Anda di halaman 1dari 7

Volume 2, Nomor 1, Januari 2019 |

IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KOPI DI


KEBUN PERCOBAAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WINAYA
MUKTI
Lia Sugiarti1
1
Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti, Sumedang
* liasugiarti82@gmail.com

Abstrak disease, root down disease (Capnodium sp) and Brown


Kopi merupakan komoditas andalan ekspor bagi eye-spot (Cercospora coffeicola) disease
Indonesia. Akan tetapi dari segi mutu, masih jauh
tertinggal dengan negara lain. Salah satu penyebab Keyword: Coffee plants, fleas green leaf (Coccus
rendahnya mutu kopi adalah banyaknya serangan hama viridis), fleas chatter (Planococus sp),
dan penyakit di lapangan sehingga menurunkan coffee leaft rust (Hemileia vastatrix)
produksi dan kualitas biji kopi yang dihasilkan. Tujuan disease, root down disease (Capnodium sp)
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hama and Brown eye-spot (Cercospora
dan penyakit yang menyerang tanaman kopi, sehingga coffeicola) disease
dapat dikendalikan secara tepat. Penelitian ini
dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Pendahuluan
Universitas Winaya Mukti dari bulan April – Juni 2018. Salah satu andalan komoditas ekspor
Pengambilan sampel tanaman secara acak dengan Indonesia dari tanaman perkebunan adalah komoditas
Metode Random Sampling. Hasil penelitian kopi. Selain sebagai komoditas ekspor, kopi juga
menunjukkan bahwa hama yang banyak menyerang merupakan sumber penghasilan bagi petani, penghasil
tanaman kopi adalah kutu daun hijau (Coccus viridis) bahan baku dan sumber lapangan kerja. Indonesia
dan kutu dompolan (Planococus sp), penyakit yang merupakan negara penghasil kopi terbesar di Asia
banyak meyerang adalah penyakit karat daun (Hemileia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan
vastatrix), penyakit embun jelaga (Capnodium sp) dan Vietnam (Harni dkk, 2015). Pada tahun 2010 produksi
penyakit bercak daun (Cercospora coffeicola), kopi Indonesia mencapai 686.920 ton dengan luasan
kebersihan areal perkebunan sangat mempengaruhi lahan 1.162.810 ha, namun mengalami penurunan
perkembangan populasi hama dan penyakit tersebut. produksi pada tahun 2011 menjadi 472.022 ton dengan
luasan lahan 1.184.967 ha (Ditjenbun 2019).
Kata kunci : Tanaman kopi , kutu daun hijau (Coccus Perkebunan kopi sebagian besar milik perkebunan
viridis), kutu dompolan (Planococus sp), rakyat, dengan porsi 96 % dari total area di Indonesia
karat daun (Hemileia vastatrix), embun dan 2 % sisanya merupakan perkebunan Besar Negara
jelaga (Capnodium sp), penyakit bercak (PBN) dan Perkebunan Besra Swasta (PBS), sehingga
daun (Cercospora coffeicola) dari segi mutu dan produktivitas masih sangat rendah
sebagai standar ekspor. Produksi yang rendah
Abstract disebabkan antara lain tingkat kesesuaian lingkungan
Coffee is main of commodity eksport for Indonesia. But tumbuh, teknik budidaya, varietas dan adanya serangan
from the quality, still left behind from another country. hama dan penyakit.
One of the low quality the coffe is the many of attack Tanaman kopi menghendaki penyinaran
from pest and disease in the garden so that can bring matahari yang cukup panjang, akan tetapi cahaya
down the productivity and quality by generated of coffee matahari yang terlalu tinggi kurang baik. Oleh karena
seed. The aim of the reseach is to identification the pest itu kebun kopi diberi naungan dengan tujuan agar
and disease that attack of coffee plants, so can be the intensitas tidak terlalu kuat, sebaliknya naungan yang
right of controlled. The research was doing in the terlalu berat (lebat) akan mengurangi pembuahan pada
raining garden of the Faculty of Agriculture Winaya kopi dan mengundang hama dan penyakit menyerang
Mukti University from Aprilth until Juneth 2018. Taking tanaman kopi tersebut.
of the sampel was random with the method Random Indonesia menghasilkan tiga jenis kopi berturut-
Sampling. The result showed that pest what attack of turut berdasarkan volume produksinya yaitu Robusta,
coffee plants is fleas green leaf (Coccus viridis) and Arabika dan Liberika. Kopi arabika sangat rentan
fleas chatter (Planococus sp), the diseas wich attack of terkena serangan hama dan penyakit, dibandingkan
coffee plants is coffee leaft rust (Hemileia vastatrix)

Jurnal Agrowiralodra | 16
Volume 2, Nomor 1, Januari 2019 |

dengan kopi robusta. Hama pada tanaman kopi pada Hasil dan Pembahasan
umumnya merupakan serangga-serangga kecil akan Hasil pengamatan secara makroskopis terhadap
tetapi penyerangannya bisa menimbulkan hama dan penyakit yang menyerang tanaman kopi di
kerusakan yang besar. Penyakit tanaman di lapangan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
dapat dikenali berdasarkan tanda dan gejala penyakit. Winaya mukti adalah sebagai berikut : (Tabel 1)
Tanda menyakit merupakan bagian mikroorganisme

Tabel 1. Hasil Identifikasi Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kopi

Plot Tanaman Hama Penyakit

1 1 - Karat daun (Hemilia vastatrix)


2 - Karat daun (Hemilia vastatrix)
3 Semut Hitam Karat daun (Hemilia vastatrix)

2 1 Kutu Dompolan (Planococus sp) Embun Jelaga (Root Down)


2 Kutu Dompolan (Planococus sp)
3 Kutu Dompolan (Planococus sp) Embun Jelaga (Root Down)

3 1 - Karat daun (Hemilia vastatrix)


2 - Bercak Daun
3 Kutu Dompolan (Planococus sp) Embun Jelaga (Root Down)

4 1 - Karat daun (Hemilia vastatrix)


2 Kutu Dompolan (Planococus sp)
3 - Embun Jelaga (Root Down)
Total 12

pathogen yang diamati dengan mata biasa yang 1.Hama


mencirikan jenis penyebab tersebut (Agrios, 1999 dalam a. Kutu Hijau (Coccus viridis)
Defitri, 2016). Pengendalian yang baik dan benar akan Dari dua belas tanaman sampel yang
mampu menekan jumlah kerusakan dan kerugian yang diamati, maka terdapat enam tanaman sampel yang
ditimbulkannya, dan diharapkan mampu meningkatkan terserang hama kutu hijau (Coccus viridis). Hal ini
produksi tanaman kopi di Indonesia. dapat dilihat dari gelaja serangan dan penyebabnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan Kutu bergerombol dibawah permukaan daun. Gejala
penelitian untuk mengidentifikasi hama dan penyakit serangan yang terjadi menimbulkan daun menguning
yang menyerang tanaman kopi, sehingga dapat dan kering. Hal ini disebabkan karena kutu hijau
dikendalikan secara tepat. (Coccus viridis) menyerang dengan cara mengisap
cairan daun dan cabang yang masih hijau. Kutu hijau
Bahan dan Metode (Coccus viridis) (Green) (Hemiptera: Coccodae)
bermetamorfosa tidak sempurna (hemimetabola) yaitu,
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan telur-nimfa-dewasa. Telur berwarna hijau keputihan,
Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti diletakkan secara tunggal dibawah badan kutu betina
Tanjungsari Kabupaten Sumedang, dari bulan April – sampai menetas. Nimfa berbentuk oval, berwarna hijau
Juni 2018. Pengambilan sampel tanaman secara acak kekuningan, terdiri dari tiga instar, hidup menetap di
dengan Metode Random Sampling. Pengamatan bawah badan induknya sampai pada saatnya akan
dilakukan terhadap tanaman yang terserang hama dan pindah tempat dan hidup terpisah. Dewasa berukuran
penyakit, kemudian diambil bagian tanaman yang 2,5-5 mm, berbentuk bulat telur berwarna hijau muda,
terserang dan dibungkus dalam kantong kertas untuk tubuhya dilindungi oleh periasi agak keras yang
diamati dilaboratorium. Pengamatan dilapangan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Daun atau
meliputi : melihat gejala hama dan penyakit yang ranting-ranting muda yang terserang, terutama
menyerang tanaman kopi khususnya pada bagian daun permukaan bawah daun ditumbuhi jamur embun jelaga
dan buah secara makroskopis dan mikroskopis. (Capnodium sp) yang berwarna hitam. Perkembangan

Jurnal Agrowiralodra | 17
Volume 2, Nomor 1, Januari 2019 |

kutu hijau akan sangat besar apabila musim kemarau, tubuhnya agak kurus dan panjang, mempunyai sayap,
hal ini disebabkan karena kutu hijau berkembang lebih panjang tubuhnya 1-1,5 mm. Menurut Arifin (1999)
baik pada cuaca kering. Populasi kutu hijau akan dalam Apriliyani (2016) betina dapat menghasikan 200-
meningkat dengan cepat apabilla mendapat asuhan 240 telur dalam periode hidupnya, telur berwarna
semut yang tepat, yaitu semut gramang (Harni, R dkk, kuning terbungkus dalam jaringan seperti lilin yang
2015). longgar. Telur berbentuk oval ukurannya sekitar 0,3
Kutu hijau hidup dengan cara bersimbiosis mm. Lama stadia telur 3-5 hari. Telur akan menetas
mutualisme dengan semut gramang (Anoplolepis tergantung pada musim, rata-rata 29 butir per hari telur
longipes Jerd). Semut-semut mengeluarkan eksudat menetas menjadi nimfa. Stadium nimfa terdiri dari 4
yang dibutuhkan oleh kutu hijau, sehingga pada saat instar untuk betina dan 3 instar untuk jantan. Betina
semut-semut melewati koloni kutu, maka ada nifma hidup 1 sampai 2 bula, sedangkan jantan hanya 1
yang akan menempel pada tubuh semut dan terbawa ke sampai 3 hari. Populasi kutu dompolan meningkat
tempat lain. Dengan adanya semut-semut tersebut selama musim kemarau, terutama bila kelembaban nisbi
predator dan parasite kutu daun akan menjauh. Selain pada siang hari di bawah 75 %. Ledakan populasi akan
simbiosis dengan semut, naungan tanaman sangat terjadi bila kelembaban nisbi turun di bawah 70 % dan
berpengaruh terhadap populasi kutu daun. berlangsung terus menerus selama 3 - 4 bulan, dan hari
Pengendalian secara kultur teknis ditekankan hujan di bawah 10 hari. Penyebaran kutu dibantu oleh
pada pemangkasan dan pengaturan tanaman penaung angin, hujan dan semut gramang. Kutu ini memproduksi
agar tidak terlalu rimbun. Pemanfaatan musuh alami embun madu yang sangat disukai oleh semut. Bila
berupap predator, parasitoid dan pathogen juga dapat produksi embun madu berlebihan biasanya timbul jamur
membantu mengendalikan populasi kutu hijau. Contoh jelaga pada daun, tangkai atau buah sehingga
predator adalah kumbang Azya lutiepes dan Halmus pertumbuhan bagian-bagian tersebut tidak normal dan
chaybeus (Harni, 2015). kualitas buah turun. Kutu ini menyukai tempat yang
agak teduh tetapi tidak terlalu lembab (Ditlin
b. Kutu Dompolan (Planococus sp) Hortikultura, 2019).
Kutu dompolan (Planococcus sp) atau Kutu dompolan biasanya berasosiasi dengan
biasa disebut kutu putih (Gambar 1) banyak ditemukan semut, karena kotoran banyak mengandung gula
pada tanaman sampel, hampir lima puluh persen sehingga sangat disukai oleh semut. Sebaliknya, semut
tanaman sampel terkena serangan kutu dompolan. Kutu menyebarluaskan hama ini untuk mencarikan tempat
terletak pada bagian pangkal daun dan diantara pelepah terbaik. Selain berasosiasi dengan semut, kutu ini juga
daun serta batang. Warna kutu putih coklat kekuningan menjadi vector atau pembawa cendawan atau penyakit
sampai merah orange, tubuhnya dilapisi lilin yang yang lainnya, misalnya cendawan jelaga. (Nijiyati dan
bertepung berwarna putih. Bentuk tubuh dari kutu Danarti, 1980). Kerugian terbesar disebabkan karena
dompolan jantan dan betina berbeda. Kutu betina kutu dompolan menyerang pembungaan, kuncup bunga
berbentuk oval dan tidak mempunyai sayap, ukuran dan buah muda yang baru muncul menjadi kering dan
panjang tubuh 3 mm. Sedangkan yang jantan bentuk gugur karena kutu mengisap tangkai bunga dan tangkai

Gambar 1. Kutu Dompolan (Planococcus sp)

Jurnal Agrowiralodra | 18
Volume 2, Nomor 1, Januari 2019 |

buah (Ditjen Perkebunan 2019). Serangan kutu Gejala lanjut pada daun tampak bercak coklat
dompolan (Planococcus sp) menyebabkan khlorosis, saling bergabung, menjadi lebih besar, kemudian
kerdil, malformasi daun, daun muda danbuah rontok mengering dan gugur. Pada serangan berat
bahkan sampai menimbulkan kematian sehingga dapat mengakibatkan hampir seluruh daun gugur sehingga
merugikan ekonomis yang cukup tinggi ((Ditjen tanaman akan kelihatan gundul. Faktor-faktor yang
Perkebunan 2019). mempengaruhi perkembangan penyakit adalah
Keadaan tajuk tanaman kopi di kebun lingkungan yaitu suhu, kelembaban udara, curha hujan,
percobaan sangat rapat dan saling menutupi, sehingga dan sinar matahari. Suhu optimum untuk perkembangan
sangat cocok untuk tempat berkembang biak kutu penyakit adalah 21o-25oC. Hujan berperan dalam
dompolan (Planococcus sp). Populasi semut hitam yang meningkatkan kelembapan sehingga sesuai untuk
banyak juga berpotensi untuk melindungi kutu tersebut. perkecambahan uredospore dan penyebaran jamur H.
vastatrix. Sinar matahari langsung menyentuh
2. Penyakit permukaan daun, menghambat proses perkecambahan
Penyakit yang menyerang tanaman sampel uredospore dan memperpanjang periode inkubasi
diantaranya : penyakit karat daun. Penyebaran uredospore dapat
a. Penyakit Karat Daun (Hemilia vastatrix) melalui hujan, dan angin, serangga seperti jenis thrips,
Hasil pengamatan menunjukan bahwa semua burung dan manusia. Ranting dan daun yang terlalu
tanaman sampel terkena serangan penyakit karat daun lebat berpotensi untuk mengundang jamur (Hemilia
(Hemilia vastatrix). Penyebab dari penyakit tersebut vastatrix), sebab hal ini meningkatkan kelembaban
adalah cendawan H. vastatrix, dengan gejala serangan sekitar tanaman. Sebaiknya selalu dilakukan
pada permukaan atas daun timbul bercak kuning pemangkasan ranting dan daun yang tidak berfungsi
kemudian berubah menjadi warna coklat, sedangkan agar sinar matahari bisa masuk optimum pada tanaman.
pada permukaan bawah daun banyak terdapat spora Selain pemangkasan berkala, pemeliharaan tanaman
berwarna orange atau jingga. Hal ini sesuai dengan yang baik dapat menekan perkembangan penyakit karat
Harni dkk (2015), gejala penyakit karat daun dapat daun tersebut.

Gambar 2. Penyakit karat daun (Hemilia vastatrix).

dilihat pada permukaan atas dan bawah daun, ditandai b. Penyakit Embun Jelaga (Root Down)
dengan bercak kuning jingga seperti serbuk (powder). Hasil pengamatan tanaman sampel, lima
Daun yang terinfeksi timbul bercak kuning, kemudian puluh persen tanaman terserang embun jelaga (root
berubah menjadi coklat. Jika diamati dibagian bawah down). Hal ini ada hubungannya dengan jumlah
daun tampak bercak yang awalnya berwarna kuning tanaman yang terserang kutu hijau. Gejala yang nampak
muda, selanjutnya berubah menjadi kuning tua, pada adalah terdapat lapisan hitam pada permukaan daun
bagian tersebut akan terlihat jelas tepung yang berwarna seperti kotoran yang merupakan koloni jamur akar-
orange atau jingga. Tepung tersebut adalah uredospore bawah, banyak semut hitam dan kutu hijau yang
jamur H. vastatrix. berkumpul. Agraeni dan Lelana, (2011), Gejala

Jurnal Agrowiralodra | 19
Volume 2, Nomor 1, Januari 2019 |

Gambar 3. Penyakit embun jelaga (Capnodium sp)

penyakit embun jelaga berupa lapisan tipis c. Penyakit Bercak Daun (Cercospora coffeicola)
berwarna hitam pada permukaan daun, namun jarigan Selain penyakit karat daun dan penyakit
daun dibawahnya tetap hijau. Lapisan hitam tersebut embun jelaga, ada juga penyakit bercak daun
sebenarnya adalah miselia fungi yang meluas dan (Cercospora coffeicola) yang disebabkan oleh jamur
mudah terkelupas karena angin. Penyakit embun jelaga Cercospora coffeicola. Gejala yang terlihat adalah
disebabkan oleh fungi jenis Capnodium sp dan Meliola terdapat bercak berwarna kuning yang dikelilingi
sp. Gangguan embun jelaga, lapisan jamur hanya lingkaran pada daun, ukurannya tidak beraturan dan
menutupi permukaan daun dan tidak bersifat sebagai munculnya secara acak. Tidak hanya menyerang pada
parasite, tetapi tetap merugikan karena menghambat daun kopi, jamur ini pun menyerang buah kopi dengan
metabolism terutama proses fotosintesis (Fiani, dkk . gejala yang sama yaitu timbul bercak-bercak berwarna
2017) Lapisan embun jelaga akan menghambat proses coklat pada permukaan buah kopi.
fotosintesis, sehingga pertumbuhan tanaman akan Setiadi (2011) bahwa gejala penyakit bercak
terganggu yang mengakibatkan daun menguning, layu daun (Cercospora coffeicola) ditandai dengan adanya
dan gugur (Tarigan, 2016) bercak-bercak berwarna kepucatan yang awalnya
Pada tanaman kopi, jamur embun jelaga berukuran kecil, akhirnya secara perlahan membesar.
pada umumnya tumbuh dari hasil ekresi serangga Pada bagian pinggiran daun terdapat bercak berwarna
penghisap seperti kutu daun, kutu kebul dankutu daun lebih tua dari warna bercak dibagian tengahnya. Selain
sisik. Hal ini dikarenakan kotoran tersebut mengandung itu sering terjadi sobekan dipusat bercak tersebut. Jika
glukosa, asam amino, protein, vitamin dan mineral. sudah seperti ini daun akan gugur. Suwardani, ,dkk
Selanjutnya jamur akan berkembang pada perkebunan (2014) jamur Cercospora coffeicola memiliki spora
yang memiliki kondisi terlalu rapat, naungan terlalu berwarna abu-abu dan berbentuk oval dengan panjang
banyak, suhu hangat sampai tinggi dan udara cukup 40 – 60 µm dan lebar 6- 8 µm, memiliki miselium yang
(Abidin, 2015). Tingkat keparahan serangan jamur berseptat dan berwarna hialin. Penyakit bercak daun
embun jelaga pun berhubungan dengan tingkat ketuaan yang disebabkan oleh Cercospora coffeicola sering
daun. Pada umumnya serangan embun jelaga terjadi terjadi di lahan pertanaman yang sangat lembab
pada daun yang sudah berkembang dan masak (kelembaban dapat lebih dari 90 %) (Yulia, 2011).
sempurna. Pada saat tumbuh tunas-tunas dengan daun Penyakit bercak daun (Cercospora
baru maka tingkat keparahan rendah, sedangkan ketika coffeicola) penyebarannya bisa disebabkan oleh
daun-daun dalam satu batang tanaman semakin tua,
maka tingkat keparahan juga semakin tinggi (Fiani, dkk
2017.

Jurnal Agrowiralodra | 20
Volume 2, Nomor 1, Januari 2019 |

Gambar 4. Penyakit bercak daun (Cercospora coffeicola)

perantara angin dan air hujan. Ketika spora jamur 3. Kebersihan areal perkebunan sangat
menempel pada permukaan daun kopi, maka cepat atau mempengaruhi perkembangan populasi hama dan
lambat daun itu pun bakal terinfeksi juga. Disamping penyakit tersebut.
itu, penggunaan alat pertanian yang bersentuhan dengan
penyakit dan tidak dibersihkan dengan segera akan Daftar Pustaka
menyebabkan penyebaran penyakit ini. Pengendalian Abidin, Z. 2015. Cara Pengendalian Penyakit Embun
penyakit bercak daun (Cercospora coffeicola) dilakukan Jelaga.
dengan memberi naungan yang cukup, pemupukan Agrios, G. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Ilmu
berimbang dan pengurangan kelembaban kebun kopi. Penyakit Tumbuhan. Bayu Media. Jakarta
Apriliyani. 2016. Pengembangan Insektisida Nabati
Setelah mengidentifikasi dan mengamati secara Dari Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Gamal
makroskopis hama dan penyakit yang menyerang (Gliricidia maculate, Hbr) Untuk Mengandalikan
tanaman kopi maka dapat dilakukan teknik Hama Kutu Putih (Planococcus citri, Risso)
pengendalian sebagai berikut : Pada Tanaman Kopi (Coffea robusta,L). Tesis.
a. Memangkas pohon pelindung dan mengurangi Program Pascasarjana Magister Biologi Fakultas
ranting-ranting pohon kopi yang tidak produktif Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
dengan tujuan untuk mengurangi kelembaban Universitas Lampung.
kebun http://digilib.unila.ac.id/24593/3/TESIS%20TAN
b. Membuang daun-daun yang sakit, membakar atau PA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf diakses
membenamkan kedalam tanah daun-daun yang tanggal 30 Agustus 2019
gugur. Anggraeni I dan Lelana, N.E 2011. Diagnosis Penyakit
c. Kebun percobaan haru selalu dijaga kebersihannya Hutan, Kementrian Kehutanan. Badn penelitian
agar terhindar dari sumber infeksi dan pengembangan kehutanan Puslitbang
d. Apabila serangan sudah meluas, maka diperlukan Peningkatan Produktivitas Hutan.
pengendalian dengan insektisida yang tepat sesuai Defitri, Y. 2016. Pengamatan Beberapa Penyakit Yang
dengan penyebab penyakit dan hamanya. Menyerang Tanaman Kopi (Coffea sp) di desa
Mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten
Kesimpulan Tanjung Jabung Barat. Jurnal Media Pertanian
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan : Volume 1 No 2 Tahun 2016. Hal 78-84.
1. Hama yang banyak menyerang tanaman kopi Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Pedoman Teknis
adalah kutu daun hijau (Coccus viridis) dan kutu Budidaya Kopi Yang Baik (Good Agriculture
dompolan (Planococus sp). Practices/ GAP on Coffee).
2. Penyakit yang banyak meyerang adalah penyakit http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gamb
karat daun (Hemileia vastatrix), penyakit embun ar/file/GAP%20KOPI.pdf
jelaga (Root Down) dan penyakit bercak daun Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura.
(Cercospora coffeicola) 2019. diakses tanggal 22 Agustus 2019
http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.ph

Jurnal Agrowiralodra | 21
Volume 2, Nomor 1, Januari 2019 |

p?option=com_content&view=article&id=107&I
temid=87
Fiani Ari, Yuliah, Hadiyan Yayan. 2017. Respon
Populasi Asal Cendana (Santalum album L)
Terhadap Serangan Embun Jelaga. Proceeding
Biology Education Conference Volume 14
Nomor 1 Halaman 106-108

Harni, R dkk. 2015. Teknologi Pengendalian Hama dan


Penyakit Tanaman Kopi. IAARD Press.
http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle
/123456789/5387/Teknologi%20Pengendalian%
20Hama%20dan%20Penyakit%20Kopi%20IAA
RD.pdf?sequence=1&isAllowed=y Diakses
tanggal 22 Agustus 2019
Suwardani, N.W; Purnomowati; Sucianto, E. T. 2014.
Kajian Penyakit Yang Disebabkan Oleh
Cendawan Pada Tanaman Cabe Merah
(Capsicum annum L) di Pertanaman Rakyat
Kabupaten Brebes. Scripta Bilogica. Volume 1
Nomor 3 september 2014. 223-226.
https://media.neliti.com/media/publications/1692
65-ID-kajian-penyakit-yang-disebabkan-oleh-
cen.pdf
Setiadi, 2011. Bertanam cabai di Lahan Dan Pot.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Tarigan, E.B.R. 2016. Fenomena Embun Jelaga Pada
Tanaman Kopi. Balittri.
http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/be
rita/info-teknologi/422-fenomena-embun-jelaga-
pada-tanaman-kopi
Yulia, T. 2011. Petunjjuk Praktis Bertanam Cabai. Agro
Media Pustaka. Jakarta

Jurnal Agrowiralodra | 22

Anda mungkin juga menyukai