Anda di halaman 1dari 5

IZZATUL AINIYAH (012011223028)

Interview dilakukan pada hari Minggu tanggal 25-04-2021. Sehari sebelumnya, Mahasiswa telah
memberikan penjelasan tentang apa yang akan dilakukan dan setelah narasumber setuju untuk
dilakukan wawancara maka dilakukan kesepakatan tentang waktu dan tempat dilakukannya
wawancara. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa non-formal agar narasumber
tidak merasa seperti diinvestigasi. Berikut hasil wawancara yang dilakukan

Ms = Mahasiswa

NR= Narasumber

MS: Oke , kemarin ‘kan aku sudah jelaskan ya tentang apa yang akan dilakukan hari ini?

NR: Iya, katanya mau tanya masalah persiapan jadi orangtua

MS: Benar, dan seperti yang sudah aku jelaskan kemarin, nanti mungkin ada beberapa
pertanyaan yang kesannya agak private, Ida tetap tidak keberatan menjawabnya?

NR: InsyaAllah

MS: Sebelumnya, Ida nikah bulan berapa tahun berapa ya?

NR: Nikahnya 6 Maret 2019

MS: Berarti sudah sekitar 2 tahun lebih ya, itu bagaimana ceritanya sampai akhirnya menikah
dengan mas suami? Dijodohkan atau memang hasil sendiri?

NR: Iya sekitar segitu, jadi kita kenal tahun 2015, dulu awal-awal masuk kuliah, kita seangkatan
sih, terus mulai pacaran gitu tahun 2017 Juni tapi Cuma 2 setengah bulan, habis itu
langsung tunangan pas bulan September, abis itu nikah tahun 2019.

MS: Berarti ga ada paksaan ya, memang kemauan sendiri. Terus, waktu mau nikah direncanakan
apa tidak nanti mau punya anak berapa, atau kapan mau punya anak, jaraknya berapa
tahun, semacam itu?

NR: Kalau sampai sedetail jarak anaknya berapa tahun sih tidak, tapi kalau mau punya anak
berapa gitu iya, waktu itu kan belum menikah belum tau betapa sulitnya ya jadi rencana
mau punya anak 4, 2 cewek 2 cowok, tapi seiring berjalannya waktu tak angkanya
menyusut jadi 2 aja memng cukup kayaknya hehhehhe, tapi kita terbuka terhadap segala
kemungkinan ya, kalau seandainya dikasih lebih dari itu atau sewaktu-waktu ingin punya
lebih dari 2 ya tidak apa-apa hehehhe.

MS: Berarti untuk sekarang inginnya 2 anak, tapi untuk ke depannya tidak bisa memprediksi apa
angka ini mungkin nambah lagi gitu ya?

NR: iya
IZZATUL AINIYAH (012011223028)

MS: Ini yang anak pertama ini kan sudah usia setahun lebih ya, waktu itu sempat ikut KB dulu
atau gimana?

NR: Awal nikah maksudnya? Tidak itu tidak KB sama sekali, memang pengen cepat-cepat
punya atas dorongan suami dan orangtua. Selang 3 bulan nikah terus hamil.

MS: Kira-kira kapan ingin punya lagi?

NR: kapan ya? Yang jelas tidak sekarang, tunggu yang ini besar dulu. Capek ngerawat anak 1
itu, segi finansial juga belum memadai jadi tunggu nanti agak besar sedikit

MS: Oh iya, kesibukannya sekarang IRT saja atau ada kesibukan lain mungkin?

NR: Sementara ini sih cuma ngurus si kecil saja, sama kadang-kadang sambil buka olshop gitu,
tapi karena bukanya baru-baru ini jadi ga seberapa rame, lebih banyak momong si kecil.

MS: Kalau mas suami?

NR: Suami kerjanya staf balai desa.

MS: Jadi staf Balai Desa sudah dari sebelum menikah?

NR: Tidak. Suami jadi staf Balai Desa setelah aku hamil 4 atau 5 bulan mungkin.

MS: Kalau Ida sebelumnya pernah kerja tidak?

NR: Pernah mengajar les sebentar setelah lulus, tapi sejak nikah berhenti, sampai sekarang tidak
melanjutkan lagi.

MS: Atas kemauan sendiri atau bagaimana?

NR: Ya atas kemauan sendiri, cuma ngerasa ga cukup aja waktunya

MS: Sejak menikah sampai sekarang sering ada masalah atau konflik gitu?

NR: Ya, namanya berkeluarga itu pasti ada lah yang namanya masalah sama konflik. Yang
penting masalahnya ga dibiarkan berlarut-larut dan dipikirkan bersama jalan keluarnya.

MS: Kalau tidak keberatan boleh lebih diperjelas tidak konfliknya seperti apa?

NR: Yang paling dirasakan itu masalah ekonomi sih biasanya, karena seperti yang diketahui kan
aku ga kerja dan dulu suami juga baru kerja setelah aku hamil kan, sekarang pun
penghasilan ga seberapa, jadi ya menuntun ke pertengkaran, tapi kita tengkarnya ga pas
sampai main fisik gitu, cuma adu argumen aja, misal waktu hamil nih suami maksa periksa
ke dokter spesialis kandungan tapi karena menurutku biayanya banyak aku kadang ga mau,
minta ke bidan saja, akhirnya adu argumen, nanti ujung-ujungnya ga jadi periksa, atau
periksanya tertunda, kadang kakakku ikut meluruskan kalau seandainya kita kelihatan
IZZATUL AINIYAH (012011223028)

saling mengabaikan, tapi ikut campurnya hanya sekedar “aku ga tau ada apa loh ya, tapi
kalo ada masalah coba bicarakan baik-baik dulu, lebih sering suami mengalah sih.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir aku memang waktu hamil mood-mood-an ya, sering marah,
kadang marah gara-gara makanan juga hehehhe. Kalo konflik-konflik lain sih ga ada.

MS: Selama ini bentuk dukungan suami apa saja yang dirasakan sangat membantu selama hamil
ataupun setelah punya anak?

NR: Waktu hamil tuh sebenarnya suami perhatian banget. Yang sering ngajak periksa kan juga
suami, tapi ya karena moodnya jelek jadi malah berujung adu mulut tadi, sering ingetin
minum obat juga, setelah si kecil lahir kalau lagi tidak ada kegiatan kadang suami yang
momong.

MS: Kalau dukungan dari keluarga apa?

NR: Ya tadi, kadang jadi jembatan kalo aku sama suami lagi bermasalah, terus selama ini
neneknya, tantenya, om-nya juga kadang bantu momong si kecil kalo aku lagi cuci baju
atau lagi masak, ya kadang mereka yang bawa makanan jadi aku ga usah masak.

MS: Bahagia tidak setelah nikah biarpun ada masalah?

NR: Kalau sepenuhnya bahagia tentu tidak ya, ada bahagianya ada sedihnya, gado-gado wes, tapi
setidaknya ini pilihan dan kemauan sendiri jadi aku yakin bisa ngejalanin terus kan ada
mas suami jadi biarpun aku sedih aku ga sendiri.

MS: Pertanyaan sudah habis, terimakasih sudah meluangkan waktu buat jadi narasumber, maaf
kalau ada salah atau ada yang tidak berkenan selama tanya-jawab tadi. Semoga jadi
keluarga yang harmonis terus ya

----End------
IZZATUL AINIYAH (012011223028)

Analisis:

Narasumber merupakan Ibu (23) dari 1 anak berusia 14 bulan dengan latar belakang pendidikan
lulusan S1 jurusan Pendidikan Agama Islam, demikian juga suami. Narasumber awalnya bekerja
dengan mengajar les (pendapatan tidak disebutkan), namun setelah menikah berhenti karena
alasan yang tidak disebutkan. Sedangkan suami tidak bekerja dan baru mendapatkan pekerjaan
sebagai staff balai desa setelah sang istri hamil (pendapatan tidak disebutkan). Hal tersebut
menunjukkan bahwa kesiapan untuk mengasuh atau menjadi orang tua kurang adekuat karena
salah satu poin kesiapan seseorang untuk menjadi orang tua adalah bekerja untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga. Finansial sangat penting dan tanpanya akan timbul banyak
masalah seperti kebutuhan pendidikan, dana tak terduga dan lain-lain. Hal ini dibuktikan dengan
adanya konflik, berdasarkan keterangan narasumber, konflik yang terjadi di antara mereka
didasari pada konflik ekonomi meskipun akhirnya konflik tersebut dapat diredam.

Usia untuk menikah pasangan tersebut tergolong ideal, akan tetapi perencanaan tentang jumlah
anak, jarak melahirkan, dan kapan akan melahirkan juga belum optimal. Terbukti dari
keterangan narasumber bahwa mereka awalnya merencanakan untuk mempunyai 4 anak tetapi
berubah seiring waktu menjadi 2 kemudian menambah keterangan bahwa rencana tersebut
sewaktu-waktu dapat berubah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasangan tersebut merupakan
pasangan yang menerima takdir. Padahal kondisi ekonomi keluarga masih belum stabil, bahkan
sang suami mendapat pekerjaan setelah sang istri hamil. Bukan berarti orang yang tidak bekerja
tidak boleh hamil, tetapi idealnya untuk membentuk keluarga yang sejahtera hal tersebut sudah
dipersiapkan secara matang.

Meski dengan keterbatasan ekonomi, pasangan ini merupakan pasangan yang cukup harmonis
dan saling memberikan dukungan serta berusaha untuk memenuhi perannya sebagai orang tua
dan mencapai keluarga sejahtera.
IZZATUL AINIYAH (012011223028)

Anda mungkin juga menyukai