DISUSUN OLEH
ASTARY UTAMI (1919720009)
KHAIRUNNISA RUFIAR (1919720034)
DHANDI WIJAYA (1919720053)
CLAUDINE RADOT PAMELA BORU (1919720020)
MEIDI TRI YUDHA (1919720019)
ELIYANA (1919720052)
DOSEN PENGAMPU: DR. Rico Januar S, SKM, M.Kes (Epid)
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejalan dengan amanat Pasal 28 H, ayat (l) perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggungjawab
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan fasilitas pelayanan umum yang layak (Depkes RI,
2008).
Menurut Wijono (1999) dalam Jon Hardi (2010) Pelayanan kesehatan yang bermutu
merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang. Penyedia layanan kesehatan
dituntut memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, dengan memberikan produk yang
lebih bermutu, lebih murah dan pelayanan yang lebih baik (Subekti, 2009). Suatu pelayanan
dikatakan bermutu apabila dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya,yakni menguasai
pengetahuan tentang kebutuhan dan kepuasan pelanggan (customer requirements) (Supranto,
2006).
Sebagai layanan kesehatan, Kemampuan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan pasien
dapat diukur dari tingkat kepuasan pasien. Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien
dari pertama kali datang, sampai pasien meninggalkan rumah sakit. Kemampuan rumah sakit
dalam memyampaikan kualitas pelayanan kesehatan yang baik merupakan harapan bagi setiap
masyarakat ketika datang untuk melakukan konsultasi atas permasalahan kesehatan yang sedang
mereka rasakan (Laila, 2007).
Kepuasan pelanggan merupakan fungsi kinerja yang dipersepsikan pelayanan dan
ekspektasi pembeli (Mote, 2008). Apabila pelayanan rumah sakit baik maka pasien akan merasa
puas dan begitupun sebaliknya bila pelayanan rendah maka pasien merasa tidak puas. Menurut
Kotler (2009), kepuasan yang tinggi menimbulkan loyalitas pelanggan yang tinggi. Pasien
yang puas dengan pelayanan rumah sakit akan berdampak baik,diantaranya: menggunakan
pelayanan rumah sakit tersebut bila suatu hari membutuhkan kembali, menganjurkan orang lain
menggunakan pelayanan rumah sakit itu, membela rumah sakit itu bila ada orang lain
menjelekan pelayanan rumah sakit tersebut (Laksono, 2008).
Rumah sakit yang client oriented (mengutamakan pihak yang dilayani) memperoleh
banyak manfaat karena mengutamakan kepuasan pasien, misalnya: a)pasien yang puas pada
pelayanan rumah sakit, akan dengan senang hati mengikuti rekomendasi-rekomendasi medis
demi kesembuhan nya; b)Terciptanya citra positif dan nama baik rumah sakit karena pasien yang
puas tersebut akan memberitahukan kepuasannya kepada orang lain. Hal ini secara akumulatif
akan menguntungkan rumah sakit karena merupakan pemasaran rumah sakit secara tidak
langsung; c) Citra positif rumah sakit akan menguntungkan secara sosial dan ekonomi.
Bertambahnya jumlah pasien yang berobat, karena ingin mendapatkan pelayanan yang
memuaskan seperti yang selama ini mereka dengar akan menguntungkan rumah sakit secara
sosial dan ekonomi (meningkatnya pendapatan rumah sakit); d) Berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholders) rumah sakit, seperti, perusahaan asuransi, akan lebih menaruh
kepercayaan pada rumah sakit yang mempunyai citra positif; e) Di dalam rumah sakit yang
berusaha mewujudkan kepuasan pasien akan lebih diwarnai dengan situasi pelayanan yang
menjunjung hak-hak pasien. Rumah sakitpun akan berusaha sedemikian rupa sehingga
malpraktik tidak terjadi.
Pada umumnya pasien yang merasa tidak puas akan mengajukan complain (keluhan)
pada pihak rumah sakit. Komplain yang tidak segera ditangani akan mengakibatkan menurunnya
kepuasan pasien terhadap kapabilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut (Assauri,
2003). Menurut Kotler (2009), dari pasien yang menyampaikan keluhan, sekitar 54% sampai
70% akan menggunakan kembali jasa rumah sakit jika keluhan diselesaikan. Bahkan akan naik
menjadi 95% jika pelanggan merasa keluhan itu diselesaikan dengan cepat. Selain itu, dampak
positif lainnya bila pelanggan yang keluhannya telah di selesaikan dengan memuaskan adalah
pelanggan akan menceritakan pengalaman baik yang mereka terima tersebut kepada rata-rata 5
orang. Namun pelanggan yang tidak puas rata-rata menggerutu kepada 11 orang. Hal tersebut
menggambarkan besarnya dampak buruk dari pelanggan yang tidak puas, yang harus diperbaiki
oleh pihak rumah sakit.
Rumah sakit pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masih banyak
dijumpai kekurangan sehingga jika dilihat dari segi mutu dan kepuasan masih jauh dari yang
diharapkan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan masih munculnya berbagai keluhan-keluhan
pasien melalui media massa ataupun secara langsung(Mote, 2008). Jika kondisi ini tidak
direspon maka akan dapat menimbulkan citra yang kurang baik terhadap rumah sakit pemerintah
itu sendiri. Mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat maka pemerintah
perlu terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, khususnya pada bidang kesehatan
yakni rumah sakit (MenPAN, 2004).
Oleh karena itu, rumah sakit sebagai penyelenggara kesehatan dituntut untuk dapat
mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan kesehatan di instansi
publik (Subekti, 2009). Sementara itu, kondisi pengguna layanan kesehatan (pasien) saat ini
telah terjadi suatu perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang
semakin baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat (Widodo,
2001 dalam Mote, 2008). Pasien sudah lebih banyak tahu dan mendapat informasi,bagi pasien
pelayanan yang baik tidak hanya dikaitkan kesembuhannya dari penyakit fisik atau
meningkatkan derajat kesehatannya, tapi juga menyangkut kepuasan terhadap sikap,
keterampilan petugas dalam memberikan pelayanan, tersedianya sarana dan prasarana serta
lingkungan fisik yang memadai. Hal ini menerangkan bahwa pasien semakin sadar akan apa
yang menjadi hak dan kewajibannya yang perlu dihargai oleh pihak pemberi jasa pelayanan,
sehingga pasien semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan dan aspirasinya kepada
pihak rumah sakit di instansi pemerintah (Mote, 2008).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan merupakan
rumah sakit pemerintah milik pemerintah provinsi Sumatera Selatan. RSUD Siti Fatimah
merupakan tempat rujukan bagi Rumah Sakit tipe C yang ada di Sumatera Selatan. Sebagai
rumah sakit pemerintah provinsi, RSUD Siti Fatimah dituntut untuk menunjukkan kredibilitas
dan kapabilitasnya dalam melayani masyarakat dengan mengacu kepada Standar Pelayanan
Minimum (SPM) yang akan menjadi suatu jaminan terhadap masyarakat (pasien) yang
kebutuhannya akan dilayani dengan baik oleh pemerintah provinsi sebagai abdi masyarakat.
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap mutu layanan di
RSUD Siti Fatimah tahun 2020 berdasarkan 5 dimensi mutu pelayanan (Tangible, Reliability,
Responsiveness, Assurance dan Empathy) ?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien kebidanan rawat inap terhadap
pelayanan rawat inap di RSUD Siti Fatimah periode Juni 2020
Manfaat Penelitian
- Menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti mengenai tingkat kepuasan pasien di
rumah sakit.
- Sebagai sumber keilmuan dan pengetahuan yang berkaitan dengan kepuasan pasien rawat
inap di rumah sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran Kepuasan
Supriyanto (2010), mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan
(pasien), diantaranya :
a. Sistem keluhan dan saran
Menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya
guna menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka. Organisasi yang berorientasi
pelanggan (customer centered) memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya
untuk menyampaikan saran dan keluhan. Misalnya media yang digunakan bisa berupa kotak
saran yang ditempatkan di lokasi-lokasi strategis (yang mudah dijangkau atau sering dilewati
pelanggan), kartu komentar (yang bisa diisi langsung maupun yang dikirim via pos kepada 26
RS), saluran telepon khusus bebas pulsa(customer hot lines), website, mempekerjakan staf
khusus dan lain-lain.
b. Ghost shopping (Pembelanja Misterius)
Metode ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kepuasan pelanggan/pasien dengan
cara mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pasien dengan tujuan
untuk melihat kekurangan atau kelebihan dari pelayanan atau produk perusahaan pesaing.
c. Lost Customer Analysis
Metode ini dilakukan dengan cara pemberi pelayanan menghubungi pelanggan yang
berhenti atau pindah ke tempat pelayanan lain dan memahami mengapa hal tersebut terjadi serta
memantau peningkatan lost customer rate (angka kehilangan pelanggan) yang menunjukkan
kelemahan atau kegagalan dalam memuaskan pelanggan.
d. Survei kepuasan pelanggan
yaitu dengan melakukan survey untuk dapat memperoleh umpan balik ataupun tanggapan
secara langsung dari pelanggan.
Menurut Yohana (2009) Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
1) Directly reported satisfaction yakni pengukuran langsung dengan pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan langsung kepada pasien tentang tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan.
2) Derived dissatisfaction yakni pengukuran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
tentang seberapa besar harapan (ekspektasi) dan hasil dari kinerja pelayanan yang telah dirasakan
pasien dan persepsi pasien terhadap kinerja (perceived performance).
3) Problem analysis yakni pengukuran kepuasan yang dilakukan dengan cara meminta
responden untuk mengungkapkan atau menuliskan masalah yang berkaitan dengan pelayanan
yang telah diberikan beserta menuliskan saran-saran untuk perbaikan dalam pelayanan.
Kemudian RS akan melakukan analisis konten (content analysis) terhadap semua permasalahan
dan saran perbaikan untuk mengidentifikasi bidang-bidang utama yang membutuhkan perhatian
dan tindak lanjut segera.
4) Importance-performance analysis yakni pengukuran kepuasan yang dilakukan dengan cara
meminta responden untuk merangking berbagai elemen dari pelayanan yang ditawarkan
berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja pelayanan masing-
masing elemen. Disamping itu, Satrianegara (2009) memaparkan bahwa indikator tingkat
kepuasan pasien, meliputi; jumlah keluhan pasien atau keluarga, surat pembaca, jumlah surat
kaleng, dan surat yang masuk dikotak saran.
Adapun masalah-masalah kepuasan pada pelayanan kesehatan dapat dikenali dengan
berbagai cara, antara lain:
a. Melalui pengamatan langsung terhadap petugas kesehatan yang sedang melakukan layanan
kesehatan
b. Melalui wawancara terhadap pasien dan keluarganya, masyarakat, serta petugas kesehatan.
c. Dengan mendengar keluhan pasien dan keluarganya, masyarakat, serta petugas kesehatan.
d. Dengan membaca serta memeriksa catatan dan laporan serta rekam
medik.
1) Tangibles
Meliputi penampilan dan performansi dari fasilitas-fasilitas fisik, perlatan, personel, dan
material-material komunikasi yang digunakan dalam proses penyampaian layanan.
2) Reliability
Kemampuan pihak penyedia jasa dalam memberikan jasa atau pelayanan secara tepat dan
akurat sehingga pelanggan dapat mempercayai dan mengandalkannya.
3) Reponsiveness
Kemauan atau keinginan pihak penyedia jasa untuk segera memberikan bantuan
pelayanan yang dibutuhkan dengan cepat
4) Assurance
Pemahaman dan sikap kesopanan dari karyawan (contact personnel) dikaitkan dengan
kemampuan mereka dalam memberikan keyakinan kepada pelanggan bahwa pihak penyedia jasa
mampu memberikan pelayanan dengan sebaikbaiknya. Dimensi assurance terdiri dari empat
subdimensi, yaitu:
a. Competence : Keahlian dan keterampilan yang harus dimiliki penyedia jasa dalam
memberikan jasanya kepada pelanggan.
b. Credibility: Kejujuran dan tanggung jawab pihak penyedia jasa sehingga pelanggan dapat
mempercayai pihak penyedia jasa.
c. Courtesy: Etika kesopanan, raswa hormat, dan keramahan pihak penyedia jasa kepada
pelanggannya pada saat memberikan jasa pelayanan.
d. Security: Rasa aman, perasaan bebas dari rasa takut serta bebas dari keragu-raguan akan jasa
pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia jasa kepada pelanggannya.
5) Empathy
Pemahaman karyawan terhadap kebutuhan pelanggan serta perhatian yang diberikan oleh
karyawan. Dimensi empathy terdiri dari tiga subdimensi, yaitu:
a. Acces : Tingkat kemudahan untuk dihubungi atau ditemuinya pihak penyedia jasa oleh
pelanggan.
b. Communication: Kemampuan pihak penyedia jasa untuk selalu menginformasikan sesuatu
dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh pelanggan dan pihak penyedia jasa selalu mau
mendengarkan apa yang disampaikan oleh pelanggan.
c. Understanding Customer: Usaha pihak penyedia jasa untuk mengetahui dan mengenal
pelanggan beserta kebutuhan-kebutuhannya.
Lingkungan Fisik
Kondisi lingkungan adalah keadaaan disekitar atau disekelilingi tempat dimana seorang
berada. Kondisi lingkungan yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di rumah
sakit adalah kondisi yang menyangkut lingkungan fisik sekitar rawat inap seperti kebersihan
ruang rawat inap secara menyeluruh mulai dari kamar tidur sampai kamar mandi/wc,
kenyamanan, kerapihan dan keindahan dari bentuk dan tata ruangan dan penerangan
(Sukmawati, 2003). Permenkes No. 982/92 berisi tentang persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit yang diantaranya adalah: (Rahayu, 2008)
a) Lokasi atau lingkungan rumah sakit: tenang, nyaman, aman, terhindar dari pencemaran, dan
selalu dalam keadaan bersih
b) Ruangan: lantai dan dinding bersih, penerangan cukup, tersedia tempat sampah, bebas bau
tidak sedap. Bebas dari gangguan serangga, tikus, dan bnatang pengganggu lainnya. Lubang
ventilasi cukup, menjamin penggantian udara dalam kamar baik.
c) Atap, langit-langit, pintu, sesuai dengan syarat yang ditentukan.
Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
Beberapa pengertian Rumah Sakit yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya menurut
Assosiation of Hospital Care (1947), American Hospital Assosiation (1974).Wolpen dan Pena
yang dikutip oleh Azwar (1996) adalah sebagai berikut :
a. Rumah Sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta
penelitian kedokteran diselenggarakan.
b. Rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis profesional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita
oleh pasien.
c. Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran
serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi
kesehatan lainnya diselenggarakan.
d. Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan
serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
Adapun definisi Rumah Sakit Umum Daerah adalah rumah sakit yang memberi
pelayanan medis terhadap segala macam penyakit, termasuk pelayanan bersalin yang sistem
organisasi dan operasionalnya diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
Kerangka Teori
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer Data primer yaitu data
yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Metode pengambilan data pasien yang digunakan adalah
penyebaran angket dengan menggunakan kuisioner tertutup yang sifatnya self administered
questionare yaitu meminta responden menjawab sendiri pertanyaan, sehingga kurang
memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan pendapat atau mengungkapkan
harapan dan pengalamannya secara verbal (Ramadhani, 2008). Dalam penelitian ini, data primer
berupa informasi tentang pelayanan yang diharapkan (expected service) dan pelayanan yang
diterima (perceived service) pasien meliputi kelima dimensi mutu, yakni; tangibles, reliability,
responsiveness, assurance, dan emphaty.
Adapun tekhnik pengambilan data dari responden terpilih dilakukan dengan
mendistribusikan kuesioner langsung kepada responden untuk diisi oleh responden. Sebelum
mengisi, responden diberi pengarahan oleh petugas bagaimana prosedur pengisian kuesioner.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dengan pertanyaan
tertutup yang disebarkan ke pasien-pasien di ruang rawat inap kebidanan RSUD Siti Fatimah.
Model kuesioner yang dipakai adalah model kuesioner tertutup dengan skala likert, yaitu skala
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang
tentang fenomena sosial (Sugiono, 2002). Kuisioner terdiri dari beberapa item pertanyaan yang
merupakan adopsi dari penelitian Rahayu (2008). Adapun pengukuran kuisioner pada variabel
dependen menggunakan format skala likert dengan lima kriteria, yaitu skala nilai 1-5
(Ramadhani, 2008). Nilai yang dimaksud adalah skor atas jawaban responden. Skor yang
digunakan,meliputi:
1. Harapan (expected service)
STP (Sangat Tidak Penting): nilainya 1
TP (Tidak Penting) : nilainya 2
CP (Cukup Penting) : nilainya 3
P (Penting) : nilainya 4
SP (Sangat Penting) : nilainya 5
2. Kenyataan (perceived service)
STP (Sangat Tidak Puas) : nilainya 1
TP (Tidak Puas) : nilainya 2
N (Netral) : nilainya 3
P (Puas) : nilainya 4
SP (Sangat Puas) : nilainya 5
Pelayanan yang diharapkan (expected service) terdiri dari variabel tangibles, reliability,
responsiveness, assurance, dan emphaty dengan beberapa item pertanyaan. Sedangkan pelayanan
yang diterima (perceived service) juga terdiri dari variabel tangibles, reliability, responsiveness,
assurance, dan emphaty dengan masing-masing pertanyaan. Kategori “puas” dinyatakan apabila
nilai selisih harapan berbanding dengan nilai kenyataan menghasilkan nilai > 0. Dan dinyatakan
“tidak puas” apabila nilai selisih harapan berbanding dengan nilai kenyataan menghasilkan
nilai ≤ 0(Wardhana, 2011).
Analisa Data
Dalam penelitian ini, menganalisis tingkat kepuasan pasien dengan menggunakan metode
ServQual (Service Quality). Metode “ServQual” (Service Quality) merupakan suatu pendekatan
pengukuran pelayanan yang dikembangkan oleh Zeithaml, Berry dan Parasuraman untuk
mengetahui puas atau tidak puasnya pasien terhadap pelayanan yang diberikan berdasarkan gap
yang terjadi antara pelayanan yang di terima (perceived service) dengan pelayanan yang
diharapkan (expected service) pada setiap 68 dimensi Service Quality yakni bukti fisik
(tangibles), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan
empati (emphaty).
Metode servqual terdiri dari dua bagian yaitu, penilaian dan pembobotan. Penilaian
dilakukan dengan penyebaran kuesioner di mana seorang partisipan memberikan bobot (constant
sum rating scale) untuk kelima dimensi ServQual. Harapan pelanggan terhadap layanan yang
dijabarkan ke dalam lima dimensi ServQual harus bisa dipahami dan diupayakan untuk
diwujudkan. Jika pelayanan yang diterima (perceived service) tidak sesuai dengan pelayanan
yang diharapkan (expected service), itulah yang menimbulkan kekecewaan. Selisih antara
persepsi dengan harapan disebut dengan “gap” atau “kesenjangan pelayanan”, yang dirumuskan
sebagai berikut:
Kenyataan − Harapan = Gap atau K − H = Gap
Jika gap positif (K > H) maka layanan dikatakan surprise dan memuaskan.
Jika gap nol (K = H) maka layanan dikatakan berkualitas dan memuaskan.
Jika gap negatif (K < H) maka layanan dikatakan kurang berkualitas dan tidak memuaskan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Karakteristik Responden
1. Usia
Adapun gambaran distribusi usia responden pasien rawat inap RSUD Siti Fatimah Juni
2020 sebagaimana berikut :
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden, usia termuda adalah
21 tahun dan tertua 39 tahun.
2. Pendidikan Akhir
Adapun gambaran distribusi pendidikan akhir responden pasien rawat inap RSUD Siti
Fatimah Juni 2020 sebagaimana berikut :
Distribusi Pendidikan Akhir Responden di RSUD Siti Fatimah Juni 2020
Pendidikan akhir Frekuensi
N %
SD - -
SLTP 2 6,6 %
SLTA 5 16,6%
DIPLOMA 9 30%
S-1 14 46,6%
S-2 - -
S-3 - -
Total 30 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerjaan responden terbanyak adalah tidak
bekerja yaitu 43,3 % dan paling sedikit adalah pelajar/mahasiswa yaitu 6,6 %.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lama waktu dirawat terbanyak adalah kurang
dari 3 hari yaitu 53,3 % dan paling sedikit adalah 3-6 hari yaitu 46,7 %.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa untuk dimensi Tangibles kenyataan lebih besar
daripada harapan (K>H) sehingga menghasilkan nilai yang positif untuk semua item penilaian.
Berdasarkan metode ServQual (Service Quality), jika K > H maka layanan dikatakan surprise
dan memuaskan.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa total rata-rata untuk dimensi Empathy
kenyataan lebih besar daripada harapan (K>H) sehingga menghasilkan nilai yang positif untuk
semua item penilaian. Berdasarkan metode ServQual (Service Quality), jika K > H maka layanan
dikatakan surprise dan memuaskan. Akan tetapi tidak semua item penilaian pada dimensi
Empathy menghasilkan penilaian K > H. pada point ketiga didapatkan K = H sehingga
menghasilkan nilai 0. Berdasarkan metode ServQual (Service Quality), jika K = H maka layanan
dikatakan berkualitas dan memuaskan.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa total rata-rata untuk dimensi Reability kenyataan
lebih besar daripada harapan (K>H) sehingga menghasilkan nilai yang positif untuk semua item
penilaian. Berdasarkan metode ServQual (Service Quality), jika K > H maka layanan dikatakan
surprise dan memuaskan.
Saran
1. Penelitian ini hendaknya bisa dilakukan dalam sampel yang lebih besar dan jangka waktu
yang lebih lama.
2. RSUD Siti Fatimah harus mempertahankan kualitas pelayanan yang sudah baik
3. RSUD Siti Fatimah harus melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala tentang kepuasan
pasien terhadap pelayanan
4. RSUD Siti Fatimah harus aktif dan selalu menyediakan sarana bagi pasien untuk
menyampaikan kritik dan saran demi kemajuan RS dan kenyamanan pasien dalam berobat.
5. RSUD Siti Fatimah harus selalu berinovatif dalam meningkatkan kualitas pelayanan