Anda di halaman 1dari 10

Handout Sejarah Indonesia

DAMPAK KEBIJAKAN PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

Disusun Oleh : Husnun Fauzy

Petunjuk penggunaan bahan ajar


1. Baca dan cermati bahan handout ini
2. Jika ada materi yang yang kurang dipahami, silahkan ajukan pertanyaan

MATERI POKOK

A. Dampak kebijakan Jepang di Indonesia

Politik
Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer Jepang)

adalah melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942,

dikeluarkan peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua

bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8 September 1942 dikeluarkan UU no. 2

Jepang mengendalikan seluruh

organisasi nasional. Selain itu,

Jepangpun melakukan propaganda


untuk menarik simpati bangsa Indonesia

dengan cara: Menganggap Jepang

sebagai saudara tua bangsa Asia

(Hakko Ichiu); Melancarkan

semboyan 3A (Jepang pemimpin,

Jepang cahaya dan Jepang pelindung


Gambar :
Sambutan masyarakat awal kedatangan jepang
Sumber : www. sumeneptempodulu.blogspot.com
1
Asia); Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar;

Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji; Menarik simpati organisasi Islam

MIAI; Melancarkan politik dumping.

Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir.

Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh

tersebut dari penahanan Belanda. Selain propaganda, Jepang juga melakukan

berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan kerjasama seperti

berikut: Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum

Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya

untuk mengabdi kepada Jepang. Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa)

merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter,

pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan). Penerapan sistem Autarki

(daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan perang).

Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17

daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan

Laut) 3 daerah.

Sosial Budaya dan Ekonomi


Jepang berusaha untuk mendapatkan dan menguasai sumber-sumber
bahan mentah untuk industri perang. Jepang membagi rencananya dalam dua

tahap. Tahap penguasaan, yakni menguasai seluruh kekayaan alam termasuk

kekayaan milik pemerintah Hindia Belanda. Tahap penyusunan kembali struktur

ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan perang. Sesuai dengan

tahap ini maka pola ekonomi perang direncanakan bahwa setiap wilayah harus
melaksanakan autarki. Autarki, artinya setiap wilayah harus mencukupi

kebutuhan sendiri dan juga harus dapat menunjang kebutuhan perang.

2
Gambar : Kesengsaraan masyarakat pada masa jepang
Sumber : Www. pustakamateri.web.id

Romusa mempunyai persamaan dengan kerja rodi/kerja paksa pada

zaman Hindia Belanda, yakni kerja tanpa mendapatkan upah. Memasuki tahun

1944 tuntutan kebutuhan pangan dan perang makin meningkat. Pemerintah

Jepang mulai melancarkan kampanye pengerahan barang dan menambah

bahan pangan secara besar-besaran yang dilakukan oleh Jawa Hokokai melalui

nagyo kumiai (koperasi pertanian), dan instansi pemerintah lainnya. Pengerahan

bahan makanan ini dilakukan dengan cara penyerahan padi atau hasil panen

lainnya kepada pemerintah. Dari jumlah hasil panen, rakyat hanya boleh

memiliki 40 %, 30 % diserahkan kepada pemerintah, dan 30 % lagi diserahkan

lumbung untuk persediaan bibit.

Tindakan pemerintah ini menimbulkan kesengsaraan. Penebangan hutan

(untuk pertanian) menyebabkan bahaya banjir, penyerahan hasil panen dan

romusa menyebabkan rakyat kekurangan makan, kurang gizi, dan stamina

menurun. Akibatnya, bahaya kelaparan melanda di berbagai daerah dan timbul

berbagai penyakit serta angka kematian meningkat tajam. Bahkan, kekurangan

sandang menyebabkan sebagian besar rakyat di desa-desa telah memakai

3
pakaian dari karung goni atau "bagor", bahkan ada yang menggunakan

lembaran karet.

Di samping menguras sumber daya alam, Jepang juga melakukan

eksploitasi tenaga manusia. Hal ini akan membawa dampak terhadap mobilitas

sosial masyarakat Indonesia. Puluhan hingga ratusan ribu penduduk desa yang

kuat dikerahkan untuk romusa membangun sarana dan prasarana perang,

seperti jalan raya, jembatan, lapangan udara, pelabuhan, benteng bawah tanah,

dan sebagainya. Mereka dipaksa bekerja keras (romusa) sepanjang hari tanpa

diberi upah, makan pun sangat terbatas. Akibatnya, banyak yang kelaparan,

sakit dan meninggal ditempat kerja.

Untuk mengerahkan tenaga kerja yang banyak, di tiap-tiap desa dibentuk

panitia pengerahan tenaga yang disebut Rumokyokai. Tugasnya menyiapkan

tenaga sesuai dengan jatah yang ditetapkan. Untuk menghilangkan ketakutan

penduduk dan menutupi rahasia itu maka Jepang menyebut para romusa

dengan sebutan prajurit ekonomi atau pahlawan pekerja. Menurut catatan

sejarah, jumlah tenaga kerja yang dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri

seperti ke Burma, Malaya, Vietnam, dan Mungthai/Thailand mencapai 300.000

orang. Pada bulan Januari 1944, Jepang memperkenalkan sistem tonarigumi


(rukun tetangga).

Pendidikan
Zaman pendudukan Jepang, pendidikan di Indonesia mengalami

kemerosotan drastis, jika dibandingkan zaman Hindia Belanda. Jumlah sekolah

dasar (SD) menurun dari 21.500 menjadi 13.500 dansekolah menengah dari 850

menjadi 20. Oleh Jepang sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan dijadikan

tempat indoktrinasi.

Melalui pendidikan dibentuk kader-kader untuk memelopori dan

melaksanakan konsepsi Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Sistem

pengajaran dan struktur kurikulum ditujukan untuk keperluan Perang Asia

Pasifik. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar digunakan di semua

4
sekolah dan dianggap sebagai mata pelajaran utama, sedangkan bahasa

Jepang diberikan sebagai mata pelajaran wajib. Surat kabar dan radio juga

menggunakan bahasa Indonesia sehingga mempercepat penyebarluasan

bahasa Indonesia. Begitu juga papan nama toko, nama rumah makan,

perusahaan dan sebagainya yang menggunakan bahasa Belanda harus diganti

dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang.

Dengan meluasnya penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana

komunikasi maka akan mempercepat dan mempertebal semangat kebangsaan

menunju integrasi bangsa. Bahasa Indonesia adalah salah satu unsur

kebudayaan sehingga dengan digunakannya bahasa Indonesia secara luas

akan mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia. Pada tanggal 20

Oktober 1943 atas desakan dari beberapa tokoh Indonesia didirikanlah Komisi

(Penyempurnaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah menentukan

terminologi, yaitu istilah-istilah modern dan menyusun suatu tata bahasa

normatif dan menentukan kata-kata yang umum bagi bahasa Indonesia.

Di bidang sastra, pada zaman Jepang juga berkembang baik. Hasil karya

sastra, seperti roman, sajak, lagu, lukisan, sandiwara, dan film. Agar hasil karya

sastra tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka pada tanggal 1 April 19943
di Jakarta didirikan Pusat Kebudayaan degan nama Keimin Bunko Shidosho.

Hasil karya sastra yang terbit, seperti Cinta Tanah Air karya Nur Sutan Iskandar,

Palawija karya Karim Halim, Angin Fuji karya Usmar Ismail. Gubahan untuk

drama, seperti Api dan Cintra karya Usman Ismail; Topan di Atas Asia dan

Intelek Istimewa karya El Hakim (dr. Abu Hanifah). Mengenai seni musik,
komponis C. Simandjuntak berhasil menciptakan lagu Tumpah Darahku dan

Maju Putra-Putri Indonesia.

Birokrasi dan Militer


Pada pertengahan tahun 1943, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik

mulai terdesak, maka Jepang memberi kesempatan kepada bangsa Indonsia

untuk turut mengambil bagian dalam pemerintahan negara. Untuk itu pada

5
tanggal 5 September 1943, Jepang membentuk Badan Pertimbangan

Karesidenan (Syu Sangi Kai) dan Badan Pertimbangan Kota Praja Istimewa (Syi

Sangi In). Banyak orang Indonesia yang menduduki jabatan-jabatan tinggi dalam

pemerintahan, seperti Prof. Dr. Husein Jayadiningrat sebagai Kepala

Departemen Urusan Agama (1 Oktober 1943) dan pada tanggal 10 November

1943 Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A. Surio masing-masing diangkat

menjadi Kepala Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan Banjarnegara.

Di samping itu, ada enam departemen (bu) dengan gelar sanyo, seperti

berikut:

a. Ir. Soekarno, Departemen Urusan Umum (Somubu);

b. Mr. Suwandi dan dr. Abdul Rasyid, Biro Pendidikan dan Kebudayaan

Departemen Dalam Negeri (Naimubu-Bunkyoku);

c. Dr. Mr. Supomo, Departemen Kehakiman (Shihobu);

d. Mochtar bin Prabu Mangkunegoro, Departemen Lalu Lintas (Kotsubu);

e. Muh. Yamin, Departemen Propaganda (Sendenbu);

f. Prawoto Sumodilogo, Departemen Ekonomi (Sangyobu).

Dengan demikian masa pendudukan Jepang di Indonesia membawa

dampak yang sangat besar dalam birokrasi pemerintahan. Situasi Perang Asia
Pasifik pada awal tahun 1943 mulai berubah. Sikap ofensif Jepang beralih ke

defensif. Jepang menyadari bahwa untuk kepentingan perang perlu dukungan

dari penduduk masing-masing daerah yang didudukinya. Itulah sebabnya,

Jepang mulai membentuk kesatuan-kesatuan semimiliter dan militer untuk

dididik dan dilatih secara intensif di bidang militer. Di Indonesia ada beberapa
kesatuan pertahanan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang.

B. Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia/ BPUPKI
Pada tanggal 1 Maret 1945 panglima tentara ke-16 Letnan Jenderal

Kumakichi Harada mengumumkan dibentuknya suatu Badan Penyelidik Usaha-

Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau disebut Dokuritsu Junbi

6
Cosakai. Tujuan pembentukan BPUPKI adalah untuk mempelajari dan

menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan segi politik, ekonomi, dan

tata pemerintahan yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara merdeka

Indonesia.

Pengangkatan anggota BPUPKI yang berjumlah 67 orang diumumkan

pada tanggal 29 April 1945. Sebagai ketua BPUPKI adalah dr. Rajiman

Wedyodiningrat, sebagai wakil ketua diangkat dua orang, yaitu R.P Suroso dan

orang Jepang yang bernama Ichibangase. Upacara peresmian BPUPKI

dilaksanaklan pada tanggal 28 Mei 1945 dihadiri oleh seluruh anggota dan dua

pembesar Jepang yaitu Jenderal Itagaki (Panglima Tentara Wilayah ke-7 yang

bermarkas di Singapura dan membawahi tentara-tentara yang bertugas di

Indonesia) dan Panglima tentara ke-16 yang baruyaitu Letnan Jenderal Nagano.

Sidang-sidang yang dilaksanakan BPUPKI.

a. Sidang I (29 Mei -1 Juni 1945)


Hasil sidang I ini yaitu membahas rumusan dasar filsafat bagi negara

Indonesia merdeka. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muh. Yamin mengusulkan

lima asas dan dasar negara Indonesia. Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sokarno

mengucapkan pidato tentang lima asas yang dikenal dengan istilah Pancasila.

Pada tanggal 22 Juni

1945, sembilan orang


anggota yaitu Ir. Sukarno,

Drs. Moh. Hatta, Moh. Yamin,

Ahmad Subarjo, A.A.

Maramis, Abdulkahar

Muzakir, Wachid Hasyim,

Agus Salim dan Abikusno

Gambar : Sidang perumusan teks Pancasila Cokrosuyoso membentuk


Sumber : Www.kibarbangsaku.blogspot.com
panitia kecil yang

7
merumuskan asas dan tujuan negara Indonesia merdeka. Rumusan itu dikenal

dengan nama Piagam Jakarta yang kelak setelah mengalami sedikit perubahan

ketika dijadikan Pembukaan UUD 1945.

b. Sidang II (10-17 Juli 1945)


Sidang BPUPKI ke-2 ini merupakan kelanjutan sidang panitia kecil. Hasil

sidang yaitu membahas rancangan hukum dasar yang nantinya setelah

Indonesia merdeka disahkan menjadi UUD 1945.

C. Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI

Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan dan diganti dengan

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau disebut Dokuritsu Junbi

Inkai yang diketuai Ir. Sukarno dan Moh. Hatta sebagai wakilnya. Pembentukan

PPKI sebagai akibat dari bayangan kekalahan Jepang, karena pada tanggal 6

Agustus 1945 kota Hiroshima dibom oleh Sekutu.

Lebih-lebih setelah tanggal 9 Agustus 1945 kota Nagasaki dibom oleh

Sekutu lagi. Dalam situasi demikian tiga pemimpin Indonesia yaitu Ir. Sukarno,

Moh. Hatta dan dr. Rajiman Wedyodiningrat dipanggil ke Dalath, Vietnam

Selatan oleh Marsekal Darat Terauchi. Ia menyampaikan keputusan pemerintah

Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Pelaksaaannya


setelah persiapan selesai. Wilayah Indonesia yaitu meliputi seluruh Hindia-

Belanda.

Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15

Agustus 1945, dengan demikian berakhirlah Perang Pasifik. Bersamaan itu pula

ketiga pemimpin yang pergi ke Dalath telah kembali ke tanah air.

Hasil Sidang PPKI 18 Agustus 1945


1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945

2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai

wakil

3. Dibentuk Komite Nasional untuk membantu tugas Presiden sementara,

sebelum dibentuknya MPR dan DPR.

8
Sidang PPKI 19 Agustus 1945
1. Pembagian wilayah, terdiri atas 8 provinsi.

2. Membentuk Komite Nasional (Daerah).

3. Menetapkan 12 departemen dengan menterinya yang mengepalai

departemen dan 4

menteri negara.

Sidang PPKI ke-3 22 Agustus 1945


1. Pembentukan Komite Nasional.

2. Membentuk Partai Nasional Indonesia.

3. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.

MATERI PENGAYAAN
Ketika Jepang menguasai Indonesia banyak kebijakan Belanda yang dihapus dan diganti dengan
sistem Jepang. Jepang melakukan Propaganda 3A dan Ajaran Hakko Ichiu (Delapan Penjuru Dunia Di Bawah

Satu Atap) adalah slogan persaudaraan universal yang digunakan Jepang untuk menciptakan Kawasan

Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya dalam Perang Dunia II.

Slogan ini berasal dari kalimat dalam Nihon Shoki jilid 3 bab Kaisar Jimmu yang berarti "seluruh negeri
bagaikan sebuah rumah. " Hakko Ichiu" dalam Shinto yang di doktrinkan pada bangsa Jepang oleh Kaisar (

sebagai wakil Tuhan ) dimana " bangsa Jepang adalah bangsa Tinggi - Asia harus satu atap dibawah pimpinan

Jepang " rasanya doktrin ajaran shinto tersebut merupakan " doktrin politik Kaisar" dengan efeknya sebagai

jalan keluar untuk mengatasi permasalahan industri dan dampaknya, adanya jumlah penduduk yang padat
dengan tanah yang sempit dan sebagainya, sedangkan Asia umumnya telah dikuasai bangsa-bangsa Eropa .

Dalam kehidupan sosial masyarakat. Jepang memperkenalkan sistem Tonarigumi yang merupakan

kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri atas 10–20 rumah tangga. Maksud diadakannnya tonarigumi
adalah untuk mengawasi penduduk, mengendalikan, dan memperlancar kewajiban yang dibebankan kepada
mereka. Dengan adanya perang yang makin mendesak maka tugas yang dilakukan Tonarigumi adalah

mengadakan latihan tentang pencegahan bahaya udara, kebakaran, pemberantasan kabar bohong, dan mata-
mata musuh. . Peninggalan Jepang dalam masyarakat yang ada saat ini antara lain pembentukan strata
masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu Tonarigami atau Rukun Tetangga (RT) dan Sistem pendidikan
sekolah seperti SD 6 tahun, SLTP/SMP 9 tahun dan SLTA/SMA.

9
MATERI REMEDIAL
Masa pemerintah Jepang di Indonesia menimbulkan banyak dampak.

Dibidang politik Jepang melarang kegiatan politik dan dibubarkannya organisasi

politik yang ada. Selain itu Jepang juga melarang segala jenis rapat dan kegiatan

politik. Dibidang sosial ekonomi kehidupan masyarakat, Jepang mengeksploitasi

SDA dan SDM untuk kepentingan perang. Jepang mengambil secara paksa

makanan, pakaian dan pembekalan lainnya dari rakyat Indonesia tanpa kompensasi.

Selain itu Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang sehingga seluruh

potensi SDA dan bahan mentah lainnya digunakan untuk mendukung industri

perang. Jika masyarakat melakukan pelanggaran, Penerapan sanksi yang berat oleh

Jepang. Pada masa Jepang juga adanya praktik perbudakan wanita (yugun ianfu).

Banyak wanita muda Indonesia yang digunakan sebagai wanita penghibur bagi

perang Jepang. Jepang melaksanakan romusha. Kegiatan romusha yang

menyengsarakan dan memiskinkan rakyat.

Dilain sisi, kekejaman Jepang terdapat juga memberi nilai positif bagi bangsa
Indonesia. Penjajahan Jepang menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi bagi

bangsa Indonesia untuk merdeka. Ini tumbuh seiring dengan kesempatan yang

diberikan Jepang yaitu, di bidang pendidikan Jepang melarang penggunaan bahasa

Belanda dan memperbolehkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, dan

diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.

Di bidang birokrasi dan militer, pemerintahan Jepang memberi kesempatan

bagi rakyat Indonesia untuk ikut serta dalam pemerintahan politik. Walaupun

awalnya bertujuan untuk kekuasaan Jepang, Jepang juga memberikan pelatihan

militer-semimiliter kepada pemuda Indonesia dan mempersenjatai pemuda demi

keperluan perang Jepang. Seperti mengikutsertakan pemuda ke organisasi

keibodan, heiho, suisintai dan sebagainya.

Ketika kalah dalam perang dunia II, Jepang membentuk badan persiapan

kemerdekaan Indonesia, yaitu BPUPKI dan PPKI. Dengan kemunculan badan

persiapan ini, muncullah ide Pancasila.

10

Anda mungkin juga menyukai