Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan,
menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit
(Tranggono dan Latifah, 2007). Menurut Komite Ilmiah Komisi Eropa pada Produk
Konsumen, kosmetik tidak boleh menyebabkan kerusakan pada kesehatan bila diterapkan
dalam kondisi normal dari penggunaannya (Walters and Roberts, 2008). Akhir-akhir ini telah
banyak konsumen menggunakan kosmetik yang tidak aman sehingga menyebabkan reaksi
alergi, iritasi, dan sebagainya (Tranggono dan Latifah, 2007). Reaksi tersebut kemungkinan
disebabkan oleh pemakaian zat warna tertentu yang berbahaya bagi kesehatan, sebagai
contoh Rhodamin B merupakan salah satu pewarna yang dapat menyebabkan iritasi pada
kulit (Widana dan Yuningrat, 2007).
Berdasarkan asalnya, zat pewarna dalam kosmetik terbagi menjadi dua yaitu
pewarna sintetik dan alami. Zat warna sintetik yang digunakan pada kosmetik harus memiliki
persyaratan dapat memberikan warna dalam jumlah sedikit, larut dalam air, alkohol, atau
minyak, mampu memberikan warna pada pH yang diinginkan, mempunyai daya lekat
tertentu sesuai dengan penggunaannya, serta tidak toksik (Tranggono dan Latifah, 2007).
Salah satu contoh pewarna sintetik yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan adalah
rhodamin B. Rhodamin B adalah zat warna sintetis yang biasa digunakan untuk pewarnaan
kertas, tekstil atau tinta. Zat tersebut dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran
pernafasan serta merupakan zat bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Rhodamin B
pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Putri, 2009). Zat warna
alami merupakan zat warna yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau mineral yang
diperoleh dari mengekstraksi tanaman dengan pelarut yang sesuai. Metabolit sekunder dari
tanaman yang dapat digunakan sebagai zat warna adalah antosianin. Antosianin merupakan
pewarna yang tersebar luas dalam tumbuhan untuk memberi warna pada bunga, daun, dan
buah.

I.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu kosmetik dan pewarna pada kosmetik?
2. Apa saja zat pewarna yang aman dan yang berbahaya pada kosmetik?
3. Bagaimana efek yang ditimbulkan dari penggunaan zat pewarna berbahaya pada
kosmetik?

1
I.3. Tujuan Makalah
1. Mengetahui apa itu kosmetik dan pewarna yang digunakan pada kosmetik.
2. Mengetahui jenis-jenis pewarna yang aman dan yang berbahaya pada kosmetik.
3. Mengetahui efek yang ditimbulkan pada penggunaan kosmetik dengan
kandungan zat pewarna berbahaya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Kosmetik
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke19,
pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk
kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti "berhias". Bahan yang
dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami
yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan
alami tetapi juga bahan buatan untuk tujuan meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja,
1997).
Pada tahun 1995 Lubowe menciptakan istilah "cosmedik" yang merupakan
gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat mempengaruhi kulit secara positif,
namun bukan obat. Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut "kosmetologi" yaitu ilmu yang
berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek dan efek
samping kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).
Penggolongan kosmetika menurut penggunaannya bagi kulit:
1. Kosmetik perawatan kulit (Scin care cosmetic) Jenis ini perlu untuk merawat
kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk didalamnya:
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (Cleanser): sabun, cleansing cream,
cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (Mosturizer), misalnya: mosturizer cream,
night cream, anti wrinkel cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation,
sun block cream/lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (Peeling), misalnya scrub
cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas
(abrasiver).
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make up) Jenis ini diperlukan untuk merias dan
menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta
menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri. Dalam kosmetik riasan,
peran zat warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik dekoratif terbagi menjadi dua
golongan:
a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eye shadow, dan
lain-lain.

3
b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya luntur dalam waktu
yang lama, misalnya pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan
preparat penghilang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).

II.2. Pewarna Kosmetik


Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur
pengujian sebelum dapat digunakan. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani
pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi
ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna
tersebut. Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pernberian asam
sulfat atau asam nitrat yang seringkali 8 terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain
yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik. Sebelum mencapai produk
akhir, harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan
seringkali tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang
berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen
tidak boleh lebih dari 0,0004 persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,0001, sedangkan
logam berat lainnya tidak boleh ada. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat
pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI
Nomor 722/Menkes/Per/IX/8 (Cahyadi, 2009).

Tabel 2.1 Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia

Nomor Indeks
Bahan Pewarna
Warna (C.I.No)
Citrus Red No.2 12156
Ponceau 3R (Red G) 16155
Ponceau SX (Food Red No. 1) 14700
Rhodamin B (Food Red No. 5) 45170
Guinea Green B (Acid Green No. 3) 42085
Magenta (Basic Violet No. 14) 42510
Chrysoidine (Basic Oranges No. 2) 11270
Butter Yellow (Solvent Yellow No. 2) 11020
Sudan I (Food Yellow No. 2) 12055
Methanil Yellow (Food Yellow No. 14) 13065
Auramin (Ext. D & C Yellow No. 1) 41000
Oil Oranges SS (Basic Yellow No. 2) 12100
Oil Oranges XO (Solvent Oranges No. 7) 12140
Oil Oranges AB (Solvent Oranges No. 5) 11380
Oil Oranges OB (Solvent Oranges No. 6) 11390

4
Menurut Joint FAC/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) zat pewarna
buatan dapat digolongkan dalam beberapa kelas berdasarkan rumus kimianya, yaitu azo,
triarilmetana, quinolin, xanten, dan indigoid. Sedangkan berdasarkan kelarutannya dikenal
dua macam pewarna buatan, yaitu dyes dan lakes (Cahyadi, 2009).
Tabel 2.2 Kelas-kelas Zat Pewarna Buatan Menurut JECFA
Nama Warna
Azo:
1. Tartrazin Kuning
2. Sunset Yellow FCF Oranye
3. Allura Red AC Merah (kekuningan)
4. Ponceau 4R Merah
5. Red 2G Merah
6. Azorubine Merah
7. Fast Red E Merah
8. Amaranth Merah (kebiruan)
9. Brilliant Black BN Ungu
10. Brown FK Kuning Coklat
11. Brown HT Coklat
Triarilmetana:
12. Brilliant Blue FCF Biru
13. Patent Blue F Biru
14. Green S Biru kehijauan
15. Fast Green FCF Hijau
Quinolin:
16. Quinolinw Yellow Kuning kehijauan
Xanten:
17. Erythrosine Merah
Indigoid:
18. Indigotine Biru kemerahan

Pewarna yang digunakan dalam kosmetika umumnya terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Pewarna yang dapat larut dalam cairan, air, alkohol, atau minyak. Contoh pewarna
kosmetika adalah: Pewarna asam (acid dyes) yang merupakan golongan terbesar
pada pakaian, makanan dan kosmetik. Unsur terpenting dalam pewama ini adalah
gugus azo. Solven dyes yang larut dalam air dan alkohol, misalnya: DC merah,
merah hijau No.17, violet, kuning. Xanthene dyes yang dipakai dalam lipstik,
misalnya DC Orange, merah dan kuning.
2. Pewarna yang tidak dapat larut dalam air (insoluble), yang terdiri atas bahan organik
dan inorganik, misalnya lakes, besi oksida. Tidak semua zat warna dapat digunakan

5
dalam kosmetika. Kulit di beberapa bagian tubuh sensitif terhadap zat warna
tertentu, sehingga memerlukan warna khusus, seperti kulit di sekitar mata, kulit di
sekitar mulut dan bibir (Wasitaatmadja, 1997).

Penentuan mutu suatu bahan dapat diamati dengan warna. Warna hasil suatu
produksi suatu bahan sangat berpengaruh bagi pemakainya. Contoh warna suatu kosmetika
sangat berperan secara psikologis bagi pemakainya sebagai bentuk kecantikan. Adapun
tujuan pemberian warna pada suatu bahan, baik obat maupun kosmetika bahkan makanan
adalah agar bahan atau hasil produksi itu menarik bagi pemakainya, menghindari adanya
pemalsuan terhadap suatu hasil pabrik dan menjaga keseragaman hasil suatu pabrik yang
penting adalah keamanan bagi para pemakai zat warna, sebab pemakaian keliru dapat
menyebabkan hal-hal yang tidak dikehendaki seperti memberikan efek karsinogenik,
teratogenik, alergi dan lain-lain (Sudarmadji, 2003).
Ponceau 3R merupakan zat berbentuk butiran atau serbuk warna merah hingga
merah tua dan mempunyai sifat tidak berbau. Selain itu zat tersebut mudah larut dalam air,
dalam gliserol P, serta sukar larut dalam etanol P. Dipasar zat ini banyak dijumpai di
minuman ringan bahkan beberapa produk sirup dan juga produk kosmetik ditambahi zat ini.
Zat pewarna merah pada lipstick,dan jeli atau agar-agar terbukti mengandung ponceau
(Wijaya, 2000).
Tabel 2.3 Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia

Nomor Indeks Batas Maksimum


Pewarna
Warna (C.I.No.) Penggunaan

Amaran Amaranth : CI Food Red 9 16185 Secukupnya


Brilliant blue FCF : CI Food
Biru berlian 42090 Secukupnya
Red 2
Eritrosin Erithrosin : CI Food Red 14 45430 Secukupnya
Fast Green FCF : CI Food
Hijau FCF 42053 Secukupnya
Green 3
Hijau S Green S : CI Food Green 4 44090 Secukupnya

Indigotin Indigotin : CI Food Blue I 73015 Secukupnya

Ponceau 4R Ponceau 4R : CI Food Red 7 16255 Secukupnya


Quineline yellow : CI Food
Kuning Kuinelin 74005 Secukupnya
yellow 3
Sunset yellow FCF : CI Food
Kuning FCF 15980 Secukupnya
yellow 3
Riboflavin Riboflavina - Secukupnya

Tartrazine Tratrazine 19140 Secukupnya

6
DAFTAR PUSTAKA

Tranggono, Latifah. Buku pegangan ilmu pengetahuan osmetik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. 2007
Wasitaatmadja, S.M. Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: Universitas Indonesia Press;
1997.
Cahyadi. W. (2009). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi Kedua.
Jakarta: Bumi Aksara. Halaman
Widana dan Yuningrat. 2007. Bahan Pewarna Berbahaya pada Sediaan Kosmetika. Departemen
Kesehatan, Jakarta.
http://e-journal.uajy.ac.id/11430/2/1BL01141.pdf

Anda mungkin juga menyukai