Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

M DENGAN ILEUS
PARALITIK DI RUANGAN LILI INFEKSIUS
RSUD ACHMAD ARIFIN
PEKANBARU

OLEH

KELOMPOK X

Deni Apriandi, S. Kep (20501059)

Hildayati, S. Kep (20501029)

Putri Nurul Aishah, S. Kep (20501011)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2021

19
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan kuasa-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan stase Anak di progam studi profesi ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIKes) Payung Negeri Pekanbaru Tahun 2021 dengan judul
“Asuhan Keperawatan An. M dengan Ileus Paralitik Diruang Lily Infeksi
RSUD Arifin Achmad”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis tidak terlepas dari peran
serta berbagai pihak yang senantiasa memberikan bantuan, bimbingan,
dukungan, serta doa sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing
akademik, dan dosen koordinator mata ajar keperawatan Anak dan
pembimbing klinik, Semoga segala kebaikan diterima disisi Allah SWT, dan
mendapatkan imbalan dan pahala dari Allah SWT.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca
pada umumnya,kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, April 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ileus paralitik merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang
sering dijumpai, sekitar 60 -70% dari seluruh kasus akut abdomen yang
bukan appendicitis akuta. Ileus paralitik adalah suatu penyumbatan
mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali
menutup atau menganggu jalannya isi usus (Brunner & Suddarth, 2018).
Pada tahun 2007, WHO menyebutkan bahwa penyakit pada saluran
pencernaan termasuk dalam 10 besar penyakit penyebab kematian di dunia
pada tahun 2005 (WHO,2007). Penyakit saluran cerna termasuk dalam
urutan ke-7 di Malaysia pada tahun 2007 dengan jumlah 1809 kasus.
(WHO, 2007). Di Indonesia penyakit saluran cerna termasuk dalam urutan
ke-3 dari 10 penyakit penyebab utama kematian di rumah sakit, data dari
Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI menunjukkan total kematian 6.590 dari
225.212 kasus pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 terdapat 6.825 total
kematian dari 234.536 kasus yang ada (Depkes RI, 2009). Akut abdomen
menjadi salah satu masalah yang sering dikeluhkan ke dokter. Sekitar 60
% - 90 % kasus ileus menjadi penyebab akut abdomen yang bukan
apendisitis akut. (Serin A, Simangunsong B, Siagian P, 2017) . Dari segala
usia, setiap tahunnya 1 dari 1000 orang terdiagnosa ileus (Ansari P, 2007)
Adapun penyebab dari ilues paralitik yaitu tindakan operasi terutama
diarea abdomen, penyakit Parkinson, radang usus buntu, infeksi saluran
pencernaan seperti penyakit crohn, gastroenteritis dan divertikkulitis
(Mansjoer,2019). Salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk
permasalaan ileus paralitik adalah dengan pembedahan laparotomy,
penyataan pada dinding abdomen, atau peritoneal (Fossum, 2019), Ileus
akan menjadi permaslaahan yang berat jika tidak dilakukan pembedahan
sehingaa akan menyebakan terjadinya komplikasi, dan akan menyebabkan
permasalahan yang berat, maka jika pasien yang sudah didiagnoasa ileus
paraltik harus siap akan dilakukannya pebedahan, jika tidak maka akan
menjadi masalah pada saluran pencernaan.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui asuhan yang tepat pada pasien dengan Ileus Paralitik
Diruang Lily Infeksi RSUD Arifin Achmad

BAB II

KONSEP ILEUS PARALITIK


A. Pengertian
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya paralitik usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau
tindakan. Ileus paralitik adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus
yang disebabkan oleh sumbatan mekanik sehingga isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan
yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding ususatau luar usus
yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Sjamsuhidajat, 2003).
Ileus paralitik merupakan kegawatan dalam bedah
abdominal yang sering dijumpai, sekitar 60 -70% dari seluruh kasus akut
abdomen yang bukan appendicitis akuta. Ileus paralitikadalah suatu
penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang
sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Brunner &
Suddarth, 2002).
Berdasarkan proses terjadinya ileus paralitik dibedakan menjadi ileus
paralitik mekanik dan non mekanik. Ileus paralitik mekanik terjadi karena
penyumbatan fisik langsung yang bisa disebabkan karena adanya tumor
atau hernia sedangkan ileus paralitik non mekanik terjadi karena
penghentian gerakan peristaltic (Manaf , 2010).
B. Etiologi
Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada:
1. Proses intraabdominal seperti pembedahan perut dan saluran cerna
atau iritasi dari peritoneal (peritonitis, pankreatitis, perdarahan)
2. sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan yang
memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes
ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia,
hiperkalsemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia)
3. obat-obatan yang mempengaruhi motilitas usus (opioid,
antikolinergik, fenotiazine).
C. Tanda dan gejala
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung
( abdominal distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin
ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini
perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien
ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik
abdomen yang paroksismal (Brunner & Suddarth, 2000).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen,
perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat
tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan
perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi
peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya
peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis,
(Brunner & Suddarth, 2000)

D. PATOFISOLOGI
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi
paralitik dimana peristaltic dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten,
dan akhirnya hilang. Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus
adalah lumen usus yang tersumbat secara progresif akan tergang oleh
cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan
intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke
darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran
cerna setiap hari ke sepuluh. Tidak adanya absorbs dapat mengakibatkan
penimbunan intralumen dengan cepat.
Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan
penurunan absorbs cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus.
Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin-toksin bakteri
kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan
bakteriemia. Pada obstruksi mekanik simple, hambatan pasase muncul
tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologic. Makanan dan cairan
yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak
jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian
distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorbs membrane mukosa usus
menurun, dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi
intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif
akan mengacaukan peristaltic dan fungsi sekresi mukosa dan
meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis,
dan kematian.

E. WOC
Ganguan fungsional usus
g. muscolar usus

tidak mampu mendorong isi usus

isi usus tetap berada didalam usus

akumulasi gas dan cairan

dinding usus edema

distensi abdomen parastaltik menurun

rangsangan saraf nyeri


Konstipasi
gangguan filterasi dan absorsi
nyeri dipersepsikan
gangguan suplai nutrisi
dalam jaringan menurun

Nyeri akut
Defisit nutrisi
hipovelemia
RAS aktifitas REM Meningkat
G. Pola Tidur

F. Komplikasi
Komplikasi yang umumnya terjadi ialah
1. Peritonitis karena absorbsi toksindalamrongga peritoneum
sehinggaterjadiperadanganatauinfeksi yang hebat pada intra abdomen
2. Perforasidikarenakanobstruksi yang sudahterjadiselalu lama pada organ
intra abdomen
3. Sepsis, infeksiakibatdari peritonitis yang tidaktertanganidenganbaik dan
cepat
4. Syokhipovolemikterjadiakibatdehidrasi dan kehilangan volume plasma
(brunner and Suddarth, 2001)
G. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaanpenunjang yang dilakukan ialah rontgen toraks
dimana diafragma meninggi akibat distensi abdomen, rontgen abdomen
dalam posisi terlentang untuk mencari penyebab (batuempedu, volvulus,
hernia), pemeriksaan sinar X untuk menunjukkan kuantitas abnormal dari
gas atau cairan dalam usus, pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan
gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan
infeksi dan pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk
menegakkan diagnosa (Doengoes, 2000).
H. Penatalaksanaan
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif
.Tindakannya berupa dekompresi , menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit , mengobatai kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi
yang adekuat. Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik (simpatolitik)
atau obat parasimpatomimetik pernah dicoba , ternyata hasilnya tidak
konsisten .Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik ,
pemberian cairan , koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral
hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip pemberian nutrisi
parenteral .
Beberapa obat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat
untuk gastroparesis , sisaprid bermanfaat untuk ileus paralitik pasca operasi
dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus paralitik karena
obat-obatan .Bila bising usus sudah mulai ada dapat dilakukan tes feeding ,
bila tidak ada retensi, dpat dimulai dengan diit cair kemudian disesuaikan
sejalan dengan tolerani ususnya.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ileus paralitik menurut Hasdianah & Suprapto
(2014), sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus pada
urinalisa, berat jenis bisa meningkatkan dan ketonuria yang
menunjukan adanya dehidrasi dan asidosis metabolic . Leukosit normal
atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi
peritonitis, kimia darah sering adanya gangguan elektrolit .
2. Pemeriksaan sinar X : otot polos , menunjukan kuantitas abnormal dari
gas dan cairan dalam usus dan menunjukan adanya udara di diafragma
dan terjadi perforasi usus.
3. Enema barium : diindikasikan untuk di invaginasi
4. Endoskopi abdomen : diindikasikan bila dicurigai adanya volvulus.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien. (Nursalam,
2001).
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, abdomen tegang dan
kaku.
2). Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikajidengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus-menerus (menetap).
R: Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan
3). Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-
obatan.
4). Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama dengan klien.
c. Pemeriksan fisik
Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok
hipovolemi, tanda-tanda vital meningkat, suhu(39oC), pernapasan
(24x/mnt), nadi (110x/mnt) tekanan darah (130/90 mmHg)
1) Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelelahan dan ngantuk.
Tanda: Kesulitan ambulasi
2) Sirkulasi
Gejala: Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
3). Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda: Perubahan warna urine dan feces
4) Makanan/cairan
Gejala:anoreksia,mual/muntah dan hausterusmenerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-
pecah. Kulit buruk.
5) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda: Distensi abdomen dan nyeri tekan
6). Pernapasan
Gejala: Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda: Napas pendek dan dangkal
7). Diagnostik Test
a. Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari
gas dan cairan dalam usus.
b. Pemeriksaan simtologi
c. Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
d. Leukosit: normal atau sedikit meningkat
e. Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+dan Cl-rendah
f. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
g. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia)
h. Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif. (Doenges,
Marilynn E, 2000)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada ileus paralitik.
a. hipovelemia berhubungan dengan ketidakefektifan penyerapan usus
halus
b. Konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi
nutrisi
d. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan menurut standar intervensi keperawatan
indonesia ialah
a. hipovelemia berhubungan dengan ketidakefektifan penyerapan usus
halus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.
Kriteria hasil:
 Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD: 110/70 -
120/80 mmHg)
 Intake dan output cairan seimbang 10 - Turgor kulit elastic
 Mukosa lembab
 Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5
mmol/L, Cl: 94-111 mmol/L)
Intervensi :
1. Observasi
 Periksa tanda dan gejala hipovelemia
 Monitor intake dan output cairain
2. Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified trendelenbung
 Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
 Anjurkan perbanyak asupan cairan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi memberian cairan IV
 Rasional:untuk mengetahui kebutuhan cairan pasien.
b. Konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
eliminasi kembali normal.
Kriteria hasil:
 Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, dengan konsistensi lembek,
 BU normal: 5-35 x/menit
 tidak ada distensi abdomen.
Intervensi
1. Observasi

 Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan


kelelahan

 Monitor kelelahan fisik dan emosional

 Monitor pola dan jam tidur

 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan


aktivitas

2. Terapeutik

 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,


suara, kunjungan)

 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif

 Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan

 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah


atau berjalan

3. Edukasi

 Anjurkan tirah baring

 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan


tidak berkurang

 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

4. Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan


makanan

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi


nutrisi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
nutrisi kembali normal normal :
Kriteria hasil:
 Porsi makan yang habis
 Berat badan meningkat
 IMT membaik
Intervensi
1. Observasi
 Identifikasi status nutrisi

 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

 Identifikasi makanan yang disukai

 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

 Monitor asupan makanan

 Monitor berat badan

 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

2. Terapeutik

 silitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)

 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

 Berikan suplemen makanan, jika perlu

 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika


asupan oral dapat ditoleransi

3. Edukasi

 Anjurkan posisi duduk, jika mampu

 Ajarkan diet yang diprogramkan

4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori


dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.

c. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen


Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil:
 pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan
 menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi
 menunjukkan relaks
Intervensi:
1. Observasi

 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

 Identifikasi skala nyeri

 Identifikasi respon nyeri non verbal

 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

 Monitor efek samping penggunaan analgetik

2. Terapeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)

 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu


ruangan, pencahayaan, kebisingan)

 Fasilitasi istirahat dan tidur


 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

3. Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

 Jelaskan strategi meredakan nyeri

 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri

 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

4. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


BAB III
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. INFORMASI UMUM
Nomor RM : 01060987
Nama Pasien : An. M
Tanggal Lahir : 06-10-2005 ( 15 Tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Masuk Ruang Rawat : Lily Infeksi
Tanggal / Jam : 17-04-2021 jam (15:44)
Cara Masuk RS melalui: Poli Anak
Diagnosis Masuk : Ileus Paralitik

2. KELUHAN UTAMA
 Alasan Masuk / Dirawat
Pasien masuk via poli anak pada tanggal 17-04-2021 dengan
keluhan sudah 3 minggu tidak buang air besar, perut terasa penuh
dan terasa nyeri.
 Riwayat Penyakit Saat Ini
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19-04-2021 pasien
mengatakan Sekarang masih sulit untuk BAB, perutnya masih terasa
nyeri, nyeri di rasakan di abdomen kana bawah dan nyeri dirasakan
hilang timbul.

3. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


 Penyakit kesehatan sebelumnya : 3 bulan yang lalu pernah
menjalani operasi apendeksitis ( 05-01-2021)
 Dirawat di RS : pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit
karena operasi apendisitis
 Riwayat Alergi : tidak ada riwayat alergi
 Obat yang masih digunakan saat ini : tidak ada obat obatan yang
dikonsumsi rutin

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARG


Genogram

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Serumah

Tidak Adanya anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama dengan
pasien .

5. RIWAYAT IMUNISASI
BCG √ DPT √ POLIO √ CAMPAK √

6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
 Yang mengasuh : orang tua
 Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
 Hubungan dengan teman sebaya : Baik
 Perawatan anak secara umum :Baik
7. KEADAAN UMUM

Kesadaran : Compos mentis ( GCS E4M6V5)

Frek Nadi : 84 x/mnt

Frek Nafas : 21x/mnt

Suhu : 36,3oC

BB : 40 Kg

TB/PB : 151 Cm

IMT : 17 kg/m2

Lila : 24 Cm

LK : 56 Cm

Nilai skrining gizi : gizi baik

Nilai skala nyeri : dengan skala nyeri 4

8. NUTRISI
 Jenis diet : makanan lunak
 Suplemen : tidak ada
 Pola makan : 3x/hari(1200 kalori)
 Mual : tidak ada
 Muntah : tidak ada
 Apakah ada diet khusus :ada , makanan yang tinggi serat
 Intake cairan : 6-7 gelas
 Jenis minuman : air putih
 Intake parenteral: Ringer Laktat , jumlah : 1500ml/hari
 Iwl : 16 cc/jam
9. ELIMINASI
 Apakah ada masalah dengan BAK : Tidak ada masalah
 Apakah ada masalah dalam BAB : pasien mengatakan sulit BAB
( BAB baru 1 kali dalam seminggu)
 BAK warna : kuning
 BAB warna : hitam kecoklatan, adanya terdapat darah pada BAB
dan BAB keras
 Frekuensi BAK : 5-6 x/hari
 Frekuensi BAB : 1 x dalam seminggu
10. TIDUR
 Jam tidur malam : 22.00 – 05.00 WIB
 Jam tidur siang : 11.00 – 14.00 WIB
 Kebiasaan tidur : bercerita dengan orang tua dan main hp
11. AKTIVITAS BERMAIN
 Senang bermain dengan kelompok : iya
 Senang bermain sendiri : tidak
12. KEPALA
a. Kepala : bentuk kepala normal tidak ada kelainan,
b. Rambut : warna hitam, panjang, distribusi merata, tidak ada rontok
dan rambut tampak bersih
c. Mata : isokor, tidak menggunakan kaca mata, tidak ada masalah
panglihatan
d. Mulut : tidak ada perdarahan pada mulut, mukosa bibir lembab, lidah
tampak bersih, tidak ada terpasang ETT,OPA,OG
e. Leher : pergerakan bebas, tidak ada pembesaran KGB,
f. Tangan : utuh kiri dan kanan, tidak ada kelainan, CRT kurang dari 3
detik, turgor kulit elastis
13. THORAK
a. Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
napas dan tidak ada alat bantu napas
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan,taktil premitus simetris
c. Perkusi : tidak ada pembesaran pada jantung
d. Auskultasi :
Suara napas : vesikuler
Bunyi jantung : S1 dan S2 normal
14. ABDOMEN
a. Inspeksi : abdomen tampak besar, letak umbilicus normal
b. Perkusi : bunyi hyper tympani
c. Palpasi : abdomen teraba hangat, teraba adanya massa, ada nyeri
tekan dan distensi abdomen.
d. Auskultasi : bising usus 2x/menit
15. GENITALIA
a. Perempuan : genitalia lengkap dan tidak ada gangguan pada genitalia
16. SISTEM MUSKULOSKELETAL
a. Cara berjalan : tegap
b. Ekstremitas : tidak ada hemiparesis
c. Kekuatan otot : kiri 5/5, kanan 5/5
d. Tonus otot : teraba kontraksi otot
e. Pergerakan : bebas
17. SISTEM PERSYARAFAN
a. Sistem persyarafan : kooperatif dan bicara jelas
b. Refleks Babinski : normal
c. Refleks patella : normal
d. Kaku kuduk : tidak ada
18. SISTEM INTEGUMENT
a. Kulit : utuh, tidak ada lesi, tidak ada lecet dan tidak ada hematom
b. Turgor : elastis
c. Luka : tidak ada

19. PENILAIAN TINGKAT NYERI


 Apa ada Keluhan Nyeri : ada
 Metode Penilaian Nyeri : Numeric rating scale (NRS)
 Jumlah Skor :4
 Kategori : Nyeri sedang
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal : Tanggal : 14 April 2021

Jenis Temuan Hasil Normal Satuan


Pemeriksaan

Albumin 5,0 3,2-4,5 g/dl


AST 19 10-40 U/dl
ALT 13 10-40 U/dl
Ureum 26.0 10,7-38,5 Mg/dL
Kreatinin 0,66 0,55-1.30 Mg/dl

a.

b.
HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:

Kesan :
Pre peritoneal fat jelas kiri dan kanan
Pseos line tidakjelas
Kontur kedua ginjal tak nampak
Distribusi udara : tampak udara mengisi gaster, usus halus dan colon
Skeletal : gambaran skeletal normal

OBAT-OBATAN:

Nama obat Dosis Manfaat


Nifleex 1x1 Untuk mengosongkan usus sebelum endoskopi
Klisma 2x1 Obat pencahar untuk mencegahnya terjadinya kondisi
gliserin 30-40 kontipasi
cc
Fleet enema 150 mg/6 jam Untuk meringankan gangguan sembelit
Lactolac syrup 30 mg/12 jam Untuk mmebantu agar feses menjadi lunak , serta
3x1 membantu mencegah pertumbuhan bakteri dalam usus.

RENCANA PULANG:

1. Biasakan mencuci tangan untuk mencegah perpindahan dan penumpukan mikrobia


2. Konsumsi makanan bergizi dan bernutrisi tinggi untuk mengoptimalkan kerja sistem
kekebalan tubuh
3. Pastikan makanan diolah dengan benar
1. Konstipasi B.D kelemahan otot MCP KASUS
2. Dx: Nyeri akut B.D agen cidera
abdomen fisiologis
Ds: Diagnosa Medis: ILEUS PARALITIK Ds:

Pasien mengatakan sulit dan lama Key Assesment:  Pasien mengatakan sakit (nyeri) di
untuk BAB  Sulit BAB abdomen, nyeri di rasakan diperut
 Pasien mengatakan BAB hanya 1  Distensi abdomen kanan bawah
kali dalam seminggu  Teraba adanya massa Do:
Do:  BAB keras  P : penumpukan Feses
 Distensi abdomen  Warna feses hitam kecoklatan  Q : seperti menekan
 Teraba adanya massa  Paristaltik 2 X permenit  R : abdomen kiri bawah
 Distribusi udara : tampak udara  S:4
 Perkusi Abdomen hyper tympani
mengisi gaster, usus halus, colon  T : hilang – timbul
 Feses keras  Nyeri abdomen ( skala nyeri 4)  Pasien bersifat protektif
 Warna feses hitam kecoklatan  Nyeri hilang-timbul
 Bising usus 2 x permenit
 Distribusi udara : tampak udara
mengisi gaster, usus halus, colon
INTERVENSI

Nama pasien : An. M

Ruangan : LIli infeksius

No Rm : 01060987

Diagnose keperawatan : Konstipasi B.D kelemahan otot abdomen

SLKI SIKI

Tujuan : setelah Intervensi


dilakukan asuhan
keperawatan selama 3  Manajemen konstipasi
X 24 jam masalah nyeri
akut dapat teratasi Aktivitas
dengan
Observasi
Kreteria Hasil :
 Periksa tanda dan gejala konstipasi
 Kontrol
 Periksa gerakan usus dan karakteritis feses
pengeluaran feses
 Idenfikasi faktor resiko konstipasi ( mis obat-
meningkat
obatan, tirah baring dan diet rendah serat )
 Keluhan defekasi
 Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan atau
lama dan sulit
peritonitis
menurun
Tindakan
 Mengejan saat
defekasi menurun  Anjurkan diet tinggi serat
 Konsitensi fese  Anjurkan meningkatkan asupan cairan
membaik  Lakukan massase abdomen jika perlu
 Frekuensi  Lakukan evaluasi feses secara manual ika perlu
defekasi  Berikan enema atau irigasi jika perlu
membaik Edukasi
 Paristaltik usus
membaik  Jelaskan penyebab masalah dan alasan tindakan
 Latih buang air besar secara teratur
 Ajarkan cara mengatasi konstipasi

Kolaborasi

 Konsultasi dengan Tim medis untuk meningkatan


frekuensi suara usus
 Kolaborasi pengguan obat pencahar jika perlu
Nama pasien : An. M Ruangan : LIli infeksius

No Rm : 01060987

Diagnose keperawatan : Nyeri akut B.D agen cidera fisiologis

SLKI SIKI

Tujuan : setelah Intervensi


dilakukan asuhan
keperawatan selama 3  Manajemen nyeri
X 24 jam masalah
nyeri akut dapat Aktivitas
teratasi dengan
Observasi
Kreteria Hasil :
 Identifikasi lokasi, karakteritis, durasi, frekuensi,
 Keluhan nyeri kualitas, intensitas nyeri
menurun  Identifikasi skala nyeri
 Meringis
 Identifikasi respon nyeri non verbal
menurun
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
 Bersikap
nyeri
protektif
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
menurun
 Gelisah
menurun Tindakan
 Kesulitan tidur
menurun  Berikan tekhnik nonfarmokologi untu mengurangi rasa
nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (mis suhu
ruangan pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat tidur

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi pereda nyeri
 Anjurkan monitor nyeri skala mandiri
 Anjarkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurai rasa
nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu


IMPLEMENTASI

Nama pasien : An. M

Ruangan : lili infeksius

Nomor rm : 01060987

Diagnosa keperawatan : konstipasi B.D kelemahan otot abdomen

Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

20/04/2021 Subjektif

 pasien mengatakan
10.00  mengidenfikasi masih sulit untuk BAB
faktor resiko
konstipasi ( mis
obat-obatan, tirah
Objektif
baring dan diet
rendah serat )
 bising usus 3 x
10.10  memeriksa gerakan permenit
usus dan  Distensi abdomen
karakteritis feses
 BAB keras

 menganjurkan diet  warna hitam


11.00
tinggi serat kecoklatan

 menganjurkan
15.00 meningkatkan Analisis
asupan cairan
Masalah konstipasi belum
teratasi
 berkolaborasi
18.00 pemberianobat
pencahar ( klisma
gluserin ) Plaining

 Monitor ttv anak


 Monitor bisig usus dan
karakteritis feses
Nama pasien : An. M
Ruangan : lili infeksius

Nomor Rm : 01060987

Diagnosa keperawatan : Nyeri Akut B.D Agen Cidera Fisiologis

Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

20/04/2021 Subjektif

16. 00  Identifikasi lokasi,  pasien mengatakan


karakteritis, nyeri sudah
durasi, frekuensi,
berkurang
kualitas, intensitas
nyeri

 Identifikasi skala
16.15 nyeri
Objektif
 Identifikasi faktor
16.30 Skala nyeri 2
yang memperberat
dan memperingan
nyeri Analisis

 Berikan tekhnik Masalah nyeri akut


nonfarmokologi belum teratasi
17.00 untu mengurangi
rasa nyeri (terapi
aroma levender)
Plaining
 Jelaskan
penyebab, periode,  monitor scala nyeri
17.30 dan pemicu nyeri
secara berkala

Nama pasien : An. M

Ruangan : lili infeksius

Nomor Rm : 01060987
Diagnosa keperawatan : konstipasi B.D kelemahan otot abdomen

Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

21/04/2021 Subjektif

11.00  memeriksa gerakan  Pasien mengatakan


usus dan karakteritis BAB sudah lancar
feses
( BAB 1 kali dalam
11.20  Melakukan massage sehari)
abdomen dengan
teknik “ILU"

 Berkolaborasi
18.00 pemberian enema Objektif
atau irigasi ( klisma
gluserin )  BAB lunak
 warna kuning pekat

 melakukan evaluasi  bising usus 5 x


feses secara berkala permenit
20.00

Analisis

Masalah konstipasi sudah


teratasi

Plaining

 monitor TTV anak

Nama pasien : An. M

Ruangan : lili infeksius

Nomor Rm : 01060987
Diagnosa keperawatan : Nyeri Akut B.D Agen Cidera Fisiologis

Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

21/04/2021 Subjektif

09.00  Identifikasi lokasi,  pasien mengatakan


karakteritis, nyeri sudah hilng
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
nyeri

 Berikan tekhnik Objektif


09.30 nonfarmokologi
untu mengurangi  scala nyeri 0
rasa nyeri (tekhnik
relaksasi nafas
dalam)
Analisis
 Identifikasi skala
10.00 Masalah nyeri akut
nyeri
teratasi

Plaining

 -

Nama pasien : An. M

Ruangan : lili infeksius

Nomor Rm : 01060987

Diagnosa keperawatan : konstipasi B.D kelemahan otot abdomen


Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

22/04/2021 Subjektif

11.00  memeriksa gerakan  Pasien mengatakan


usus dan karakteritis BAB sudah lancar
feses
( BAB 1-2 kali
18.00  Berkolaborasi dalam sehari)
pemberian enema
atau irigasi ( klisma
gluserin )

Objektif
 melakukan evaluasi
20.00 feses secara berkala  BAB lunak
 Distensi abdomen
sudah tidak ada
 warna kuning
 bising usus 7 x
permenit

Analisis

Masalah konstipasi sudah


teratasi

Plaining

 monitor TTV anak


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus
serta penerapan jurnal dalam pengolah kasus pada anak dengan ileus.
A. Identitas Pasien
An.M berjenis kelamin Prempuan berusia 16 tahun, dirawat diruang Lili
Infeksi. Pasien masuk via Poli Kilinik pada tanggal 07-04-2021 dengan
keluhan sudah 3 minggu tidak buang air besar, perut terasa penuh dan terasa
nyeri

B. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian tanggal 19-04-2021 pasien mengatakan
Sekarang masih susah BAB, dan pada saat buang air besar terasa nyeri
dengan skala 3 dan terkadang terdapat darah pada feses saat BAB. Hal ini
sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa patologis penyakit pada ileus
yaitu terjadinya konstipasi dan obstruksi.

C. Diagnosa Keperawatan
Tahap ini adalah tahap awal yang dilakukan kelompok untuk
melakukan asuhan keperawatan pada An. M dan diagnosa yang muncul yaitu
Konstipasi B.D kelemahan otot abdomen , yaitu suatu penurunan defekasi
normalyang disertai pengeluaran feses sulit sulit dan tidak tuntas serta feses
kering dan banyak, ditandai dengan pasien sulit untuk BAB, BAB keras dan
paristaltik 2 x permenit.
Adapun diagnose keperawatan yang muncul berdasarkan teori ada ileus
paralitik yaitu :
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d intake yang tidak adekuat
dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai
denganadanyamual, muntah, demam dan diaforesis.
b. Kelebihanvolume cairan b/d edema.
c. Ketidakefektifan pola nafas b/d distensi abdomen
d. Gangguan pola eliminasi: konstipasi b/d disfungsi motilitas usus.
e. Nyeri Akut b.d distensi abdomen
Sedangkan diagnose yang didaptkan pada kasus, yaitu :
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
b. Konstipai b.d kelemahan otot abdomen
D. Intervensi Keperawatan
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah diteggakan. Intervensi atau perencanaan adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang terpusat pada klien
dan hasil yang diperlukan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2012).
Adapun acuan dalam penyusunan intervensi kelompok menggunakan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang disesuaikan dengan
keaadaan pasien dan kebutuhan pasien. Dalam penerapan intervensi
kelompok membuat kriteria hasil dan tujuan, kelompok juga membuat
penilaian indikator perkembangan pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Kelompok membuat tindakan berdasarkan ONEC yaitu
(obeservasi, nursing/mandiri, edukasi dan kolaborasi).
Kelompok juga menerapkan jurnal Evidence based nursing (EBN)
sebagai dasar untuk melakukan intervensi kepada pasien. Yang artinya tidak
lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata, namun juga berdasarkan
bukti ilmiah dari buku maupun jurnal.
Berdasarkan jurnal Yuli lestari dan nova nurlinda sari (2020) yang
berjudul “ Pengaruh pijat I Love You (ILU) terhadap fungsi pencernaan anak
pasca operasi perut” . Pijat ILU mmeberikan manfaat yang positif pada
kesehatan fungsi pencernaan anak seperti meningkatkan imunitas, mencegah
gangguan pencernaan, melancarkan buang air besar, dan meningkatkan kerja
system pencernaan. Teknik pijatan ILU adalah gerakan uasapan lambat dan
lembut pada perut membentuk gerakan ILU, selama 7 menit per hari dalam
waktu 2x24 jam .

E. Implementasi
Kelompok melakukan implementasi selama 1 hari. Implementasi
merupakan tindakan nyata yang dilakukan perawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepeada pasien untuk mengurangi permasalahan yang
dialami pasien, sehingga tujuan keperawatan nantinya akan memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien untuk mengurangi permasalahan yang
asuhan keperawatan dengan cara menyesuaikan antara teori dan kebutuhan
pasien (Potter & Perry, 2012).
Kelompok telah melakukan tindakan keperawatan untuk diganosa nyeri
akut dengan mengdentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, memberikan tekhnik nonfarmokologi
untu mengurangi rasa nyeri (mendengar music atau bermain game), serta
menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
Diagnosa yang kedua adalah konstipasi, kelompok telah melakukan
tindakan mengidentifikasi karakteritis feses, memberikan enema atau irigasi (
klisma gluserin ), Melakukan massage abdomen dengan teknik “ILU",
melakukan evaluasi feses secara berkala.

F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses keperawatan untuk mengukur respon
pasien terhadap tindakan keperawatn dan kemajuan pasien kearah pencapaian
tujuan (Potter & Perry, 2005).Kelompok melakukan evaluasi kepada pasien
disetiap akhir sift lalu menilai perubahan dari perencanaan indicator awal ke
indicator target. Evaluasi sumatif adalah tes hasil belajar atau intervensi yang
telah dilakukan untuk menentukan hasil yang telah kelompok capai
perubahan dari indicator target menurun, membaik dan meningkat. Melihat
respon pasien berdasarkan SOAP yang meliputi respon subjektif dan objektif
yang mampu dilihat atau dikaji, analisis menentukan diagnose keperawatan
belum teratasi dan masih belum teratasi dan plening atau rencana tindakan
asuhan keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya.
Evaluasi diagnose utama yaitu nyeri akut didapatkan pada anak, pada
tanggal 21-05-2021 di lakkan pengkajian bahwa yeri anak agak sedikit
berkurag, dan setelah kelompok melakukan implementasi pada tanggal 22-05-
2021 nyeri sudah mulai berkurang dan pasien sudah dapat mengontrol nyeri
dengan baik dengan cara bermain game atau mendengarkan music, sehingga
anak tidak merasakan nyeri jika buang air besar nyeri akut teratasi. Diagnosa
kedua yaitu konstipasi evaluasi yang didapatkan pada tanggal 21-05-2021
pasien masih sulit untuk buang air besar, dan pada tanggal 22-05-2021 pasien
sudah mulai lancar bab yaitu 1-2 kai dalam seminggu, konstipasi sudah
teratasi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penulisan dan hasil asuhan keperawatan pada
An. M dengan Ileus paralitik di ruang Lili Infeksi RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau, maka kelompok mengambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kelompok melakukan pengkajian pada An. M dan memperoleh 2
diagnosa keperawatan. Kelompok membuat intervensi dan melakukan
implementasi serta melakukan evaluasi.
2. Diagnosa keperawatan dibuat kelompok berdasarkan SDKI edisi 1 dan
intervensi keperawatan berdasarkan SIKI dan diterapkan pada An. M
dengan ileus paralitik

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menjadi referensi tentang laporan dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan ileus paralitik

2. Bagi Institusi Pendidikan


Sumber informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan abses ileus
paralitik

3. Bagi Rumah Sakit


Mampu meningkatkan kinerja perawat dan tenaga medis yang lain
sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
ileus paralitik
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. R. 2000. Definisi Laparatomi. EGC: Jakarta.

Brooker. 2001. Patofisiologi dalam Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Brunner & Suddarth, 2018. Komplikasi Penyakit Ileus Obstruktif. EGC: Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall.2007. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.


Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Edisi 2. EGC: Jakarta.

Christine. 2008. Komplikasi pada Penyakit Laparatomi.EGC: Jakarta.

Darmawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan


Kerangka Kerja. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Djojodibroto. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Intubasi. EGC: Jakarta.

Doenges, Moorhouse. 1999. “ Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien “. Jakarta :
EGC
Harsono. 2005. Buku Ajar tentang Intubasi. EGC: Jakarta.

Long, Barbara C. 1996 “ Perawatan Medikal Bedah, Suatu pendekatan


proses keperawatan. Bandung :Yayasan IAPK.

Price, Sylvia A.2005.”Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit


Ed.6 vol.2”. Jakarta : EGC

Potter, P.A & Perry A.G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. Alih Bahasa: Renata
Komalasari,dkk. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai