Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN KE 4 ( EMPAT)

(RASIONALITAS DALAM PERTUKARAN)

A. Sejarah Akar Teori

Lahir di Boston tahun 1910. Ia dibesarkan pada lingkungan keluarga yang kaya raya.

Pada tahun 1932 Homans menerima gelar Sarjana Muda dari Havard University. Setelah

memperoleh gelar ini Homans mengalami depresi yang cukup berat karena ia menganggur

terlalu lama. Ketertarikan Homans mengenai sosiologi sebagian besar karena faktor kebetulan.

Tahun 1932, ketika Homans merasa putus asa dan bosan karena lama menganggur, seorang ahli

psikologi asal Havard, Prof. Lawrence J. Henderson mengadakan seminar tentang teori Pareto

mengenai struktural sosial masyarakat Perancis. Homans menjadi pemakalah ketika itu, Seminar

ini juga dihadiri oleh Talcolt Parsons. Pada seminar ini Homans mengungkapkan ketertarikannya

pada teori Pareto untuk menerangkan mengapa teori sosiologi Amerika sangat konservatif dan

anti-Marxis. Makalah Homans tentang Pareto ini berhasil dijadikan buku berjudul “An

Introductions to Pareto” yang ditulisnya bersama Charles Curtis dan diterbitkan pada Tahun

1934.

Karya Homans dalam sosiologi sebenarnya berawal pada tahun 1933, ketika bergabung

dengan Prof. Lawrence Henderson yang sedang meneliti ciri- ciri psikologis dari pekerjaan

37
Industri dan Elton Mayo (guru Homans), seorang ahli psikologi yang meneliti tentang faktor

manusia dalam indusrialisasi (Ritzer & Dooglas J. Goodman, 2004: 362). Kemudian pada tahun

1934 sampai dengan 1939 Homans mengikuti Program Junior Fellow di Havard University. Dari

Program ini Homans mendapatkan banyak pengetahuan sosiologi. Pada tahun 1939 ini pula ia

bergabung dengan jurusan sosiologi tetapi terputus oleh perang.

Homans masuk pada Angkatan Laut saat Perang Dunia II. Pada saat inilah ia memikirkan

masalah penting tentang sejumlah hasil studi “lapangan” atau konkret tentang kelompok kecil

baik yang asli maupun yang modern untuk dituangkan dalam satu konsep umum yang lengkap

dengan skemanya. Setelah perang Homans kembali ke Havard dan bergabung dengan jurusan

hubungan sosial. Ia mulai menulis buku berjudul The Human Group . Dalam karyanya ia juga

dipengaruhi oleh B.F. Skinner, seorang psikolog yang juga merupakan teman dekatnya tentang

teori behaviorisme psikologis. Berdasarkan perspektif ini Homans membangun Teori Pertukaran.

Meskipun Homans menjadi tokoh sosiologi terkemuka pada masanya, tetapi ia tidak pernah

memperoleh gelar Ph.D. Homans meninggal pada tahun 1989.

Banyak ide dasar dalam karya Homans yang juga menyerang intepretasi Levi-Strauss

mengenai kebiasaan-kebiasaan perkawinan dalam masyarakat primitif. Hal ini merupakan tema

pokok dalam analisis lintas-budaya yang dikemukakan oleh Homans. Tekanan Homans pada

penjelasan institusi-institusi sosial di tingkat psikologi individu merupakan pendekatan dasarnya,

38
Homans berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk

menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Homans

mengemukakan bahwa penjelasan ilmiah harus dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat

diamati dan diukur secara empirik. Keadaan-keadaan internal (perasaan dan sikap subyektif, dan

sebagainya) harus didefinisikan dalam istilah-istilah perilaku ( Behavioral term) untuk keperluan

pengukuran empiris (Robert Lawang, M.Z, 1950: 38)

Satu ciri khas teori pertukaran yang menonjol adalah cost and reward. Dalam berinteraksi

manusia selalu mempertimbangkan cost (biaya atau pengorbanan) dengan reward (penghargaan

atau manfaat) yang diperoleh dari interaksi tersebut. Jika cost tidak sesuai dengan reward-nya,

maka salah satu pihak yang mengalami disertasi seperti ini akan merasa sebal dan menghentikan

interaksinya, sehingga hubungan sosialnya akan mengalami kegagalan

B. Konsep Utama Teori

Homans memulai teorinya dengan ilmu ekonomi bukan dengan psikologi. Teori

pertukaran Homans berasumsi bahwa seorang terlibat pada sebuah tindakan karena ganjaran atau

menghindari adanya hukuman. Pertukaran perilaku untuk memperoleh ganjaran tersebut

merupakan prinsip dasar dalam transaksi ekonomi. Ilmu ekonomi dapat menggambarkan

hubungan pertukaran dan sosiologi dapat menggambarkan adanya struktur-struktur sosial

diamana pertukaran tersebut terjadi. Melalui ilmu ekonomi Homans mengkaji perilaku individu

39
dalam meraih nilai melalu tindakannya, hal ini juga didukung dari adanya teori psikologi milik

Skinner (Behavioralisme). Seperti halnya binatang yang mencoba mencari ganjaran serta

menghindari adanya hukuman, manusia pun mencobanya dengan memperbesar keuntungan dan

memperkecil biaya yang dikeluarkan. Menurut Homans, dilihat dari sisi fungsional bukan hanya

status yang berasal dari fungsi sosialnya melainkan karena struktur yang demikian itu terdiri dari

individu-individu yang terlibat dalam proses pertukaran barang yang berwujud materi maupun

non-materi (Homans, 1958: 579-606).

Pertukaran sosial yang terjadi antar individu tidak berjalan statis, karena tidak selamanya

individu mendapatkan keuntungan dari proses pertukaran sosial itu. Oleh karena itu, bagi

Homans dalam teori pertukaran sosial perlu dilakukan proposisi-proposisi. Menurut Homans

proposisi - proposisi yang dapat menjelaskan teori pertukaran sosial secara utuh, diantaranya,

proposisi sukses, proposisi stimulus, proposisi nilai, proposisi kelebihan dan kekurangan,

proposisi agresi – pujian, dan proposisi rasionalitas.

Pernyataan pertama proposisi sukses, “Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu

tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu

(Homans, dalam Poloma: 61). Asumsi dasar proposisi sukses adalah “semakin sering tindakan

seseorang itu dihargai maka semakin sering orang itu melakukan tindakan yang sama”.

Sebaliknya, semakin sering tindakan seseorang itu gagal atau tidak mendapatkan penghargaan

40
maka tindakan itu tidak akan diulangi lagi olehnya. Proposisi sukses ini dapat disimpulkan

bahwa ketika seorang individu memperoleh ganjaran dari tindakan yang ia lakukan maka suatu

ketika ia akan melakukan tindakan itu lagi bahkan ia akan sering melakukan tindakan tersebut

dengan harapan ia dapat menerima ganjaran yang serupa dengan apa yang telah ia dapatkan

sebelumnya.

Proposisi stimulus atau rangsangan menyatakan bahwa “jika di masa lalu terjadinya

stimulus (rangsangan) yang khusus atau seperangkat stimuli merupakan peristiwa dimana

tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini

dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang

agak sama, (Homans, dalam Poloma: 64). Proposisi tersebut menjelaskan bahwa ketika seorang

individu mendapatkan rangsangan (stimulus) maka ia akan cenderung melakukannya agar

mendapatkan apa yang ingin ia dapatkan. Pada kejadian sebelumnya individu telah mendapatkan

ganjaran (reward) setelah ia melakukan sesuatu, dengan adanya stimuli semacam itu individu

akan melakukannya lagi agar ia mendapatkan hal (ganjaran) yang serupa.

Proposisi nilai, “semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang

melakukan tindakan itu” (Homans, dalam Poloma: 63). Proposisi ini berkaitan dengan tingkat

atau tinggi rendahnya nilai dari sebuah tindakan. Disini Homans memperkenalkan konsep hadiah

dan hukuman. Hadiah adalah tindakan dengan nilai positif, makin tinggi nilai hadiah, makin

41
besar kemungkinan mendatangkan perilaku yang diinginkan. Sedangakan hukuman adalah hal

yang diperoleh karena tingkah laku yang negatif.Dalam pengamatannya, Homans

memperhatikan bahwa hukuman bukanlah merupakan cara yang efektif untuk mengubah tingkah

laku seseorang. Ketika tindakan memiliki nilai yang tinggi maka seorang individu ini akan

semakin senang atau menikmati apa yang dilakukannya berbeda ketika nilai dari sebuah tindakan

itu rendah atau bahkan justru tidak ada nilai yang mengikutinya maka individu akan cenderung

malas atau bahkan tidak melakukan tindakan itu. Jadi ketika individu melakukan satu tindakan ia

melihat dari sisi nilai yang dimiliki ketika tindakan itu dilakukan.

Proposisi Kejenuhan (deprivasi–satiasi), “semakin sering di masa yang baru berlalu

seseorang menerima suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut

peningkatan setiap unit ganjaran” (Homans, dalam Poloma: 63-64). Dalam proposisi kejenuhan

(deprivasi–satiasi) ini menjelaskan bahwa ketika suatu tindakan yang pada awalnya bernilai

semakin lama nilai tersebut akan semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Dapat

dikatakan bahwa dari tindakan yang bernilai ketika tindakan itu dilakukan berulang-ulang maka

setiap perulangan tersebut akan terjadi pengurangan nilai. Individu akan merasakan terjadinya

pengurangan nilai dari tindakan yang ia lakukan berulang karena pengulangan itu sendiri yang

menyebabkan adanya pengurangan nilai tersebut. Unsur waktu menjadi sangat penting didalam

42
proposisi ini. Orang pada umumnya tidak akan lekas jenuh, kalau ganjaran itu di peroleh sesudah

waktu yang cukup lama.

Proposisi Persetujuan (restu) – agresi, dalam bagian ini ada dua proposisi yang

berbeda. Proposisi yang pertama berbunyi “ Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran

seperti yang diharapkannya atau mendapat hukuman yang tidak diharapkannya, maka semakin

besar kemungkinana bahwa dia akan menjadi marah dan melakukan tindakan yang agresif, dan

tindakan agresif itu menjadi bernilai baginya.” Homans memberikan contoh bahwa jika

seseorang tidak mendapatkan nasihat yang dia harapkan dari orang lain dan orang lain itu tidak

mendapat pujian yang dia harapkan maka keduanya akan menjadi marah. Dalam proposisi ini

berbicara tentang perilaku emosional dari individu yang timbul dari perilaku yang telah ia

lakukan sebelumnya. Pada proposisi diatas dijelaskan bahwa individu akan melakukan tindakan

sebagai reaksi dari adanya gajaran atau hukuman yang ia terima. Ketika individu tidak

mendapatkan apa yang ia inginkan ia akan melakukan tindakan agresif demi menyalurkan rasa

emosional yang ia rasakan. Tindakan atas dasar emosi tersebut bisa jadi menjadi tindakan yang

paling bernilai baginya karena apa yang ia harapkan sebelumnya tidak dapat terpenuhi.

Proposisi yang kedua lebih bersifat positif “ Apabila seseorang mendapat ganjaran yang

diharapkannya, khususnya ganjaran yang lebih besar dari pada yang diharapkannya, atau tidak

mendapatkan hukuman yang diperhitungkannya maka ia akan menjadi senang, lebih besar ia

43
akan melakukan hal-hal yang positif dan hasil dari tingkah laku yang demikian adalah lebih

bernilai baginya”. Misalnya, apabila seseorang mendapatkan nasihat dari orang lain seperti yang

diharapkannya dan orang lain itu mendapat pujian seperti yang diharapkannya maka keduanya

akan menjadi senang dan besar kemungkinan yang satu menerima nasihat dan yang lainnya

memberikan nasihat yang lebih bermanfaat. ketika individu mendapatkan ganjaran yang bernilai

lebih dari apa yang ia harapkan individu ini akan merasa senang atau bahkan apa yang ia lakukan

tersebut dapat menjadi hal yang paling berharga baginya

Di sumber lain (Raho, 2007: 172- 176) menyebutkan masih ada 1 proposisi lagi yaitu

Asumsi dasar proposisi rasionalitas adalah “orang membandingkan jumlah imbalan yang

diasosiasikan dengan setiap tindakan. Imbalan yang bernilai tinggi akan hilang nilainya jika

aktor menganggap bahwa itu semua cenderung tidak akan mereka peroleh. Sedangkan imbalan

yang bernilai rendah akan mengalami petambahan nilai jika semua itu dipandang sangat

mungkin diperoleh. Jadi, terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan kecenderungan

diperolehnya imbalan”.

Imbalan yang paling diinginkan adalah imbalan yang sangat bernilai dan sangat mungkin

dicapai. Sedangkan imbalan yang paling tidak diinginkan adalah imbalan yang paling tidak

bernilai dan cenderung tidak mungkin diperoleh. (Homans dalam Ritzer, 2009:457).

44
Proposisi Homans yang terakhir ini menjelaskan proses aktivitas individu yang syarat

dengan pragmatisme kepentingan. Dalam aktivitas individu, nilai adalah segala- galanya, nilai

mendorong untuk bertindak dan juga dapat menghambat dalam bertindak, tergantung kelebihan

dan kekurangan dari nilai itu bagi individu yang menjalankannya.

Homans menekankan bahwa proposisi itu saling berkaitan satu sama lain dan harus

dijadikan satu perangkat dalam menganalisis perilaku individu dalam masyarakat. Proposisi –

proposisi tersebut saling melengkapi dalam menjelaskan perilaku individu untuk selanjutnya

dapat menjelaskan mengenai struktur sosial dalam masyarakat.

C . Aplikasi Teori

Teori pilihan rasional ini berkaitan dengan pilihan yang berakar dari nilai dengan adanya

rasionalitas yang dimiliki. Setiap tindakan individu dipengaruhi oleh nilai yang akan didapatkan.

Pertukaran disini terjadi dimana tindakan yang dilakukan akan ditukar dengan nilai yang

diperoleh. Banyak fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dikaji melalui

teori pilihan rasional, termasuk yang terjadi dilingkungan pendidikan mengenai pemilihan

jurusan ketika siswa sekolah menengah atas akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

45
Sekarang ini kuliah sudah seperti menjadi kewajiban untuk remaja atau siswa sekolah

menengah atas yang sudah lulus sekolah, pada dasarnya pendidikan dinegeri kita ini hanya

diwajibkan 9 tahun belajar. Tetapi sekarang ini banyak masyarakat yang memandang pendidikan

sebagai kebutuhan sekaligus gaya hidup, sehingga banyak dari mereka yang sangat berkeinginan

untuk dapat berkuliah.

Siswa banyak memiliki pilihan jurusan apa yang akan ia pilih untuk ia jalani dalam

perkuliahan, banyak sekali perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang menawarkan

jurusan-jurusan serta program studi yang dibutuhkan, diminati, dan sengaja dibentuk hanya agar

menarik minat siswa. Tentu tindakan para siswa dalam memilih jurusan tersebut didasari oleh

alasan-alasan yang berbeda setiap individunya. Mereka mengambil jurusan tersebut karena

mereka memiliki tujuan yang ingin mereka dapatkan. Tujuan dan nilai yang akan didapatkan

ketika mereka mengambil jurusan tersebut menjadi dasar dalam mereka menentukan jurusan itu.

Berdasarkan pengamatan dari fenomena yang ada, ada banyak alasan mengapa siswa

memilih suatu jurusan, yaitu agar dapat masuk ke perguruan tinggi yang mereka inginkan dalam

arti ketika mereka memilih jurusan yang jarang diminati dengan tujuan persaingan yang ada

sedikit sehingga dapat dengan mudah masuk di perguruan tinggi yang diinginkan, mereka ada

yang memilih agar dapat masuk ke perguruan tinggi ternama meskipun jurusan yang diambil

tidak ia ketahui dan tidak memiliki dasar (background) di jurusan tersebut, jadi mereka bisa

46
bangga dengan perguruan tingginya tanpa mempermasalahkan jurusan yang diambil meskipun

tidak sesuai dengan dirinya. Adapula yang memilih jurusan karena melihat jauh kedepan

(prospek) bahwa jurusan tersebut banyak dibutuhkan dimasyarakat, sehingga nantinya dapat

mudah mencari pekerjaan. Begitu juga ada yang memilih jurusan sesuai dengan apa yang ia cita-

citakan atau apa yang ia sukai, jadi mereka memilih jurusan tersebut murni karena keinginan dia

atau selaras dengan cita-citanya bukan karena jurusan tersebut milik perguruan tinggi ternama

ataupun bukan karena memiliki prospek yang cerah untuk mencari pekerjaan kedepannya.

Adapula yang memilih jurusan karena dipaksa atau disuruh orang tuanya untuk mengambil

jurusan tersebut, biasanya hal ini terjadi ketika orang tua menginginkan anaknya hidup sejahtera

nantinya sehingga sang anak diarahkan untuk memilih jurusan yang bisa membuat sejahtera.

Bahkan adapula yang memilih jurusan hanya untuk mengindari mata pelajaran yang tidak ia

sukai, misalnya ketika seseorang tidak menyukai matematika maka ia akan mengambil seni, dll.

Mengkaji fenomena tersebut dengan menggunakan proposisi-proposisi yang dinyatakan

oleh Homans tersebut satu persatu. Proposisi sukses, seperti yang telah dijelaskan diatas

proposisi sukses berkaitan dengan tingkat kesuksesan untuk memperoleh ganjaran atau nilai

yang diharapkan dan tindakan tersebut cenderung dilakukan lagi. Misalnya ketika di SMA

seorang siswa jurusan IPS yang mempelajari pelajaran sosiologi, disitu dia banyak belajar

tentang pola perilaku dan bagaimana dia bersikap dimasyarakat, hal itu memberikan pengalaman

47
berharga baginya oleh karena itu ketika memilih jurusan dia memilih Sosiologi juga agar lebih

bisa mendalami hal tersebut.

Proposisi yang kedua yaitu proposisi rangsangan (stimulus), proposisi stimulus ini

berkaitan antara stimulus dan respon. Dalam proposisi ini mengaitkan antara kejadian yang

pernah dilakukan oleh individu sebelumnya yang akan mempengaruhi atau merangsang adanya

perulangan tindakan yang serupa karena adanya faktor pemberian reward sebagai ganjaran dari

perilaku yang ia lakukan. Biasanya hal ini terwujud ketika waktu sma dia mendapat nilai yang

bagus di salah satu pelajaran yang itu merupakan pelajaran yang ia sukai, dan dia juga menjadi

juara kelas dan mendapatkan hadiah dan SPP gratis, karena hal itu maka ketika memilih jurusan

dia memilih jurusan tersebut (sesuai dengan minat dan bakat).

Proposisi nilai hal ini bisa tewujud ketika seorang anak SMA mempertimbangkan jurusan

apa yang ia pilih melihat dari seberapa bernilainya jurusan tersebut nanti baginya, misalnya

ketika ia memilih jurusan kedokteran maka ia akan dipandang sebagai orang terhormat

dimasyarakat, tetapi ketika ia memilih jurusan pertanian ia tidak diberi penghargaan yang tinggi

dimasyarakat. Sehingga ia memilih jurusan kedokteran karena proporsi nilai.

Proposisi kejenuhan (deprivasi–satiasi) diaplikasikan dalam fenomena yang terjadi

dikalangan siswa, dalam hal ini dapat dicontohkan ketika seorang siswa yang mengambil jurusan

pariwisata. Seorang siswa yang memilih untuk mengambil jurusan tersebut awalnya memiliki

48
tujuan-tujuan tertentu seperti ingin agar dapat berlibur ketempat-tempat pariwisata, namun dalam

perjalanan waktu semakin lama diulang-ulang kegiatannya membuat apa yang dikerjakan ketika

menjadi mahasiswa terkesan tidak menarik. Terjadi pengurangan nilai pada kegiatan praktek

lapangan mahasiswa kunjungan ketempat-tempat wisata, hal ini menyebabkan mahasiswa tadi

tidak lagi ingin mengikuti kegiatan tersebut.

Proposisi (persetujuan) restu-agresi, proposisi ini mengaitkan antara tindakan dengan

emosional dari individu. misalnya, ketika seorang siswa yang ingin sekali masuk di jurusan

pendidikan guru sekolah dasar, Universitas Negeri Yogyakarta maka ia memilih jurusan tersebut

sebagai pilihan utamanya tetapi ketika pengumuman, namanya tidak tercantum sebagai peserta

yang lolos seleksi, karena hal itu ia marah-marah, kecewa, sedih dan tidak mau lagi memilih

jurusan tersebut.

Untuk memperdalam pemahaman materi di atas jawablah pertanyaan dibawah ini

1. Menjelaskan tentang rasional tentang rasionalitas menurut pandangan Weber?

2. Menjelaskan tentang asumsi dasar pertukaran ?

3. Menjelaskan tentang rasionalitas ekonomi dalam pertukaran sosial?

4. Menjelaskan tentang motif pertukaran sosial?

5. Menjelaskan tentang pengaruh kalkulasi ekonomi pada pertukaran sosial?

49

Anda mungkin juga menyukai