Cover
0
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
Glosarium
Ion suatu atom atau molekul yang memiliki muatan listrik total tidak nol
(jumlah total elektron tidak sama dengan jumlah
total proton). Kation adalah ion bermuatan positif,
sedangkan anion adalah ion bermuatan negatif.
IUPAC sistem penamaan senyawa kimia dan penjelasan ilmu kimia secara umum.
Tata nama ini dikembangkan dan dimutakhirkan di bawah
pengawasan International Union of Pure and Applied Chemistry
Konfigurasi electron susunan elektron-elektron pada sebuah atom, molekul, atau struktur fisik
lainnya. Sama seperti partikel elementer lainnya, elektron patuh pada
hukum mekanika kuantum dan menampilkan sifat-sifat bak-partikel
maupun bak-gelombang.
Kovalen : sejenis ikatan kimia yang memiliki karakteristik berupa pasangan elektron
yang saling terbagi (pemakaian bersama elektron) di antara atom-atom
yang berikatan.
Kovalen koordinasi suatu ikatan yang tercipta dari penggunaan pasangan elektron secara
bersama yang asalnya dari salah satu atom dengan pasangan elektron
bebas.
Reaksi suatu proses di mana satu atau lebih zat, diubah menjadi satu atau zat yang
berbeda dan menghasilkan produk yang baru.
Senyawa suatu zat tunggal yang dapat diuraikan menjadi zat-zat lain yang lebih
sederhana melalui reaksi kimia.
Trivial nama yang dikenal dari suatu zat sebelum dilakukan standardisasi
oleh IUPAC atau nama yang diberikan untuk memudahkan penyebutan.
Nama ini biasanya yang dikenal dalam industri dan perdagangan.
Valensi : kekuatan atau kapasitas, dan ini berkaitan dengan gabungan kekuatan dari
satu unsur.
Elektron Valensi elektron pada kulit terluar yang terhubung dengan suatu atom, dan dapat
berpartisipasi dalam pembentukan ikatan kimia jika kulit terluar belum
penuh.
1
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
Daftar Isi
Cover
Glosarium
Referensi
Informasi umum
Identitas modul
Petunjuk penggunaan modul
Kompetensi awal
Profil pelajar pancasila
Sarana dan Prasarana
Target Peserta didik
Kegiatan Pembelajaran 1
Peta Materi
Model Pembelajaran
Capaian dan Tujuan Pembelajaran
Pertanyaan Pemantik
Persiapan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Asesmen
Pengayaan dan Remedial
Refleksi Pembelajaran
Bahan Bacaan
Pendahuluan
Review!
A. Ikatan Kimia
B. Rumus Kimia
C. Tatanama Senyawa Kimia
Daftar Pustaka
Lampiran
Profil Penuis
2
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
INFORMASI UMUM
A. Identitas Modul
Mata Pelajaran Kimia
Nama Penyusun Tresnoningtias Mutiara Anisa, S.Pd
Instansi SMA Negeri 9 Semarang
Tahun 2022/2023
Jenjang SMA
Fase E
Alokasi waktu
Kegiatan Pembelajaran 1 3 x 45 menit
Kegiatan Pembelajaran 2 3 x 45 menit
Kegiatan Pembelajaran 3 6 x 45 menit
3
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
C. Kompetensi Awal
Kegiatan Pembelajaran Kompetensi Awal
I ) Menentukan Rumus Kimia, Peserta didik mampu menganalisis konfigurasi
Ikatan Kimia dan Tatanama electron suatu atom unsur dan ion, pembentukan
Kimia (IUPAC) ion dari suatu atom unsur, menganalisis sifat-
sifat unsur berdasarkan periode dan golongannya
II ) Hukum-hukum Dasar dan Peserta didik mampu menyajikan rumus kimia
Persamaan Reaksi Kimia dan nama senyawa kimianya, menganalisis
ikatan yang membentuk suatu senyawa. Peserta
didik mampu menuliskan persamaan reaksi kimia
yang lengkap dan setara yang berkaitan dengan
fenomena alam sehari-hari, menganalisis jenis-
jenis reaksi kimia, dan mampu membedakan
pereaksi dan hasil reaksi. Peserta didik
memahami perhitungan operasi matematika
dasar.
III ) Stoikiometri Peserta didik mampu menganalisis suatu
fenomena alam secara kuantitatif berdasarkan
hukum dasar kimia, menganalisis jenis-jenis
reaksi kimia, dan mampu membedakan pereaksi
dan hasil reaksi. Peserta didik memahami
perhitungan operasi matematika dasar.
4
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
Kegiatan Pembelajaran 1
Menentukan Rumus Kimia, Ikatan Kimia, Tatanama (IUPAC)
A. Peta Materi
B. Model Pembelajaran
Discovery Learning
5
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
6
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
tetap dekat dan bersatu. Lalu, apakah hal ini juga terjadi pada partikel terkecil dari
penyusun tubuh kita?
2. Banyak molekul dan senyawa yang ada di sekitar kita, bagaimana kita dapat
mengenali dengan tepat suatu senyawa untuk dapat membicarakannya satu sama
lain dalam sebuah diskusi atau penelitian?
F. Persiapan Pembelajaran
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran
2. Menyiapkan media pembelajaran
3. Menyiapakan assesmen (formatif dan sumatif)
G. Kegiatan Pembelajaran I
Tahap/Sintaks Langkah – langkah pembelajaran Waktu
PENDAHULUAN 20 menit
Guru menyampaikan salam
Menyanyikan Indonesia Raya (jam pertama)
Guru melakukan presensi, motivasi dan pengkondisian
kelas
Guru merefleksi kegiatan pembelajaran pertemuan yang
lalu tentang kofigurasi elektron dan SPU
Guru menyampaikan tentang tujuan pembelajaran
Guru melakukan Tes Diagnosik memanfaatkan kahoot!
Setlah tes diagnostic, peserta didik mengisi angket untuk
profiling peserta didik .
https://bit.ly/AngketProfilingSiswaKim
KEGIATAN INTI 120 menit
Stimulasi Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk
mempelajari modul dan materi.
Guru melakukannya dengan memberikan pertanyaan ke
peserta didik, dan peserta didik menjawab pertanyaan
dari guru sebagai berikut:
“Banyak molekul dan senyawa yang ada di sekitar kita,
bagaimana kita dapat mengenali dengan tepat suatu
senyawa untuk dapat membicarakannya satu sama lain
dalam sebuah diskusi atau penelitian? “
Diharapkan siswa akan menjawab “Diberi nama
masing-masing Bu”
Guru memberikan pemantik berupa video tentang ikatan
kimia, pembentukan senyawa (sederhana, tanpa
melibatkan biloks) dan tatanama senyawa.
Link : https://youtu.be/HDt9QhbQN9M
Problem Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi
Statement sebanyak mungkin hal yang belum dipahami, dimulai
dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap berkaitan
dengan materi Ikatan kimia, Pembentukan Senyawa
dan Tatanama Senyawa.
Guru mengajukan berbagai pertanyaan terkait tayangan
yang telah ditampilkan berkaitan dengan materi ikatan
kimia dan pembentukan senyawa.
7
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
H. Assesmen
1. Asesmen Awal
Tes Diagnostik, Assesment of Learning, Assesment as Learning
8
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
9
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
10
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
Pendahuluan
Model pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran yang dilakukan
dengan berpusat pada peserta didik untuk dapat memahami konsep, arti, dan hubungan materi
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Dengan model
pembelajaran discovery learning, memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat
langsung dalam menemukan beberapa konsep dan prinsip yang dipelajari. Kegiatan yang
dilakukan oleh peserta didik adalah observasi, prediksi, pengumpulan data, analisis,
penentuan, dan menarik simpulan atau generalisasi.
Untuk dapat membangun pemahaman yang mendalam pada topik Tatanama Senyawa
Kimia, perhatikanlah peta materi yang harus kita lalui berikut ini. Kegiatan belajar kali ini
akan kita awali dengan mempelajari pembentukan senyawa sederhana dengan mengamati
kembali konfigurasi Lewis yang menunjukkan titik titik elektron di kulit terluar sebagai
penggambaran elektron valensi suatu unsur. Dari titik- titik elektron valensi inilah kita akan
melanjutkan pembahasan pada aturan duplet atau oktet yang menjadi dasar pembentukan
senyawa. Dalam pembahasan ini kita akan mengetahui bahwa setiap unsur, memiliki
kecenderungan untuk membentuk senyawa dengan unsur lain di sekitarnya yaitu dengan
menangkap atau melepaskan elektron agar tercapai konfigurasi yang lebih stabil seperti
halnya konfigurasi yang dimiliki oleh golongan gas mulia (golongan VIII A).
Interaksi yang dibentuk antara dua unsur atau lebih ini akan dipelajari lebih lanjut
dalam subtopik ikatan kimia. Selanjutnya, setelah mengetahui interaksi dalam ikatan kimia,
kita akan dapat mempelajari rumus kimia yang terbentuk dan akhirnya dapat menganalisis
serta menuliskan nama yang tepat untuk molekul unsur atau molekul senyawa tersebut.
11
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
Review!
Atom dan Molekul
1. Sejarah Perkembangan Teori Atom
Gambar di atas ini merupakan urutan sejarah perkembangan teori atom yang telah
kalian pelajari sebelumnya, diawali dengan dikemukakannya teori atom Dalton yang
merupaka cikal bakal penelitian atom lebih lanjut. Perkembangan atom selanjutnya tumbuh
pesat dalam penelitian dan sains setelah ditemukannya elektron pada percobaan tabung sinar
katoda oleh J.J. Thomson yang menghasilkan model atom seperti bentuk roti kismis sebagai
penggambaran elektron yang tersebar dalam atom.
Seorang fisikawan kelahiran Selandia Baru yang bekerja sama meneliti atom dengan
J.J. Thomson di Universitas Cambridge, Rutherford berhasil menangkap adanya nukleus di
dalam atom. Percobaan ini menghasilkan model atom dengan menggambarkan inti atom
bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron. Model atom ini bertahan hingga pada
tahun 1913 Niels Bohr mencoba menjelaskan model atom Bohr melalui konsep elektron yang
mengikuti orbit mengelilingi inti atom yang mengandung proton dan neutron. Bohr
menerapkan konsep mekanika kuantum untuk model atom yang telah dikembangkan
oleh Ernest Rutherford, yang menggambarkan bahwa atom tersusun dari inti atom (nukleus)
yang dikelilingi oleh orbit elektron. Menurut Bohr, hanya terdapat orbit dalam jumlah
tertentu, dan yang membedakan antar orbit satu dengan yang lain adalah jarak orbit dari inti
atom.
2. Kofigurasi Elekron
Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak
bermuatan. Karena unsur bersifat netral, jumlah proton (bermuatan positif) harus sama
dengan jumlah elektron (bermuatan negatif).
12
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
Jumlah elektron pada kulit-kulit atom menentukan konfigurasi elektron atau susunan
elektron dalam atom. Konfigurasi elektron menggambarkan penataan elektron-elektron dalam
suatu atom. Konfigurasi elektron adalah khas untuk suatu atom. Konfigurasi elektron dimulai
dari subkulit yang memiliki tingkat energi rendah dan diikuti dengan subkulit yang memiliki
tingkat energi lebih tinggi.
3. Struktur Lewis
Elektron valensi berperan dalam pembetukan ikatan kimia, yaitu mempengaruhi
kemampuan menarik atau melepaskan elektron di kulit terluarnya. Elektron valensi dapat
diamati dengan jelas dalam interaksinya dengan electron valensi dari atom lain pada
pembentukan ikatan dengan penggambaran model struktur lewis untuk tiap elektron valensi.
Baiklah, setelah membaca review materi di atas, saya harap kalian sudah dapat mengingat
kembali materi yang lalu dan lebih siap untuk mengikuti pembahasan selanjutnya
13
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
A. IKATAN KIMIA
Kestabilan Atom, Aturan Duplet dan Oktet
Jika diamati di antara atom-atom di alam, hanya atom gas mulia yang stabil
sedangkan atom yang lain tidak stabil. Atom-atom yang tidak stabil tersebut cenderung
bergabung dengan atom lain untuk mendapatkan kestabilan. Mengapa atom gas mulia stabil
sedangkan atom yang lain tidak stabil? Kossel dan Lewis berpendapat bahwa pada dasarnya,
sifat unsur ditentukan oleh bagaimana elektron-elektron dalam atom tersebut tersusun.
Oleh karena itu, maka dicarilah hubungan antara konfigurasi elektron dengan
kestabilan atom. Untuk lebih jelasnya, simak konfigurasi elektron gas mulia yang merupakan
atom-atom stabil berikut.
2He :2 atau 1s2
10Ne :2 8 atau 1s2 2s2 2p6
18Ar :2 8 8 atau 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
36Kr : 2 8 18 8 atau 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6
54Xe : 2 8 18 18 8 atau 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6
Dari konfigurasi elektron tersebut, Kossel dan Lewis membuat kesimpulan bahwa
konfigurasi elektron atom-atom akan stabil bila jumlah electron terluarnya 2 (duplet) atau 8
(oktet). Untuk mencapai keadaan stabil seperti gas mulia, maka atom-atom membentuk
konfigurasi elektron seperti gas mulia. Untuk membentuk konfigurasi elektron seperti gas
mulia, dapat dilakukan dengan cara membentuk ion atau membentuk pasangan elektron
bersama. Yaitu dengan menangkap elektron atau melepaskan electron ada kulit terluarnya.
Pembentukan Ion
Dalam membentuk ion, suatu atom akan melepas atau mengikat elektron. Atom –
atom yang mempunyai energi ionisasi rendah, misalnya atom-atom dari unsur golongan IA
dan IIA dalam sistem periodik unsur, akan mempunyai kecenderungan untuk melepaskan
elektronnya, sedangkan atom-atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar, misalnya
atom-atom unsur golongan VIA dan VIIA dalam sistem periodik unsur akan cenderung
mengikat elektron.
a) Atom 11Na : 2 8 1 (konfigurasi elektron tidak stabil)
Agar stabil, atom Na melepas sebuah elektronnya sehingga konfigurasi elektronnya sama
dengan atom Ne (konfigurasi elektron 10Ne : 2 8).
11Na → Na+ + e-
(281) (28)
14
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
Proses pembentukan ion positif (ionisasi) tersebut mudah terjadi karena atom Na
mempunyai energy ionisasi yang rendah.
b) Atom 17Cl : 2 8 7 (konfigurasi elektron tidak stabil)
Agar stabil, cara yang memungkinkan adalah menjadikan konfigurasi elektron seperti 18Ar ( 2
8 8 ) dengan mengikat sebuah elektron. Sehingga atom Cl menjadi ion Cl -.
17Cl + e- → Cl-
( 2 8 7) (2 8 8)
Pembentukan Ikatan Kimia
1. Struktur Lewis dan elektron valensi
Menggambarkan Rumus Titik Elektron (Struktur Lewis) untuk Molekul Poliatom
Penggambaran rumus titik elektron (struktur Lewis) dari molekul beratom banyak
(poliatom) kadang-kadang menimbulkan kesulitan. Beberapa cara meramalkan struktur
Lewis dari molekul yang beratom banyak.
a. Gambarlah semua elektron terluar (elektron valensi) dari masing-masing atom yang
berikatan
b. Umumnya atom-atom di dalam struktur Lewis akan mempunyai delapan elektron
valensi, kecuali atom hidrogen yang hanya akan mempunyai 2 elektron (duplet).
c. Umumnya, atom-atom H akan membentuk pasangan elektron bersama dengan sebuah
elektron dari atom O dahulu (ikatan kovalen)
d. Sebuah elektron dari atom O yang tersisa akan membentuk pasangan elektron dengan
atom lainnya (ikatan kovalen)
e. Bila atom H dan atom O sudah dipasangkan semua, maka sisa atom oksigen baru
membentuk pasangan elektron dengan atom lain dengan ikatan kovalen atau kovalen
koordinasi.
f. Umumnya, di dalam struktur Lewis semua elektron gibambarkan berpasangan,
termasuk pasangan elektron bebas (tidak untuk berikatan).
Penyimpangan Kaidah Oktet
Beberapa molekul kovalen mempunyai struktur Lewis yang tidak oktet atau duplet.
Struktur demikian dapat dibenarkan karena fakta menunjukkan adanya senyawa tersebut,
misalnya CO dan BF3. Pada umumnya, molekul yang mempunyai jumlah elektron valensi
ganjil akan mempunyai susunan tidak oktet, misalnya molekul N2O dan PCl5.
15
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
2. Ikatan Logam
Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, antara lain mengkilap, dapat
menghantarkan arus listrik dan kalor dengan baik, mudah ditempa, ulet dan diulur menjadi
kawat. Logam tersusun dalam suatu kisi kristal yang terdiri dari ion-ion positif logam di
dalam lautan elektron. Lautan elektron tersebut merupakan elektronelektron valensi dari
masing-masing atom yang saling tumpang tindih. Masing-masing elektron valensi dapat
bergerak bebas mengelilingi inti atom yang ada di dalam kristal tersebut, tidak hanya terpaku
pada salah satu inti atom. Elektron-elektron yang bebas bergerak dari satu inti atom ke inti
atom yang lain disebut elektron terdislokalisasi. Gaya tarikan inti atom-atom logam dengan
lautan elektron mengakibatkan terjadinya ikatan logam. Adanya elektron yang dapat bergerak
bebas dari satu atom ke atom yang lain menjadikan logam sebagai penghantar listrik dan
kalor yang baik.
Lautan elektron pada kristal logam memegang erat ion-ion positif pada logam sehingga
bila dipukul atau ditempa, logam tidak akan pecah atau tercerai berai, tetapi akan bergeser.
Hal inilah yang menyebabkan sifat logam yang ulet dan dapat ditempa maupun diulur
menjadi kawat.
Contoh senyawa ion dan
3. Senyawa Ion
Senyawa ion adalah senyawa yang terbentuk karena dua atom atau lebih penyusunnya
berinteraksi dan berikatan dengan ikatan ion. Senyawa ion membentuk kristal yang besar dari
beberapa ion positif dan beberapa ion negatif dengan struktur tertentu.
16
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
17
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
B. RUMUS KIMIA
Banyak molekul unsur dan molekul senyawa di sekitar kita, tentu kalian telah dapat
menyebutkan beberapa diantaranya. Di dalam rumah, di kamar mandi, di ruang makan,
18
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
bahkan di dalam tubuh kita terdapat banyak molekul unsur dan molekul senyawa yang tidak
akan lepas dari kegiatan kita sehari-hari.
Kita mengenal air, gula, oksigen, darah, keringat, garam, urin dan hal-hal lain yang
sering kita manfaatkan atau tidak kita manfaatkan yang terbuat dari molekul unsur dan
senyawa. Seringkali kita juga diberikan narasi bahwa bahan - bahan kimia dan senyawa
secara umum berbahaya. Namun, dengan kita mempelajari kimia di bangku sekolah dan
sumber lainnya seperti saat ini, apakah kalian setuju bahwa bahan - bahan kimia semuanya
berbahaya?.
Tentu dengan pengetahuan baru mengenai rumus kimia dan tatanama senyawa kimia,
akan dapat mengubah mindset kita akan hal ini. kita jadi dapat mengetahui manakah unsur
atau senyawa yg memang berbahaya bagi kita, dan kita juga dapat mengetahui bahwa
ternyata ada banyak sekali bahan - bahan kimia baik unsur maupun senyawa yang kita sangat
butuhkan dalam kehidupan. Contoh nyatanya adalah oksigen, gula dan air. Setidaknya itulah
hal-hal pokok yang kita butuhkan selain protein dan zat lainnya.
Penentuan rumus senyawa
Lalu, bagaimanakah cara kita untuk dapat mengenali masing-masing zat ini (baik
unsur maupun senyawa)?. Mengingat, kita tidak dapat melihat atom-atom penyusun molekul
zat tersebut hanya dengan mata. Masih ingatkah kalian dengan notasi atom? Kita juga akan
mempelajari hal tersebut dengan susunan notasi tertentu yang berbeda satu dengan yang lain,
dalam penyebutan suatu molekul. Simbol atau susunan notasi tertentu yang digunakan untuk
mengenali suatu molekul dinamakan rumus kimia.
Penggunaan rumus kimia erat kaitannya dengan tatanama senyawa. Rumus kimia zat
menyatakan jenis dan jumlah relatif atom-atom yang terdapat dalam zat. Angka yang
menyatakan jumlah atom suatu unsur dalam rumus kimia disebut angka indeks.
Rumus kimia zat terbagi menjadi dua, yaitu:
Rumus Empiris dan Rumus Molekul
Rumus senyawa kimia yang diperoleh dari hasil percobaan berdasarkan pada fakta
dan hasil eksperimen disebut rumus empiris. Rumus empiris juga diketahui sebagai rumus
senyawa yang paling sederhana, yang merupakan perbandingan terkecil atom-atom unsur
yang menyusun suatu senyawa. Rumus kimia senyawa ion merupakan rumus empiris.
Misalnya, natrium klorida merupakan senyawa ion yang terdiri atas ion Na + dan ion Cl-
dengan perbandingan 1:1. Rumus kimia natrium klorida adalah NaCl. Rumus kimia unsur-
unsur ini tidak digambarkan hanya dengan lambang unsurnya, melainkan unsur beserta
19
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
jumlah atom yang terbentuk. Misalnya, rumus kimia gas oksigen, yaitu O2, artinya rumus
kimia gas oksigen terdiri atas molekul-molekul oksigen yang dibangun oleh dua atom
oksigen. Semua senyawa memiliki rumus empiris. Senyawa molekul memiliki rumus
molekul selain rumus empiris.
Kemudian, dari eksperimen-eksperimen yang dilakukan, diketahuilah massa molar
suatu molekul. Data dari rumus empiris dan massa molar tersebut diolah dan ditemukanlah
rumus yang menggambarkan jumlah komponen dari atom-atom yang membentuk suatu
molekul. Rumus yang menyatakan jumlah atom-atom unsur yang menyusun suatu molekul
inilah yang disebut dengan rumus molekul. Rumus molekul adalah rumus yang menyatakan
jumlah atom-atom dari unsur yang menyusun satu molekul senyawa. Sehingga rumus
molekul menyatakan susunan dari molekul zat. Misalnya, rumus molekul air adalah H 2O,
artinya dalam satu molekul air terdapat dua atom hidrogen dan satu atom oksigen.
20
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
c. Nama kation dalam senyawanya, bergantung pada muatan kationnya. Ada kation yang
bermuatan tetap, ada pula kation yang dapat memiliki muatan lebih dari satu.
Tabel 1. Aturan tatanama pada senyawa ionik biner
Kation bermuatan tetap Kation bermuatan lebih dari 1 jenis
Nama kation sesuai dengan nama atom Muatan kation dituliskan dalam tanda kurung
unsurnya dalam tabel SPU. (angka romawi) setelah nama kationnya.
Contoh : NaBr = Natrium Bromida Contoh : Fe2+ bersenyawa dengan ion klorida
K2S = Kalium Sulfida membentuk FeCl2.
Nama senyawanya adalah Besi (II) klorida
d. Penulisan rumus senyawa ionik biner mengikuti aturan penulisan sebagai berikut :
Kation ditulis di awal. Diikuti anionnya. Kita harus tahu berapa muatan yang sesuai untuk
masing-masing kation dan anion. Jumlah total muatan positif dan muatan negatif harus sama
dengan nol. Untuk menyembangkan muatan positif dan negatifnya, tambahkan subscript
(dengan angka yang sesuai) pada kation atau anion.
Contoh :
K2S = Kalium Sulfida BaI2 = Barium Iodida
+ 2-
K dan S Ba2+ dan I-
+1 -2 +2 -1
x2 x 1 K2S x1 x 2 BaI2
Berikut ini tabel beberapa nama-nama kation dan anion yang diketahui:
Tabel 2. Nama kation dan anion monoatomik bermuatan tetap
Nama Kation Lambang Nama Anion Lambang
Hidrogen H+ Hidrida H-
Lithium Li+ Fluorida F-
Kalium K+ Klorida Cl-
Rubidium Rb+ Bromida Br -
Cesium Cs+ Iodida I-
Perak Ag+ Karbida C2-
Berilium Be2+ Oksida O2-
Magnesium Mg2+ Sulfida S2-
Kalsium Ca2+ Tellurida Te2-
Stronsium Sr2+ Selenida Se2-
Barium Ba2+ Nitrida N3-
Radium Ra2+ Fosfida P3-
Seng Zn2+ Arsenida As3-
Nikel Ni2+
Alumunium Al3+
21
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
22
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
anion tidak serta merta membentuk senyawa yang netral, perlu adanya penyesuaian jumlah
muatan yang dituliskan dengan subscript pada keduanya. Gunakan tanda kurung pada bagian
ion poliatomik yang diberi subscript. Contoh : Barium nitrat, terdiri dari ion Barium (Ba2+)
dan ion Nitrat (NO3-). Karena keduanya memiliki muatan yang berbeda, diperlukan
penyesuaian agar muatan senyawa poliatomik yang terbentuk nol atau netral.
Barium nitrat Amonium Sulfat (dari ion ammonium dan ion sulfat)
Ba2+ dan NO3- NH4+ dan SO42-
+2 -1 +1 -2
x1 x 2 Ba(NO3)2 x2 x 1 (NH4)2SO4
Tatanama senyawa poliatomik diatur dengan ketentuan berikut:
a. Beri nama kation dan anion yang terdapat dalam rumus senyawanya
b. Gabungkan nama kation dan anion, didahului dengan penyebutan kation
c. Subscript yang diberikan pada kation atau anion tidak berpengaruh pada nama
senyawa. Contoh :
CuSO4 Tembaga (II) sulfat
NH4Cl Amonium klorida
NH4OH Amonium hidroksida
(NH4)2SO4 Amonium sulfat
Untuk membantu memudahkan kalian dalam pemberian nama senyawa poliatomik,
perhatikan tabel berikut:
Tabel 4. Nama kation dan anion poliatomik yang diketahui
Nama Ion Lambang
Amonium NH4+
Nitrat NO3-
Nitrit NO2-
Sianida CN-
Tiosianat SCN-
Permanganat MnO4-
Hidroksida OH-
Perklorat ClO4-
Klorat ClO3-
Klorit ClO2-
Hipoklorit ClO-
Kromat CrO42-
Dikromat Cr2O72-
Asetat CH3COO-
Fosfat PO43-
Sulfat PO33-
Sulfit SO42-
Karbonat CO32-
23
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
Beberapa contoh senyawa organik lain yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari
adalah hidrokarbon alifatik (bensin, parafin, gas metana, gas asetilena dan sebagainya),
senyawa aromatik (benzena, piridin, fenol, anilin, dan tiofen dan sebagainya), alkohol,
aldehid, keton, asam karboksilat, dan ester.
a. Golongan Senyawa Organik
Senyawa organik memiliki banyak jenis, sehingga perlu adanya suatu penggolongan senyawa
organik.
Senyawa Siklik: Senyawa yang mempunyai rantai karbon tertutup.
Senyawa Alifatik: Senyawa yang mempunyai rantai karbon terbuka.
Senyawa Homosiklik: Senyawa siklik yang atom lingkarnya hanya tersusun oleh
atom karbon.
Senyawa Heterosiklik: Senyawa siklik yang atom lingkarnya selain tersusun oleh
atom C (karbon) juga tersusun oleh atom lain, misalnya: O, N, dan S.
Di Pembelajaran kali ini, kita akan mempelajari tentang Senyawa Organik Hidrokarbon
Alifatik. Penggolongan senyawa organik alifatik berdasarkan ikatannya terbagi menjadi tiga,
24
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
yaitu Alkana (Senyawa hidrokarbon ikatan tunggal antar C-nya), Alkena (Senyawa
hidrokaron yang mengandung ikatan rangkap dua = antar atom C-nya) dan Alkuna (Senyawa
hidrokarbon yang menganduung ikatan rangkap tiga ≡ antar atom C-nya).
b. Tatanama Senyawa Alkana
Alkana (juga disebut dengan parafin) adalah senyawa kimia hidrokarbon jenuh asiklis.
Alkana termasuk senyawa alifatik. Dengan kata lain, alkana adalah sebuah
rantai karbon panjang dengan ikatan-ikatan tunggal. Rumus umum untuk alkana adalah
CnH2n+2. Alkana yang paling sederhana adalah metana dengan rumus CH4.
Tatanama senyawa Alkana didasarkan pada jumlah atom C rantai utama penyusunnya
dengan akhiran –ana.
C1 : metana C6 : heksana
C2 : etana C7 : heptane Contoh :
C3 : propana C8 : oktana Tersusun atas 4 atom C karbon,
C4 : butane C9 : nonana senyawa tersebut adalah butana
C5 : pentana C10 : dekana
Rantai lurus
Alkana rantai lurus, penamaannya berdasakan jumlah atom C dengan memberikan
awalan n- (normal). Contoh, sebuah senyawa hidrokarbon alifatik dengan jumlah
atom rantai lurus penyusunnya 4 karbon dengan ikatan tunggal digambarkan
sebagai berikut:
diberinama n-butana
Rantai bercabang
1. Nama Alkana dipilih dari rantai C terpanjang sebagai rantai C utama,
contoh:
25
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
C2 : etil
isobutil
C3 : propil Tersusun atas 4 atom C karbon,
sekunder butil
C5 : amil
tersier butil
5. Jika terdapat dua atau lebih cabang yang sama pada rantai C utama, harus
diawali dengan awalan di-, tri-, tetra- dan seterusnya.
6. Penyebutan nama alkil (cabang) dituliskan berdasarkan urutan abjad
awalnya.
7. Jika pada satu atom C mengikat dua alkil yang sama, penulisan nomor
harus berulang, contoh :
Terdiri dari rantai utama dengan C = 5
(nama rantai utama pentana). Memiliki 2
buah cabang metil di omor yang sama
(atom C kedua). Nama senyawa tersebut
adalah 2-2 dimetil pentana.
26
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
2,3-dimetil 1-pentena
27
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
Referensi
Kurniawati, Dini, Meta Juniasari. Saat Saat Jelang Ujian Nasional Kimia 2016/2017. Tim
Alfa Cendekia. 2016 : Penerbit Sewu
Modul Belajar Mandiri Pembelajaran 3. Senyawa Organik dan Anorganik Calon Guru
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) IPA Kimia
28
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
LAMPIRAN
Lampiran I Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
LKPD A Kegiatan Pembelajaran 1 link Slideshare 1
29
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
30
MODUL SEMESTER 2
FASE E – KURIKULUM MERDEKA
Profil Penulis
31