Makalah Penyuluhan Keperawatan Anak Kelompok X (Ileus Paralitik)
Makalah Penyuluhan Keperawatan Anak Kelompok X (Ileus Paralitik)
M DENGAN ILEUS
PARALITIK DI RUANGAN LILI INFEKSIUS
RSUD ACHMAD ARIFIN
PEKANBARU
OLEH
KELOMPOK X
PEKANBARU
2021
19
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan kuasa-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan stase Anak di progam studi profesi ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIKes) Payung Negeri Pekanbaru Tahun 2021 dengan judul
“Asuhan Keperawatan An. M dengan Ileus Paralitik Diruang Lily Infeksi
RSUD Arifin Achmad”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis tidak terlepas dari peran
serta berbagai pihak yang senantiasa memberikan bantuan, bimbingan,
dukungan, serta doa sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing
akademik, dan dosen koordinator mata ajar keperawatan Anak dan
pembimbing klinik, Semoga segala kebaikan diterima disisi Allah SWT, dan
mendapatkan imbalan dan pahala dari Allah SWT.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca
pada umumnya,kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ileus paralitik merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang
sering dijumpai, sekitar 60 -70% dari seluruh kasus akut abdomen yang
bukan appendicitis akuta. Ileus paralitik adalah suatu penyumbatan
mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali
menutup atau menganggu jalannya isi usus (Brunner & Suddarth, 2018).
Pada tahun 2007, WHO menyebutkan bahwa penyakit pada saluran
pencernaan termasuk dalam 10 besar penyakit penyebab kematian di dunia
pada tahun 2005 (WHO,2007). Penyakit saluran cerna termasuk dalam
urutan ke-7 di Malaysia pada tahun 2007 dengan jumlah 1809 kasus.
(WHO, 2007). Di Indonesia penyakit saluran cerna termasuk dalam urutan
ke-3 dari 10 penyakit penyebab utama kematian di rumah sakit, data dari
Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI menunjukkan total kematian 6.590 dari
225.212 kasus pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 terdapat 6.825 total
kematian dari 234.536 kasus yang ada (Depkes RI, 2009). Akut abdomen
menjadi salah satu masalah yang sering dikeluhkan ke dokter. Sekitar 60
% - 90 % kasus ileus menjadi penyebab akut abdomen yang bukan
apendisitis akut. (Serin A, Simangunsong B, Siagian P, 2017) . Dari segala
usia, setiap tahunnya 1 dari 1000 orang terdiagnosa ileus (Ansari P, 2007)
Adapun penyebab dari ilues paralitik yaitu tindakan operasi terutama
diarea abdomen, penyakit Parkinson, radang usus buntu, infeksi saluran
pencernaan seperti penyakit crohn, gastroenteritis dan divertikkulitis
(Mansjoer,2019). Salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk
permasalaan ileus paralitik adalah dengan pembedahan laparotomy,
penyataan pada dinding abdomen, atau peritoneal (Fossum, 2019), Ileus
akan menjadi permaslaahan yang berat jika tidak dilakukan pembedahan
sehingaa akan menyebakan terjadinya komplikasi, dan akan menyebabkan
permasalahan yang berat, maka jika pasien yang sudah didiagnoasa ileus
paraltik harus siap akan dilakukannya pebedahan, jika tidak maka akan
menjadi masalah pada saluran pencernaan.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui asuhan yang tepat pada pasien dengan Ileus Paralitik
Diruang Lily Infeksi RSUD Arifin Achmad
BAB II
D. PATOFISOLOGI
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi
paralitik dimana peristaltic dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten,
dan akhirnya hilang. Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus
adalah lumen usus yang tersumbat secara progresif akan tergang oleh
cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan
intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke
darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran
cerna setiap hari ke sepuluh. Tidak adanya absorbs dapat mengakibatkan
penimbunan intralumen dengan cepat.
Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan
penurunan absorbs cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus.
Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin-toksin bakteri
kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan
bakteriemia. Pada obstruksi mekanik simple, hambatan pasase muncul
tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologic. Makanan dan cairan
yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak
jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian
distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorbs membrane mukosa usus
menurun, dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi
intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif
akan mengacaukan peristaltic dan fungsi sekresi mukosa dan
meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis,
dan kematian.
E. WOC
Ganguan fungsional usus
g. muscolar usus
Nyeri akut
Defisit nutrisi
hipovelemia
RAS aktifitas REM Meningkat
G. Pola Tidur
F. Komplikasi
Komplikasi yang umumnya terjadi ialah
1. Peritonitis karena absorbsi toksindalamrongga peritoneum
sehinggaterjadiperadanganatauinfeksi yang hebat pada intra abdomen
2. Perforasidikarenakanobstruksi yang sudahterjadiselalu lama pada organ
intra abdomen
3. Sepsis, infeksiakibatdari peritonitis yang tidaktertanganidenganbaik dan
cepat
4. Syokhipovolemikterjadiakibatdehidrasi dan kehilangan volume plasma
(brunner and Suddarth, 2001)
G. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaanpenunjang yang dilakukan ialah rontgen toraks
dimana diafragma meninggi akibat distensi abdomen, rontgen abdomen
dalam posisi terlentang untuk mencari penyebab (batuempedu, volvulus,
hernia), pemeriksaan sinar X untuk menunjukkan kuantitas abnormal dari
gas atau cairan dalam usus, pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan
gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan
infeksi dan pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk
menegakkan diagnosa (Doengoes, 2000).
H. Penatalaksanaan
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif
.Tindakannya berupa dekompresi , menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit , mengobatai kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi
yang adekuat. Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik (simpatolitik)
atau obat parasimpatomimetik pernah dicoba , ternyata hasilnya tidak
konsisten .Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik ,
pemberian cairan , koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral
hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip pemberian nutrisi
parenteral .
Beberapa obat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat
untuk gastroparesis , sisaprid bermanfaat untuk ileus paralitik pasca operasi
dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus paralitik karena
obat-obatan .Bila bising usus sudah mulai ada dapat dilakukan tes feeding ,
bila tidak ada retensi, dpat dimulai dengan diit cair kemudian disesuaikan
sejalan dengan tolerani ususnya.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ileus paralitik menurut Hasdianah & Suprapto
(2014), sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus pada
urinalisa, berat jenis bisa meningkatkan dan ketonuria yang
menunjukan adanya dehidrasi dan asidosis metabolic . Leukosit normal
atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi
peritonitis, kimia darah sering adanya gangguan elektrolit .
2. Pemeriksaan sinar X : otot polos , menunjukan kuantitas abnormal dari
gas dan cairan dalam usus dan menunjukan adanya udara di diafragma
dan terjadi perforasi usus.
3. Enema barium : diindikasikan untuk di invaginasi
4. Endoskopi abdomen : diindikasikan bila dicurigai adanya volvulus.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien. (Nursalam,
2001).
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, abdomen tegang dan
kaku.
2). Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikajidengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus-menerus (menetap).
R: Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan
3). Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-
obatan.
4). Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama dengan klien.
c. Pemeriksan fisik
Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok
hipovolemi, tanda-tanda vital meningkat, suhu(39oC), pernapasan
(24x/mnt), nadi (110x/mnt) tekanan darah (130/90 mmHg)
1) Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelelahan dan ngantuk.
Tanda: Kesulitan ambulasi
2) Sirkulasi
Gejala: Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
3). Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda: Perubahan warna urine dan feces
4) Makanan/cairan
Gejala:anoreksia,mual/muntah dan hausterusmenerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-
pecah. Kulit buruk.
5) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda: Distensi abdomen dan nyeri tekan
6). Pernapasan
Gejala: Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda: Napas pendek dan dangkal
7). Diagnostik Test
a. Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari
gas dan cairan dalam usus.
b. Pemeriksaan simtologi
c. Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
d. Leukosit: normal atau sedikit meningkat
e. Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+dan Cl-rendah
f. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
g. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia)
h. Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif. (Doenges,
Marilynn E, 2000)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada ileus paralitik.
a. hipovelemia berhubungan dengan ketidakefektifan penyerapan usus
halus
b. Konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi
nutrisi
d. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan menurut standar intervensi keperawatan
indonesia ialah
a. hipovelemia berhubungan dengan ketidakefektifan penyerapan usus
halus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.
Kriteria hasil:
Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD: 110/70 -
120/80 mmHg)
Intake dan output cairan seimbang 10 - Turgor kulit elastic
Mukosa lembab
Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5
mmol/L, Cl: 94-111 mmol/L)
Intervensi :
1. Observasi
Periksa tanda dan gejala hipovelemia
Monitor intake dan output cairain
2. Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modified trendelenbung
Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
Anjurkan perbanyak asupan cairan
4. Kolaborasi
Kolaborasi memberian cairan IV
Rasional:untuk mengetahui kebutuhan cairan pasien.
b. Konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
eliminasi kembali normal.
Kriteria hasil:
Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, dengan konsistensi lembek,
BU normal: 5-35 x/menit
tidak ada distensi abdomen.
Intervensi
1. Observasi
2. Terapeutik
3. Edukasi
4. Kolaborasi
2. Terapeutik
3. Edukasi
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Terapeutik
3. Edukasi
4. Kolaborasi
A. PENGKAJIAN
1. INFORMASI UMUM
Nomor RM : 01060987
Nama Pasien : An. M
Tanggal Lahir : 06-10-2005 ( 15 Tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Masuk Ruang Rawat : Lily Infeksi
Tanggal / Jam : 17-04-2021 jam (15:44)
Cara Masuk RS melalui: Poli Anak
Diagnosis Masuk : Ileus Paralitik
2. KELUHAN UTAMA
Alasan Masuk / Dirawat
Pasien masuk via poli anak pada tanggal 17-04-2021 dengan
keluhan sudah 3 minggu tidak buang air besar, perut terasa penuh
dan terasa nyeri.
Riwayat Penyakit Saat Ini
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19-04-2021 pasien
mengatakan Sekarang masih sulit untuk BAB, perutnya masih terasa
nyeri, nyeri di rasakan di abdomen kana bawah dan nyeri dirasakan
hilang timbul.
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Serumah
Tidak Adanya anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama dengan
pasien .
5. RIWAYAT IMUNISASI
BCG √ DPT √ POLIO √ CAMPAK √
6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Yang mengasuh : orang tua
Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
Hubungan dengan teman sebaya : Baik
Perawatan anak secara umum :Baik
7. KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis ( GCS E4M6V5)
Frek Nadi : 84 x/mnt
Frek Nafas : 21x/mnt
Suhu : 36,3oC
BB : 40 Kg
TB/PB : 151 Cm
IMT : 17 kg/m2
Lila : 24 Cm
LK : 56 Cm
Nilai skrining gizi : gizi baik
Nilai skala nyeri : dengan skala nyeri 4
8. NUTRISI
Jenis diet : makanan lunak
Suplemen : tidak ada
Pola makan : 3x/hari(1200 kalori)
Mual : tidak ada
Muntah : tidak ada
Apakah ada diet khusus :ada , makanan yang tinggi serat
Intake cairan : 6-7 gelas
Jenis minuman : air putih
Intake parenteral: Ringer Laktat , jumlah : 1500ml/hari
Iwl : 16 cc/jam
9. ELIMINASI
Apakah ada masalah dengan BAK : Tidak ada masalah
Apakah ada masalah dalam BAB : pasien mengatakan sulit BAB
( BAB baru 1 kali dalam seminggu)
BAK warna : kuning
BAB warna : hitam kecoklatan, adanya terdapat darah pada BAB
dan BAB keras
Frekuensi BAK : 5-6 x/hari
Frekuensi BAB : 1 x dalam seminggu
10. TIDUR
Jam tidur malam : 22.00 – 05.00 WIB
Jam tidur siang : 11.00 – 14.00 WIB
Kebiasaan tidur : bercerita dengan orang tua dan main hp
11. AKTIVITAS BERMAIN
Senang bermain dengan kelompok : iya
Senang bermain sendiri : tidak
12. KEPALA
a. Kepala : bentuk kepala normal tidak ada kelainan,
b. Rambut : warna hitam, panjang, distribusi merata, tidak ada rontok
dan rambut tampak bersih
c. Mata : isokor, tidak menggunakan kaca mata, tidak ada masalah
panglihatan
d. Mulut : tidak ada perdarahan pada mulut, mukosa bibir lembab, lidah
tampak bersih, tidak ada terpasang ETT,OPA,OG
e. Leher : pergerakan bebas, tidak ada pembesaran KGB,
f. Tangan : utuh kiri dan kanan, tidak ada kelainan, CRT kurang dari 3
detik, turgor kulit elastis
13. THORAK
a. Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
napas dan tidak ada alat bantu napas
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan,taktil premitus simetris
c. Perkusi : tidak ada pembesaran pada jantung
d. Auskultasi :
Suara napas : vesikuler
Bunyi jantung : S1 dan S2 normal
14. ABDOMEN
a. Inspeksi : abdomen tampak besar, letak umbilicus normal
b. Perkusi : bunyi hyper tympani
c. Palpasi : abdomen teraba hangat, teraba adanya massa, ada nyeri
tekan dan distensi abdomen.
d. Auskultasi : bising usus 2x/menit
15. GENITALIA
a. Perempuan : genitalia lengkap dan tidak ada gangguan pada genitalia
16. SISTEM MUSKULOSKELETAL
a. Cara berjalan : tegap
b. Ekstremitas : tidak ada hemiparesis
c. Kekuatan otot : kiri 5/5, kanan 5/5
d. Tonus otot : teraba kontraksi otot
e. Pergerakan : bebas
17. SISTEM PERSYARAFAN
a. Sistem persyarafan : kooperatif dan bicara jelas
b. Refleks Babinski : normal
c. Refleks patella : normal
d. Kaku kuduk : tidak ada
18. SISTEM INTEGUMENT
a. Kulit : utuh, tidak ada lesi, tidak ada lecet dan tidak ada hematom
b. Turgor : elastis
c. Luka : tidak ada
a.
b.
HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
Kesan :
Pre peritoneal fat jelas kiri dan kanan
Pseos line tidakjelas
Kontur kedua ginjal tak nampak
Distribusi udara : tampak udara mengisi gaster, usus halus dan colon
Skeletal : gambaran skeletal normal
OBAT-OBATAN:
RENCANA PULANG:
No Rm : 01060987
SLKI SIKI
Kolaborasi
No Rm : 01060987
SLKI SIKI
Edukasi
Kolaborasi
Nomor rm : 01060987
20/04/2021 Subjektif
pasien mengatakan
10.00 mengidenfikasi masih sulit untuk BAB
faktor resiko
konstipasi ( mis
obat-obatan, tirah
Objektif
baring dan diet
rendah serat )
bising usus 3 x
10.10 memeriksa gerakan permenit
usus dan Distensi abdomen
karakteritis feses
BAB keras
menganjurkan
15.00 meningkatkan Analisis
asupan cairan
Masalah konstipasi belum
teratasi
berkolaborasi
18.00 pemberianobat
pencahar ( klisma
gluserin ) Plaining
Nomor Rm : 01060987
20/04/2021 Subjektif
Identifikasi skala
16.15 nyeri
Objektif
Identifikasi faktor
16.30 Skala nyeri 2
yang memperberat
dan memperingan
nyeri Analisis
Nomor Rm : 01060987
Diagnosa keperawatan : konstipasi B.D kelemahan otot abdomen
21/04/2021 Subjektif
Berkolaborasi
18.00 pemberian enema Objektif
atau irigasi ( klisma
gluserin ) BAB lunak
warna kuning pekat
Analisis
Plaining
Nomor Rm : 01060987
Diagnosa keperawatan : Nyeri Akut B.D Agen Cidera Fisiologis
21/04/2021 Subjektif
Plaining
-
Nomor Rm : 01060987
22/04/2021 Subjektif
Objektif
melakukan evaluasi
20.00 feses secara berkala BAB lunak
Distensi abdomen
sudah tidak ada
warna kuning
bising usus 7 x
permenit
Analisis
Plaining
Pada bab ini dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus
serta penerapan jurnal dalam pengolah kasus pada anak dengan ileus.
A. Identitas Pasien
An.M berjenis kelamin Prempuan berusia 16 tahun, dirawat diruang Lili
Infeksi. Pasien masuk via Poli Kilinik pada tanggal 07-04-2021 dengan
keluhan sudah 3 minggu tidak buang air besar, perut terasa penuh dan terasa
nyeri
B. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian tanggal 19-04-2021 pasien mengatakan
Sekarang masih susah BAB, dan pada saat buang air besar terasa nyeri
dengan skala 3 dan terkadang terdapat darah pada feses saat BAB. Hal ini
sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa patologis penyakit pada ileus
yaitu terjadinya konstipasi dan obstruksi.
C. Diagnosa Keperawatan
Tahap ini adalah tahap awal yang dilakukan kelompok untuk
melakukan asuhan keperawatan pada An. M dan diagnosa yang muncul yaitu
Konstipasi B.D kelemahan otot abdomen , yaitu suatu penurunan defekasi
normalyang disertai pengeluaran feses sulit sulit dan tidak tuntas serta feses
kering dan banyak, ditandai dengan pasien sulit untuk BAB, BAB keras dan
paristaltik 2 x permenit.
Adapun diagnose keperawatan yang muncul berdasarkan teori ada ileus
paralitik yaitu :
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d intake yang tidak adekuat
dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai
denganadanyamual, muntah, demam dan diaforesis.
b. Kelebihanvolume cairan b/d edema.
c. Ketidakefektifan pola nafas b/d distensi abdomen
d. Gangguan pola eliminasi: konstipasi b/d disfungsi motilitas usus.
e. Nyeri Akut b.d distensi abdomen
Sedangkan diagnose yang didaptkan pada kasus, yaitu :
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
b. Konstipai b.d kelemahan otot abdomen
D. Intervensi Keperawatan
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah diteggakan. Intervensi atau perencanaan adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang terpusat pada klien
dan hasil yang diperlukan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2012).
Adapun acuan dalam penyusunan intervensi kelompok menggunakan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang disesuaikan dengan
keaadaan pasien dan kebutuhan pasien. Dalam penerapan intervensi
kelompok membuat kriteria hasil dan tujuan, kelompok juga membuat
penilaian indikator perkembangan pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Kelompok membuat tindakan berdasarkan ONEC yaitu
(obeservasi, nursing/mandiri, edukasi dan kolaborasi).
Kelompok juga menerapkan jurnal Evidence based nursing (EBN)
sebagai dasar untuk melakukan intervensi kepada pasien. Yang artinya tidak
lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata, namun juga berdasarkan
bukti ilmiah dari buku maupun jurnal.
Berdasarkan jurnal Yuli lestari dan nova nurlinda sari (2020) yang
berjudul “ Pengaruh pijat I Love You (ILU) terhadap fungsi pencernaan anak
pasca operasi perut” . Pijat ILU mmeberikan manfaat yang positif pada
kesehatan fungsi pencernaan anak seperti meningkatkan imunitas, mencegah
gangguan pencernaan, melancarkan buang air besar, dan meningkatkan kerja
system pencernaan. Teknik pijatan ILU adalah gerakan uasapan lambat dan
lembut pada perut membentuk gerakan ILU, selama 7 menit per hari dalam
waktu 2x24 jam .
E. Implementasi
Kelompok melakukan implementasi selama 1 hari. Implementasi
merupakan tindakan nyata yang dilakukan perawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepeada pasien untuk mengurangi permasalahan yang
dialami pasien, sehingga tujuan keperawatan nantinya akan memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien untuk mengurangi permasalahan yang
asuhan keperawatan dengan cara menyesuaikan antara teori dan kebutuhan
pasien (Potter & Perry, 2012).
Kelompok telah melakukan tindakan keperawatan untuk diganosa nyeri
akut dengan mengdentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, memberikan tekhnik nonfarmokologi
untu mengurangi rasa nyeri (mendengar music atau bermain game), serta
menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
Diagnosa yang kedua adalah konstipasi, kelompok telah melakukan
tindakan mengidentifikasi karakteritis feses, memberikan enema atau irigasi (
klisma gluserin ), Melakukan massage abdomen dengan teknik “ILU",
melakukan evaluasi feses secara berkala.
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses keperawatan untuk mengukur respon
pasien terhadap tindakan keperawatn dan kemajuan pasien kearah pencapaian
tujuan (Potter & Perry, 2005).Kelompok melakukan evaluasi kepada pasien
disetiap akhir sift lalu menilai perubahan dari perencanaan indicator awal ke
indicator target. Evaluasi sumatif adalah tes hasil belajar atau intervensi yang
telah dilakukan untuk menentukan hasil yang telah kelompok capai
perubahan dari indicator target menurun, membaik dan meningkat. Melihat
respon pasien berdasarkan SOAP yang meliputi respon subjektif dan objektif
yang mampu dilihat atau dikaji, analisis menentukan diagnose keperawatan
belum teratasi dan masih belum teratasi dan plening atau rencana tindakan
asuhan keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya.
Evaluasi diagnose utama yaitu nyeri akut didapatkan pada anak, pada
tanggal 21-05-2021 di lakkan pengkajian bahwa yeri anak agak sedikit
berkurag, dan setelah kelompok melakukan implementasi pada tanggal 22-05-
2021 nyeri sudah mulai berkurang dan pasien sudah dapat mengontrol nyeri
dengan baik dengan cara bermain game atau mendengarkan music, sehingga
anak tidak merasakan nyeri jika buang air besar nyeri akut teratasi. Diagnosa
kedua yaitu konstipasi evaluasi yang didapatkan pada tanggal 21-05-2021
pasien masih sulit untuk buang air besar, dan pada tanggal 22-05-2021 pasien
sudah mulai lancar bab yaitu 1-2 kai dalam seminggu, konstipasi sudah
teratasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penulisan dan hasil asuhan keperawatan pada
An. M dengan Ileus paralitik di ruang Lili Infeksi RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau, maka kelompok mengambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kelompok melakukan pengkajian pada An. M dan memperoleh 2
diagnosa keperawatan. Kelompok membuat intervensi dan melakukan
implementasi serta melakukan evaluasi.
2. Diagnosa keperawatan dibuat kelompok berdasarkan SDKI edisi 1 dan
intervensi keperawatan berdasarkan SIKI dan diterapkan pada An. M
dengan ileus paralitik
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menjadi referensi tentang laporan dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan ileus paralitik
Brunner & Suddarth, 2018. Komplikasi Penyakit Ileus Obstruktif. EGC: Jakarta.
Potter, P.A & Perry A.G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. Alih Bahasa: Renata
Komalasari,dkk. Jakarta: EGC