Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEORI SPIRITUAL DALAM PROSES PENUAAN


Tugas ini
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing Yuni Sapto ER, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Via Wahyuningtyas (108118049)


2. Meisi Awandani (108118050)
3. Ikhsan Kurniawan (108118051)
4. Riza Amalia R (108118052)
5. Endah Purnama Sari (108118053)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah Subahanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpah KAN
nikmat kesehatan, iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Atas dasar nikmat
tersebut kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Spiritual Dalam
Proses Penuaan”
Makalah ini akan membahas mengenai teori dan konsep keperawatan gerontik yang mana
nantinya bisa diketahui oleh masing masing mahasiswa untuk bekal di kemudian hari.

Penulis dalam kesempatan kali ini mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulisan makalah ini. Khususnya kepada dosen keperawatan komunitas yang
telah memberikan berbagai arahan dan pelajaran dalam arti penting mengaktualisasikan diri
yang merupakan cikal bakal terbentuknya makalah ini.

Kelompok sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kelompok
sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun dari dosen, rekan
mahasiswa, dan para pembaca sekalian. Akhir kata, kelompok memohon maaf apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Cilacap, 22 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latara Belakang
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Azizah, 2011).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan secara alamiah
dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya, dengan terjadinya kehilangan
jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi
sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama.
Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/masih muda, tetapi telah menunjukkan
kekurangan yang mencolok (deskripansi). Ada pula orang telah tergolong lanjut usia,
penampilanmasih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Waluapun demikian, harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut usia (Nugroho, 2008).
Spiritualitas adalah konsep dua dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal
mewakili hubungan dengan Tuhan, dan dimensi horizontal mewakili hubungan dengan
orang lain. Spiritual digambarkan sebagai sumber kekuatan dan harapan.
Maslow mendefinisikan spiritualitas sebagai sebuah tahapan aktualisasi diri
seseorang berlimpah dengan kreativitas, institusi, keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian,
toleransi, kerendahhatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Menurut Maslow,
pengalaman spiritual adalah puncak tertinggi manusia. Bahkan Maslow menyatakan bahwa
pengalaman spiritual telah melewati hierarki kebutuhan manusia.
Spiritual mecakup aspek non fisik dan immaterial dari keberadaan seseorang
manusia. Ia dilengkapi dengan energi, inti jiwa, dan bagian-bagian yang lain akan tetap
bereksistensi setelah terpisah dari tubuh. Seluruh gambaran tentang kesehatan mencakup
komponen fisik, mental dan spiritual.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Spiritualitas ?
2. Bagaimana Karakteristik Spiritualitas ?
3. Bagaimana Perkembangan Spiritual Lansia ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Spiritualitas
2. Untuk Mengetahui Karakteristik Spiritualitas
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Spiritualitas Lansia
A. Pengertian Spiritual
Spiritual adalah hubungan transenden antara manusia dengan yang Maha Tinggi,
sebuah kualitas yang berjalan di luar afiliasi agama tertentu, yang berjuang keras untuk
mendapatkan penghormatan, kekaguman, inspirasi, dan yang memberi jawaban tentang
sesuatu yang tidak terbatas. Spiritual dapat juga didefinisikan sebagai dimensi integral dari
kesehatan dan kesejahteraan setiap manusia (Skokan dan Bader, dalam Stenley, 2008).
Spiritualitas adalah konsep dua dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal
mewakili hubungan dengan Tuhan, dan dimensi horizontal mewakili hubungan dengan
orang lain. Spiritual digambarkan sebagai sumber kekuatan dan harapan.
Maslow mendefinisikan spiritualitas sebagai sebuah tahapan aktualisasi diri
seseorang berlimpah dengan kreativitas, institusi, keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian,
toleransi, kerendahhatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Menurut Maslow,
pengalaman spiritual adalah puncak tertinggi manusia. Bahkan Maslow menyatakan bahwa
pengalaman spiritual telah melewati hierarki kebutuhan manusia.
Spiritual mecakup aspek non fisik dan immaterial dari keberadaan seseorang
manusia. Ia dilengkapi dengan energi, inti jiwa, dan bagian-bagian yang lain akan tetap
bereksistensi setelah terpisah dari tubuh. Seluruh gambaran tentang kesehatan mencakup
komponen fisik, mental dan spiritual.
B. Karakteristik Spiritualitas
Terdapat beberapa karakteristik spiritualitas yang meliputi hubungan dengan diri sendiri,
hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan Tuhan.
a. Hubungan dengan Diri Sendiri
Maksudnya adalah kekuatan dari dalam diri sendiri dan self reliance. Hal ini meliputi
pengetahuan diri yakni siapa diri, apa yang akan dilakukan, dan sikap percaya pada
diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, harmoni
atau keselarasan dengan diri sendiri (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Jiwa
seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang menjadi fundamental dalam eksplorasi
atau penyelidikan spiritualitas (Young, 2007).
b. Hubungan dengan Alam
Harmoni yang menggambarkan hubungan dengan seseorang dengan alam yang
meliputi minat dan ketertarikan terhadap tanaman, pohon, margasatwa dan iklim,
kesenangan dan keinginan menikmati pemandangan alam, melakukan meditasi, yoga,
reatret serta melindungi alam (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
c. Hubungan dengan Orang Lain
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan,
menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan
dihargai dan diperhatikan, dan sebagainya. Hubungan seseorang dengan sesama sama
pentingnya dengan diri sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan
kesalingtergantungan telah lama diakui sebagai bagian pokok pengalaman manusiawi
(Young, 2007).
d. Hubungan dengan Tuhan
Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan secara tradisional
dipahami dalam rangka hidup keagamaan. Akan tetapi, dewasa ini telah
dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan dipahami sebagai daya
yang menyatukan, prinsip hidup dan hakikat hidup. Kodrat Tuhan mungkin
mengambil pelbagai macam bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu
orang dengan yang lain (Young, 2007).
C. Perkembangan Spiritual Lansia
Pertumbuhan spiritual mencakup perkembangan identitas, penciptaan dan
pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain dan ilahi, menghargai alam, dan
mengembangkan suatau kesadaran transendetal. Perkembangan spiritual berawal sejak
dini: “Berawal dengan tangisan bayi saat dilahirkan, jiwa manusia rindu akan
kebersatuan” (Young, 2007).
Tujuan-tujuan spiritual anak, remaja, dan dewasa awal berpusat pada pencapaian
keterampilan dan pengetahuan yang mengarahkan mereka pada produktivitas dan
mencapai tujuan-tujuan pribadi mereka. Paruh kedua dari kehidupan mereka mencakup
perjalan spiritual yang berbeda. Spiritualitas pada paruh kedua kehidupan mencakup
kemampuan berfikir abstrak, toleransi terhadap ambiguitas dan pertentangan, mengalami
fleksibilitas emosional, dan komitmen terhadap nilai-nilai universal yang sejati. Meski
demikian, tak seorang pun dapat mencapai tingkat integrasi dengan diri mereka sendiri,
dengan orang lain, atau dengan alam, atau mencapai transendensi (Young, 2007).
Tugas-tugas perkembangan masa lanjut usia mencakup penemuan makna dan
kepenuhan di dalam hidup dan menjelajahi aspek-aspek positif dari kehidupan. Tugas-
tugas perkembangan mencakup hal-hal berikut (Young, 2007) :
1. Pengakuan dan penerimaan keterbatasan-keterbatasan diri.
2. Merencanakan untuk mengatur hidup yang aman.
3. Mewujudkan gaya hidup sehat.
4. Melanjutkan relasi hangat dengan keluarga dan teman-teman.
5. Menghadapi realitas tak terelakan dari kematian dan kematian dari orang.

Teoritikus perkembangan psikososial Erik Erikson menyebutkan tugastugas


perkembangan pada tahap kehidupan ini sebagai integritas ego versus keputusasaan.
Tugas-tugas ini mencakup intgrasi dari semua elemen masa lalu dan penerimaan bahwa
hanya hidup semacam inilah yang mesti dihidupi. Tujuan pada tahap ini adalah
kemampuan untuk melihat kembali hidup secara penuh makna dan memuaskan. Aspek-
aspek positif dari hidup perlu dijelajahi dengan orang-orang perlu melihat kontribusi
mereka bagi orang lain dan lingkungan sekitar mereka. Jika orang gagal untuk mencapai
tugas ini, mereka akan menghadapi perasaan sis-sis dan tanpa pengharapan bahwa
mereka telah gagal menyelesaikan apa yang mereka inginkan di dalam kehidupan.
Kemarahan, kedengkian, dan perasaan ketidakmampuan dan tak berharga dapat muncul
(Young, 2007).

James Fowler, yang memgembangkan tahapan perkembangan spiritual dari orang


dewasa sebagai proses universal iman (Young, 2007). Fase ini menghadirkan titik puncak
dari seluruh karya dari tahap iman sebelumnya dan diwujudkan dengan perasaan akan
cinta dan keadilan yng absolut bagi semua orang. Bagi seorang individu pada tahap ini
adalah seseorang yang “dapat mengorbankan dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan
orang lain”. Tahap ini sulit untuk dicapai dan hanya sedikit orang yang pernah
mencapainya. Seseorang yang sungguh berada pada tahap ini menjawab otoritas lebih
daripada yang dikenal oleh dunia dan sering terlihat sebagai pribadi subvertif (Young,
2007).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. Kepercayaan
merupakan suatu pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Kepercayaan
adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan
orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cintakasih, dan harapan. Perkembangan
spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan (Maryam
dan Ekasari, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/554020d551b0c2a60c007e18cfe98122.pdf

file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/BAB%202%20ATIKAH.pdf

Anda mungkin juga menyukai