Universitas Pancasila
KUISIONER
Disusun oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASILA
2019
I. Pendahuluan
Proyek konstruksi merupakan suatu bidang industri yang harus
dilaksanakan dalam keadaan kompleks dan sulit, baik yang menggunakan
tenaga manusia maupun mesin sehingga berpotensi meningkatkan risiko
kecelakaan. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas,
kinerja, kualitas dan batasan biaya dari proyek. Proyek konstruksi
memiliki serangkaian catatan kecelakaan yang memakan korban jiwa.
Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan berisiko tinggi (high risk) dan
yang menempati peringkat utama terjadinya kecelakaan kerja.
Penelitian ini akan berusaha mengidentifikasi dan menganalisis
penerapan job safety analisis (JSA) pada pekerjaan struktur jembatan
proyek pembanngunan jalan tol Ciawi – Sukabumi terhap potensi bahaya
terhadap pekerjaan struktur jembatan dari setiap tahapan metode pelaksaan
yang dikerjakan.
II. Tujuan Survey
Agar dapat memperoleh informasi dan data terhadap potensi
bahaya pekerjaan struktur jembatan di lapangan berdasarkan pelaksanaan
proyek. Sehingga menjadi acuan dalam pembahasan penerapan job safety
analisis (JSA) Pada Proyek Pembangunan jalan tol Ciawi – Sukabumi
pada pekerjaan struktur jembatan.
III. Kerahasiaan Informasi
Semua informasi serta data responden yang dibeikan pada kuisioner ini
akan dijamin kerahasiaannya karena kuisioner ini hanya dipakai untuk
keperluan penelitian Tugas Akhir saja. Sehingga diharapkan kepada para
responden untuk mengisi kuisioner dengan jujur dan objektif. Dan kami
menyampaikan terimakasih atas kesediaan dari bapak/ibu karena telah
bersedia menjadi responden untuk mengisi kuisioner penelitian Tugas
Akhir kami.
IV. Pengantar
NPM :4218217016
Telepon : 081288711918
V. Data Responden
Nama :
Jabatan :
Pengalaman :
Telepon :
Tanda Tangan
2
VI. Daftar Pertanyaan Kuesioner
Pertanyaan kuesioner (mohon beri tanda √ pada jawaban yang sesuai)
N Pertanyaaan YA TIDAK
O
1 Apakah operator penggunaan alat berat sudah
memahami standart operasi alat mengatur
bagaimana mengaplikasikan, mengoperasikan
peralatan, pemiharaan dan perbaikan alat
2 Apakah mesin bore pile dapat berfungsi dengan
baik untuk mengaplikasikan pekerjaan membuat
lobang (bore hole) pada tanah dasar
3 Apakah pada saat pekerjaan pembesian para
pekerja menggunakan sarung tangan agar tidak
terkena potongan besi
4 Apakah pada pekerjaan bore pile selesai di
laksanakan di beri rambu-rambu yang bekas di
bor agar tidak ada pekerja terperosok ke dalam
5 Apakah terdapat material yang tercecer di tempat
kerja yang berpotensi menimbulkan pencemaran
lingkungan
6 Apakah para pekerja yang bekerja diketinggian
selalu memakai tali pelindung agar tidak terjatuh
di ketinggian
7 Apakah terdapat jaring penyelamat untuk
konstruksi di ketinggian
8 Apakah sling yang digunakan untuk mengangkat
material sudah kuat agar tidak putus menimpa
pekerja
Apakah penempatan posisi crane yang akan
9 digunakan sudah diletakan dengan strategis dan
aman agar crane tidak terbalik dan terbentur balok
1 Apakah pada saat pekerjaan pemasangan
0 perancah pekerja menggunakan safety belt agar
3
tidak terpeleset atau terjatuh
11 Apakah para pekerja diberikan arahan tentang
mengidentifikasi bahaya yang mengancam pada
saat bekerja dan bagaimana mencegah terjadinya
insiden
12 Apakah pekerja sudah di beri arahan tentang
bagaimana menggunakan APD secara benar dan
memihara APD sehingga selalu dalam keadaan
layak pakai
13 Apakah petugas yang kompeten telah
mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya dan
resiko K3 pada pekerjaan yang sedang
berlangsung
14 Apakah terdapat rambu-rambu mengenai bahaya
dari resiko pekerjaan
15 Apakah terdapat prosedur evakuasi jika terjadi
keadaan darurat
16 Apakah perusahaan memiliki SOP atau prosedur
penyelidikan kecelakaan kerja
17 Apakah terdapat rambu-rambu dan slogan
mengenai keselamatan kesehatan kerja di lokasi
proyek
4
Disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan program Strata-1
Universitas Pancasila
Disusun oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASILA
2019
5
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan
jalan nasional yang penggunaanya diwajibkan membayar tol dan memiliki
peran yang sangat signifikat bagi perkembangan suatu daerah. Disamping itu
jalan tol merupakan jalan bebas hambatan dan jalan nasional yang dapat
menunjang peningkatan pertumbuhan perekonomian pengadaan jalan tol
sendiri dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan serta
keseimbangan dalam pembangunan wilayah. (Pasal 1 UU No 38 Tahun 2004
Tentang Jalan).
Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja mengingat kerugian yang akan
ditimbulkan tidak hanya korban jiwa, materi yang tidak sedikit baik bagi
pekerja dan pengusaha, tertundanya proses produksi, hingga kerusakan
lingkungan yang berdampak pada masyarakat luas.
1
Menyusun prosedur kerja yang benar merupakan salah satu keuntungan
dari penerapan Job Safety Analisis (JSA) yang meliputi mempelajari dan
membuat laporan setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya pekerjaan yang
sudah ada atau potensi (baik kesehatan maupun keselamatan) dan menentukan
langkah terbaik untuk mengurangi dan meminimalisir bahaya yang
ditimbulkan. Atas dasar tersebut maka penulis mengambil judul pembahasan
mengenai ‘‘Penerapan Job Safery Analisis pada pekerjaan stuktur
jembatan studi kasus proyek pembangunan jalan tol Ciawi-Sukabumi
seksi 2 ruas Cigombong-Cibadak’’.
2. Rumusan Masalah
a) Pekerjaan Borepile
b) Pekerjaan Pilecap
c) Pekerjaan pier
d) Pekerjaan pilehaed
e) Pekerjaan i girder
f) Pekerjaan diafragma
g) Pekerjaan plat deck
3. Batasan Masalah
Untuk menghindari penelitian yang cukup luas dan untuk memberikan arah
yang jelas serta mempermudah penyelesaian permasalahan yang sesuai dengan
tujuan yang di inginkan tercapai maka penulis hanya akan membahas
mengenai beberapa pekerjaan sebagai berikut.
a) Pekerjaan Borepile
b) Pekerjaan Pilecap
c) Pekerjaan pier
2
d) Pekerjaan pilehaed
e) Pekerjaan i girder
f) Pekerjaan diafragma
g) Pekerjaan plat deck
4. Tujuan
Manfaat penulisan ini adalah agar dapat mencari solusi yang terjadi dan
dapat meminimalisir resiko kecelakaan kerja yang tidak diinginkan dari setiap
tahapan pekerjaan konstruksi yang sedang dikerjakan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Setiap perusahaan memiliki kegiatan yang beresiko tinggi terjadinya
kecelakaan kerja. Perlu adanya kepekaan, kesadaran kepedulian serta
perhatian terhadap K3 dan lingkungan pada area kerja. Bentuk perhatian
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan untuk bidang
konstruksi pekerjaan umum mempunyai dasar hukum yang kuat di antara
sebagai berikut :
Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan kerja yang
digunakan oleh pekerja unruk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari
kemungkinan adanya paparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008)
5
Pengusaha dan pengurus harus melakukan manajemen dalam penggunaan
APD pada Pekerjanya. Hal tersebut meliputi:
Di bawah ini adalah contoh dari jenis atau bentuk alat pelindung diri yang
wajib digunakan beserta fungsinya untuk melindungi setiap anggota tubuh
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, yaitu sebagai berikut :
Sumber : www.ilmusipil.com
6
Pada gambar tersebut contoh pekerja yang mengenakan alat-alat pelindung
diri secara lengkap disertai nama bagianya sebagai berikut :
7
1) Komunikasi
Tujuan untuk meningkatkan kerja sama, efisien, keselamatan
atau hal positif lainnya.terdapat beberapa sarana komunikasi
didalam kesehatan dan keselamatan kerja yaitu:
a. Toolbox meeting
Sarana komunikasi yang dilakukan setiap mulai bekerja
dipimpin oleh masing-masing pengawas (supervisor)
guna mempersiapkan pekerjaan pada hari tersebut.
b. General Safety Talk
Media berkumpulnya seluruh pekerja untuk
menyampaikan hal-hal K3 secara umum ataupun
perkembangan-perkembangan terbaru dari K3.
8
c. Proses konsultasi bisa dilakukan dengan cara pertemuan
langsung,seperti rapat K3L atau bentuk diskusi lainnya.
Media elektronik, seperti email atau internet juga dapat
dipakai sebagai sarana transportasi.
d. Di dalam pelaksanaan perubahan-perubahan yang telah
ditetapkan harus didokumentasi dan diawasi.
D. Program Inspeksi K3
Dalam melakukan inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya yang
terdapat pada lingkungan kerja terbagi kedalam 3 kategori yaitu :
1) Bahaya Kelas A (Major)
Suatu kondisi atau perilaku yang dapat menyebabkan kecelakaan
fatal atau cacat permanen atau kerugian besar (extensive) terhadap
properti. Segera tangguhkan aktifitasnya dan dilakukan
pengamanan dan perbaikan pada saat itu juga.
9
berbagai cara untuk melakukan investigasi kecelakaan dan pelaporan
ketidaksesuaian yang terjadi pada suatu kejadian atau keadaan yaitu:
1) Pelaporan insiden dan ketidaksesuaian
a. Pelaporan awal dapat dilakukan secara verbal, melalui
komunikasi langsung, pesawat telepon atau radio
komunikasi.
b. Pelaporan secara tertulis untuk kasus kecelakaan /
inseden,hampir celaka, ketidaksesuain dan pencemaran
lingkungan dilakukan dengan menggunakan form dengan
peraturan yang telah disepakati dan masih berlaku.
c. Laporan hasil investigasi insiden fatal dikoordinasikan
dengan ahli investigasi pusat untuk diverifikasi dan bila
dianggap perlu ahli investigasi pusat dapat diikutsertakan
dalam tim investigator.
d. Laporan secara tertulis bisa dilakukan oleh pekerja yang
mengetahui kejadian tersebut atau dibantu oleh petugas
K3L atau atasan langsung.
2) Penanganan Insiden, Hampir celaka, Ketidaksesuaian
a. Penanganan awal yang bersifat perbaikan atas setiap
temuan insiden, hampir celaka dan ketidaksesuaian wajib
dilakukan oleh setiap pekerja yang mengetahui kejadian
tersebut.
b. Atasan langsung wajib menentukan tindakan awal dan atau
lanjutan yang harus dilakukan begitu mendapat laporan
awal tentang terjadinya suatu kecelakaan, hampir celaka
atau ketidaksesuaian.
c. Untuk penanganan korban kecelakaan kerja dilakukan
sesuai dengan bagan alir yang telah ditetapkan.
3) Investigasi
10
a. Pengumpulan data, melalui pemeriksaan tempat kejadian
dan menggali informasi melalui korban (jika
memungkinkan) dan saksi.
b. Review hasil penilaian resiko sebelumnya atas aktifitas,
produk atau jasa terkait yang telah dilakukan sebelumnya.
c. Analisa data yang dapat mendeteksi penyebab langsung
(tindakan atau kondisi tidak aman), penyebab dasar (faktor
personel atau pekerjaan) dan pengendalian manajemen.
d. Rekomendasi tindakan perbaikan yang bersifat pencegahan.
e. Pemantauan terhadap rekomendasi hasil investigasi.
f. Laporan investigasi menggunakan form peraturan yang
telah disepakati dan masih berlaku pada suatu perusahaan
tertentu.
g. Hasil investigasi yang telah disahkan harus di
komunikasikan kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur
komunikasi dan konsultasi yang sudah ada diperusahaan.
h. Batas waktu maksimal pemantauan terhadap pencapaian
pelaksanaan rekomendasi dari hasil investigasi kecelakaan
dan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan yang telah
ditetapkan adalah 7 hari setelah laporan terkait yang
dikeluarkan.
i. Melakukan evakuasi hasil investigasi dan melaporkan ke
MR, Departement SDM, sistem dan TI (sekretaris P2K3L
pusat dan bagian Litbang).
4) Penanganan Ketidaksesuaian
a. Memberi status ketidak-sesuaian pada produk yang tidak
sesuai dan mencatat ketidak-sesuaian yang ditemukan.
b. Menetapkan personel untuk melakukan penyelidikan atas
ketidaksesuaian yang terjadi. Bila perlu menugasi
penyelidik dari luar yang di nilai mampu.
11
c. Personel penyelidik mengajuhkan usulan tindak lanjut atas
ketidaksesuaian yang terjadi kepada kepala proyek dan
dicatat dalam buku register ketidaksesuaian.
5) Tindakan perbaikan
a. Semua temuan baik berupa insiden, ketidaksesuaian yang
berpotensi menyimpang prosedur perusahaan, maka akan
dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
b. Permintaan untuk melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan dilakukan dengan mengisi form peraturan yang
telah disepakati dan masih berlaku.
c. Mengidentifikasi dan mencatat semua insiden
ketidaksesuaian yang terjadi.
d. Menganalisa data untuk menentukan potensi penyebab
kecelakaan kerja, insiden dan ketidaksesuaian yang
berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
e. Menentukan penyebab yang paling dominan
f. Menyusun rencana, menetapkan dan melaksanakan
tindakan perbaikan
g. Melakukan evaluasi terhdap perbaikan yang telah
diselesaikan, apakah cukup efektif atau tidak.
6) Tindakan Pencegahan
a. Mencatat semua potensi yang dapat menimbulkan insiden.
b. Melakukan analisa data untuk menetapkan tindakan
pencegahan yang diperlukan dengan memperhitungkan
dampak yang mungkin terjadi.
c. Menetapkan langkah-langkah pencegahan berdasarkan hasil
analisa data.
d. Melakukan verifikasi terhadap langkah yang dikerjakan
e. Mencatat tindakan pencegahan yang sudah dilakukan dalam
register tindakan perbaikan dan pencegahan.
12
f. Mengkaji apakah tindakan pencegahan yang dilakukan
sudah cukup efektif atau tidak.
g. Semua tindakan pencegahan yang dilakukan dan hasilnya
dilaporkan dalam rapat koordinasi.
F. Memasuki Lokasi Kerja
Barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan
mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat
pelindung diri (undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja). Setiap orang yang memasuki area kerja/lokasi
kerja wajib melapor kepada pengawas security dan mendapatkan tanda
pengenal untuk membedakan antara pengunjung atau pekerja yang
sedang bekerja.
Adapun peraturan yang harus dilakukan dalam area kerja untuk
menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Antaranya:
1) Semua orang (maupun pengunjung perusahaan), wajib
mendapatkan safety induction dan alar perlindung diri (APD) yang
dibutuhkan.
2) Mandor/site manager subkontraktor wajib mendampingin setiap
calon pekerja.
3) Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
4) Semua orang yang memasuki areal proyek harus memakai tanda
pengenal.
5) Tamu/pengunjung mendapatkan briefing/induction mengenai
bahaya K3 dan wajib menggunakan (APD) selama berada di lokasi
proyek.
G. Morning Safety Meeting
Bagi setiap perusahaan yang akan memulai dan melakukan suatu
pekerjaan wajib untuk melakukan pertemuan singkat (10-15 menit)
yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai di pagi hari yang biasa
disebut dengan istilah Morning Safety Meeting / Safety Talk yang
dihadiri oleh semua orang yang akan berkerja.
13
Melakukan pengenalan singkat oleh petugas K3 termasuk tentang
keselamatan kerja terutama identifikasi bahaya dan pengendalian
resiko sesuai dengan perkembangan pekerjaan yang ada dilapangan.
Serta memeriksa kelengkapan wajib pemakaian (APD) dan kesiapan
fisik pekerja.
H. Tanggung Jawab dan Kepedulian K3
Proyek pembangunan jalan tol adalah tempat kerja yang keamanan,
keselamatan dan kesehatanya menjadi tanggung jawab dan kepudulian
bersama. Untuk itu setiap perusahaan bertanggung jawab menyediakan
alat pengaman kerja (APK) dan alat pelindung diri (APD) bagi semua
karyawanya dan pekerjanya.
Setiap karyawan dan pekerja bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dalam mengenakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai
dengan bahaya dilingkungan kerjanya. Jika terjadi keadaan dan
tindakan berbahaya yang tidak dapat diatasinya sendiri setiap
karyawan wajib melaporkan kepada pimpinan kerjanya atau kepada
pihak yang dianggap berwewenang untuk menangani segera mungkin.
14
C. Menentukan skala bahaya atau urutan bahaya yang harus ditangani
terlebih dahulu (atau bahkan tidak perlu penanganan)
D. Merancang dan menerapkan pengendalian bahaya.
15
untuk terlibat dalam pembuatan dan penerapan JSA, karena mereka yang
paling mengetahui tentang bahaya serta bagaimana cara mengontrol dan
mengendalikan bahaya yang terdapat di area kerja mereka. Berikut 5
langkah dalam yang dilakukan dalam melaksanakan JSA :
A. Memilih pekerjaan yang akan di analisis
Untuk memulai proses JSA, pilih pekerjaan atau tugas yang perlu
dievaluasi. Memilih pekerjaan untuk dianalisis mungkin terdengar
sederhana, namun dapat menjadi pertimbangan penting ketika Anda
memiliki waktu dan sumber daya terbatas untuk menganalisis semua
tahapan proses pekerjaan. Pada dasarnya, hampir semua jenis
pekerjaan membutuhkan JSA. Namun, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan prioritas pekerjaan yang harus
dianalisa terlebih dahulu, di antaranya:
Pekerjaan dengan tingkat kecelakaan kerja tinggi
Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan cedera serius bahkan
untuk pekerjaan yang tidak ada riwayat kecelakaan sebelumnya
Pekerjaan di mana satu kelalaian kecil yang dilakukan pekerja
dapat menyebabkan kecelakaan fatal atau cedera serius
Setiap pekerjaan baru atau pekerjaan yang telah mengalami
perubahan proses dan prosedur kerja
Pekerjaan yang cukup kompleks dan membutuhkan instruksi
tertulis.
B. Merinci langkah-langkah pekerjaan dari awal hingga selesai
Untuk melaksanakan JSA yang tepat dan menyeluruh, setiap
pekerjaan harus dirinci. Langkah-langkah ini tidak hanya dibuat secara
spesifik untuk satu pekerjaan tertentu, tetapi juga khusus untuk satu
area kerja tertentu. Jika area kerja berubah tetapi jenis pekerjaan sama,
tetap saja langkah-langkah dari pekerjaan tersebut perlu berubah juga.
Penting untuk menghindari merinci pekerjaan terlalu sempit (detail)
atau terlalu luas. Umumnya, setiap pekerjaan mengandung tidak lebih
dari 10 tugas perorangan. Jika ternyata tugas perorangan pada JSA
16
melebihi jumlah ini, pertimbangkan untuk membagi pekerjaan menjadi
dua atau lebih fase secara terpisah.
Perincian tugas biasanya dilakukan dengan cara pengamatan
langsung, setidaknya satu supervisor mengetahui tahapan pekerjaan
secara langsung dan mencatat serangkaian tugas yang dilakukan oleh
pekerja yang terlatih dan berpengalaman. Pengamatan langsung
terhadap pekerja yang berpengalaman membantu memastikan bahwa
pekerjaan dilakukan sesuai urutan yang tepat dengan tingkat
pencegahan yang tinggi, ini membantu supervisor mengidentifikasi
bahaya yang tidak terduga jadi lebih mudah. Hal ini juga membantu
memastikan bahwa semua tugas, termasuk langkah yang sering
terlewatkan seperti pengaturan dan pembersihan, dapat ditinjau ulang.
C. Identifikasi Bahaya
setiap bahaya harus diidentifikasi sesegera mungkin setelah
pengamatan dan perincian setiap langkah pekerjaan selesai dilakukan.
Jika satu atau lebih langkah pekerjaan perlu diulang, sebaiknya
17
terkait dengan pekerjaan. National Institute for Occupational Safety
and Health (NIOSH) membagi lima hierarki pengendalian bahaya di
tempat kerja, di antaranya:
1. Eliminasi − menghilangkan atau meminimalkan bahaya
2. Substitusi − mengganti alat, mesin, atau bahan lain yang
berbahaya menjadi kurang berbahaya
3. Rekayasa teknik − melakukan isolasi, memasang sistem ventilasi
tambahan, modifikasi alat, mesin atau tempat kerja jadi lebih aman
4. Pengendalian administratif – prosedur, aturan, pelatihan, durasi
kerja, rambu K3, poster K3, label, dll.
5. Alat pelindung diri (APD).
E. Dokumentasikan dan komunikasikan temuan analisis bahaya
Setelah JSA selesai dilaksanakan, hasilnya harus
didokumentasikan dan diinformasikan kepada pekerja sehingga
mereka mengetahui bahaya terkait dengan pekerjaan yang akan mereka
lakukan dan mengetahui tindakan pencegahan/ pengendalian yang
membantu mereka agar tetap aman ketika bekerja. Pasalnya, fungsi
JSA sebagai pencegah kecelakaan kerja tidak akan efektif bila para
pekerja tidak mengetahui dan memahami apa saja yang dijelaskan
dalam JSA. Sebelum memulai suatu pekerjaan, pastikan supervisor dan
tim meninjau isi JSA dan pastikan juga semua pekerja mengetahui
bagaimana prosedur bekerja secara aman sesuai yang tertuang dalam
JSA.
Terkait hal ini, pelatihan yang efektif dan didokumentasikan
dengan baik sangat penting untuk memastikan para pekerja memahami
setiap bahaya dalam pekerjaan mereka dan cara menghindarinya. JSA
harus menjadi dokumen ter-update yang memuat informasi tentang
risiko, document control dan informasi tentang bahaya yang ada di
lingkungan kerja maupun setiap langkah pekerjaan dan cara tepat
untuk mengendalikannya.
7) Penelitian terdahulu
18
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang job safety
analisis (JSA) pada pekerjaan Jembatan antara lain :
Ulkhaq dan Putri (2015) melakukan penelitian tentang (Penilaian
Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses Pembuatan Balok Jembatan dengan
Metode Job Safety Analysis (JSA)) di dapat kesimpulan Dalam pembuatan
balok jembatan terdapat sebelas pekerjaan yang dilakukan yaitu persiapan
dan perakitan tulangan, persiapan cetakan, pemasangan rakitan tulangan
dan assesoris, pembuatan adukan beton, pengecoran beton, pemadatan
beton, penguapan beton, pembukaan cetakan (release), penandaan produk,
penumpukan produk, dan finishing produk. Job Safety Analysis (JSA)
adalah sebuah teknik analisis bahaya yang digunakan untuk
mengidentifikasi bahaya yang ada pada pekerjaan seseorang dan
mengembangkan pengendalian yang tepat untuk mengurangi risiko. Selain
mengidentifikasi bahaya, JSA juga mampu menilai tingkat bahaya dan
risiko keselamatan kerja. Tujuan dari penerapan JSA adalah agar pekerja
mengetahui potensi bahaya dari pekerjaan yang dilakukan sehingga
pekerja sadar akan pentingnya mematuhi prosedur demi terciptanya
keamanan dan keselamatan kerja.
Rosdiana, Anggraeni dan Umyati (2017) melakukan penelitian
tentang (Indentifikasi Risiko Kecelakaan kerja pada Area Produksi Proyek
Jembatan Dengan Metode Job Safety Analysis (JSA)) di dapat kesimpulan
Bahaya atau risiko-risiko yang ditemukan di lima area yang dianalisis
antara lain adalah tertimpa, tertabrak, terjepit, terkena cahaya, terkena
percikan, kesetrum, menghirup debu atau asap, terpotong, tergores,
terpukul, terjatuh, dan kebisingan. Risiko-risiko tertinggi yang ditemukan
antara lain, pada area fabrikasi adalah menghirup asap las CO2.
Panggalih (2016) melakukan penelitian tentang (Penerapan
Manajemen Risiko dengan Metode JSA pada Pekerjaan Erection Segment
Box Girder sebagai upaya pencegahaan kecelakaan kerja di PT Adhi
Karya (Persero) Tbk Jakarta Selatan di dapat kesimpulan terdapat
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan analisis potensi bahaya yaitu
19
pekerjaan penggalian, pekerjaan pengelasan (welding), pekerjaan
ketinggian, manual handling, pekerjaan lifting, loading/unloading dan
pekerjaan listrik. telah menerapkan manajemen risiko melalui mitigasi
risiko dengan Job Safety Analysis (JSA) sesuai prosedur hazard
identification risk assessment and risk control untuk semua jenis pekerjaan
oleh perwakilan personel K3L dimana hasil Job Safety Analysis (JSA)
dapat dilakukan revisi sebagai bentuk pembaharuan dokumen.
Berdasarkan analisis Job Safety Analysis (JSA) ditemukan beberapa
potensi bahaya yang terdapat pada pekerjaan erection segment box girder.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Metodologi
Pada bab ini akan membahas mengenai metode penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini, serta tahap-tahap yang digunakan dalam
pengumpulan dan pengolahan data. Metodologi penelitian yang akan
dijelaskan pada bab ini meliputi persiapan penelitian, pengumpulan data,
teknik pengolahan data dan teknik analisa data. Persiapan penelitian yang
dilakukan yaitu studi literatur.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai job
safety analisis (JSA) melalui buku, laporan skripsi terdahulu, jurnal, surat
20
kabar, atau artikel yang berhubungan dengan (JSA) dan K3. Selanjutnya
informasi tersebut dijadikan sebagai bahan dalam Tugas Akhir.
3. Metode Pengumpulan Data
A. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini di peroleh dari wawancara,
penyebaran kuisioner, dan pengamatan langsung dilapangan
(observasi)
B. Data sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang di
ambil dari perusahaan meliputi gambar jembatan dan metode
pelaksanaan proyek
4. Lokasi penelitian
Lokasi ruas jalan adalah pembangunan jalan tol Ciawi-Sukabumi seksi 2
ruas Cigombong – Cibadak.
21
5. Data Teknis
Panjang jalan : ±11,90 km
Kecepatan rencana : 80 km/jam
Jumlah lajur : 2 x 2 lajur
Lebar lajur : 3,6 m
Kelandaian maksimum : 4%
Superelevasi maksimum :3%
Jumlah jembatan : 9 buah
Underpass box : 3 buah
JPO : 1 buah
Simpang susun : 1 buah
Rest area :-
Overpass : 3 buah
6. Rencana Jembatan
22
Panjang Jembatan : 540 m
Lebar Jembatan : 27 m
Lebar Jalan :20 m (2 lajur 3 jalur)
Tipe Pondasi : Bored pile
Kelas Beton : K-350
7. Konsep Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada proyek pembangunan jalan tol Ciawi-
Sukabumi pada pekerjaan struktur jembatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi analisis keselamatan kerja pada pekerjaan struktur
jembatan yang sedang dikerjakan dengan mengunakan job safaty analisis
yaitu:
1. Pemilihan pekerjaan yang akan dianalisa.
2. Uraikan perkerjaan menjadi langkah metode kerja.
3. Identifikasi potensi-potensi bahaya pada pekerjaan.
4. Tetapkan langkah pencegahan untuk menghadapi bahaya-bahaya
tersebut.
23
D. Dokumentasi
Dalam metode ini penulis melakukan dokumentasi dengan
mengambil foto proses pekerjaan yang sedang berlangsung di
lapangan.
E. Metode survey
Metode survei adalah suatu metode yang digunakan untuk
mendapatkan hasil riset dalam bentuk opini atau pendapat dari
orang lain yang berinteraksi langsung dengan objek yang diamati.
Tujuan utama dari metode ini adalah untuk mendapatkan gambaran
umum melalui sampel beberapa orang.
F. Kuesioner
yaitu penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan angket berupa
pertanyaan. Dalam penelitian ini respoden yang dituju yaitu para
pegawai atau pekerja yang terlibat langsung di lapangan
24
Gambar 3.3 Hierarki Pengendalian Resiko
A. Eliminasi adalah mendesain ulang pekerjaan atau mengganti
material atau bahan sehingga bahaya dapat dihilangkan atau di
eliminasi.
Contoh: seorang pekerja harus menghindari bekerja diketinggian
namun pekerjaan tetap dilakukan dengan menggunakan alat bantu.
B. Subtitusi adalah mengganti dengan metode yang lebih aman dan
atau material yang tingkat bahayanya lebih rendah.
Contoh: pengunaan tangga diganti dengan alat angkat mekanik kecil
untuk bekerja di ketinggian.
C. Perancangan adalah melakukan memodifikasi teknologi atau
peralatan guna menghindarinya kecelakaan.
Contoh: menggunakan perlengkapan kerja atau peralatan lainnya
untuk menghindari terjatuh pada saat bekerja di ketinggian.
25
10. Metode Alur Penelitian
Mulai
Persiapan Penelitian
1. Studi Kepustakaan
2. Survey Pendahuluan
3. Pemilihan Lokasi
4. penentuan waktu
Pengumpulan Data
26
Analisa Data
Dan
Pengolahan data
Hasil
1.Kesimpulan
2. Saran
Selesai
BAB I PENDAHULUAN
27
Berisi tentang tahapan pengerjaan penelitian dan jenis dari
penelitian tersebut serta teknik dalam pengolahan data..
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
28
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.safetysign.co.id/news/342/Bagaimana-Melaksanakan-Job-Safety-
Analysis-JSA-yang-Efektif-Ikuti-5-Langkah-Penting-Ini
2. www.ilmusipil.com
3. Panduan pelaksanaan K3L konstruksi bidang pekerjaan umum
4. https://isoindonesiacenter.com/hierarki-pengendalian-bahaya-dalam-ohsas-
180012007/
5. https://katigaku.top/2018/10/29/5-tahap-hirarki-pengendalian-risiko-
berdasarkan-iso-45001/
6. https://alenhyp05.wordpress.com/identifikasi-bahaya-dan-penilaian-resiko-jsa-
ra-job-safety-analysis-risk-assessment/
29
30