Anda di halaman 1dari 5

Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa indonesia tentang diri dan lingkungan (orang –

orang, suku, agama,ras kebudayaan, kelompok, golongan dan lain – lain) dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam kehidupan modern, arus globalisasi dapat membantu perkembangan sebuah negara. Namun
dapat juga berdampak negatif jika masyarakat tidak memiliki wawasan kebangsaan yang cukup
rendahnya wawasan kebangsaan berdampak pada tergerusnya rasa nasionalisme dan krisis jati diri
bangsa. Wawasan kebangsaan dapat menunmbuhkan rasa cinta tanah air pemuda indonesia dalam
menghadapi arus globalisasi masyarakat yang memiliki wawasan kebangsaan luas dapat
menumbuhkan semangat kebangkitan nasional.

Landasan wawasan kebangsaan indonesia


1. Pancasila
2. UUD 1945
3. Bhineka Tunggal Ika
4. NKRI Harga mati

Perjuangan mewujudkan bangsa indonesia


1. Perjuangan Fisik
2. Sumpah Pemuda
3. Pancasila
4. Proklamasi
5. UUD 1945

Aspek wawasan kebangasaan


1. Aspek moral
2. Aspek intelektual

Nilai nilai wawasan kebangsaan


1. Penghargaan terhadap rakyat dan martabat sebagai mahluk tuhan yang maha kuasa
2. Tekat bersama untuk berkehidupan yang bebas merdeka dan bersatu
3. Cinta tanah air dan bangsa
4. Demokrasi dan kedaulatan rakyat
5. Kesetiakawanan sosial
6. Masyarakat adil dan makmur

Tantangan wawasan kebangsaan


1. Semangat kebangsaan melemah (tawuran)
2. Ancaman disintegrasi bangsa (OPM)
3. Adanya upaya untuk melarutkan pendangan hidup bangsa ke dalam pola pikir yang asing
untuk bangsa kita.
Bagaimana pemuda kita sekarang? Mengalami krisis akhlaq, bentuk nya seperti :
1. Perkelahian
Kasus perkelahian sering terjadi karena didorong oleh hawa nafsu yang tidak terekendali dari
jiwa manusia tidak terkecuali remaja, dimana remaja sesuai dengan sifat perkembangannya
jiwanya yang masih labil dan mudah bergejolak dan memberontak terhadap hal-hal yang
tidak disukai dan sesuai dengan kehendaknya.

2. Pencurian

Kasus pencurian biasanya dilakukan akibat dari kebutuhan ekonomi dari mereka dimana si
pelaku terpengaruh oleh kebutuhan-kebutuhan konsumtif yang ada, sedangkan kemampuan
dan kondisi ekonomi keluarga lemah akibatnya si pelaku melakukan tindakan nekat
pencurian ataupun pencopetan tapi lama kelamaan menjadi suatu profesi /pekerjaan.

3. Minum – Minuman keras

Kasus minum-minuman keras ini disebabkan karena faktor lingkungan setempat, dimana
hampir disetiap tempat seperti toko-toko dan kedai menyediakan minuman keras, sehingga
menarik perhatian para remaja untuk mencobanya, ditambah promosi yang gencar akan
khasiat kenikmatan dari minuman keras tersebut.

4. Perjudian

Pada saat sekarang ini perjudian telah menjadi tradisi/kebiasaan dan budaya bagi masyarakat,
sehingga sangat sulit untuk dibasmi.

5. Pemerasan

Kasus pemerasan biasanya dilakukan akibat dari tindak lanjut dari minum-minuman keras
dan judi, dimana saat-saat tidak mempunyai uang untuk berjudi dan minum-minuman keras,
mereka tidak segan-segan lagi untuk melakukan pemerasan terhadap orang lain

6. Mengganggu Ketertiban Umum

Dengan adanya perkelahian, pencurian atau pencopetan, minum – minuman keras, perjudian,
pemerasan, yang terjadi di masyarakat maka akan menimbulkan masalah sosial yaitu suatu
kondisi masyarakat yang dilihat dari suatu sudut tidak diinginkan. Secara tidak langsung
sangat meresahkan dan menyusahkan orang tua, terutama lingkungan.

Faktor – faktor penyebab terjadinya krisis akhlak sebagai berikut:


1. Faktor Lingkungan yaitu,
a. Kesalahan di dalam bergaul dengan lingkungan sekitar.
b. Anak remaja mudah mengikuti perilaku teman yang bersifat kurang baik.
c. Pergaulan atau perkumpulan yang kurang baik.
2. Faktor Keluarga yaitu sebagai berikut :
a. Krisis akhlak dalam keluarga disebabkan karena longgarnya pegangan agama,
b. Krisis akhlak dalam keluarga terjadi karena pembinaan moral oleh orang tua, sekolah, dan
masyarakat kurang efektif. Sehingga anak mudah terpengaruh pada hal-hal yang tidak
diinginkan.

3. Faktor Pribadi yaitu,


a.Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah, hiper aktif, dan lain-lain).
b. Faktor dalam diri anak sendiri yaitu berupa kekurangan dalam pembentukan hati nurani,
ketidak mampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan, ketidak mampuan pengendalian
emosional, kegagalan dalam sekolah dan pergaulan, gangguan kejiwaan atau cacat tubuh.

Pesan penutup

Bukan saatnya berkata ini milikku dan itu milikmu perbedaan bukan untuk buat kita rapuh saatnya
kini berkata kita adalah satu indonesiaku

Makna Wawasan Kebangsaan Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna :

Mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan dan kesatuan serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Makna wawasan kebangsaan tersebut tercetus/diikrarkan pada sumpah pemuda tanggal 28 oktober
1928 sebagai tekat perjuangan dan merupakan konvensi nasional

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan analisis data diperoleh simpulan
hasil penelitian sebagai berikut:
1. Globalisasi menantang kekuatan penerapan unsur jati diri bangsa Indonesia melalui agen budaya
luar sekolah terutama media massa. Para siswa lebih tertarik dengan budaya baru yang ditawarkan
agen budaya luar sekolah terutama media televisi dibandingkan dengan budaya kita sendiri yang
ditanamkan di sekolah. Adanya pertentangan antara nilai-nilai yang bersumber dari budaya adiluhung
bangsa Indonesia dengan nilai-nilai yang dibawa oleh agen globalisasi tersebut mengakibatkan
terjadinya konflik nilai pada diri siswa.

2.Terpaan media massa televisi memporakporandakan nilai-nilai adiluhung bangsa Indonesia,


sehingga para siswa sering menampilkan perilaku yang menyimpang dari ukuran budaya kita.
Gemerlapnya acara televisi, utamanya siaran televisi asing yang ditangkap oleh fasilitas parabola dan
semacamnya, menyita perhatian dan waktu para pelajar sehingga kegiatan menekuni pelajaran
menjadi terganggu.

3. Tayangan televisi banyak sekali mengajarkan nilai-nilai yang menantang pencapaian misi
PKn dalam mendidik warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen). Tayangan
televisi yang lebih mengutamakan aspek hiburan tidak berkontribusi positif terhadap pembinaan
warganegara yang terdidik (educated citizen). Budaya konsumerisme yang dibawakan berbagai
acara di televisi menggiring para pemirsa termasuk para pelajar menampilkan gaya hidup
konsumtif.

4. Tayangan televisi nasional sangat miskin nuansa pengembangan wawasan kebangsaan dan cinta
tanah air. Untuk mengimbangi adanya penetrasi nilai-nilai yang tidak sesuai dengan budaya bangsa
yang dibawakan oleh tayangan televisi asing maupun nasional perlu dibuat tayangan tandingan yang
sama menariknya yang sarat akan nilai-nilai kebangsaan.

5. Format ideal pembelajaaran PKn adalah diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri, ditopang
oleh sejumlah mata pelajaran lain yang relevan untuk memperkuat aspek tanggung jawab warga
negara, dan disempurnakan oleh berbagai program kegiatan ekstrakurikuler maupun ekstra mural
yang diselenggarakan di sekolah maupun luar sekolah termasuk pendidikan interventif dengan
keluarga, organisasi sosial politik, maupun media massa.

6. Pencapaian misi PKn dalam mendidik warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen)
tidak hanya dilaksanakan dalam kegiatan kurikuler di kelas, akan tetapi harus didukung oleh berbagai
kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas. Kenyataan yang ada masih terjadi sebaliknya dimana
pencapaian misi PKn dalam mendidik warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen)
masih dibebankan pada pundak guru PKn, belum menjadi tanggung jawab seluruh guru di sekolah.

7. Suasana kehidupan di sekolah belum kondusif bagi upaya mencapai misi PKn dalam mendidik
warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen). Tata tertib sekolah belum menjadi
alat yang efektif untuk mengendalikan perilaku siswa sebagai warganegara muda (young citizen)
yang santun dan berbudi pekerti luhur.

8. Beberapa kompetensi yang penting sebagai indikator seorang warganegara yang cerdas dan
baik adalah: (1) memiliki kemampuan untuk melihat dan mendekati masalah sebagai anggota
masyarakat global; memiliki kemampuan bekerja sama dengan orang lain dengan cara
yang kooperatif dan menerima tanggung jawab atas peran/tugasnya di dalam masyarakat; (3)
memiliki kemampuan memahami, menerima, menghargai dan dapat menerima perbedaanperbedaan
budaya; (4) memiliki kapasitas berpikir dengan cara yang kritis dan sistematis. Keinginan untuk
menyelesaikan konflik dengan cara tanpa kekerasan; (5) memiliki keinginan untuk mengubah gaya
hidup dan kebiasaan konsumtif untuk melindungi lingkungan Kemampuan bersikap sensitif dan
melindung hak asasi manusia (misalnya, hak wanita, hak etnis minoritas, dan lain-lain); (6) memiliki
keinginan dan kemampuan untuk ikut serta dalam politik pada tingkat lokal, nasional dan
internasional.

Rekomendasi
1. Karena televisi merupakan agen yang paling efektif dalam menyebarkan nilai-nilai budaya
modern, sedang nilai-nilai tersebut banyak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai adiluhung bangsa,
maka perlu dilakukkan upaya pencegahan oleh keluarga agar anak terbebas dari pengaruh buruk
tersebut, misalnya dengan cara mendampingi pada saat anak-anak menonton btelevisi dan/
atau memberikan penjelasan mengenai tayangan yang dapat berpengaruh buruk bagi mereka.
2. Efektivitas penerapan kurikulum PKn yang diorganisir secara terpisah (separated subject
curriculum) perlu dilengkapi dengan berbagai kegiatan sekolah yang dikemas dalam berbagai
kegiatan baik ko maupun ekstrakurikuler yang dapat membantu pencapaian visi dan misi PKn
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui koridor value-based education.
3. Tata tertib serkolah perlu ditingkatkan daya ikatnya kepada seluruh siswa di sekolah agar
para siswa dibiasakan untuk berperilaku baik sebagai seorang warganegara Indonesia yang memiliki
karakter ke-Indonesiaan seiring dengan adanya keteladanan dari orang dewasa baik di sekolah
maupun di rumah.

Anda mungkin juga menyukai