Manfaat Transportasi Secara Ekonomi
Manfaat Transportasi Secara Ekonomi
4. Pola pergerakan dalam sistem transportasi terdiri dari 2 pola pergerakan, yakni: Pola
pergerakan spasial dan Pola pergerakan non spasial (Tamin, 2000).
a. Pola pergerakan spasial
merupakan pola pergerakan yang dilakukan atas dasar kegiatan perjalanan di
lokasi tertentu dengan memperhatikan kondisi tata guna lahan dari sebuah
ruang/kawasan. Pergerakan spasial dalam ruang kawasan terdiri dari:
Pola perjalanan orang
Pola perjalanan yang dipengaruhi oleh aktivitas bekerja dan bermukim.
Pola perjalanan ini memiliki sebaran spasial seperti perkantoran,
permukiman dan pertokoan.
Pola perjalanan barang
Pola perjalanan yang dipengaruhi oleh aktivitas produksi dan konsumsi
dengan ditandai adanya pergerakan distribusi dari pusat produksi ke lokasi
konsumsi.
Keduanya sangat bergantung pada sebaran pola tata guna lahan yang ada di kawasan
tersebut.
Adapun pandangan tentang klasifikasi pola pergerakan yang diungkapkan oleh
Chapin (1965) terdiri dari 5 pola pergerakan yaitu:
Radial: pergerakan yang berasal dari permukiman pinggiran kota menuju
ke CBD untuk tujuan tertentu.
Circumferential : Pergerakan yang berasal dan bertujuan di pinggiran kota.
Through : pergerakan yang hanya melewati kota dengan asal dari laur
kota.
CBD (Central Bisnis District): Pergerakan yang hanya terjadi di CBD.
Sub Urban Activity Center (SAC) : Pergerakan yang mengarah ke SAC/
pusat aktivitas pinggiran kota.
Dengan demikian, pola spasial pergerakan dan non spasial dilakukan atas dasar
perjalanan orang dengan memperhatikan kondisi guna lahan kawasan/perkotaan.
Dalam membentuk pola spasial pergerakan ini dicerminkan dengan adanya
pergerakan orang yang menggunakan moda transportasi dalam waktu tertentu dengan
alasan tujuan tertentu.
suatu tempat dikatakan ”aksesibel” jika sangat dekat dengan tempat lainnya, dan
”tidak aksesibel” jika berjauhan. Konsep ini sangat sederhana dimana hubungan
transportasi dinyatakan dalam jarak (km), Saat ini JARAK merupakan suatu variabel
yang tidak begitu cocok, karena orang lebih cenderung menggunakan variabel waktu
tempuh sebagai ukuran aksesibilitas.
Black dan Conroy (1977) membuat ringkasan cara mengukur aksesibilitas di dalam
daerah perkotaan. Daerah perkotaan dibagi menjadi N zona dan semua aktifitas terjadi
di pusat zona. Aktivitas diberi notasi A. Aksesibiltas suatu zona adalah ukuran
intensitas di lokasi tataguna lahan (misal: jumlah lapangan kerja) pada setiap zona di
dalam kota tersebut dan kemudahan untuk mencapai zona tersebut melalaui sistem
jaringan transportasi.
tij = ukuran waktu atau biaya dari zona asal i ke zona tujuan j.
Poin-poin
Masalah dan solusi terhadap kemacetan yang terjadi pada beberapa studi kasus diatas:
Secara umum, dari beberapa studi kasus diatas dapat ditemukan benang merah yang
menjadi kesamaan atas terjadinya kemacetan. Yaitu antara lain;
Kondisi jalan yang mengalami persempitan akibat kurangnya kesadaran masyarakat
dalam menaatai peraturan lalu lintas.
Jadi solusi yang hendak diberikan kepada penentu kebijakan adalah dengan
memperketat pengawasan melalui regulasi juga memberikan pendidikan penyadaran
dalam bentuk penyuluhan.