Anda di halaman 1dari 2

ZAKAT PROFESI

Zakat gaji / profesi 

Kembali kepada pembahasan terkait dengan zakat uang, karena gaji kaum muslimin sekarang dari
pekerjaan mereka pada umumnya adalah uang (Rupiah ). Zakat gaji terkait dengan permasalahan fiqih
yang dibahas para ulama, yaitu ta’jiiluz zakaah, yaitu menyegerakan zakat sebelum jatuh sempurna
haulnya. Pembahasan ini penting. tanpa ada perbedaan pendapat ulama yang kami tahu. Jika ada
orang memiliki harta separuh nishab, lalu dia menyegerahkan zakat, atau dia bayar zakat satu nishab,
hukumnya tidak boleh. Karena dia mendahulukan hukum sebelum sebab.” (al-Mughni, 2/495) 

Berdasarkan ijma’ para ulama sebagaimana yang dinukilkan oleh al-Imam Ibnu Qudamah dalam
kasus ini tidak sah sebagai zakat, karena uang belum mencapai nishab. Bahkan ini merupakan
kezaliman, memotong gaji untuk zakat padahal belum wajib zakat. 

Bolehkah mengeluarkan zakat sebelum jatuh tempo haul?


Pertama, bila seseorang belum memiliki uang (rupiah) yang mencapai nishab,

Saat ini nishab itu 85 gram emas dikali 933000 rupiah pergramnya sekitar 78000000, maka orang
yang belum ada ditangganya uang sebanyak 78000000, tidak ada ditangan, ditabungan , didompet,
dan tidak ada juga harta yang lain yang sama (tidak punya dollar/real/ringgit/uero/emas/perak) maka
maka berdasarkan ijma’ para ulama dalam hal ini menyegerakan zakat tidak diperbolehkan.

Al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah (W 620H) mengatakan, “Tidak boleh


mendahulukan/menyegrakan zakat sebelum harta mencapai satu nishab, umpanya yang serin g
dilakukan oleh lembaga zakat adan amil zakat di kantor-kantor/perusahaan/instansi pemerintah
dimana mereka cara menghitung orang yang sampai nishab itu dengan gajih selama satu tahun,
gajihnya yang selama satu tahun misalnya sekarang nishab 80.000.000 dibagi 12 bulan sekitar
6.600.000 maka badan amil zakat kerja sama dengan bagian keuangan di penggajian
karyawan/pegawai akan langsung memotong dari gajih karyawan yang gajihnya diatas
6.600.000/6.700.000 langsung dia potong 2,5% berdasarkan perkataan Ibnu Qudamah tadi ini ijma
para ulama tidak sah zakatnya dan bahkan ini bisa dikatakan ini adalah sebuah kezaliman, memotong
zakat padahal dia tidak wajib zakat, maka zakat gajih ini kalau dia sudah memiliki nisabnya.

Seumpama gajuh dia sebenarnya 20.000.000 terpakai 5.000.000 , 5000.000 dibulan pertama sisa
15000.000,maka ini tidak sampai nishab, dibulan kedua sisa lagi 15.000.000 total 20.000.000 , tetap
belum sampai nishab tidak ada kewajiban zakat sama sekali (belum nishab belum haul) kemudian
bulan 3 sisa lagi 15000.000 jadi 45.000.000 (masih belum nishab dan haul) maka in i tidak ada
kewajiban zakat kalau dia potong langsung atau dia mengatakan “ saya berzakat” tidak saj sebagai
zakat tapi sah sebagai sedekah biasa karena masih 45.000.000, kemudia dibulan ke 4 menjadi
60.000.000 tidak sampai nishab sampai haul, dibulan 5 menjadi 75.000.000 kemudian dibulan ke 6,
dia terima 20.000.000 menjadi 95.000.000 berarti dibulan ke terima gajih sudah masuk nishab maka
sudah mulai menghitung haul zakatnya, anggap kita katan ulan ke 6 tadi dikonfirsikan kebulan
qomariyah/hijriah jadi umpanya tanggal 10 rajab, maka gajih yang 10 rajab tahun sekarang ( tahun
pertama) sampai nisbah tadi itu akan haul di tanggal 10 rajab tahun depan misal sekarang tahun 1442
itu sudah satu haul (1 tahun)adapun gajih tahun setelah nya bulan ke7,8,9 itu belum satu haul karena
ini kan tidak digabung karena ini dapat dari gajih terpisah, kemaren dari kita jelaskan dalam masalah
haul bahwasanya haul yang mengikuti induknya kalau dalam harta/laba perniagaan/pertambahan dari
nisab/dari harta yang sama berarti haul kambing setelahnya mengikuti induknya atau haul perniagaan
juga ketika mulai tahun awal 100.000.000 awal perdagangannya , tahun depan sudah keuntungan
300.000.000 semua harta perniagaan nya, ini zakat tanpa ada haulnya, ijma dari beberpa ulama tidak
ada khilaf karena walaupun ada keuntungan dari data dagang barang sekarang baru lakunya tetap
dizakatkan di setahun tadi walaupun baru dua hari karena dia mengikut kepada indukn ya asalnya
yang pertma tadi yang diawal tadi.ini sudah kita jelaskan sebelumnya, tetapi dalam zakat gajih, gajih
uang nya berbeda sumbernya maka balik ke 10 rajab tadi, bulan pertama betul setahun , di bulan
kedua (berati gajih bulan 7,8,9) belum satu tahu maka kalau dia bisa menghitung maka tidak maslaah
maka yang dizakatkan adalah hanya gajih yang sudah satu haul dibulan ke 6, bulan 7,8,9 seterusnya
itu nanti dibulan bulan setelanya satu haul , bulan ke 8 berarti di bulan syaban dia berzakat. Bulan
gajih ke 9 dibulan ramadhan dan seterusnya, tapi kalau dia akan susah maka tinggal di 10 rajab yang
tadi dia lihat semua uang gajih terkumpul dihari itu saldonya berapa walaupun gajih sebulan yang
lalu atau dua hari yang lalu , atau data dari uang yang lain dua hari yang lalu , ini kan harusnya zakat
beda-beda tapi akan mebuat orang susah menghitung zakatnya maka boleh menyegrakan zakatnya
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Hakim rahimahullah dalam kitab al-Mustadrak
dan sanadnya disetujui oleh al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah, sahabat Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa al- ‘Abbas radhiyallahu ’anhu, paman Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, mendapatkan keringanan dari Rasulullah untuk mengeluarkan zakatnya untuk dua
tahun ke depan.

Sehingga dengan demikian boleh menyegerakan zakat, yaitu mengeluarkan zakat gaji ketika
sudah mencapai nishab walaupun sebelum sempurna haulnya. Ini adalah pendapat jumhur ulama.
Jumhur ulama meng-qiyaskan dengan bolehnya menyegerakan pembayaran hutang sebelum jatuh
temponya.

Anda mungkin juga menyukai