Alur dan Prosedur Pelayanan Rekam Medis dan Analisis Keakuratan Kode
Berdasarkan ICD-9 dan ICD-10 Pada Sistem Respirasi dan Endokrin
Disusun Oleh :
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
. .
NIP. NIK.
Mengetahui,
Kepala Prodi DIII RMIK
Erna Zakiyah., SKM.,M.K.M
NIK.0624128401
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
. .
NIP. NIK.
Mengetahui,
Kepala Prodi DIII RMIK
Erna Zakiyah., SKM.,M.K.M
NIK.0624128401
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Lapangan
pada waktunya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengolahan rekam medis yang dilihat dari alur dan
prosedur pelayanan rekam media RSUD Simo Boyolali dan keakuratan
kode berdasarkan ICD-10 dan ICD-9 pada penyakit respirasi dan endokrin.
2. Tujuan Khusus
g. Mengetahui alur dan prosedur kerja rekam medis dalam system rumah
sakit.
1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam menganalisis
dokumen rekam medis yang lengkap dan tidak lengkap. Dapat menerapkan
ilmu yang sudah diberikan dari kampus dalam penatalaksanaan rekam
medis di rumah sakit.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali
dalam meningkatkan mutu pencatatan data dokumen rekam medis.
3. Bagi Akademi
E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keilmuan
2. Lingkup Materi
Ruang lingkup materi adalah alur dan prosedur pelayanan rekam medis di
Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali dan keakuratan kode penyakit.
3. Lingkup Lokasi
Lingkup lokasi penelitian ini di Unit Rekam Medis Rumah Sakit Umum
Daerah Simo Boyolali
4. Lingkup Metode
5. Lingkup Waktu
Laporan PKL ini dilaksanakan Tanggal 3 juli- 29 juli 2023.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem Penamaan
Kerugian:
Latihan dan bimbingan bagi petugas penyimpanan dalam hal sistem
angka akhir mungkin lebih lama.
5. Sistem Pelaporan
Sistem pelaporan adalah pemaparan data hasil kegiatan suatu
organisasi atau data hasil penelitian yang disusun secara sistematis, sehingga
memungkinkan dan mudah untuk dipahami dan dianalisis serta ditarik suatu
kesimpulan dari suatu kegiatan. Setiap rumah sakit wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan rumah
sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh rumah sakit dilakukan dalam
rangka meningkatkan efektifitas pembinaan dan pengawasan rumah sakit di
Indonesia.
Formular standar pelaporan rumah sakit :
RL1. : Data Kegiatan RS
RL2a. : Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap
RL2b. : Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan
RL2a1. : Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Surveilans
Terpadu
RL2b1. : Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan Surveilans
Terpadu
RL2c1. : Data Status Imunisasi
RL2.1,2.2,2.3 : Data Individual Morbiditas Pasien Rawat Inap
RL3. : Data Dasar RS
RL4. : Data Ketenagaan RS
RL4a. : Data Individual Ketenagaan
RL5. : Data Peralatan Medik Rumah Sakit
RL6. : Data Infeksi Nosocomial Rumah Sakit
Masing-masing formulir standar pelaporan memiliki jadwal dan saluran
pelaporan yang telah ditetapkan.
C. Peralatan Penunjang Pelayanan Rekam Medis
Untuk memudahkan petugas rekam medis di rumah sakit dalam
memasukkan data pasien agar efisien, maka dibutuhkan peralatan penunjang
pelayanan rekam medis. Berikut ini peralatan penunjang pelayanan rekam
medis yang dibutuhkan :
1. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ)
a. Computer
b. Printer
c. Meja Dan Kursi
d. Telepon
e. Mesin Anjungan
f. Fingerprint
g. Formulir Pendaftaran Pasien Baru
h. Formulir Pendaftaran Riwayat Klinik
i. Kartu Identitas Berobat (KIB)
j. Stampel
2. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI)
a. Computer
b. Printer
c. Almari Penyimpanan Dokumen
d. Meja Dan Kursi
e. Formulir Pendaftaran Pasien Baru
3. Coding Indeksing
a. Buku ICD-10 CM
b. Buku ICD-9 CM
c. Computer
d. Berkas Rekam Medis
e. Daftar Tabulasi Dasar (DTD)
4. Assembling
a. Dokumen rekam medis
b. Computer
c. Stapler
d. Trigonal clips
e. Bolpoin
f. Stapler remover
g. Binder clips
h. Stick & note
5. Filing
a. Tracer
b. Computer
c. Rak Penyimpanan Rm
d. Pembatas Tracer
e. Label
f. Spidol
g. Dokumen Rekam Medis
h. Cover DRM
i. Stampel
j. Perforator (Pelubang Kertas)
k. Stick & Note
l. Bolpoin
D. Isi Dan Formulir Rekam Medis
Dalam peraturan Menteri Kesehatan republic Indonesia
No.269/Menkes/PER/III/2008, disebutkan ketentuan minimal yang harus
dilengkapi oleh petugas Kesehatan (terutama dokter dalam pengisian
pencatatan rekam medis rawat inap). Sekurang-kurangnya memuat 13 (tigas
belas) butir aspek pengisian yang wajib dilengkapi, yaitu :
1) Identitas pasien
2) Tanggal dan waktu
3) Hasil anamnese, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
5) Diagnosis
6) Rencana penatalaksanaan
7) Pengobatan dan/atau tindakan
8) Persetujuan tindakan bila diperlukan
9) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
10) Ringkasan pulang (discharge summary)
11) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
12) Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu
13) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
E. Alur Dan Prosedur Rekam Medis
a. Tempat Penerimaan Pasien Rawat Jalan (TPPRJ)
Tugas pokok TPPRJ yaitu :
1. Menerima pendaftaran pasien yang akan berobat di rawat jalan
2. Melakukan pencatatan pendaftaran (registrasi)
3. Menyediakan formulir-formulir rekam medis dalam folder DRM bagi
pasien yang baru pertama kali berobat (pasien baru) dan pasien yang
datang pada kunjungan berikutnya (pasien lama)
4. Mengarahkan pasien ke unit rawat jalan (URJ) atau poliklinik yang sesuai
keluhannya
5. Memberi informasi tentang pelayanan-pelayanan di rumah sakit atau
puskesmas yang bersangkutan
Pelayanan kepada pasien baru meliputi :
a. Menanyakan identitas pasien secara lengkap untuk dicatat pada formulir
rekam medis rawat jalan, KIB (Kartu Identitas Berobat), dan KIUP (Kartu
Indeks Utama Pasien) serta register pendaftaran rawat jalan
b. Menyerahkan KIB kepada pasien dengan pesan untuk dibawa kembali
bila datang berobat berikutnya
c. Menyimpan KIUP sesuai urut abjad (alfabetik)
d. Menanyakan keluhan utamanya guna memudahkan mengarahkan pasien
ke poliklinik yang sesuai
e. Menanyakan apakah membawa surat rujukan.
Bila membawa :
1) Tempelkan pada formulir rekam medis rawat jalan
2) Baca isinya ditujukan kepada dokter siapa atau diagnosisnya apa guna
mengarahkan pasien menuju poliklinik yang sesuai
f. Mempersilakan pasien membayar di loket pembayaran
g. Mempersilakan pasien menunggu di ruang tunggu poliklinik yang sesuai
h. Mengirimkan DRM (Dokumen Rekam Medis) ke poliklinik yang sesuai
dengan menggunakan buku ekspedisi.
Pelayanan pasien lama meliputi :
a. Menanyakan terlebih dahulu membawa KIB atau tidak
b. Bila membawa KIB, maka catatlah nama dan nomor rekam medisnya
pada tracer untuk dimintakan DRM lama ke bagian filing
c. Bila tidak membawa KIB maka tanyakanlah nama dan alamatnya untuk
dicari di KIUP
d. Mencatat nama dan nomor rekam medis yang ditemukan di KIUP pada
tracer untuk dimintakan DRM lama ke bagian filing
e. Mempersilakan pasien membayar di loket pembayaran
f. Pelayanan pasien asuransi kesehatan disesuaikan dengan peraturan dan
prosedur asuransi penanggung biaya pelayanan kesehatan.
B. Unit Gawat Darurat (UGD)
Kegiatan pokok pelayanan rekam medis di UGD yaitu;
1. Menyiapkan formulir-formulir rekam medis dan nomor rekam medis setiap
hari (pergantian hari)
2. Menyiapkan folder DRM gawat darurat lengkap setiap kali ada pasien
datang
3. Mencatat hasil-hasil pelayanan klinis pada formulir gawat darurat
4. Bila dirujuk ke IPP (Instalasi Pemeriksaan Penunjang), membuat surat
perintah atau surat permintaan pemeriksaan penunjang sesuai bagian yang
dikehendaki
5. Menempelkan hasil pemeriksaan penunjang pada formulir penempelan
formulir hasil pemeriksaan penunjang atau dilampirkan pada folder DRM
rawat inap pasien yang bersangkutan
6. Bila dirujuk ke pelayanan khusus (kamar bedah, bersalin, atau intensif),
mencatat atau menulis perintah tersebut pada formulir perjalanan penyakit
rawat inap
7. Melampirkan semua formulir rekam medis hasil pelayanan dari ruangan
pelayanan khusus tersebut pada folder DRM rawat inap pasien yang
bersangkutan
8. Bila dikonsultasikan ke dokter lain, mencatat atau menulis pada formulir
konsultasi
9. Menetapkan pasien yang bersangkutan di rawat inap, dirujuk atau pulang
untuk dikontrol atau tidak atau mati
10. Bila dirawat inap buatlah admission note untuk dikirim ke TPPRI bersama
pasiennya 11. Bila dirujuk keluar, buatlah surat rujukan
12. Bila datang sebagai kiriman rujukan buatlah jawaban rujukannya
13. Bila dinyatakan pulang buatlah KIB sementara (KIB gawat darurat) untuk
diserahkan pasien guna dibawa ketika berkunjung lagi apakah ke UGD atau
lewat TPPRJ
C. Tempat Penerimaan Pasien Rawat Inap (TPPRI)
Tugas pokok TPPRI yaitu mencatat mutasi pasien rawat inap yaitu keluar
masuknya pasien di bangsal rawat inap sehingga dapat diperoleh informasi
yang akurat tentang tempat tidur (TT) yang kosong dan nama pasien yang
sedang di rawat inap. Hal ini meliputi :
1. Menerima pasien berdasarkan admission note yang dibuat dokter
2. Bersama-sama pasien atau keluarga pasien menentukan kelas perawatan dan
bangsal yang dituju
3. Menjelaskan mengenai tarif layanan rawat inap dengan fasilitasfasilitas di
ruang rawat inap
4. Menyiapkan formulir-formulir rawat inap yang sesuai dengan kasus
penyakitnya
5. Mengantar pasien ke bangsal yang dituju bersama-sama formulir rekam
medis rawat inap yang sesuai dengan kasusnya
6. Memberi informasi tentang adanya mutasi pasien kepada keluarga, pasien,
pengunjung atau instansi atau badan atau orang yang memerlukan informasi
tentang keberadaan pasien rawat inap.
F. ICD – 10
1. Definisi
ICD-10 atau International Statistical Clasification of Diseases and
Realted Health Problems -Tenth Revision. Standar nasional untuk klasifikasi
penyakit dan masalah yang terkait kesehatan revisi ke-10 yang dikeluarkan
oleh WHO. Klasifikasi penyakit adalah sistem kategori tempat jenis
penyakit dikelompokkan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. ICD
bertujuan untuk memudahkan pencatatan data mortalitas dan morbiditas,
serta analisis, interprestasi dan pembandingan sistematis data tersebut antara
berbagai wilayah dan jangka waktu. ICD dipakai untuk mengubah diagnosa
penyakit dan masalah kesehatan lain menjadi kode alfanumerik, sehingga
penyimpanan, pengambilan dan analisis data dapat dilakukan dengan
mudah. ICD dasar adalah daftar kategori 3 karakter, yang dapat dibagi atas
10 sub kategori dengan menggunakan 4 karakter revisi 10 menggunakan
kode alfanumerik dengan sebuah huruf pada posisi pertama dan sebuah
angka pada posisi kedua ketiga dan keempat. Karakter keempat didahului
oleh sebuah titik desimal jadi nomor kode yang mungkin ada berkisar dari
A00.0 sampai Z99.9. (Sudra R. , 2013)
2. Struktur ICD – 10
ICD-10 (International Statistical Classification of Disease and Releated
Health Problem, Tenth revision) terdiri atas 3 volume, yaitu :
a. Volume 1 yaitu berisi klasifikasi berdasarkan kategori diagnosis yang
memudahkan pencarian dan penghitungan statistik. Volume 1 berisi
mengenai :
1) Pengantar
2) Pusat-pusat kolaborasi WHO untuk klasifikasi penyakit
3) Laporan konferensi internasional yang menyetujui revisi ICD-10
4) Daftar kategori 3 karakter
5) Daftar tabulasi penyakit dan daftar kategori termasuk subkategori 4
karakter
6) Daftar morfologi neoplasma
7) Daftar tabulasi khusus mortalitas dan morbiditas
8) Definisi-definisi
9) Regulasi-regulasi nomenklatur
b. Volume 2 merupakan buku petunjuk penggunaan yang berisi mengenai:
1) Pengantar
2) Penjelasan tentang International Statistical Classification of Disease
and Releated Health Problem
3) Cara penggunaan ICD-10
4) Aturan dan petunjuk pengkodean mortalitas dan modibitas
5) Presentasi statistik
6) Riwayat perkembangan ICD
c. Volume 3 berisi mengenai indeks abjad dan dibagi atas bagian-bagian
sebagai berikut :
1) Pengantar
2) Susunan indeks secara umum
3) Seksi I : Indeks abjad penyakit, bentuk cedera
4) Seksi II : Penyebab luar cedera
5) Seksi III : Tabel obat dan zat kimia
6) Perbaikan terhadap volume 1
3. Konversi Tanda Baca ICD - 10
a. Inclusion terms berfungsi sebagai tambahan diagnostik yang dapat
diklasifikasikan ke dalam kelompok yang bersangkutan
b. Exclusion terms menunjukkan suatu kondisi yang diklasifikasikan di
kelompok lain bukan kode yang disarankan. Exclusion terms terletak
dibelakang istilah diagnosis kode kategori atau sub kategori yang ada di
dalam kurung
c. Glossary desciptions adalah penjelasan yang menerangakan kondisi
tertentu untuk pedoman bagi dokter
d. Parentheses atau tanda ( ) digunakan untuk mengurung kata tambahan
yang mengikuti suatau istilah diagnostik, tanpa mempengaruhi kode ICD
e. Dagger atau tanda + merupakan kode yang digunakan untuk penanda
kode utama sebab sakit
f. Asteriks atau tanda * merupakan kode yang digunakan untuk manifestasi
dari diagnosanya (wujud atau bentuknya)
g. Square brackets atau tanda [ ] digunakan untuk mengurung persamaan
kata atau sinonim, kata sebutan alternatif dan frasa penjelasan
h. NEC (Not Elsewhere Classified) yaitu suatu peringatan di dalam daftar
urut yang tertera dibawah judul akan ditemukan beberapa kekhususan
yang tidak sama dengan yang muncul di bagian lain dari klasifikasi
i. NOS (Not Otherwise Specified) mengharuskan pengkode untuk membaca
lebih teliti lagi agar tidak melakukan salah pilih nomor kode yang
diperlukan
j. Point dash atau tanda .- berarti kode penulisan belum lengkap dan
mempunyai makna bahwa apabila nomor terkait akan terpilih, maka code
harus mengisi – (garis) dengan suatu angka yang harus ditemukan atau
ditelusuri lebih lanjut di volume 1
k. Colon atau tanda : mempunyai makna bahwa penulisan sebutan istilah
diagnosis terkait belum lengkap atau belum selesai ditulis
l. Brace atau tanda { } digunakan untuk mengelompokkan istilah-istilah
yang terkelompok dalam sebutan “inclusion”(termasuk) atau “exclusion”
(tidak termasuk). Tanda kurung ini mempunyai makna bahwa semua
kelompok sebutan mendahuluinya belum lengkap batasan
pengertiannya,masih harus ditambah dengan keterangan yang ada di
belakang tanda baca kurung, silang atau see, see also digunakan apabila
ada perintah di dalam kurung
4. Cara Penggunaan ICD – 10
Dalam menggunakan ICD-10 perlu diketahui dan dipahami
bagaimana cara pencarian dan pemilihan nomor kode yang diperlukan.
Pengkodean dijalankan melalui penahapan istilah di buku ICD volume 3
kemudian mencocokan kode yang ditemukan dengan yang ada di volume 1.
Petunjuk dan peraturan mordibitas serta petunjuk dan peraturan kode
mortalitas yang terdapat pada buku volume ICD-10 hendaknya dikuasai
dengan benar. Berikut merupakan pedoman sederhana dalam menggunakan
ICD untuk menentukan kode diagnosis atau masalah terkait kesehatan :
a. Tentukan jenis kondisi, lalu rujuk ke section yang sesuai pada indeks
alfabet
b. Tentukan lokasi “Lead Term”
c. Baca dan pahami semua catatan yang terdapat di bawah “Lead Term”
d. Baca semua term yang beridentifikasi dibawah “Lead Term”
e. Ikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang “See” dan “See Also” di
dalam indeks
f. Kembali ke daftar tabulasi (volume 1) untuk memastikan nomor kode
yang dipilih
g. Pedoman setiap term inklusi danm eksklusi di bawah kode, judul bab,
blok, dan kategori
h. Tentukan kode
G. ICD – 9
1. Definisi
ICD 9 (International Statistical Classification of Disease, Ninth
Revision) telah berkembang sebagai klarifikasi praktis, ketimbang
klarifikasi murni teori, yang di dalamnya terdapat sejumlah komromi antara
klasifikasi berdasarkan etiologi, situs anatomi, hal-hal yang terjadi di awal
timbulnya penyakit dan sebagainya. Juga terdapat beberapa penyesuaian
untuk memenuhi berbagai aplikasi statistik yang merupakan sebab
dibentuknya ICD, misalnya kematian, sakit, keamanan sosial dan bentuk-
bentuk lain statistik dan survai kesehatan.
Terdapat dua jenis klasifikasi, kelompok pertama mencakup data yang
berhubungan dengan diagnosa dan status kesahatan, dan diperoleh langsung
dari ICD baik melalui pemadatan atau pengembahan daftar tabulasi.
Kelompok klasifikasi kedua mencakup aspek-aspek yang berhubungan
dengan asuhan kesehatan. Kelompok ini mencakup klasifikasi cacat,
prosedur medis dan bedah dan alasan untuk berhubungan dengan penyedia
layanan kesehatan.
ICD-9 menggunakan kode penomoran alfanumerik yang berisi
mengenai sistem kode prosedur tindakan yang digunakan untuk
mengumpulksan data, menentukan pembayaran dan mendukung rekam
kesehatan pasien. Kode disini merupakan kode tindakan yang disebut
sebagai ICOPIM (Internatinational Classification of Procedures in
Medicine) sebagai kode operasi rumah sakit di indonesia. ICD-9 mencankup
pembedahan,laboratorium, tindakan preveventif, diagnosis medis, prosedur
pengobatan dan prosedur lainya. (Hatta, 2010)
2. Struktur ICD – 9
a. Berisi daftar dalam table dan index
b. Prosedur bedah : bagian 01-86
c. Prosedur bukan bedah : 87-99
d. Struktur klasifikasi berdasarkan anatomi
e. Kode angka
f. Struktur 2 digit dengan 2 digit desimal