Anda di halaman 1dari 3

RIBA (BAGIAN 3)

3.1.4 Bentuk-bentuk Riba Dayn

Dalam sistem perekonomian, perbankan dan keuangan modern, riba dayn banyak dijumpai, di antara
contohnya:

3.4.1. Bunga Bank

Bunga (interest) yaitu: imbalan yang dibayar oleh peminjam atas dana yang diterimanya, bunga
dinyatakan dalam persen.

Bank konvensional (bank yang tidak islami) sebagian besar usahanya bergantung kepada bunga.
Dimana bank mengumpulkan modal dari dana masyarakat dalam bentuk tabungan, lalu uang yang
terhimpun dari dana masyarakat tersebut dipinjamkan dalam bentuk modal kepada suatu pihak. Bank
memberikan bunga kepada para penabung dan menarik bunga dari peminjam. Bunga yang ditarik dari
peminjam jauh lebih besar dari pada bunga yang diberikan kepada pemilik rekening tabungan. Selisih
dari dua bunga peminjam dan penabung merupakan laba yang diperoleh bank.

Bunga yang ditarik bank dari pihak yang diberikan pinjaman modal atau yang diberikan bank kepada
nasabah pemilik rekening tabungan hukumnya haram dan termasuk riba. Karena hakikat bunga adalah
pinjaman yang dibayar berlebih. Bank memberikan pinjaman kepada pengusaha dalam bentuk modal,
pinjaman tersebut harus dikembalikan dalam jumlah yang sama ditambah bunga yang dinyatakan
dalam persen, atau denda yang ditarik bank dari pihak peminjam jika terlambat membayar pada tempo
yang telah ditentukan. Ini jelas-jelas sama dengan riba kaum Jahiliyah. Menabung di bank sekalipun
dinamakan simpanan, akan tetapi dalam pandangan fikih akadnya adalah pinjaman. Karena pinjaman
(qardh) dalam terminologi fikih berarti menyerahkan uang kepada seseorang untuk dipergunakannya
dan dikembalikan dalam bentuk uang senilai pinjaman. Pengertian qardh ini sama dengan tabungan,
dimana uang tabungan yang disimpan di bank digunakan oleh bank, kemudian bank
mengembalikannya kapan dibutuhkan oleh penabung dalam bentuk penarikan uang tabungan.
Akad ini tidak dapat dikatakan wadi’ah (simpanan), karena para ulama mengatakan seperti yang
dinukil oleh Ibnu Utsaimin rahimahullah “para ahli fiqh menjelaskan bahwa bila orang yang
menitipkan uang memberikan izin kepada yang dititip untuk menggunakannya maka akad wadi’ah
berubah menjadi akad qardh (Al Syarh al mumti’, jilid X, hal 286).
Bila hakikat menabung di bank adalah akad pinjaman (qardh), maka pinjaman tidak boleh
dikembalikan berlebih, bila dikembalikan berlebih dalam bentuk bunga maka bunga ini dinamakan
riba (Dr. Abdullah Al Umrani, Al Manfa’atu fil qardh, hal 423).

Kaidah fikih menyatakan, “Setiap pinjaman yang memberikan keuntungan bagi pemberi pinjaman
adalah riba” (Mawardi, Al Hawi, jilid V, hal 356, Sihnun, Al Mudawwanah Al Kubra 4/133).
Hukum bahwa bunga bank sama dengan riba merupakan keputusan seluruh lembaga fatwa baik yang
bertaraf internasional maupun nasional, sehingga bisa dikatakan Ijma’.
3.2 RIBA BAI’

3.2.1. Definisi Riba Bai’

Riba bai’ yaitu : riba yang objeknya adalah akad jual-beli. Riba ini terbagi 2:
1. Riba fadhl yaitu menukar salah satu dari 6 jenis harta riba (emas, perak, kurma, gandum,
sya’ir/ gandum jenis murah dan garam) dengan yang sejenis dan ukuran berbeda. Misalnya:
a) Menukar 10 gr emas Singapura dengan 11 gr emas Jakarta.
b) Menukar 1 kg kurma Ajwa’ Madinah dengan 3 kg kurma Sukkari.

2. Riba Nasi’ah yaitu menukar salah satu harta riba dengan harta riba lainnya yang sejenis atau
berlainan jenis akan tetapi ‘illatnya sama (yaitu: emas dan perak illatnya alat tukar. Kurma,
gandum, Sya’ir, dan garam illatnya makanan pokok dan tahan lama) dengan cara tidak tunai.
Misalnya:
a) Menukar 10 gr emas Singapura dengan 10 gr emas Jakarta, tidak tunai.
b) Menukar 1 gr emas dengan 15 gr perak, tidak tunai.

3.2.2. Hukum Riba Bai’

Hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu
‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
”Emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak, gandum ditukar dengan gandum, dan
Sya’ir ditukar dengan Sya’ir, kurma ditukar dengan kurma, garam ditukar dengan garam, haruslah
sama ukuran dan takarannya serta tunai. Apabila jenisnya berbeda, ukurannya juga boleh berbeda
dengan syarat tunai“ (HR. Muslim).

Ijma’ para ulama, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama, bahwa serah-terima
komoditi riba disyaratkan tunai dan disyaratkan sama ukurannya, bila ditukar dengan komoditi yang
sejenis. Dan bila berlainan jenis dan masih satu illat disyaratkan tunai saja berdasarkan sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Ijma’ ini dinukil oleh An Nawawi ( Al majmu’, jilid X, hal 40) .
Ibnu Munzir berkata :
“Para ulama sepakat bahwa dua orang yang saling menukar uang bila berpisah sebelum melakukan
serah-terima uangnya maka transaksinya tidak sah” (Al Ijma’, hal 92.)

3.2.3 Kaidah Riba Bai’


Dalam tukar menukar 6 harta riba ada 3 kemungkinan yang terjadi:
1. Menukar harta riba dengan harta riba yang sejenis, seperti: emas ditukar dengan emas dan
kurma ditukar dengan kurma. Untuk keabsahan akad ini dibutuhkan 2 syarat:
a) Ukuran keduanya harus sama, berat (jika satuan barang berdasarkan timbangan) atau volume
(jika satuan barangnya berupa liter) haruslah sama.
b) Serah terima kedua barang harus tunai di majelis akad. Tidak boleh 10 gr emas Singapura
diterima sekarang dan 10 gr emas Jakarta diserahkan besok.
Jika syarat pertama tidak terpenuhi, akad ini dinamakan riba fadhl, dan jika syarat kedua tidak
terpenuhi, akad ini dinamakan riba nasi’ah dan jika kedua syarat tidak terpenuhi akad ini dinamakan
riba fadhl nasi’ah.
2. Menukar harta riba dengan harta riba yang tidak sejenis tapi satu illat, seperti menukar kurma
dengan gandum, menukar emas dengan perak.
Untuk keabsahan akad ini dibutuhkan satu syarat saja, yaitu serah-terima kedua barang harus tunai
dan tidak disyaratkan ukurannya sama.
✔️ Menukar 1 gr emas dengan 20 gr perak boleh dengan syarat harus tunai, yaitu barang diserah-
terimakan di majelis akad.
❌ Dan tidak boleh menukar 1 gr emas diterima sekarang dan 20 gr perak diserahkan pada keesokan
harinya, akad ini disebut riba nasi’ah.
✔️ Begitu juga boleh menukar 10 kg gandum dengan 5kg kurma tunai, barang diserah-terimakan di
majelis akad.
❌ Dan tidak boleh menukar 10 kg gandum diterima sekarang dan 5kg kurma diserahkan pada
keesokan harinya. Akad ini disebut riba nasi’ah.

3. Menukar harta riba dengan harta riba yang tidak sejenis dan tidak satu illat, seperti menukar
kurma dengan emas. Dalam akad ini tidak ada persyaratan harus sama ukurannya dan juga
tidak disyaratkan tunai. Maka boleh menukar 1 gr emas dengan 10 kg kurma tidak tunai,
dengan cara uang emas diserahkan di majelis akad dan kurma diserahkan pada keesokan
harinya. Berdasarkan hadis Nabi “Rasulullah membeli makanan dengan cara tidak tunai dari
seorang Yahudi dan menggadaikan baju besi beliau kepadanya“. (HR. Bukhari).

Anda mungkin juga menyukai