinan jumlah
kuman semakin banyak. Semakin mudah menyerap panas membuat
kuman tidak dapat tumbuh dengan baik, karena dengan penyerapan
panas yang mudah bahan menjadi kering dan kuman pada umumnya

6
tidak menyukai tempat tersebut. Semakin mudah bahan untuk
dibersihkan maka kemungkinan jumlah kuman semakin berkurang.
Karena mungkin kuman yang ada pada bahan tersebut mungkin
hilang ataupun mati pada saat pembersihan dilakukan (Evi
Setiyawati, 1996, h. 18-19).
c. Semakin tinggi frekuensi pemakaian mukena, semakin tinggi jumlah
kuman yang melekat pada mukena. frekuensi pemakaian mukena 0
kali adalah 71 koloni/cm2, frekuensi pemakaian mukena 5 kali adalah
238 koloni/cm2, frekuensi pemakaian mukena 10 kali adalah 400
koloni/cm2, frekuensi pemakaian mukena 20 kali adalah 1060
koloni/cm2, frekuensi pemakaian mukena 40 kali adalah 1855
koloni/cm2 (Subagiyo, 2011, h. 38).
d. Pemeliharaan mukena yang sudah dipakai. Diupayakan, mukena yang
sudah dipakai digantung menggunakan hanger dan ditempatkan di
tempat terbuka. Mukena tidak perlu dilipat ataupun dimasukkan ke
dalam almari agar mukena yang sudah dipakai menjadi kering di
bagian yang basah dan terhindar dari kondisi lembab yang merupakan
kondisi yang baik untuk perkembangbiakan kuman.
D. TUJUAN KEGIATAN
Kegiatan ini bertujuan melatih para takmir masjid rumah sakit untuk
melakukan perawatan mukena yang baik disesuaikan dengan hasil
penelitian Agus Subagiyo (2011) agar mukena tidak menjadi tempat
perkembangbiakan kuman.
E. MANFAAT KEGIATAN
Manfaat kegiatan ini bagi khalayak sasaran adalah
1. Takmir masjid rumah sakit mengetahui dan memahami kuman dan
karakteristiknya
2. Takmir masjid mampu merawat mukena dengan baik sehingga dapat
meminimalkan angka kuman pada mukena.

7
F. KHALAYAK SASARAN
Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah takmir masjid
rumah sakit di Kota Purwokerto.
G. METODE KEGIATAN
Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan melakukan sosialisasi hasil
penelitian dengan metode ceramah dan pelatihan metode perawatan mukena
dengan metode praktek.
Input dari kegiatan ini adalah takmir masjid rumah sakit di Kota
Purwokerto sebagai tenaga yang bertanggung jawab terhadap sanitasi
mukena. Proses kegiatan adalah ceramah dan pelatihan metode perawatan
mukena, dan outcome adalah tersedianya mukena dengan kondisi bersih dan
layak digunakan untuk sholat.
H. KETERKAITAN
1. Mahasiswa
Mahasiswa akan membantu kegiatan pengabmas dan ikut
berpartisipasi dalam pelatihan metode perawatan mukena di masjid rumah
sakit di Kota Purwokerto.
2. Takmir Masjid Rumah Sakit
Takmir masjid rumah sakit akan menjadi subjek pengabdian
masyarakat dengan mendapatkan sosialisasi tentang hasil penelitian
hubungan frekuensi pemakaian mukena dengan jumlah angka kuman pada
mukena dan nantinya melakukan praktek perawatan mukena yang baik.
Rumah sakit yang akan diikutkan sebagai peserta pengabdian
masyarakat adalah sebagai berikut :
a. RSUD. Dr. Margono Soekarjo
b. RSOP Orthopedi
c. RS Islam Purwokerto
d. RS Geriatri dan Pavilium Abiyasa
e. RS Ananda
f. RS Bunda
g. RSIA Bunda Arif

8
h. RS Wijaya Kusuma
i. RS Dadi Keluarga
j. RSKB Jatiwinangun
I. RANCANGAN EVALUASI
1. Evaluasi pengetahuan takmir masjid tentang perawatan mukena yang baik
diperoleh dengan melakukan pre-test dan post-test.
2. Evaluasi pelatihan dilakukan dengan mengamati secara langsung kondisi
fisik mukena dari warna, bau dan tingkat kelembaban serta mengevaluasi
konsistensi takmir masjid dalam pemeliharaan mukena dan tempat
penyimpanannya melalui pengisian checklist pemeliharaan mukena dan
tempat penyimpanannya.
J. JADWAL PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan pengabmas ini akan dilakukan pada semester Gasal
Tahun 2017 dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
1. Waktu Pelaksanaan
Bulan Alokasi
No Uraian Waktu
Sept Okt Nov Des
(Jam)
1. Rapat persiapan 2
2. Penyusunan Proposal/ Protokol 7
3. Identifikasi peserta pelatihan 6
4. Persiapan Alat, Bahan dan Materi 8
5. Rapat pelaksanaan 2
6. Pelaksanaan Pelatihan 2
7. Monitoring 30
8. Evaluasi kegiatan 2
9. Pembuatan laporan 8
Total Waktu 67

2. Tempat & Penanggung Jawab Kegiatan


No Kegiatan Tempat Koordinator
1 Rapat persiapan Kampus Tim
2 Penyusunan Proposal/ Protokol Kampus Tim
3 Identifikasi Peserta pelatihan Kampus Asri I, Panji dan
Mahasiswa
4 Persiapan Alat, Bahan dan Materi Kampus Widi H dan Mahasiswa
5 Rapat pelaksanaan Kampus Agus S

9
6 Pelatihan Kampus Agus S
7 Monitoring Masjid RS Tim dan mahasiswa
10 Rapat Evaluasi Kampus Widi H
11 Penyusunan Laporan Kampus Tim

K. RENCANA ANGGARAN BELANJA


Pengabmas ini dibiayai oleh DIPA poltekkes Semarang TA 2017 sebesar
Rp. 7.000.000,- (Tujuh Juta Rupiah) dengan rincian sebagai berikut :
No Uraian Nominal (Rp)
1 Peralatan dan bahan penerapan Praktek Rp. 525.000,-
2 Biaya Identifikasi Peserta pelatihan Rp. 500.000,-
3 ATK dan Seminar kit Rp. 750.000,-
4 Biaya Transportasi peserta pelatihan Rp. 1.600.000,-
16 x Rp 100.000,-
5 Biaya pelaksanaan kegiatan Pengabmas dosen Rp. 200.000,-
dan mahasiswa
6 Konsumsi Pelatihan : (20 x Rp. 25.000) Rp. 1.000.000,-
Konsumsi Evaluasi : (20 x Rp. 25.000)
7 Biaya transportasi monitoring Rp 1.600.000,-
16 x Rp 100.000,-
7 Pembuatan Proposal dan penggandaan Rp. 150.000,-
8 Pembuatan Laporan (5x Rp 75.000,-) Rp. 375.000,-
Jumlah Rp. 7.000.000,-

L. DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka


Evi Setiyawati, 1996, Studi Komparatif Jumlah Jasad Renik pada Karpet dan
Tikar Plastik sebagai Alas Sembahyang Di Mushola Al Iman Desa
Karangmangu Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas, Jurusan
Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Lud Waluyo, 2007, Mikrobiologi Umum, Malang: UMM Press
Melnick Jawetz & Adelberg, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta: EGC
Pelczar J. Michael dan Chan E.C.S, 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, Jakarta:
UI Press
Pemerintah Propinsi DATI I Jawa Tengah, 1991, Pedoman Usaha Kesehatan
Masjid, Semarang
Subagiyo, Agus, Arif W dan Tri C, 2011, Hubungan Frekuensi Pemakaian
Mukena dengan Jumlah Angka Kuman pada Mukena di Masjid At-
Taqwa Kebondalem Purwokerto Tahun 2011, Purwokerto : Prodi D-III

10
Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Suparlan, 1988, Sanitasi Tempat-tempat Umum, Surabaya: Merdeka Print
Timmreck C. Thomas, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta: EGC

11
LAMPIRAN 1
ORGANISASI PELAKSANA
PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT

KETUA

Nama : Agus Subagiyo, S.IP, M.Kes


Tempat dan Tanggal Lahir : Nganjuk, 27 Agustus 1961
NIP : 19610827 198403 1 004
Golongan / Pangkat : IV/a, Pembina
Jabatan Akademik : Lektor Kepala
Jurusan : Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Alamat : Jl. Tirto Agung Pedalangan Semarang
Telp./Faks. : (024) 7471258
Alamat Rumah : Jl. Raya Baturraden KM. 12, Karangmangu,
Baturraden, Purwokerto
Telp./Faks. : 085742742863
Alamat e-mail : agusgiyo@yahoo.co.id

ANGGOTA 1
Nama : Asri Indah Aryani, SKM, M.Kes
Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 22 Mei 1966
NIP : 19660522 198903 2 004
Golongan / Pangkat : III/d, Penata Tk. I
Jabatan Akademik : -
Jurusan : Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Alamat : Jl. Tirto Agung Pedalangan Semarang
Telp./Faks. : (024) 7471258
Alamat Rumah : Perum Berkoh Indah Blok E1/ No. 267
Telp./Faks. : 08122666638
Alamat e-mail : Asriinda22@yahoo.co.id

ANGGOTA 2
Nama : Widi Hidayati, SKM, M.Kes
Tempat dan Tanggal Lahir : Purwokerto, 17 Januari 1985
NIP : 19850117 200812 2 002
Golongan / Pangkat : Penata Muda Tk 1/ IIIb
Jabatan Akademik : -
Jurusan : Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Alamat : Jl. Tirto Agung Pedalangan Semarang
Telp./Faks. : (024) 7471258
Alamat Rumah : RT 005 RW 02 Desa Kemutug Kidul
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas
Jawa Tengah
Telp./Faks. : 085741924397
Alamat e-mail : wie.hidayati@gmail.com

ANGGOTA 3
Nama : Panji Wibowo Nurcahyo, S.ST, M.Kes
Tempat dan Tanggal Lahir : Cilacap, 7 Agustus 1985
NIK : 19800620115
Golongan / Pangkat : Penata/ IIIc
Jabatan Akademik : -
Jurusan : Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Alamat : Jl. Tirto Agung Pedalangan Semarang
Telp./Faks. : (024) 7471258
Alamat Rumah : Pasir Kidul RT 3 RW 4 Purwokerto Barat,
Banyumas
Telp./Faks. : 085640108297
Alamat e-mail : 007.particle@gmail.com

ANGGOTA MAHASISWA
Nama : Ndaru Damar Edi
NIM : P1337430316069

Nama : Rizki Buqi Narendra Jaya


NIM : P1337430316020

Nama : Koko Ridoanto


NIM : P1337430316072

Nama : Sekar Reyoni Fadillahhanifiana


NIM : P1337430316025

Nama : Thingka Hanifa Majid


NIM : P1337430316023
LAMPIRAN 2
GAMBARAN PENERAPAN PENGABMAS

Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan tentang angka kuman dan
karakteristik perkembangan angka kuman pada mukena serta melatih takmir
masjid rumah sakit agar mampu melakukan perawatan mukena dengan cara yang
baik sehingga angka kuman pada mukena bisa dikendalikan.
Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya menurunkan angka kuman
pada mukena di masjid – masjid rumah sakit yang memang tingkat pemakaian
mukena tinggi setiap harinya. Kondisi mukena yang bersih dan rapi akan lebih
meningkatkan kekhuyukan pengunjung dalam melaksanakan sholat.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini memiliki dua tahapan. Tahap pertama yaitu
pemberian penyuluhan terkait angka kuman dan hasil penelitian Agus Subagiyo
mengenai angka kuman pada mukena di masjid tempat umum. Tahap kedua yaitu
mendampingi takmir masjid dalam merawat mukena di Masjid rumah sakit.
Sasaran kegiatan ini adalah takmir masjid di 10 RS di besar.
LAMPIRAN 3
LOKASI PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan akan dilaksanakan di Kampus VII Poltekkes Kemenkes Semarang.


Lokasi tersebut dipilih karena dengan pertimbangan jarak yang tidak terlalu jauh
dari domisili para peserta dan ketersediaan sarana prasarana pendukung yang
mencukupi. Lokasi pendampingan dilakukan di 10 rumah sakit terpilih di
Purwokerto dengan pertimbangan rumah sakit tersebut memiliki masjid tersendiri
di dalam rumah sakit dan digunakan oleh seluruh individu di dalam rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai