Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Profil Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo


1. Sejarah Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo
Pada tahun 1989 berdirilah Rumah Sakit Khusus Bedah yang
semula bernama Rumah Sakit Khusus Bedah ‘Aisyiah yang beralamat di
Jalan Yudodipuran No.1 Purworejo kemudian berganti nama menjadi
Rumah Sakit Khusus Bedah PKU Muhammadiyah Purworejo. Pada tahun
1996 pindah ke tempat yang saat itu cukup memadai yaitu di Panti Asuhan
Yatim Piatu Muhammadiyah Jalan Plaosan V No.382B Purworejo.
Letaknya sangat strategis karena di tengah pusat Kota Purworejo dan
berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah
Purworejo. Dalam perkembangannya lahan tersebut tidak memadai dan
berdekatan dengan pemukiman penduduk, sehingga IPAL menjadi
kendala utama kemudian mencari lahan baru di Jalan Brigjend Katamso
No.144A Purworejo. Tanggal 28 Agustus 2001 dilakukan peresmian
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Purworejo di Jalan Brigjend
Katamso No.144A Purworejo oleh Bapak Bupati Purworejo, H.Marsaid,
SH,M.Si.
Pada tanggal 24 Agustus 2016 tutup karena adanya PERMENKES
56 Tahun 2014 tentang Perizinan Rumah Sakit yang mewajibkan badan
hukum, izin operasional dan sertifikat tanah harus satu nama. Tanggal 12
April 2017 Pengadilan Negeri Purworejo menerbitkan Salinan Penetapan
Nomor: 44/Pdt.G/2016/PN Pwr., yang selanjutnya terjadi islah antara
investor dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Selanjutnya berdirilah
Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo dengan izin pendirian dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Purworejo Nomor: 1884/154/IX/2017 tertanggal 27
September 2017. Izin operasional Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo
dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Purworejo Nomor: 562.62/001/IORS/I/2018 tentang Izin
Operasional dan Klasifikasi Rumah Sakit Umum Amanah Umat
Purworejo tertanggal 23 Januari 2018.
Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo diresmikan pada tanggal 21
Feberuari 2018 oleh Bapak Bupati Purworejo H. Agus Bastian, SE,MM.
Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo status kepemilikannya adalah
Perseroan Terbatas (PT). Izin operasional dan penetapan kelas rumah sakit
tertanggal 23 Januari 2018 dengan Nomor: 562.62/001/IORS/2018 dengan
Rumah Sakit Tipe D. Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo memiliki 94
TT, IGD 9 TT, ICU 5 TT, isolasi 1 TT dengan luas lahan ±10.329M², luas
lahan dan bangunan ±5549.88M².
2. Profil Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo
a. Visi Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo
“Menjadi Rumah Sakit Rujukan Komperehensif Dengan Nuansa
Islami”
b. Misi Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo
1) Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat melalui
pelayanan kesehatan Islami;
2) Meningkatkan daya saing rumah sakit melalui pelayanan
unggulan;
3) Meningkatkan profesionalisme sumber daya insani sesuai
kompetensi bidang tugasnya;
4) Mewujudkan pengelolaan rumah sakit Islam yang mandiri;
5) Mengembangkan jaringan pelayanan kesehatan islami berbasis
Ukhuwah Islamiyah; dan
6) Mampu memimpin pengembangan rumah sakit bernuansa Islam.
c. Motto Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo
“Mengemban Amanah Melayani Umat”
d. Tujuan Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo
1) Terselenggaranya pelayanan kesehatan Islami yang menjadi rumah
sakit rujukan lainnya;
2) Terselenggaranya pelayanan kesehatan dengan pelayanan
unggulan berbasis kompetensi dan Ukhuwah Islamiyah;
3) Terwujudnya rumah sakit Islam yang mandiri dengan jejaring
rumah sakit Islam lainnya; dan
4) Terselenggaranya pengembangan dakwah dan syiar Islam melalui
lembaga rumah sakit yang komperehensif dan rahmah.

B. Karakteristik Informan
Pemilihan informan berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan yaitu
informan yang memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan topik penelitian
dan informan yang dapat menggambarkan seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan topik penelitian. Secara garis besar, penelitian ini dapat terwujud
karena kesediaan informan dalam memberikan keterangan melalui wawancara
mendalam. Adapun informan dalam penelitian ini sebanyak 4 orang, yaitu
kepala instalasi rekam medis, bagian assembling, bagian coding dan bagian
proses pengeklaiman.
Tabel 4.1
Karakteristik Informan Penelitian di Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo
Jabatan Di Rumah Sakit Pendidikan Terakhir
Kepala Instalasi Rekam Medis DIII Rekam Medis
Bagian Assembling SMA/MA
Bagian Coding DIII Rekam Medis
Bagian Klaim S1 Kesehatan Masyarakat

C. Hasil Penelitian di Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo


1. Peran Petugas Pada Proses Penyelesaian Klaim BPJS Rawat Inap Rumah
Sakit Amanah Umat Purworejo
Berdasarkan hasil penelitian, petugas yang berperan penting pada
penyelesaian klaim diantaranya yaitu petugas assembling, petugas coding
dan petugas pengeklaiman. Peneliti mengamati tugas pokok masing –
masing petugas, sebagai berikut:
a. Analisis tugas bagian assembling Rumah Sakit Amanah Umat
Purworejo
1) Menyimpan dokumen rekam medis yang telah lengkap ke rak
file dengan metode SNF (Straight Numerical Filing),
2) Menyimpan dokumen rekam medis tidak lengkap ke rak file
berdasarkan unit terkait (unit rawaj jalan, unit rawat inap dan
dokter) yang bertanggung jawab terhadap pengisian dokumen
rekam medis,
3) Mencatat dalam buku ekspedisi berkas tidak lengkap setiap
berkas tidak lengkap yang hendak dimasukkan ke dalam rak file,
4) Mencatat penggunaan dokumen rekam medis,
5) Mencatat setiap berkas yang keluar dari filing berdasarkan
tujuan dan keperluannya (tracer),
6) Mendistribusikan berkas aktif yang dibutuhkan ke bagian
pendaftaran,
7) Mendistribusikan berkas tidak lengkap sesuai dengan unit yang
berwenang dan mencatatnya di dalam buku ekspedisi
pendistribusian dokumen rekam medis tidak lengkap,
8) Melayani peminjaman dokumen rekam medis untuk keperluan
medis klinis untuk keperluan pelayanan pasien kontrol,
9) Bertanggung jawab terhadap keamanan dan kelestarian seluruh
dokumen rekam medis di ruang filing,
10) Melakukan retensi berkas in – aktif baik dari rawat jalan
maupun rawat inap yaitu dokumen dengan 5 tahun terakhir
berkunjung,
11) Mencatat berkas in – aktif ke dalam ruang penyimpanan in –
aktif atau gudang sesuai dengan SPO yang berlaku,
12) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh
informasi seperti berikut:

“…Meneliti kelengkapan dokumen seperti tanda tangan dokter,


penulisan TB/BB, diagnosa utama dan beberapa dokumen RM
yang memang wajib untuk diisi”
(Informan 2)

“…Jika ada dokumen rekam medis yang tidak lengkap, pada


tanda tangan dokter, atau kurang DX nya, untuk mengontrol
dokumen tersebut saya tuliskan kekurangannya dalam lembar
KLPCM. Kemudian ditulis pada buku khusus bagian assembling.
Kekurangannya bisa menemui perawat langsung, dokter langsung
kadang melalui perawat bangsal lalu diberikan kepada DPJP.
KLPCM sendiri gunanya untuk menganalisis kuantitatif, untuk
rekapan data indikator mutu di komputer dan bisa untuk melacak
jika terjadi missfile. ”
(Informan 1)

Dari wawancara mendalam dengan informan tersebut


menunjukkan bahwa tidak semua dokumen rekam medis yang
masuk ke bagian assembling telah diserahkan oleh perawat dalam
keadaan lengkap. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa dokumen rekam medis yang tidak lengkap dikembalikan ke
perawat ruangan atau bangsal.
Dari pernyataan informan tersebut terlihat bagaimana alur
rekam medis Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo, berikut sajian
bagan alur dokumen rekam medis:
Bangsal

Kasir

Instalasi Laporan
Rekam Intern
Medis

TL L
Coding/ Analisis
Assembling BPJS
Indexing Laporan

Bangsal/Poli Laporan
Ekstern

Bagan 4.1 Alur Penanganan Dokumen Rekam Medis


Rawat Inap (BPJS)
Berdasarkan hasil penelitian wawancara diatas didapatkan
bahwa dokumen rekam medis yang masuk ke unit instalasi rekam
medis tidak semuanya lengkap. Petugas assembling mengalami
hambatan, akibatnya memerlukan waktu lebih untuk melengkapi
dokumen rekam medis yang tidak lengkap sehingga akan menunda
proses pengolahan rekam medis selanjutnya.
b. Analisis tugas bagian coding Rumah Sakit Amanah Umat
Purworejo
1) Pengkodean penyakit menggunakan Standar Internasional
WHO (ICD – 10),
2) Melakukan pengkodean setiap dokumen rekam medis rawat
inap pasien pulang yang telah diserahkan dari unit terkait,
3) Mengonfirmasi kepada dokter penanggungjawab apabila ada
keraguan dalam penegakan diagnosa utama,
4) Memberikan formulir penyakit baru yang belum terdapat pada
database kode penyakit ke unit terkait (rawat jalan atau rawat
inap),
5) Mengevaluasi dan memilih kode penyebab utama kematian
dan diagnosa utama berdasarkan buku ICD – 10,
6) Bertanggungjawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosis
yang sudah ditetapkan harus dikomunikasikan pada dokter
penanggungjawab pasien,
7) Membuat indeks pasien, indeks penyakit, indeks operasi,
indeks dokter dan indeks kematian,
8) Menyajikan informasi untuk menunjang fungsi perencanaan,
manajemen dan riset dalam bidang kesehatan,
9) Menjaga ketertiban, keamanan dan kebersihan di sub bagian
rekam medis,
10) Menciptakan dan memelihara hubungan serta suasana kerja
yang baik dengan petugas lain, dan
11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh
informasi sebagai berikut:

“Permasalahan yang sering terjadi pada saat reseleksi diagnosa. Jika


keakuratan penentuan kode diagnosis utama dan kode diagnosa sangat
mempengaruhi pembayaran biaya kesehatan dengan sistem Case-Mix/
INA-CBG’s…”

(Informan 3)

Penentuan reseleksi diagnosa utama merupakan penentuan


suatu diagnosa utama berdasarkan kondisi yang paling relevan
selama perawatan. Dalam penentuan kode diagnosa seorang coder
wajib memerhatikan kondisi mana yang seharusnya menjadi
diagnosa utama berdasarkan aturan morbiditas MB1 – MB2 pada
ICD – 10 Volume 2. Dalam situasi ini, komunikasi coder dan
dokter sangat berperan dalam penentuan kondisi utama.

“…Jika terdapat ketidakjelasan dokter dalam menuliskan diagnosa,


saya harus mencari dokternya to, untuk menentukan dan memutuskan
diganosa yang tepat. Dilihat dari fokus treatment untuk penentuan
diagnosa utama atau diagnosa sekundernya.”

(Informan 3)

Berdasarkan hasil penelitian wawancara diatas didapatkan,


pekerjaan mereka terhambat dikarenakan ketidakjelasan atau
ketidaktepatan hasil diagnosa dokter, sehingga harus
mengembalikan dokumen rekam medis tersebut kepada perawat
atau menghubungi langsung dokternya. Dengan adanya hal
tersebut proses pengelolaan rekam medis menjadi tidak sistematis.
c. Analisis tugas bagian pengeklaiman BPJS Kesehatan Rumah Sakit
Amanah Umat Purworejo
1) Petugas mengambil dokumen yang sudah lengkap,
2) Buka pada formulir resume medis yang terdapat kode diagnosa
pasien rawat inap,
3) Entry data pada aplikasi INA – CBG’s,
4) Scan dokumen, berikut:
a) Ringkasan Keluar (Resume)
b) Tindakan operasi (jika ada)
c) Penunjang
d) Billing
e) SEP (Surat Elegabilitas Peserta)
f) SPRI (Surat Perintah Rawat Inap)
g) Resep Obat
5) Bendel dengan 50 dokumen per bendel dibuat surat pengantar
klaim, meliputi:
a) Pengajuan berkas klaim
b) Surat tanggung jawab mutlak
c) Lembar evaluasi (Anti Fraud BPJS)
d) Checklist klaim rumah sakit
e) Surat pengantar atau serah terima berkas
f) Ajukan ke BPJS beserta Flashdisk (softcopy)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh
informasi sebagai berikut:

“…permasalahan yang terjadi hanya pada perbedaan tanggal pada


SEP, karena pasien kan ada yang tiba-tiba ngecancel periksanya.
Biasanya BPJS mengembalikan dokumen karena perlu revisi pada
diagnosa utama (reseleksi kode).”
(Informan 4)

“…softcopy dikirimkan setiap taggal 10-15 bulan berikutnya.


Rinciannya setiap tanggal 8 data tersebut sudah terentry kemudian 2
hari sampai tanggal 10 itu untuk melengkapi CM…
… jenjang waktu penyelesaian klaim setelah syarat lengkap.”

(Informan 4)

Berdasarkan hasil wawancara diatas tidak ada masalah


yang rumit dalam proses pengeklaiman. Proses klaim dapat
berjalan dengan baik tergantung pada bagian coding.
d. Jenjang waktu penyelesaian klaim setelah persyaratan dilengkapi
Menurut hasil penelitian, sistem klaim rawat inap kepada
BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo bersifat
komulatif, yaitu mengklaim seluruh jumlah kasus dalam periode
satu bulan. Berdasarkan TKMKB RS Amanah Umat Purworejo
Nomor 001/SK.3.2/I/2019 berisi berkas – berkas persyaratan
periode satu bulan dikumpulkan selambat – lambatnya sepuluh hari.
Pada periode Bulan Januari 2021 97 kasus pasien rawat inap dengan
total biaya klaim sebesar Rp.271.839.500,-. Pihak rumah sakit
mengajukan dan mengirimkan nota tagihan pada Tanggal Februari
2021. Setelah itu pihak BPJS Kesehatan membayar total biaya
klaim asuransi rawat inap sesuai dengan total biaya klaim yang
diajukan oleh rumah sakit pada Tanggal Februari 2021.
e. Hambatan atau masalah pada proses penyelesaian klaim
Hambatan yang terjadi pada proses klaim asuransi rawat inap
kepada BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo
garis besarnya terletak pada revisi (konfirmasi coding) diagnosa
utama reseleksi diagnosa sekunder. Faktor lainnya adalah Rumah
Sakit di Negara Indonesia untuk menentukan tarif ketika
diberlakukan sistem JKN adalah berdasarkan INA – CBG’s. Case
Base Group adalah pengelompokan diagnosa penyakit yang
berdasarkan grouping dari tarif itu sendiri. Sedangkan dokter –
dokter di rumah sakit masih menggunakan diagnosa klinis per
tindakan dan sesuai dengan prosedur pemeriksaan dan hasil
diagnosa medis. Hal tersebut menyebabkan perbedaan ketentuan
diagnosa dokter sebagai diagnosis klinis dan ketentuan diagnosis
BPJS Kesehatan dalam grouping sebagai diagnosis asuransi.

D. Pembahasan
1. Peran Petugas Pada Proses Penyelesaian Klaim BPJS Rawat Inap
Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo
Peran petugas pada proses penyelesaian klaim BPJS rawat inap
sangatlah penting. Jika terjadi kurang ketelitian dan kecermatan dapat
mengakibatkan keterhambatan dalam proses penyelesaian klaim.
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo,
pembagian tugas sesuai dengan dan berjalan dengan lancar. Peneliti
mengamati peran inti dalam proses ini adalah pada bagian assembling.
Hal ini terlihat pada jobdesk yang menjadi tanggung jawab petugas
assembling.
a. Bagian Assembling
Pelaksanaan tugas assembling di Rumah Sakit
Amanah Umat Purworejo berdasarkan observasi dan
wawancara yang dilakukan dengan cara mengurutkan
dokumen sesuai letaknya berdasarkan tata urutan nomor
halaman pada formulir rekam medis, meneliti apabila
terjadi ketidaklengkapan dokumen, jika terjadi
ketidaklengkapan dokumen, pada bagian atas formulir
tersebut diberi tanda menggunakan sticknote dan ditulis
sesuai kekurangannya pada lembar KLPCM. Jika formulir
sudah lengkap petugas assembling memberikan dokumen
rekam medis tersebut kepada petugas coding dan
indeksing. Bila dokumen rekam medis belum lengkap
petugas mencatat kekurangan pada lembar KLPCM lalu
diserahkan ke petugas yang bertanggung jawab pada isi
data rekam medis tersebut, bila dokumen rekam medis
telah lengkap petugas menyerahkan dokumen rekam medis
ke coding dan indeksing.
b. Bagian Coding
Pelaksanaan coding dan indeksing di Rumah Sakit
Amanah Umat Purworejo dengan menerima dokumen
rekam medis yang telah lengkap dari petugas assembling,
kemudian mengkode diagnosis menggunakan manual,
yaitu menggunakan buku ICD–10 petugas. Jika ada
tindakan dilakukan pengkodean dengan ICD-9CM.
Selanjutnya petugas menyerahkan dokumen rekam medis
pasien ke filing atau gudang penyimpanan dokumen.
c. Bagian Klaim
Pelaksanaan tugas klaim di Rumah Sakit Amanah
Umat Purworejo berdasarkan observasi dan wawancara
peneliti menemukan:
1) Persyaratan klaim BPJS rawat inap
Pada proses persyaratan sejauh ini di Rumah
Sakit Amanah Umat Purworejo tidak ada
permasalahan. Namun sebaiknya dokumen pada
persyaratan tersebut tidak dilengkapi pada jangka
waktu 2 hari agar mencegah terjadinya kesalahan pada
proses penelitian yang berpotensi pada keterlambatan
proses klaim.
2) Jenjang waktu penyelesaian klaim BPJS setelah
persyaratan dilengkapi
Berdasarkan hasil penelitian, jenjang waktu
yang dibutuhkan untuk melengkapi selambat –
lambatnya adalah 10 hari. Sejauh ini masalah yang
menyebabkan keterlambatan adalah diagnosa utama
reseleksi.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
Amanah Umat Purworejo, penulis menuliskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran petugas berpengaruh besar dalam proses penyelesaian klaim BPJS
rawat inap Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo terutama pada
petugas assembling dan coding. Assembling dituntut meneliti agar tidak
terdapat formulir yang tercecer serta meneliti kekurangan pengisian
formulir yang memang wajib untuk diisi, seperti tanda tangan DPJP dan
diagnosa utama/sekunder.
2. Persyaratan klaim BPJS rawat inap Rumah Sakit Amanah Umat
Purworejo tidak terjadi permasalahan yang rumit. Persyaratan yang
diperlukan, seperti Ringkasan Keluar (Resume), Tindakan operasi (jika
ada), Penunjang, Billing, SEP (Surat Elegabilitas Peserta), SPRI (Surat
Perintah Rawat Inap) dan Resep Obat.
3. Hambatan yang serius yang terjadi yaitu perbedaan antara penentuan
dan penulisan diagnosis klinis dan diagnosis asuransi.

B. Saran
1. Sebaiknya ditingkatkan kembali untuk kerjasama antar petugas untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang baik.
2. Sebaiknya untuk mempercepat dan mengefisien waktu agar petugas
coding menggunakan sistem komputerisasi saat mengkode penyakit.
3. Upaya pencegahan perbedaan diagnosis klinis dan diagnosis asuransi
sebaiknya pihak rumah sakit menempatkan petugas koding pada koding
internal rumah sakit dan koding INA – CBG’s dari BPJS Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai