Anda di halaman 1dari 24

PEMODELAN MATEMATIKA

PEMODELAN DOMAIN WAKTU- METODE VOLUME HINGGA


UNTUK MEMPREDIKSI HILANGNYA TRANSMISI KNALPOT AIR
DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ELASTISITAS DINDING

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemodelan Matematika Dosen


Pengampu : Arif Fatahillah, S.Pd., M.Si.

Anggota Kelompok :

1. Linda Wagiati Ningsih (140210101030)


2. Rif’atul Hasanah (140210101031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

i
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan Makalah Pemodelan yang berjudul “Domain
Waktu- Metode Volume Hingga Untuk Memprediksi Hilangnya Transmisi
Knalpot Air Dengan Mempertimbangkan Elastisitas Dinding” ini dapat
diselesaikan oleh penulis tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Arif Fatahillah, S. Pd., M. Si. yang telah membimbing penulis;


2. Teman-teman kelas Pemodelan A yang telah memberi semangat;
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Disadari bahwa makalah ini kurang sempurna. Untuk itu diharapkan


berbagai masukan berupa kritik dan saran yang membangun bagi kami demi
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
mahasiswa di Universitas Jember.

Jember, 10 Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB.1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................2
BAB.2 Tinjauan Pustaka
2.1 Resonator Helmholtz Knalpot Air..............................................................4
2.2 Fluent..........................................................................................................4
2.3 Matlab.........................................................................................................5
BAB.3 Pembahasan
3.1 Kontruksi Model Distrbusi Resonator Helmholtz Knalpot Air..................7
3.2 Matlab ......................................................................................................11
3.3 Fluent........................................................................................................15
BAB.4 Penutup
4.1 Kesimpulan...............................................................................................18
4.2 Saran.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................iv
LAMPIRAN ARTIKEL...........................................................................................v

i
BAB.1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pompa banyak digunakan pada bidang industri dan sumber utama
kebisingan dalam sistem perpipaan. Getaran dan kebisingan diakibatkan oleh
proses operasi pompa yang mempengaruhi ketepatan kontrol sistem dan fungsi
kerja secara normal. Namun, akibat pesatnya perkembangan pada industri kapal
diberikan persyaratan mengenai pengendalian kebisingan yang lebih ketat
sehingga dibutuhkan suatu alat yang bisa digunakan untuk mengendalikan
kebisingan pipa yaitu knalpot air.
Prediksi yang akurat mengenai kehilangan transmisi (TL) sangat penting
untuk knalpot yang dirancang dengan baik. Untuk knalpot udara, ada banyak teori
yang digunakan untuk memprediksi TL dengan akurasi yang memuaskan, seperti
transfer metode matriks, metode analisis, metode elemen hingga (FEM), dan
Metode elemen batas (BEM). Sebaliknya, hanya sedikit referensi yang ada untuk
kinerja akustik dari knalpot air dikarenakan kecepatan fluida dalam pipeline
biasanya jauh lebih lambat dari pada kecepatan suara, sehingga aliran fluida
biasanya diabaikan dalam publikasi penelitian numerik. Perbedaan utama antara
knalpot air dan knalpot udara adalah cara bekerja pada medium. Interaksi antara
air dan strukturnya jauh lebih kuat dari pada udara dan strukturnya sehingga teori
untuk knalpot udara tidak cocok digunakan untuk knalpot air. Norris dan
Wickham menggambarkan sebuah teori umum yang didasarkan pada metode
asimtotik untuk hamburan akustik dari elastic Air resonator Helmholtz hasilnya
menunjukkan bahwa elastisitas dinding mengurangi frekuensi resonansi di
bandingkan dengan rongga yang kaku. Zhou dkk membahas efek dinding elastis
pada karakteristik akustik resonator Helmholtz air. Namun, sulit untuk
menggunakan metode di Zhou Dkk dalam mempelajari efek tabung elastis
sidebranch dan pipa utama pada kinerja akustik.
Untuk masalah akustik ada dua metode numerik yang bisa digunakan yaitu
metode domain frekuensi dan metode domain-waktu. Penggabungan antara
metode domain frekuensi, FEM, BEM, dan metode volume hingga (FVM) telah
diterapkan untuk menganalisis kinerja akustik knalpot. Namun FEM dan BEM
jauh lebih populer daripada FVM di domain frekuensi, karena aplikasinya yang
luas dari beberapa kode komersial. Penggabungan antara metode time-domain,
metode beda hingga (FDM) dan FVM telah diterapkan pada masalah akustik
dibandingkan dengan metode frequency domain, karena penggabungan antara

i
metode time-domain memiliki keuntungan berikut: mudah dilakukan, satu
perhitungan dapat memberikan informasi keseluruhan pita frekuensi, dan
kebutuhan memori computer tidak sebesar domain frekuensi metode. Jadi metode
domain-waktu mungkin lebih sesuai untuk masalah dengan perhitungan intensif.
FVM adalah metode numerik yang paling populer di Indonesia masalah
dinamika cairan komputasi (CFD). Telah terbukti menjadi pendekatan yang andal
bagi struktural, akustik, dan masalah akustik struktural dalam beberapa tahun
terakhir. Perkembangan FVM di bidang akustik sangat membantu penerapan
FVM untuk masalah akustik struktur-cairan. Xuan dkk menyajikan FVM domain
waktu untuk memprediksi TL knalpot udara termasuk efek termal dengan
kecepatan suara yang tidak seragam dan kepadatan dari kode komersial Fluent.
Xuan Et al juga menggunakan FVM domain-waktu ini untuk memprediksi respon
sementara dan karakteristik alami sistem akustik struktural. Selanjutnya dalam
makalah ini akan dibahas mengenai penerapan FVM time domain ke masalah
akustik dari knalpot air dengan memperhatikan elastisitas dinding. Sebagai
perbandingan, komersial kode comsol digunakan untuk memecahkan masalah
yang sama.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mengkonstruksi model matematika resonator Helmholtz knalpot
air?
2. Bagaimana model matematika resonator Helmholtz knalpot air menggunakan
program Matlab?
3. Bagaimana simulasi model matematika resonator Helmholtz knalpot air
menggunakan software Fluent?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana mengkonstruksi model matematika resonator
Helmholtz knalpot air;
2. Untuk mengetahui model matematika resonator Helmholtz knalpot air
menggunakan program Matlab;

ii
3. Untuk mengetahui simulasi model matematika resonator Helmholtz knalpot
air menggunakan software Fluent;

ii
BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resonator Helmholtz Knalpot Air


Resonansi Helmholtz adalah peristiwa resonansi udara dalam suatu rongga.
Resonator tersebut terdiri atas suatu badan yang berbentuk bola dengan satu volume
udara dengan sebuh leher (Zheji Liu,2006). Salah satu contoh peristiwa resonansi
Helmholtz adalah bunyi yang diciptakan ketika satu hembusan melintasi puncak satu
botol kosong. Ketika udara masuk ke dalam suatu rongga, tekanan didalam
meningkat gaya luar yang menekan udara menghilang, udara dibagian dalam akan
mengalir ke luar. Proses ini akan berulang dengan besar tekanan yang berubah
semakin menurun. Efek ini sama seperti suatu massa yang dihubungkan dengan
sebuah pegas. Udara yang berada didalam rongga berlaku sebagai sebuah pegas dan
udara yang berada dalam leher.
Resonator yang berisi udara identik dengan sebuah massa. Sebuah rongga yang
lebih besar dengan volume udara yang lebih banyak akan membuat suatu pegas
menjadi lebih lemah dan sebaliknya. Udara dalam leher berfungsi sebagai suatu
massa karena sedang bergerak maka suatu massa menjadi momentum (Myonghyon
Han, 2008). Apabila leher semakin panjang akan membuat massa udara lebih besar
dan sebaliknya. Diameter leher sangat berkaitan dengan massa udara dalam leher dan
volume udara dalam rongga. Diameter yang terlalu kecil akan mempersempit aliran
udara sedangkan diameter yang terlalu besar akan mengurangi momentum udara
dalam leher.

2.2 Fluent
Fluent adalah perangkat lunak dalam komputer yang digunakan untuk
mensimulasikan aliran fluida dan perpindahan panas. Aliran perpindahan panas dari
berbagai fluida dapat disimulasikan pada bentuk/geometri yang rumit. Dengan
menggunakan program fluent, dapat diketahui parameter-parameter aliran
perpindahan panas yang diinginkan. Distribusi tekanan, kecepatan aliran, laju aliran
massa, distribusi temparatur, dan pola aliran fluida yang terjadi dapat diketahui pada
tiap titik yang terdapat dalam sistem yang dianalisa.
Dalam satu paket perngkat lunak, selain perangkat lunak fluent, terdapat
beberapa produk yang dapat digunakan untuk membantu pemodelan dari simulasi,
yaitu:

ii
 prePDF, merupakan preprocessor untuk memodelkan pembakaran non-premixed
pada fluent.
 GAMBIT, merupakan preprocessor untuk memodelkan geometri dan
pembentukan mesh.
 Tgrid, merupakan preprocessor tambahan yang dapat membuat mesh volume dari
mesh lapisan batas yang sudah ada.
 Filter untuk mengimpor mesh permukaan dan volume dari program CAD/CAE
seperti ANSYS,GGNS,I-DEAS,NASTRAN,PATRAN,dll.
Untuk melakukan simulasi pembakaran gasifikasi, biasanya dilakukan
pemodelan geometrid an meshing dengan menggunakan GAMBIT diikuti dengan
simulasi menggunakan fluent.
Fluent dalam penggunaannya memiliki kemampuan pemodelan sebagai
berikut:
 Aliran 2D, 2D axisymmetric, 2D axisymmetric dengan swirl, dan 3D
 Aliran tunak (steady) ataupun trasien.
 Aliran fluida kompresibel dan inkompresibel untuk semua daerah keceptan
(subsonik, supersonik, dan hipersonik).
 Aliran invikos, laminar, dan turbulen.
 Perpindahan panas, meliputi konveksi paksa, konveksi bebas, campuran, konjugasi
(padatan/fluida), dan rdiasi.
Idealnya fluent sangat sesuai untuk mensimulasi aliran dan perpindahan panas
kompresibel maupun inkompresibel pada geometri rumit.

2.3 Matlab
MATLAB (Matrix Laboratory) adalah suatu program untuk analisis dan
komputasi numerik dan merupakan suatu bahasa pemrograman matematika lanjutan
yang dibentuk dengan dasar pemikiran menggunakan sifat dan bentuk matriks. Pada
awalnya, program ini merupakan interface untuk koleksi rutin-rutin numeric dari
proyek LINPACK dan EISPACK, dan dikembangkan menggunkan bahasa
FORTRAN namun sekarang merupakan produk komersial dari perusahaan
Mathworks, Inc.yang dalam perkembangan selanjutnya dikembangkan menggunakan
bahasa C++ dan assembler (utamanya untuk fungsi-fungsi dasar MATLAB).
MATLAB telah berkembang menjadi sebuah environment pemrograman yang
canggih yang berisi fungsi-fungsi built-in untuk melakukan tugas pengolahan sinyal,
aljabar linier, dan kalkulasi matematis lainnya. MATLAB juga berisi toolbox yang

ii
berisi fungsi-fungsi tambahan untuk aplikasi khusus . MATLAB bersifat extensible,
dalam arti bahwa seorang pengguna dapat menulis fungsi baru untuk ditambahkan
pada library ketika fungsi-fungsi built-in yang tersedia tidak dapat melakukan tugas
tertentu. Kemampuan pemrograman yang dibutuhkan tidak terlalu sulit bila Anda
telah memiliki pengalaman dalam pemrograman bahasa lain seperti C++, PASCAL,
atau FORTRAN.
MATLAB merupakan merk software yang dikembangkan oleh
Mathworks.Inc merupakan software yang paling efisien untuk perhitungan numeric
berbasis matriks. Dengan demikian jika di dalam perhitungan kita dapat
menformulasikan masalah ke dalam format matriks maka MATLAB merupakan
software terbaik untuk penyelesaian numericnya. MATLAB yang merupakan bahasa
pemrograman tingkat tinggi berbasis pada matriks sering digunakan untuk teknik
komputasi numerik, untuk menyelesaikan masalah-masalah yang melibatkan operasi
matematika elemen, matrik, optimasi, aproksimasi dan lain-lain. Sehingga Matlab
banyak digunakan pada :
(1) Matematika dan Komputansi,
(2) Pengembangan dan Algoritma,
(3) Pemrograman modeling, simulasi, dan pembuatan prototype,
(4) Analisa Data , eksplorasi dan visualisasi,
(5) Analisis numerik dan statistic,dan
(6)Pengembangan aplikasi teknik.

ii
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Kontruksi Model Matematika


Persamaan Energi

Bentuk Umum :

∂ ρcϕ 0
+ ( pure rate )=S
∂t

∂ ρcϕ 0 ∂ λ ∂0

∂t
+ ( out−¿ )=
∂ xy ∂ xy ( )
∂ ρcϕ 0 ∂ ρuc ϕe ∂ ρuc ϕw ∂ ρv cϕn ∂ ρv cϕ s ∂ ∂ϕ ∂ ∂ϕ

∂t
+ (
∂x

∂x
+
∂y
− )(
∂y
= λ 0 + λ 0
∂x ∂x ∂y ∂y ) ( ) ( )
∂ ρcϕ 0 ∂ ρuc ϕe ∂ ρu cϕ w ∂ ρvc ϕ n ∂ ρv cϕs λ ∂2 ϕ 0 λ ∂2 ϕ 0

∂t
+ (
∂x

∂x
+
∂y
− )(∂y
= 2 + 2
∂ x ∂ y )

t +∆ t y+∆ y x+ ∆ x t +∆ t y+∆ y x+∆ x


∂ ρcϕ0 ∂ ρu cϕe ∂ ρucϕ w ∂ ρv cϕn ∂ ρv cϕ s λ ∂2 ϕ 0
∫ ∫ ∫
t y x
( ∂t
+( ∂x

∂x
+ )(
∂y

∂y ))
dx dy dt = ∫
t
∫ ∫
y x
( 2
∂ x
+


ρcϕ0 Δ x Δ y + ρucϕ e Δ y Δt−ρucϕw Δ y Δt + ρucϕ n Δ x Δt−ρucϕ s Δ x Δt=λ ϕ0 Δ x Δ y Δt+ λ ϕ0 Δ x Δ


ρcϕ0 Δ x Δ y + ρucϕ e Δ y Δt−ρucϕw Δ y Δt + ρucϕ n Δ x Δt−ρucϕ s Δ x Δt=2 λ ϕ 0 Δ x Δ y Δt

ii

ρcϕ 0 Δ x Δ y−2 λ ϕ 0 Δ x Δ y Δt=−ρucϕe Δ y Δt + ρucϕ w Δ y Δt −ρucϕ n Δ x Δt + ρucϕ s Δ x Δt

ϕ 0 Δ x Δ y ( ρc−2 λ Δt )=−ρucϕ e Δ y Δt + ρucϕw Δ y Δt−ρucϕ n Δ x Δt + ρucϕ s Δ x Δt
− ρucϕe Δ y Δt + ρucϕw Δ y Δt− ρucϕn Δ x Δt + ρucϕs Δ x Δt
↔ ϕ0 Δ x Δ y =
( ρc−2 λ Δt )
…………………......(1)

Persamaan Momentum

∂ ρϕ 0
+ ( pure rate )=Σ F
∂t

∂ ρϕ 0 −∂ ρ ∂ρ
↔ + ( out −¿ )= + ρgi+ ( σ́ )
∂t ∂ xy ∂ xy

∂ ρϕ 0 ∂ ρuϕ e ∂ ρuϕ w ∂ ρvϕn ∂ ρvϕ s ∂u ∂ ux


∂t
+ [(
∂x

∂x
+
∂y
− )(
∂y
=
−∂ ρ ∂ ρ
− +ρ
∂ x ∂x )]
∂ g ∂g
+ +
∂x ∂ y ∂x

2 G x +λ
∂x (
∂x
+ ) [ (

∂ ρϕ 0 ∂ ρuϕ e ∂ ρuϕ w ∂ ρvϕn ∂ ρvϕ s ∂2 u x ∂2 ux ∂


∂t
+ [(
∂x

∂x
+
∂y
− )(
∂y
=
−∂ ρ ∂ ρ
− +ρ
∂ x ∂x
∂g
∂x )]

∂g
∂y
+2 G
∂x 2
+ λ
∂x 2

t +∆ t y+∆ y x+ ∆ x t +∆ t y+∆ y x+ ∆ x
∂ ρϕ 0 ∂ ρuϕ e ∂ ρuϕ w ∂ ρvϕn ∂ ρvϕ s
∫ ∫ ∫
t y x ∂t [(
+
∂x

∂x
+ )(
∂y

∂y )]
dx dy dt= ∫
t
∫ ∫
y x
−∂ ρ ∂ ρ
− +ρ
∂x ∂x

ii

ρϕ 0 Δ x Δ y + ρuϕ e Δ y Δt −ρuϕ w Δ y Δt+ ρvϕn Δ x Δt −ρvϕs Δ x Δt=−ρ Δ y Δt −ρ Δ x Δt+ ρg Δ y Δt+

………………………………(2)

Subtitusikan persamaan energi (1) ke persamaan momentum (2)


−ρucϕ e Δ y Δt+ ρucϕw Δ y Δt−ρucϕ n Δ x Δt+ ρucϕ s Δ x Δt
ρ
[ ( ρc−2 λ Δt ) ]
+ ρuϕ e Δ y Δt−ρuϕ w Δ y Δt + ρvϕn Δ


− ρ2 uc −ρ2 uc − ρ2 vc
ϕe
( ( ρc−2 λ Δt ) )
+ ρu Δ y Δt +ϕ w
(
( ρc−2 λ Δt ) )
−ρu Δ y Δt+ ϕn
(( ρc−2 λ Δt ) )
+ ρv Δ x Δt ++ ϕs
( −
( ρc−

(persamaan umum)

Diskritisasi Quick

−1 3 3
ϕ e= ϕ ( i−1 , j )+ ϕ ( i , j ) + ϕ ( i+1 , j )
8 4 8

−1 3 3
ϕ n= ϕ ( i, j−1 ) + ϕ ( i, j ) + ϕ (i , j+1 )
8 4 8

−1 3 3
ϕ w= ϕ ( i−2 , j ) + ϕ ( i−1 , j )+ ϕ ( i, j )
8 4 8

−1 3 3
ϕ s= ϕ ( i , j−2 ) + ϕ ( i , j−1 ) + ϕ ( i , j )
8 4 8

Subtitusi ke persamaan umum:

3 3 −ρ2 uc 3 3
−1
8
ϕ ( i−1 , j ) + ϕ ( i, j ) + ϕ (i+1 , j )
4 8 (
( ρc−2 λ Δt ) )
+ ρu Δ y Δt +
−1
8
ϕ ( i−2 , j )+ ϕ (i−1, j ) + ϕ ( i,
4 8

−ρ2 uc −ρ2 uc −ρ2 uc


[ −1
8
ϕ ( i−1 , j ) (
( ρc−2 λ Δt ) ) 3
(
+ ρu Δ y Δt + ϕ ( i , j )
4 ( ρc−2 λ Δt ) ) 3
(
+ ρu Δ y Δt + ϕ ( i+1 , j )
8 ( ρc−2 λ

Sehingga kita dapatkan,

ii
 ϕ ( i−2 , j )
[( −1
8
ϕ( ρ2 uc
( ρc−2 λ Δt ) ) )]
+ ρu Δ y Δt ……………………………………….

.A

 ϕ ( i−1 , j )
[( −1
8
ϕ( −ρ2 uc
( ρc−2 λ Δt )
3
)
+ ρu Δ y Δt+ ϕ
ρ2 uc
4 ( ρc−2 λ Δt ) (
−ρu Δ y Δt …… ) )]
…..B

ϕ (i , j)
[( 3
ϕ( −ρ2 uc
4 ( ρc−2 λ Δt )
3
)
−ρu Δ y Δt+ ϕ
ρ2 uc
8 ( ρc−2 λ Δt ) ( 3
−ρu Δ y Δt+ ϕ
−ρ2 vc
)
4 ( ρc−2 λ Δt ) (
+ ρv Δ x Δt + ) )
…......................……......C

 ϕ ( i , j−2 )
[( −1
8
ϕ( ρ2 vc
( ρc−2 λ Δt ) ) )]
−ρv Δ x Δt ……………………………..

………...D

− ρ2 vc ρ2 vc
 ϕ ( i , j−1 )
[ (
−1
8
ϕ
( ρc−2 λ Δt )
3
)
+ ρv Δ x Δt + ϕ
4 ( ρc−2 λ Δt ) ( )
− ρv Δ x Δt ...…….
]
…E

−ρ 2 uc
 ϕ ( i+1 , j )
[ ( 3
ϕ
8 ( ρc−2 λ Δt ) ) ]
+ ρu Δ y Δt ……………………………….….….......

…F

 ϕ ( i , j+ 1 )
[( −3
8
ϕ (−ρ2 vc
( ρc−2 λ Δt ) ) )]
− ρv Δ x Δt ……………………………………...

Discretization Scheme (Skema pembagian)

i,j+1 i+1,j+1

i,j i+1,j

ii
Berdasarkan skema pembagian diperoleh matriks:
M2X2 =

3.2 Matlab
Script di M-File
clear all;
clc;
m=input('masukkan banyak diskritisasi arah sumbu X=');
n=input('masukkan banyak diskritisasi arah sumbu Y=');
m=2;
n=2;
rho=3.9;
R=5.7;
S=8.1;
u=10000;
v=1000;
c=2100;
g=9.8;
deltax=1;
deltay=1;
deltat=1;
lambda=2.16*0.000000000010*0.3/((1+0.3)*(1-2*0.3));
G=2.16*0.000000000010/(2*(1+0.3));
A=(-1/8)*((((rho^2*u*c)/rho*c-2*lambda*deltat)-rho*u)*deltay*deltat);

ii
B=((-1/8)*((((-rho^2*u*c)/rho*c-2*lambda*deltat)+rho*u)*deltay*deltat))+
((3/4*(((rho^2*u*c)/rho*c-2*lambda*deltat)-rho*u)*deltay*deltat));
C=((3/4*(((-rho^2*u*c)/rho*c-2*lambda*deltat)+rho*u)*deltay*deltat)+
((3/8*(((rho^2*u*c)/rho*c-2*lambda*deltat)+rho*u)*deltay*deltat)+(3/4*((-
rho^2*v*c)/rho*c-2*lambda*deltat)+rho*v)*deltax*deltat)
+(3/8*((rho^2*v*c)/rho*c-2*lambda*deltat)-rho*v)*deltax*deltat);
D=(-1/8*(((rho^2*v*c)/rho*c-2*lambda*deltat)-rho*v)*deltax*deltat);
E=(-1/8*(((-rho^2*v*c)/rho*c-2*lambda*deltat)+rho*v)*deltax*deltat)
+(3/4*(((rho^2*v*c)/rho*c-2*lambda*deltat)-rho*v)*deltax*deltat);
F=(3/8)*(((-rho^2*u*c)/rho*c-2*lambda*deltat)+rho*u)*deltay*deltat;
G=(3/8*(((-rho^2*v*c)/rho*c-2*lambda*deltat)+rho*v)*deltax*deltat);
H=((-rho*deltay*deltat)-(rho*deltax*deltat)+(rho*g*deltay*deltat)+
(rho*g*deltax*deltat)+(2*G*R*deltay*deltat/deltax)+
(lambda*R*deltay*deltat/deltax)+(lambda*S*deltay*deltat)+(G*R*deltat)+
(G*S*deltay*deltat/deltax)+(2*G*S*deltax*deltat/deltay)+(lambda*R*deltat)
+(lambda*S*deltax*deltat/deltay)+(G*R*deltax*deltat/deltay)+(G*S*deltat));
K=zeros(m*n:m*n)
k=zeros(m*n:m*n)
K(3:m*n+1:(m*n)^2-2*(m*n))=A
K(m*n*(n-2)+n+1:m*n^2+n:(m*n)^2-2*(m*n))=0
K(m*n*(n-1)+n+2:m*n^2+n:(m*n)^2-2*(m*n))=0
K(2:m*n+1:(m*n)^2-(m*n))=B
K(m*n*(n-1)+n+1:m*n^2+n:(m*n)^2-(m*n))=0
K(1:m*n+1:(m*n)^2)=C
K(m*n+1:m*n+1:(m*n)^2-1)=D
K(m*n^2+n:m*n^2+n:(m*n)^2-1)=0
K(2*n+1:m*n+1:(m*n)^2-2*(m*n^2))=E
K(n+1:m*n+1:(m*n)^2-(m*n^2))=F
K(m*n^2+1:m*n+1:(m*n)^2-n)=G
l=zeros(m*n,1);
l(1:1:m*n)=H;
%mengerjakan
x=inv(K)*l;
plot(x,'-dr');
grid on;

ii
title('PEMODELAN RESONATOR HELMHOLTZ KNALPOT AIR');
xlabel('Panjang domain (m)');
ylabel('Temperatur (K)');
(Simpan file dengan nama untitled3)

Kemudian klik “run”, sehingga akan muncul kotak dialog seperti di bawah ini.
Kemudian masukkan diskritisasi arah sumbu x = 4 dan diskritisasi arah sumbu y
= 4.

ii
Maka akan muncul grafik seperti dibawah ini.

ii
Plot

3.3 Fluent

ii
Gambar di atas merupakan desain resonator Helmholtz pada gambit. Ukuran
tabung 1 berjari-jari 1.5 dengan tinggi 4 satuan, tabung 2 berjari-jari 0.5 dengan
tinggi 2 satuan dan tabung 3 berjari-jari 1 dengan tinggi 10 satuan.

Gambar di atas merupakan desain tanah beserta lapisannya pada gambit


setelah di mesh.

ii
Gambar di atas merupakan iterasi dari resonator Helmholtz dan konvergen
pada titik 153.

Gambar diatas merupakan hasil pressure dari Resonator Helmholtz. Warna


merah menunjukkan tekanan tinggi yang berada di sekitar wall. Sedangkan warna
biru menunjukkan tekanan yang rendah yang berada di pressure inlet.

ii
Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa pergerakan aliran udara ke
segala arah. Hal ini dikarenakan adanya tekanan sehingga udara yang berada
didalamnya bergerak ke segala arah.

Berdasarkan gambar tersebut terlihat udara yang masuk kedalam resonator


Helmholtz berwarna biru menandakan pergerakan udara yang rendah dan semakin
mendekati wall semakin padat dan berwarna merah menandakan pergerakan udara
semakin cepat begitu halnya ketika di daerah pressure outlet menunjukkan
pergerakan udara yang cepat.

BAB.4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pada kostruksi model matematika Resonator Helmholtz Knalpot Air
didapatkan persamaan umunya yaitu

ii
− ρ2 uc −ρ2 uc − ρ2 vc −ρ
ϕe
( ( ρc−2 λ Δt ) ) (
+ ρu Δ y Δt +ϕ w
( ρc−2 λ Δt ) ) (
−ρu Δ y Δt+ ϕn
( ρc−2 λ Δt ) ) (
+ ρv Δ x Δt ++ ϕs
( ρc−

2. Pada komputasi matlab, menunjukkan perubahan temperatur terhadap domain


waktu yang tidak konstan. Berdasarkan grafik tersebut dapat kita ketahui
bahwa perubahan temperatur yaitu berkisar antara 4,45 K – 15,038 K.

3. Hasil komputasi fluent menunjukkan Pressure dari Resonator Helmholtz.


Warna merah menunjukkan tekanan tinggi yang berada di sekitar wall.
Sedangkan warna biru menunjukkan tekanan yang rendah yang berada di
pressure inlet.

4.2 Saran
1. Perlu adanya ketelitian penjabaran rumus dan memasukkan parameter-
parameter pada jurnal.
2. Perlunya memahami gambar dan langkah-langkah dalam memunculkan
variabel-variabel dalam gambar.
3. Perlunya pemahaman dalam membaca grafik

ii
DAFTAR PUSTAKA

Myonghyon Han.2008.Sound reduction by a Helmholtz resonator.Theses nd


Disserttions, Lehight University.
Sahid, (2007). Pengantar Komputasi Numerik Dengan Matlab.
http://www.belbuk.com/pengantar-komputasi-numerik-dengan-matlab-p-
3486.html
Zheji Liu, 2006. Centrifugal Compressor Noise By Using Helmholtz Resontor
Arrays. Dresser-Rand:New York.

i
LAMPIRAN

ii

Anda mungkin juga menyukai