Anda di halaman 1dari 18

Materi Pokok Konsel Mol

A. KONSEP MOL
1. Pengertian Konsep Mol
Setiap zat yang ada di alam tersusun atas partikel-partikel dalam bentuk atom,
molekul, dan ion. Ukuran dan massa partikel-partikel zat tersebut sangat kecil,
sedangkan jumlah partikelnya sangat banyak sehingga kita kesulitan untuk
mengukurnya.
Akan tetapi, para ahli kimia berhasil menemukan cara menghitung jumlah
partikel, massa zat, dan volume gas. Hubungan kuatitatif antara zat-zat yang terlibat
dalam suatu reaksi disebut dengan Stoikiometri.
Dalam stoikiometri, satuan yang digunakan untuk menyatakan jumlah partikel
dalam zat dinamakan mol. Mol berasal dari bahasa Latin yaitu Mole yang artinya
tumpukan. Jumlah partikel-partikel atom, molekul, atau ion dalam 1 mol zat akan
sama dengan jumlah partikel-partikel dalam 1 mol zat lainnya. Namun, massa setiap
zat dalam 1 mol tidak sama. Mol dapat digunakan sebagai jembatan penghubung
antara massa zat dengan jumlah partikel.
2. Jumlah Partikel dalam 1 Mol Zat
Atom dan molekul mempunyai massa yang sangat kecil sehingga tidak dapat
kita tentukan massanya dengan menggunakan timbangan. Untuk memudahkan
penentuannya, ahli kimia menggunakan standar. Standar yang digunakan untuk
menyatakan 1 mol adalah jumlah partikel dalam isotop atom C-12 (Karbon) bermassa
12 gram.
Jumlah partikel atom karbon yang terdapat dalam 12 gram atom C-12
merupakan suatu bilangan yang sangat besar dan disebut tetapan Avogadro. Besarnya
tetapan Avogadro dapat dihitung dengan cara berikut :
1 sma = 1,661 x 10-24 gram
Massa 1 atom C-12 = 12 sma = 12 x 1,661 x 10-24 gram = 1,9932 x 10-23 gram
Jumlah partikel atom C-12 dalam 12 gram unsur C-12 = 12 gr
1,9932 x 10-23 gr/atom
= 6,02 x 10-23 atom C-12
Jadi, dalam 1 mol atom C-12 terdapat 6,02 x 10 -23 atom C-12. Berdasarkan hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa 1 mol suatu zat (unsur atau senyawa) adalah
sejumlah zat tersebut yang mengandung 6,02 x 10-23 partikel (atom, molekul, atau
ion).
Jumlah partikel = mol x 6,02 x 10-23
Jumlah partikel = atom untuk unsur
= molekul untuk senyawa
Contoh :
1 mol unsur emas (Au) mengandung 6,02 x 1023 atom Au.
1 mol senyawa NH3 mengandung 6,02 x 1023 molekul NH3.
1 mol NaCl mengandung 6,02 x 1023 atom NaCl.
1 mol Na+ atau Cl- mengandung 6,02 x 1023 ion Na+ atau Cl-.

3. Massa 1 Mol Unsur dan Senyawa


Pada pembahasan sebelumnya, telah kita ketahui hubungan antara mol dan
jumlah partikel (1 mol zat = 6,02 x 10 -23 partikel) serta fakta bahwa 1 mol zat unsur
atau senyawa yang berbeda akan memiliki jumlah partikel yang sama, sedangkan
massanya berbeda-beda.
Berapakah mass atom dan molekul yang terdapat dalam 1 mol zat? Untuk
mengetahuinya, kita harus mengetahui terlebih dahulu hubungan antara massa atom
relatif (Ar) dan massa molekul relatf (Mr).
Mr suatu molekul merupakan penjumlahan dari Ar unsur-unsur penyusunnya.
Hubungan antara Mr dan Ar dapat bentuk rumus sebagai berikut :
Mr = (Ar atom 1 x jumlah atom 1) + (Ar atom 2 x jumlah atom 2) + ... + (Ar
atom n x jumlah atom n)
Atau
Mr = ∑ Ar

Jika Mr dan Ar telah diketahui, maka dapat ditentukan massa 1 mol unsur dan
senyawa. Massa 1 mol unsur atau senyawa disebut masaa molar. Hubungan antara
massa molar dengan Ar dan Mr adalah sebagai berikut :
Massa molar unsur monoatomik = 1 x Ar zat (gram)
Massa molar unsur diatomik = 2 x Ar zat (gram)
Massa molar senyawa = ∑ Ar zat ( gram) =Mr zat
Berdasarkan rumusan diatas, massa suatu zat dengan jumlah mol tertentu
dirumuskan sebagai berikut :
Massa unsur monoatomik = Ar x jumlah mol
Massa unsur diatomik = 2 x Ar x jumlah mol
Massa senyawa = Mr x jumlah mol
Contoh :
1 mol karbon mempunyai massa atom relatif 12,01 gram, sedangkan 1 mol
emas mempunyai massa atom relatif 196,97 gram. Massa atom relatif 1 mol
karbon berbeda dengan 1 mol emas.

4. Volume 1 Mol Gas


Volume 1 mol gas pada keadaan standar (00C, 1 atm atm) disebut volume
molar gas. Berdasarkan serangkaian percobaan oleh para ilmuwan, rata-rata volume
molar gas-gas adalah 22,4 L/mol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada
tekanan STP (Standard Temperature and Pressure) volime molar gas adalah 22,4
L/mol.
Hukum perbandingan volume (Avogadro) menyatakan bahwa : pada volume
yang sama, gas-gas yang berbeda (pada suhu dan tekanan yang sama) mengandung
partikel yang jumlahnya sama. Kamu juga telah mengetahui bahwa 1 mol setiap zat
mempunyai jumlah partikel yang sama juga. Jadi dapat disimpulkan bahwa :
Volume gas berbanding lurus dengan jumlah mol (n)
Atau
Volume gas = mol x 22,4 L/mol

Hipotesis Avogadro dapat juga ditulis dalam bentuk persamaan berikut :

PV = Tetapan

nT

Keterangan :
P : Tekanan (atm) n : mol
V : Volume (L) T : suhu (Kelvin)
R : 0,082 L atm mol-1 K-1
Bagaimana menentukan volume suatu gas pada keadaan tidak standar? Untuk
menentukan volume gas pada suhu dan tekanan tertentu dapat dihitung menggunakan
persamaan gas ideal. Persamaan gas ideal adalah suatu persamaan yang diturunkan
berdasarkan asumsi para pakar kimia dengan mengacu pada hasil-hasil percobaan
seperti Charles, Amonton, Boyle, dan Gay-Lussac.
Hukum Charles menyatakan bahwa: “pada tekanan tetap, volume gas
berbanding lurus dengan suhu mutlaknya”.
Secara matematis dirumuskan sebagai:
V ≈T.
Hukum Amonton menyatakan bahwa : pada volume tetap, tekanan gas
berbanding lurus dengan suhu mutlaknya.
Secara matematis dirumuskan sebagai :
P ≈T
Boyle dan Gay-Lussac menggabungkan ketiga besaran gas (tekanan,suhu, dan
volume) menghasilkan persamaan berikut :
PV ≈T
Menurut Avogadro, persamaan tersebut dapat ditulis sebagai:
PV = RT.
R adalah tetapan molar gas yang tidak bergantung pada P, T, dan V, tetapi
hanya bergantung pada jumlah mol gas. Menurut percobaan, nilai R = 0,082 L atm
mol–1 K–1.
Berdasarkan uraian tersebut, persamaan gas ideal dapat ditulis sebagai berikut.

Keterangan:
P = Tekanan (atm)
V = Volume (L)
T = Suhu mutlak (K)
n = Jumlah partikel (mol)
R = Tetapan gas (L atm mol–1 K–1) = 0,082 L atm mol–1 K–1.
5. Hubungan antara Jumlah Partikel, Massa Zat, dan Volume Gas
Hubungan antara jumlah partikel, massa zat, volume gas dapat digambarkan
sebagai berikut :

: 6,02 x 10-23 : Ar/Mr


Massa
Jumlah Mol
zat
partikel
x 6,02 x 10-23 x Ar/Mr (gram)

: 22,4 L/mol x 22,4 L/mol

Volume gas
(STP) (liter)

Diagram tersebut dapat digunakan untuk mengubah jumlah partikel ke massa


zat atau sebaliknya, mengubah jumlah partikel ke volume gas atau sebaliknya, serta
mengubah massa zat ke volume gas atau sebaliknya.
B. PENENTUAN KADAR ZAT
1. Kadar zat dalam Senyawa
Kadar zat dalam senyawa adalah persentase massa zat yang terkandung dalam
suatu senyawa. Sebagai contoh, unsur nitrogen, zat yang sangat dibutuhkan oleh tanaman
berada dalam kadar yang berbeda-beda didalam beberapa jenis pupuk. Pupuk nitrogen
yang biasa digunakan oleh petani diantaranya (NH2)2CO, NH4NO3, (NH4)2SO4, dan
(NH4)2HPO4. Bagaimana menentukan kadar unsur nitrogen dalam salah satu jenis pupuk
nitrogen?
Jika rumus kimia suatu senyawa diketahui, maka kadar unusr dalam suatu
senyawa dapat dihitung. Langkah-langkah untuk menghitung kadar unsur dalam seyawa
adalah sebagai berikut :

Menentukan rumus kimia zat

Hitung kadar unsur dalam senyawa dengan menggunakan rumus :

%unsur = jumlah atom x Ar unsur x 100%

Mr senyawa

Kadar unsur dalam senyawa juga dapat dihitung dengan cara membandingkan massa unusr
dengan massa senyawa. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar massa unsur dalam
senyawa adalah sebagai berikut :
%massa unsur = massa unsur x 100%

Massa senyawa

Contoh :
1. Berapakah kadar hidrogen dan oksigen dalam air?
2. Suatu senyawa diketahui mempunyai massa 90 gram. Dari hasil analisis diperoleh
data sebagai berikut :
Unsur penyusunan % Massa
C 20
H 40
N 40
Hitung massa setiap unsur!

Penyelesaian :
1. Air tersusun atas unsur hidrogen dan oksigen dengan perbandingan 2 : 1. Rumus
kimia dari air adalah H2O.
%H = jumlah atomH x ArH x 100% = 2 x Ar H x 100% = 2 x 1 x 100% = 11,1%
Mr H2O Mr H2O 18
%O = jumlah atomO x ArO x 100% = 1 x ArO x 100% = 1 x 16 x 100% = 88,9%
Mr H2O Mr H2O 18
2. Massa unsur = %massa unsur x massa senyawa
100%
Massa C = 20 x 90 gram = 18 gram
100
Massa H = 40 x 90 gram = 36 gram
100
2. Kadar zat dalam Campuran
Kadar zat dalam campuran dapat dinyatakan dengan persen (%), baik persen
massa maupun persen volume, dan bagian per sejuta (bpj), baik bagia per sejuta
massa maupun bagian per sejuta volume.
a. Persen Massa (% Massa)
Persen massa menyataka bagian massa komponen dalam 100 bagian massa campuran.
Misalnya, larutan garam dapur 10%, artinya 10 gram garam dapur dalam 100 gram
larutan.

%Massa = Massa komponen x 100%

Massa campuran

Contoh :
Berapa gram gula harus dicampur dengan 100gram air untuk membuat larutan gula
20%?
Jawab :
Misalnya massa gula = m gram
%Massa = massa gula x 100% 20% = m x 100% = m = 25 gram.
Massa larutan m + 100
b. Persen Massa terhadap Volume (%massa per volume)
Persen massa terhadap volume menyatakan bagian massa komponen dalam
100 bagian volume campuran. Persentase ini berlaku untuk sejumlah zat terlarut yang
berwujud padat atau cair dengan pelarut yang berwujud cair.
% massa per volume = Massa komponen x 100%
Volume campuran
Contoh :
Jika 25 gram garam dapur dilarutkan dalam cair sampai 200 mL. Tentuka
kadar garam dapur tersebut dalam %massa per volume.
Penyelesaian ::
%massa per volume = massa komponen x 100%
Volume campuran
= 25 x 100% = 12,5 %
200
Jadi, kadar garam dapur adalah 12,5%.

c. Persen Volume (% Volume)


Persen volume menyatakan bagian volume komponen dalam 100 bagian
volume campuran. Misalnya 78% gas nitrogen dalam udara, artinya terdapat 78 mL
gas nitrogen dalam 100 mLudara. Persen volume dapat dirumuskan sebagai berikut :
% volume = volume komponen x 100%
Volume campuran
Contoh :
Tersedia 100 mL alkohol 70% (v/v). Berapa volume air yang harus
ditambahkan ke dalam larutan itu supaya kadar alkohol menjadi 30% (v/v)?
Penyelesaian :
Dalam 100 mL alkohol 70% terdapat alkohol yang volumenya = 70% x 100
mL = 70 mL dan air bervolume (100-70) mL = 30 mL. Misalnya, volume air yang
ditambahkan x mL hingga kadar alkohol menjadi 30%, massa besarnya x dapat
dihitung sesuai rumuspersen volume.
%volume = volume alkohol x 100%
Volume campuran
=> 30% = 70 x 100% => x = 133,3
100 + x
Maka, volume yang ditambahkan adalah 133,3.
d. Bagian per Sejuta Massa (bpj Massa)
Bagian per sejuta massa disebut juga dengan parts per million massa (ppm
massa), yaitu menyatakan bagian massa komponen dalam sejuta (106) bagian massa
campuran. Misalnya, kelarutan gas CO2 dalam air pada suhu 10oC sebanyak 0,7 ppm
massa. Artinya terdapat 0,7 gram gas CO2 dalam 1 juta gram larutan.

Bpj massa = Massa komponen x 106 bpj (ppm)


Massa campuran
Perbuhan persen massa menjadi bagian per sejuta atau sebaliknya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
%Masaa = ppm massa x 10-4
Ppm massa = %massa x 10-4
Contoh :
Pada suhu 0oC, gas CO2 dapat larut sebanyak 1 mg dalam 1.000 gram larutan
air. Hitunglah kelarutan gas CO2 dalam ppm pada larutan air tersebut!
Penyelesaian :
Gas CO2 yang larut dalam 1.000 gram larutan adalah 1 mg = 10 -3gram. Kadar
gas CO2 pada larutan air dapat dihitung dengan rumus berikut :
Ppm massa = massa CO2 x 106 ppm
Massa campuran
= 10-3 gram x 106 ppm
1.000 gram
= 1 ppm

e. Bagian per sejuta volume (bpj volume)


Bagian per sejuta volume disebut juga parts per million volume (ppm), yaitu
menyatakan bagian volume komponen dalam sejuta (106) bagian volume campuran.
Misalnya, kadar gas CO dalam udara sebesar 315 ppm, artinya terdapat 315 mL gas
CO dalam 106 mL udara, atau terdapat 315 L gas CO dalam 106 L udara.
Bagian per sejuta volume dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bpj (ppm) volume = volume komponen x 106
Volume campuran

Perubahan persen volume menjadi ppm volume dapat dirumuskan sebagai


berikut :
%volume = ppm x 10-4
ppm volume = % x 10-4
Contoh :
Dalam 250 mL air limbah terlarut 0,0005 mL oksigen. Nyatakan kadar
oksigen itu dalam bpj.
Penyelesaian :
Bpj (ppm) volume = volume oksigen x 106 ppm = 0,0005 mL x 106 = 2 bpj
Volume air limbah 250 mL

f. Molalitas
Molalitas menyatakan banyaknya satu mol zat terlarut dalam 1.000 gram
pelarut. Misalnya, larutan 1 molal mengandung arti bahwa dalam 1.000 gram pelarut,
terlarut 1 mol zat. Persamaan matematiknya dapat dituliskan sebagai berikut :
m = mol zat terlarut atau m = g x 1.000
1.000 gram pelarut Mr P
Keterangan :
m = molalitas (molal) g = massa zat terlarut (gram)
P = massa pelarut (gram) Mr = massa molekul relatif zat terlarut (g/mol)
Contoh :
Berapakah molalitas larutan yang dibuat dengan melarutkan 0,6 gram urea
(CO(NH2)2) dalam 100 gram air? (Mr urea = 60g/mol).
Penyelesaian :
m= g x 1.000 = 0,6 x 1.000 = 0,1 molal.
Mr P 60 100

g. Fraksi mol (X)


Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut terhadap
jumlah mol total dalam larutan. Jika jumlah mol zat terlarut (n A), jumlah mol pelarut

XA = nA
nA + nB
(nB), dan fraksi mol zat terlarut (XA), maka persamaan matematiknya adalah sebagai
berikut:

Larutan terdiri dari zat terlarut (nt) dan pelarut (np), sehingga fraksi mol larutan
terdiri dari fraksi mol zat terlarut (Xt) dan fraksi mol pelarut (Xp).

Xt = nt dan Xp = np

nt + np nt + np

Keterangan :
Xt = fraksi mol zat terlarut
Xp = fraksi mol pelarut
nt = mol zat terlarut
np= mol pelarut
Jika Xt dan Xp dijumlahkan maka : Xt + Xp = nt + np = nt + np =1

nt + np nt + np nt + np

Jadi, Xt + Xp = 1.

Contoh soal :

Tentukan fraksi mol zat terlarut dan pelarut, jika kedalam 90 gram air
dilarutkan 15 gram asam cuka (CH3COOH).

Penyelesaian :

Mr CH3COOH = 60 g/mol ; Mr H2O = 18 gr/mol

n CH3COOH = 15 gram = 0,25 mol = n1

60 g/mol

n H2O = 90 gram = 5 mol = n2

18 g/mol

XH2O = 1 – 0,05 = 0,95


C. RUMUS EMPIRIS DAN RUMUS MOLEKUL
1. Perbedaan antara rumus empiris dan rumus molekul
Rumus empiris suatu senyawa adalah rumus kimia paling sederhana yang
dimiliki suatu senyawa. Rumus empiris memberikan informasi mengenai
perbandingan jumlah atom relatif dari setiap jenis atom yang terkandung dalam
senyawa itu. Akan tetapi, rumus empiris tidak menggambarkan jumlah unsur-unsur
yang menyusun senyawa.
Jumlah unsur-unsur sebenarnya ysng menyusun suatu senyawa dijelaskan oleh
rumus molekul. Jadi, rumus molekul suatu zat menjelaskan jumlah atom setiap unsur
dalam satu molekul zat itu.
Contoh :
1. Rumus molekul karbon dioksida adalah CO2.
Rumus empirisnya adalah CO2
2. Rumus molekul belerang dioksida adalah SO2
Rumus empirisnya adalah SO2
3. Rumus molekul hidrogen peroksida adalah H2O2
Rumus empirisnya adalah HO

2. Menentukan rumus empiris dan rumus molekul


 Rumus empiris:
1. Tentukan massa atau persen unsur-unsur penyusung senyawa
2. Bagi massa atau persen dengan Ar masing-masing dan tentukan perbandingan
terkecil.
 Rumus molekul
1. Tentukan rumus empiris
2. Hitung Mr senyawa dan tentukan kelipatannya (n)
3. Rumus molekul = n x rumus empiris.
Contoh soal :
1. Suatu analisis terhadap senyawa ion menunjukkan bahwa senyawa tersebut
mengandung 2,82 gram natrium, 4,35 gram klorin, dan 7,83 gram oksigen. Tentukan
rumus empiris senyawa tersebut!
2. Pirimidin tersusun dari 60% karbon, 5% hidrogen, dan sisanya nitrogen. (Ar C = 12;
H=1; N=14). Jika 1 gram pirimidin mengandug 7,5 x 10 21 molekul, tentukan rumus
molekul pirimidin tersebut! (bilangan avogadro = 6,02 x 1023).
Penyelesaian :
1. Tentukan massa setiap unsur : Na : Cl : O
2,82 : 4,35 : 7,83
Bagikan dengan Ar masing-masing : 2,82 : 4,35 : 7,83
23 35,5 16
Perbandingan terkecil : 0,122 : 0,122 : 0,49
1 : 1 : 4
Jadi,rumus empirisnya adalah NaClO4.
2. a. Tentukan rumus empirisnya
C : H : N
60% : 5% : 100%-65%
12 1 14
5 : 5 : 2,5
2 : 2 : 1
Jadi, rumus empirisya adalah C2H2N.

b. hitung Mr senyawa
jumlah partikel = massa zat
6,02 x 1023 Mr
Mr = massa zat x 6,02 x 1023
Jumlah partikel
Mr = 1 gram x 6,02 x 1023 molekul/mol
7,5 x 1021 molekul
Mr = 80 gram/mol.

c. tentukan kelipatannya (n) :


(C2H2N)n = 80
(12(2))n + 1(2)n + 14n) = 80
40n = 80 => n = 80/40, n = 2.
d. rumus molekulnya adalah 2 x (C2H2N) = C4H4N2.

D. PENGGUNAAN KONSEP MOL DALAM PERHITUNGAN KIMIA


Perhitungan kimia merupakan penentuan jumlah pereaksi yang diperlukan, zat
hasil reaksi yang terbentuk, ataupun jumlah pereaksi yang tersisa pada suatu reaksi
kimia. Suatu perhitungan kimia akan selalu melibatkan persamaan reaksi reaksi kimia
serta konsep mol dalam penyelesaiannya.
1. Menentukan jumlah pereaksi dan zat hasil reaksi
Pada persamaan reaksi kimia koefisien reaksi merupakan perbandingan mol
terkecil atau perbandingan volume terkecil (untuk gas) dari zat-zat pada reaksi yang
terjadi. Koefisien reaksi dapat dianalogikan sebagai berikut :
Koefisien reaksi ≡ mol ≡ volume
Keterangan : ≡ artinya berbanding lurus.
Berikut beberapa langkah yang memudahkan kita dalam menyelesaikan
perhitungan kimia.
1. Tuliskan persamaan reaksi
2. Setarakan persamaan reaksi lengkap
3. Masukkan data dalam bentuk mol kedalam persamaan reaksi
4. Masukkan data dalam bentuk volume jika data diasumsikan terjadi pada
suhu dan tekanan sama/tertentu kedalam persamaan reaksi.
5. Tentukan mol yang ditanya dengan cara membandingkan koefisien zat
yang ditanya dengan koefisien yang diketahui molnya.
6. Hitung satuan jumlah zat yang diperlukan (gram, jumlah partikel, Mr/Ar,
atau volume).
Contoh soal :
Pembakaran C3H8 oleh 2 mol oksigen menghasilkan CO2 dan H2O. Berapa mol
H2O yang terbentuk? (diketahui Ar C = 12, H = 1, O = 16).
Penyelesaian :
a. Tuliskan persamaan reaksi ; C3H8 + O2  CO2 + H2O
b. Setarakan : C3H8 + 5O2  3CO2 + 4H2O
c. Masukan mol yang diketahui : 2 mol
d. Hitung mol yang ditanyakan : 4/5 x 2 mol = 1,6 mol

2. Menentukan Pereaksi Pembatas


Jika kita mereaksikan dua atau lebih pereaksi dengan jumlah sembarang, maka
akan terdapat peluang sebagian pereaksi habis lebih dahulu, dan sebagian pereaksi
yanglain tersisa. Pereaksi yang habis lebih dahulu dibadingkan pereaksi yang lain
dinamakan pereaksi pembatas.
Dalam suatu reaksi kimia, jika satu dari zat yang bereaksi habis, maka
otomatis reaksi akan terhenti. Oleh karena itu, pereaksi pembatas adalah zat yang
menentukan seberapa banyak zat yang bereaksi dan seberapa banyak zat yang
dihasilkan. Berikut adalah langkah-langkah yang akan memudahkan kita dalam
menentukan pereaksi pembatas.
1. Tuliskan persamaan reaksi yang telah disetarakan.
2. Tentukan jumlah mol setiap pereaksi
3. Bagi mol setiap pereaksi dengan koefisien pereaksinya
4. Hasil bagi mol per koefisien terkecil merupakan pereaksi pembatas.
5. Hasil bagi mol per koefisien lainnya merupakan pereaksi yang tersisa
6. Gunakan mol pereaksi pembatas sebagai patokan untuk menghitung
jumlah pereaksi yang habis, jumlah pereaksi yang tersisa, dan jumlah zat
hasil reaksi yang terbentuk

Contoh soal :
Sebanyak 2,7 gram aluminium (Al) direaksikan dengan 49 gram asam sulfat
(H2SO4) encer sehingga menghasilkan garam aluminium sulfat (Al 2(SO4)3) dan hidogen
(H2). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Al(s) + H2SO4(aq)  Al2(SO4)3(aq) + H2(g)
Diketahui Ar Al = 27; H = 1; S = 32; O = 16; N = 14.
a. Zat manakah yang merupakan pereaksi pembatas?
b. Berapa gram zat yang tidak ikut bereaksi?
c. Berapa gram garam yang terbentu?
d. Berapa volume gas hidrogen yang terbentuk, jika diukur pada keadaan standar?
e. Berapa volume gas hidrogen yang terbentuk, jika pada suhu dan tekanan yang
sama massa 1 liter gas NO adalah 3 gram?

Penyelesaian :
2Al (s) + 3H2SO4 (aq)  Al2(SO4)3 (aq) + 3H2 (g)
2,7 gram 49 gram
27 gr/mol 98gr/mol
Mula-mula : 0,1 mol 0,5 mol
Bereaksi : 0,1 mol 0,15 mol 0,05 mol 0,15 mol
Akhir reaksi : - 0,35 mol 0,05 mol 0,15 mol

a. Pereaksi pembatas adalah Al karena hasil bagi mol per koefisiennya terkecil
setelah mol Al habis.
b. Jumlah H2SO4 yang tersisa = 0,35 mol H2SO4
Massa H2SO4 tersisa = jumlah mol x Mr H2SO4
= 0,35 mol x [(2) x 32 + (4) x (16)] g/mol
= 34,3 gram
c. Mol Al2(SO4)3 = 0,05 mol
Massa Al2(SO4)3 = 0,05 mol x [ (2 x 27) + (3 x 32) + (12 x 16)] g/mol
= 0,05 mol x (342) gr/mol
= 17,1 gram
Jadi, garam Al2(SO4)3 yang terbentuk adalah 17,1 gram.
d. Mol H2 = 0,15 mol
Volume H2 = 0,15 mol x 22,4 L/mol
= 3,36 L
Jai, gas hidrogen yang terbentuk pada keadaan standr sebanyak 3,36 liter.
e. Mol NO = gr/Mr = 3/30 = 0,1 mol
Berdasarkan hipotesis Avogadro : V1 = V2 atau V H2 = V NO (n = mol)
n1 n2 nH2 nNO
V H2 = 1 mol
0,15 L 0,1 mol
V H2 = 1,5 Liter
Jadi, volume hidogen yang diperoleh adalah 1,5 L.

3. Menentukan rumus kimia hidrat


Apakah yang dimaksud dengan hidrat? Kata hidrat berkaitan dengan air.
Seperti yang telah dipelajari sebelumnya, air adalah substansi kimia dengan rumus
kimia H2O, yaitu satu molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Keberadaan air di alam ada yang bebas dan ada yang
terikat secara kimia pada senyawa lain. Air yang terikat pada suatu senyawa secara
kimia disebut air kristal atau hidrat. Jadi senyawa hidrat dapat dinyatakan sebagai
berikut. Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat air (H 2O) secara kimia
sehingga menjadi bagian dari struktur kristalnya.
Jumlah air kristal dalam suatu senyawa memengaruhi warna senyawa tersebut.
misalnya, kristal CuSO4.5H2O berwarna biru, sedangkan kristal CuSO 4 anhidrat
berwarna putih.
Jumlah air kristal dalam senyawa hidrat dapat ditentukan dengan cara :
a. Dipanaskan
Contoh : CuSO4.5H2O(s)  CuSO4(s) + 5H2O(g)
b. Dilarutkan dalam air
Contoh : CuSO4.5H2O(s)  CuSO4(s) + 5H2O(l)

Contoh soal :
Garam tembaga sulfat sebanyak 24,95 gram dipanaskan hingga semua air
kristalnya menguap. Setelah pemanasan, massa garam tersebut menjadi 15,95 gram.
Berapa banyak air kristal yang terkandung dalam garam tesebut?
Penyelesaian :
Misalkan rumus garamnya adalah CuSO4.xH2O.
CuSO4.xH2O  CuSO4 + xH2O
Massa xH2O = 24,95 gram – 15,95 gram = 9 gram
Mol xH2O = 9/18 = 0,5 mol
15,95 gram CuSO4 = 15,95 mol = 0,1 mol
159,5
Mol CuSO4 : mol H2O = 0,1 : 0,5 = 1 : 5
Jadi, rumus garamnya adalah CuSO4.5H2O.

Anda mungkin juga menyukai