Anda di halaman 1dari 36

PENERAPAN JOB SAFETY ANALISIS PADA

PEKERJAAN STRUKTUR JEMBATAN STUDI KASUS


PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL CIAWI-
SUKABUMI SEKSI 2 RUAS CIGOMBONG-CIBADAK

Disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan program Strata-1

Universitas Pancasila

KUISIONER
Disusun oleh:

Pandu Perdana Lubis 4218217016

TEKNIK SIPIL REGULER KHUSUS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PANCASILA

2019
I. Pendahuluan
Proyek konstruksi merupakan suatu bidang industri yang harus
dilaksanakan dalam keadaan kompleks dan sulit, baik yang menggunakan
tenaga manusia maupun mesin sehingga berpotensi meningkatkan risiko
kecelakaan. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas,
kinerja, kualitas dan batasan biaya dari proyek. Proyek konstruksi
memiliki serangkaian catatan kecelakaan yang memakan korban jiwa.
Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan berisiko tinggi (high risk) dan
yang menempati peringkat utama terjadinya kecelakaan kerja.
Penelitian ini akan berusaha mengidentifikasi dan menganalisis
penerapan job safety analisis (JSA) pada pekerjaan struktur jembatan
proyek pembanngunan jalan tol Ciawi – Sukabumi terhap potensi bahaya
terhadap pekerjaan struktur jembatan dari setiap tahapan metode pelaksaan
yang dikerjakan.
II. Tujuan Survey
Agar dapat memperoleh informasi dan data terhadap potensi
bahaya pekerjaan struktur jembatan di lapangan berdasarkan pelaksanaan
proyek. Sehingga menjadi acuan dalam pembahasan penerapan job safety
analisis (JSA) Pada Proyek Pembangunan jalan tol Ciawi – Sukabumi
pada pekerjaan struktur jembatan.
III. Kerahasiaan Informasi
Semua informasi serta data responden yang dibeikan pada kuisioner ini
akan dijamin kerahasiaannya karena kuisioner ini hanya dipakai untuk
keperluan penelitian Tugas Akhir saja. Sehingga diharapkan kepada para
responden untuk mengisi kuisioner dengan jujur dan objektif. Dan kami
menyampaikan terimakasih atas kesediaan dari bapak/ibu karena telah
bersedia menjadi responden untuk mengisi kuisioner penelitian Tugas
Akhir kami.
IV. Pengantar

Kuesioner ini merupakan bagian dari penelitian TUGAS AKHIR mahasiswa

Nama : Pandu Perdana Lubis

NPM :4218217016

Jurusan : Teknik Sipil

Perguruan Tinggi : Universitas Pancasila

Telepon : 081288711918

V. Data Responden

Nama :

Jabatan :

Pengalaman :

Telepon :

Tanda Tangan

2
VI. Daftar Pertanyaan Kuesioner
Pertanyaan kuesioner (mohon beri tanda √ pada jawaban yang sesuai)

N Pertanyaaan YA TIDAK
O
1 Apakah operator penggunaan alat berat sudah
memahami standart operasi alat mengatur
bagaimana mengaplikasikan, mengoperasikan
peralatan, pemiharaan dan perbaikan alat
2 Apakah mesin bore pile dapat berfungsi dengan
baik untuk mengaplikasikan pekerjaan membuat
lobang (bore hole) pada tanah dasar
3 Apakah pada saat pekerjaan pembesian para
pekerja menggunakan sarung tangan agar tidak
terkena potongan besi
4 Apakah pada pekerjaan bore pile selesai di
laksanakan di beri rambu-rambu yang bekas di
bor agar tidak ada pekerja terperosok ke dalam
5 Apakah terdapat material yang tercecer di tempat
kerja yang berpotensi menimbulkan pencemaran
lingkungan
6 Apakah para pekerja yang bekerja diketinggian
selalu memakai tali pelindung agar tidak terjatuh
di ketinggian
7 Apakah terdapat jaring penyelamat untuk
konstruksi di ketinggian
8 Apakah sling yang digunakan untuk mengangkat
material sudah kuat agar tidak putus menimpa
pekerja
Apakah penempatan posisi crane yang akan
9 digunakan sudah diletakan dengan strategis dan
aman agar crane tidak terbalik dan terbentur balok
1 Apakah pada saat pekerjaan pemasangan
0 perancah pekerja menggunakan safety belt agar

3
tidak terpeleset atau terjatuh
11 Apakah para pekerja diberikan arahan tentang
mengidentifikasi bahaya yang mengancam pada
saat bekerja dan bagaimana mencegah terjadinya
insiden
12 Apakah pekerja sudah di beri arahan tentang
bagaimana menggunakan APD secara benar dan
memihara APD sehingga selalu dalam keadaan
layak pakai
13 Apakah petugas yang kompeten telah
mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya dan
resiko K3 pada pekerjaan yang sedang
berlangsung
14 Apakah terdapat rambu-rambu mengenai bahaya
dari resiko pekerjaan
15 Apakah terdapat prosedur evakuasi jika terjadi
keadaan darurat
16 Apakah perusahaan memiliki SOP atau prosedur
penyelidikan kecelakaan kerja
17 Apakah terdapat rambu-rambu dan slogan
mengenai keselamatan kesehatan kerja di lokasi
proyek

PENERAPAN JOB SAFETY ANALISIS PADA


PEKERJAAN STRUKTUR JEMBATAN STUDI KASUS
PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL CIAWI-
SUKABUMI SEKSI 2 RUAS CIGOMBONG-CIBADAK

4
Disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan program Strata-1

Universitas Pancasila

Disusun oleh:

Pandu Perdana Lubis 4218217016

TEKNIK SIPIL REGULER KHUSUS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PANCASILA

2019

5
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan
jalan nasional yang penggunaanya diwajibkan membayar tol dan memiliki
peran yang sangat signifikat bagi perkembangan suatu daerah. Disamping itu
jalan tol merupakan jalan bebas hambatan dan jalan nasional yang dapat
menunjang peningkatan pertumbuhan perekonomian pengadaan jalan tol
sendiri dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan serta
keseimbangan dalam pembangunan wilayah. (Pasal 1 UU No 38 Tahun 2004
Tentang Jalan).

Proyek pembangunan jalan tol semakin ditingkatkan guna mengimbangi


pergerakan masyrakat yang selalu mengalami perpindahan dari suatu tempat
ke tempat lain. Langkah nyata yang dilakukan pemerintah saat ini adalah
dengan menjalankan program pembangunan jalan tol Bogor - Ciawi –
Sukabumi nantinya akan menghubungkan tiga kota besar yang ada di
indonesia yaitu Bogor,Ciawi dan Sukabumi.

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan yang melibatkan


berbagai unsur keilmuan diantaranya, sumber daya manusia (tenaga kerja), dan
disiplin ilmu sosial serta sistem pengelolahan yang mendukung terlaksananya
pekerjaan konstruksi. Walaupun keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
ditempat kegiatan konstruksi telah didukung, oleh peraturan dan perundang-
undangan, strandart nasional maupun internasional lainnya,namun kecelakaan
dibidang konstruksi tetap tinggi.

Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja mengingat kerugian yang akan
ditimbulkan tidak hanya korban jiwa, materi yang tidak sedikit baik bagi
pekerja dan pengusaha, tertundanya proses produksi, hingga kerusakan
lingkungan yang berdampak pada masyarakat luas.

1
Menyusun prosedur kerja yang benar merupakan salah satu keuntungan
dari penerapan Job Safety Analisis (JSA) yang meliputi mempelajari dan
membuat laporan setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya pekerjaan yang
sudah ada atau potensi (baik kesehatan maupun keselamatan) dan menentukan
langkah terbaik untuk mengurangi dan meminimalisir bahaya yang
ditimbulkan. Atas dasar tersebut maka penulis mengambil judul pembahasan
mengenai ‘‘Penerapan Job Safery Analisis pada pekerjaan stuktur
jembatan studi kasus proyek pembangunan jalan tol Ciawi-Sukabumi
seksi 2 ruas Cigombong-Cibadak’’.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan di bahas didalam penelitian ini adalah


mengidentifikasi potensi bahaya pada pekerjaan struktur jembatan yaitu mulai
dari pekerjaan.

a) Pekerjaan Borepile
b) Pekerjaan Pilecap
c) Pekerjaan pier
d) Pekerjaan pilehaed
e) Pekerjaan i girder
f) Pekerjaan diafragma
g) Pekerjaan plat deck

3. Batasan Masalah

Untuk menghindari penelitian yang cukup luas dan untuk memberikan arah
yang jelas serta mempermudah penyelesaian permasalahan yang sesuai dengan
tujuan yang di inginkan tercapai maka penulis hanya akan membahas
mengenai beberapa pekerjaan sebagai berikut.

a) Pekerjaan Borepile
b) Pekerjaan Pilecap
c) Pekerjaan pier

2
d) Pekerjaan pilehaed
e) Pekerjaan i girder
f) Pekerjaan diafragma
g) Pekerjaan plat deck
4. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk

a) Memahami pengetahuan tentang Job Safety Analisis pada


tahapan pekerjaan struktur jembatan.
b) Memahami resiko potensi bahaya di setiap pekerjaan struktur
jembatan.
c) Dapat menghilangkan atau mengurangi resiko kecelakaan kerja
yang tidak diinginkan pada saat pelaksanaan pekerjaan struktur
jembatan.
5. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini adalah agar dapat mencari solusi yang terjadi dan
dapat meminimalisir resiko kecelakaan kerja yang tidak diinginkan dari setiap
tahapan pekerjaan konstruksi yang sedang dikerjakan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut (Artono, 2017:16) Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan


suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani dan rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak
yang terkait diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja, resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para
pekerja dapat melakukan pekerjaanya dengan rasa nyaman. sehingga tekat dan
komitmen dari pimpinan teratas menjadi sangat penting untuk ikut
berkontribusi dalam mewujudkan fungsi pemerintah yang diikuti oleh segenap
tim, menggiring seluruh karyawan dan pihak terkait dalam membudayakan
K3 dan memadukan unsur K3 pada setiap aktifitas pekerjaan terhadap pekerja.

Menurut UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kesehatan Kerja ,


tujuan dari K3 adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit di katenakan
pekerjaan. Selain itu, K3 juga berfungsi untuk melindungi semua sumber
produksi agar da[at digunakan secara efektif. Berikut ini adalah fungsi dan
tujuan k3 secara umum:

1) Untuk melindungi dan memihara kesehatan dan keselamatan tenaga


kerja sehingga kinerjanya dapat meningkat.
2) Untuk menjaga dan memastikan keselamatan dan kesehatan semua
orang yang berada di lingkungan kerja.
3) Untuk memastikan sumber produksi terpelihara dengan baik dan dapat
digunakan secara aman dan efisien.

4
Setiap perusahaan memiliki kegiatan yang beresiko tinggi terjadinya
kecelakaan kerja. Perlu adanya kepekaan, kesadaran kepedulian serta
perhatian terhadap K3 dan lingkungan pada area kerja. Bentuk perhatian
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan untuk bidang
konstruksi pekerjaan umum mempunyai dasar hukum yang kuat di antara
sebagai berikut :

1) UU No. 2 Tahun 2017 Tentang jasa konstruksi.


2) UU No. 1 Tahun 1970 Tentang keselamatan kerja.
3) Surat keputusan bersama menteri tenaga kerja dan menteri
pekerjaan umum No.kep.174/men/1986 dan No.014/KPTS/1986
tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada tempat
kegiatan konstruksi.
4) Peraturan menteri pekerjaan umum No.05/PRT/m/2014 tentang
pedoman SMK3 konsrtuksi bidang pekerjaan umum.

2) Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan kerja yang
digunakan oleh pekerja unruk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari
kemungkinan adanya paparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008)

Alat pelindung diri wajib diberikan perusahaan kepada para pekerjanya


sesuai dengan Standart Nasional Indonesia (SNI) dan diberikan secara Cuma-
Cuma. Pengusaha dan pengurus wajib memasang rambu-rambu peringatan
mengenai kewajiban memakai alat pelindung diri di tempat kerja (Permenaker
Pasal 1 dan 2, 2010).

5
Pengusaha dan pengurus harus melakukan manajemen dalam penggunaan
APD pada Pekerjanya. Hal tersebut meliputi:

1. Identifikasi kebutuhan dan syarat APD


2. Pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan dan
kenyamanan
3. Pelatihan
4. Penggunaan, perawatan, dan penyimpanan
5. Pembinaan
6. Inspeksi
7. Evaluasi dan pelaporan (permenaker, 2010)

Di bawah ini adalah contoh dari jenis atau bentuk alat pelindung diri yang
wajib digunakan beserta fungsinya untuk melindungi setiap anggota tubuh
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.1 Alat pelindung diri pekerja proyek

Sumber : www.ilmusipil.com

6
Pada gambar tersebut contoh pekerja yang mengenakan alat-alat pelindung
diri secara lengkap disertai nama bagianya sebagai berikut :

1) Sepatu safety melindungi kaki dari bahaya menginjak benda-benda tajam


seperti paku, pecahan kaca dan sejenisnya.
2) Safetty belt untuk dikaitkan pada benda atau bagian yang kuat ketika
bekerja diketinggian atau ditepi galian agar tidak terpeleset atau jatuh.
3) Kaca mata menjaga mata dari debu.
4) Helm proyek melindungi kepala dari kejatuhan benda keras
5) Masker menyaring debu agar tidak masuk kehidung.
6) Sarung tangan menggamankan tangan dari benda tajam.
7) Tali dagu menjaga agar helm tetap terpasang pada kepala
8) Ear plug melindungi telingga dari suara keras.

4) Keselamatan Kerja Dalam Pelaksanaan Proyek Konstruksi

A. Orientasi K3 (Safety Induction)


Diwajibkan bagi seluruh pekerja baru, wajib mengikuti orientasi
dan pelatihan keselamatan kerja (safety induction) yang disenggarakan
oleh pihak manajemen perusahaan sebelum memulai bekerja, dan
mendapatkan safety induction. Setelah mendapatkan safety induction
pekerja akan diberikan tanda pengenal dan sticker induction pada
helmnya masing-masing sebagai bukti telah mengikuti orientasi dan
siap untuk bekerja.
B. Sumber Bahaya dan Risk Assesment
Adapun sumber bahaya / Risk assesment yang dapat dilakukan pada
jenis pekerjaan sebagai berikut :
1) Pekerjaan beresiko tinggi
2) Pekerjaan yang berjumlah banyak (major work)
3) Pekerjaan kritis (critical work).
C. Komunikasi dan Konsultasi

7
1) Komunikasi
Tujuan untuk meningkatkan kerja sama, efisien, keselamatan
atau hal positif lainnya.terdapat beberapa sarana komunikasi
didalam kesehatan dan keselamatan kerja yaitu:
a. Toolbox meeting
Sarana komunikasi yang dilakukan setiap mulai bekerja
dipimpin oleh masing-masing pengawas (supervisor)
guna mempersiapkan pekerjaan pada hari tersebut.
b. General Safety Talk
Media berkumpulnya seluruh pekerja untuk
menyampaikan hal-hal K3 secara umum ataupun
perkembangan-perkembangan terbaru dari K3.

c. Weekly Safety Meeting


Dihadiri oleh jajaran manajeme, mandor, dan site
manager subkontraktor. Pertemuan ini dipimpin oleh
project manager guna mengevaluasi performa K3 dan
melahirkan rencana-rencana selanjutnya untuk
meningkatkan performa K3.
d. Kick off meeting
Wajib dilakukan saat pertama kalinya subkontraktor
terpilih akan memulai bekerja untuk membahas seluruh
hal-hal terkait permasalahan K3.
2) Konsultasi
a. Setiap perubahan-perubaha yang berdampak pada K3
harus dikonsultasikan ke pihak terkait sebelum
perubahan tersebut diimplementasikan.
b. Konsultasi dapat dilakukan dalam lingkup internal
ataupun eksternal perusahaan.

8
c. Proses konsultasi bisa dilakukan dengan cara pertemuan
langsung,seperti rapat K3L atau bentuk diskusi lainnya.
Media elektronik, seperti email atau internet juga dapat
dipakai sebagai sarana transportasi.
d. Di dalam pelaksanaan perubahan-perubahan yang telah
ditetapkan harus didokumentasi dan diawasi.
D. Program Inspeksi K3
Dalam melakukan inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya yang
terdapat pada lingkungan kerja terbagi kedalam 3 kategori yaitu :
1) Bahaya Kelas A (Major)
Suatu kondisi atau perilaku yang dapat menyebabkan kecelakaan
fatal atau cacat permanen atau kerugian besar (extensive) terhadap
properti. Segera tangguhkan aktifitasnya dan dilakukan
pengamanan dan perbaikan pada saat itu juga.

2) Bahaya Kelas B (serious)


Suatu kondisi atau perilaku yang dapat menyebabkan luka atau
sakit serius atau cacat sementara (temporary disability) atau
kerusakan properti yang cukup menjadikan masalah (disruptive but
no extensive). Segera lakukan perbaikan yang tidak lebih dari 24
jam.
3) Bahaya Kelas C (minor)
Kondisi atau perilaku-perilaku yang dapat menyebabkan
kecelakaan kecil, tidak cacat (non disabling injury) atau
kerusakan / kerugian kecil pada properti. Lakukan tindakan
perbaikan yang tidak lebih dari 2 x 24 jam.
E. Investigasi Kecelakaan dan Laporan Ketidaksesuaian
Investigasi kecelakaan wajib dilakukan sesuai prosedur yang berlaku
dan dilaporkan dalam laporan ketidaksesuaian berdasarkan peraturan
perusahaan yang dianggap sah dan telah disepakati bersama. Terdapat

9
berbagai cara untuk melakukan investigasi kecelakaan dan pelaporan
ketidaksesuaian yang terjadi pada suatu kejadian atau keadaan yaitu:
1) Pelaporan insiden dan ketidaksesuaian
a. Pelaporan awal dapat dilakukan secara verbal, melalui
komunikasi langsung, pesawat telepon atau radio
komunikasi.
b. Pelaporan secara tertulis untuk kasus kecelakaan /
inseden,hampir celaka, ketidaksesuain dan pencemaran
lingkungan dilakukan dengan menggunakan form dengan
peraturan yang telah disepakati dan masih berlaku.
c. Laporan hasil investigasi insiden fatal dikoordinasikan
dengan ahli investigasi pusat untuk diverifikasi dan bila
dianggap perlu ahli investigasi pusat dapat diikutsertakan
dalam tim investigator.
d. Laporan secara tertulis bisa dilakukan oleh pekerja yang
mengetahui kejadian tersebut atau dibantu oleh petugas
K3L atau atasan langsung.
2) Penanganan Insiden, Hampir celaka, Ketidaksesuaian
a. Penanganan awal yang bersifat perbaikan atas setiap
temuan insiden, hampir celaka dan ketidaksesuaian wajib
dilakukan oleh setiap pekerja yang mengetahui kejadian
tersebut.
b. Atasan langsung wajib menentukan tindakan awal dan atau
lanjutan yang harus dilakukan begitu mendapat laporan
awal tentang terjadinya suatu kecelakaan, hampir celaka
atau ketidaksesuaian.
c. Untuk penanganan korban kecelakaan kerja dilakukan
sesuai dengan bagan alir yang telah ditetapkan.
3) Investigasi

10
a. Pengumpulan data, melalui pemeriksaan tempat kejadian
dan menggali informasi melalui korban (jika
memungkinkan) dan saksi.
b. Review hasil penilaian resiko sebelumnya atas aktifitas,
produk atau jasa terkait yang telah dilakukan sebelumnya.
c. Analisa data yang dapat mendeteksi penyebab langsung
(tindakan atau kondisi tidak aman), penyebab dasar (faktor
personel atau pekerjaan) dan pengendalian manajemen.
d. Rekomendasi tindakan perbaikan yang bersifat pencegahan.
e. Pemantauan terhadap rekomendasi hasil investigasi.
f. Laporan investigasi menggunakan form peraturan yang
telah disepakati dan masih berlaku pada suatu perusahaan
tertentu.
g. Hasil investigasi yang telah disahkan harus di
komunikasikan kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur
komunikasi dan konsultasi yang sudah ada diperusahaan.
h. Batas waktu maksimal pemantauan terhadap pencapaian
pelaksanaan rekomendasi dari hasil investigasi kecelakaan
dan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan yang telah
ditetapkan adalah 7 hari setelah laporan terkait yang
dikeluarkan.
i. Melakukan evakuasi hasil investigasi dan melaporkan ke
MR, Departement SDM, sistem dan TI (sekretaris P2K3L
pusat dan bagian Litbang).
4) Penanganan Ketidaksesuaian
a. Memberi status ketidak-sesuaian pada produk yang tidak
sesuai dan mencatat ketidak-sesuaian yang ditemukan.
b. Menetapkan personel untuk melakukan penyelidikan atas
ketidaksesuaian yang terjadi. Bila perlu menugasi
penyelidik dari luar yang di nilai mampu.

11
c. Personel penyelidik mengajuhkan usulan tindak lanjut atas
ketidaksesuaian yang terjadi kepada kepala proyek dan
dicatat dalam buku register ketidaksesuaian.
5) Tindakan perbaikan
a. Semua temuan baik berupa insiden, ketidaksesuaian yang
berpotensi menyimpang prosedur perusahaan, maka akan
dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
b. Permintaan untuk melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan dilakukan dengan mengisi form peraturan yang
telah disepakati dan masih berlaku.
c. Mengidentifikasi dan mencatat semua insiden
ketidaksesuaian yang terjadi.
d. Menganalisa data untuk menentukan potensi penyebab
kecelakaan kerja, insiden dan ketidaksesuaian yang
berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
e. Menentukan penyebab yang paling dominan
f. Menyusun rencana, menetapkan dan melaksanakan
tindakan perbaikan
g. Melakukan evaluasi terhdap perbaikan yang telah
diselesaikan, apakah cukup efektif atau tidak.
6) Tindakan Pencegahan
a. Mencatat semua potensi yang dapat menimbulkan insiden.
b. Melakukan analisa data untuk menetapkan tindakan
pencegahan yang diperlukan dengan memperhitungkan
dampak yang mungkin terjadi.
c. Menetapkan langkah-langkah pencegahan berdasarkan hasil
analisa data.
d. Melakukan verifikasi terhadap langkah yang dikerjakan
e. Mencatat tindakan pencegahan yang sudah dilakukan dalam
register tindakan perbaikan dan pencegahan.

12
f. Mengkaji apakah tindakan pencegahan yang dilakukan
sudah cukup efektif atau tidak.
g. Semua tindakan pencegahan yang dilakukan dan hasilnya
dilaporkan dalam rapat koordinasi.
F. Memasuki Lokasi Kerja
Barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan
mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat
pelindung diri (undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja). Setiap orang yang memasuki area kerja/lokasi
kerja wajib melapor kepada pengawas security dan mendapatkan tanda
pengenal untuk membedakan antara pengunjung atau pekerja yang
sedang bekerja.
Adapun peraturan yang harus dilakukan dalam area kerja untuk
menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Antaranya:
1) Semua orang (maupun pengunjung perusahaan), wajib
mendapatkan safety induction dan alar perlindung diri (APD) yang
dibutuhkan.
2) Mandor/site manager subkontraktor wajib mendampingin setiap
calon pekerja.
3) Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
4) Semua orang yang memasuki areal proyek harus memakai tanda
pengenal.
5) Tamu/pengunjung mendapatkan briefing/induction mengenai
bahaya K3 dan wajib menggunakan (APD) selama berada di lokasi
proyek.
G. Morning Safety Meeting
Bagi setiap perusahaan yang akan memulai dan melakukan suatu
pekerjaan wajib untuk melakukan pertemuan singkat (10-15 menit)
yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai di pagi hari yang biasa
disebut dengan istilah Morning Safety Meeting / Safety Talk yang
dihadiri oleh semua orang yang akan berkerja.

13
Melakukan pengenalan singkat oleh petugas K3 termasuk tentang
keselamatan kerja terutama identifikasi bahaya dan pengendalian
resiko sesuai dengan perkembangan pekerjaan yang ada dilapangan.
Serta memeriksa kelengkapan wajib pemakaian (APD) dan kesiapan
fisik pekerja.
H. Tanggung Jawab dan Kepedulian K3
Proyek pembangunan jalan tol adalah tempat kerja yang keamanan,
keselamatan dan kesehatanya menjadi tanggung jawab dan kepudulian
bersama. Untuk itu setiap perusahaan bertanggung jawab menyediakan
alat pengaman kerja (APK) dan alat pelindung diri (APD) bagi semua
karyawanya dan pekerjanya.
Setiap karyawan dan pekerja bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dalam mengenakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai
dengan bahaya dilingkungan kerjanya. Jika terjadi keadaan dan
tindakan berbahaya yang tidak dapat diatasinya sendiri setiap
karyawan wajib melaporkan kepada pimpinan kerjanya atau kepada
pihak yang dianggap berwewenang untuk menangani segera mungkin.

5) Job Safety Analisis (JSA)

Job safety analysis (JSA), biasa disebut juga dengan job hazard


analysis (JHA) atau job task analysis (JTA) adalah teknik manajemen
keselamatan yang berfokus pada identifikasi bahaya dan pengendalian
bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau tugas yang
hendak dilakukan di area kerja. JSA umumnya melibatkan empat unsur
penting sebagai berikut:

A. Langkah-langkah pekerjaan secara spesifik


B. Identifikasi bahaya yang terdapat pada setiap langkah pekerjaan

14
C. Menentukan skala bahaya atau urutan bahaya yang harus ditangani
terlebih dahulu (atau bahkan tidak perlu penanganan)
D. Merancang dan menerapkan pengendalian bahaya.

Melalui analisis bahaya yang sistematis mencakup identifikasi bahaya


dan pengendaliannya dalam setiap tahapan suatu proses pekerjaan di area
kerja, ini dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Dengan melaksanakan JSA, memastikan bahwa telah merencanakan dan
membuat prosedur kerja dengan benar dan pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan aman. Maka dari itu, JSA dapat dikatakan sebagai
metode yang sangat penting dalam manajemen risiko karena dapat
membantu pekerja melakukan pekerjaannya secara aman dan efisien, juga
melindungi peralatan kerja dari kerusakan.

Melalui pelaksanaan JSA secara komprehensif, hal ini dapat


berdampak juga pada berkurangnya jumlah cedera dan PAK,
berkurangnya absen pekerja, biaya kompensasi pekerja jadi lebih rendah,
bahkan meningkatkan produktivitas.

6) Langkah Dalam Melaksanakan Job Safety Analisis (JSA)


Menurut Occupational Health and Safety Assessment
Series (OHSAS), JSA harus dibuat oleh orang yang kompeten yang
mengetahui bahaya yang ada di tempat kerja. Biasanya, orang kompeten
yang membuat JSA adalah foreman (mandor/pengawas) dan supervisor.
Umumnya, baik foreman atau supervisor bertanggung jawab untuk
membuat JSA, mendokumentasikan berkas JSA, memberi pelatihan
kepada seluruh pekerja sesuai yang tercantum di JSA, dan menegakkan
prosedur kerja yang aman dan efisien. Namun, pekerja juga didorong

15
untuk terlibat dalam pembuatan dan penerapan JSA, karena mereka yang
paling mengetahui tentang bahaya serta bagaimana cara mengontrol dan
mengendalikan bahaya yang terdapat di area kerja mereka. Berikut 5
langkah dalam yang dilakukan dalam melaksanakan JSA :
A. Memilih pekerjaan yang akan di analisis
Untuk memulai proses JSA, pilih pekerjaan atau tugas yang perlu
dievaluasi. Memilih pekerjaan untuk dianalisis mungkin terdengar
sederhana, namun dapat menjadi pertimbangan penting ketika Anda
memiliki waktu dan sumber daya terbatas untuk menganalisis semua
tahapan proses pekerjaan. Pada dasarnya, hampir semua jenis
pekerjaan membutuhkan JSA. Namun, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan prioritas pekerjaan yang harus
dianalisa terlebih dahulu, di antaranya:
 Pekerjaan dengan tingkat kecelakaan kerja tinggi
 Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan cedera serius bahkan
untuk pekerjaan yang tidak ada riwayat kecelakaan sebelumnya
 Pekerjaan di mana satu kelalaian kecil yang dilakukan pekerja
dapat menyebabkan kecelakaan fatal atau cedera serius
 Setiap pekerjaan baru atau pekerjaan yang telah mengalami
perubahan proses dan prosedur kerja
 Pekerjaan yang cukup kompleks dan membutuhkan instruksi
tertulis.
B. Merinci langkah-langkah pekerjaan dari awal hingga selesai
Untuk melaksanakan JSA yang tepat dan menyeluruh, setiap
pekerjaan harus dirinci. Langkah-langkah ini tidak hanya dibuat secara
spesifik untuk satu pekerjaan tertentu, tetapi juga khusus untuk satu
area kerja tertentu. Jika area kerja berubah tetapi jenis pekerjaan sama,
tetap saja langkah-langkah dari pekerjaan tersebut perlu berubah juga.
Penting untuk menghindari merinci pekerjaan terlalu sempit (detail)
atau terlalu luas. Umumnya, setiap pekerjaan mengandung tidak lebih
dari 10 tugas perorangan. Jika ternyata tugas perorangan pada JSA

16
melebihi jumlah ini, pertimbangkan untuk membagi pekerjaan menjadi
dua atau lebih fase secara terpisah.
Perincian tugas biasanya dilakukan dengan cara pengamatan
langsung, setidaknya satu supervisor mengetahui  tahapan pekerjaan
secara langsung dan mencatat serangkaian tugas yang dilakukan oleh
pekerja yang terlatih dan berpengalaman. Pengamatan langsung
terhadap pekerja yang berpengalaman membantu memastikan bahwa
pekerjaan dilakukan sesuai urutan yang tepat dengan tingkat
pencegahan yang tinggi, ini membantu supervisor mengidentifikasi
bahaya yang tidak terduga jadi lebih mudah. Hal ini juga membantu
memastikan bahwa semua tugas, termasuk langkah yang sering
terlewatkan seperti pengaturan dan pembersihan, dapat ditinjau ulang.
C. Identifikasi Bahaya
setiap bahaya harus diidentifikasi sesegera mungkin setelah
pengamatan dan perincian setiap langkah pekerjaan selesai dilakukan.
Jika satu atau lebih langkah pekerjaan perlu diulang, sebaiknya

lakukan dengan segera, jika memungkinkan. Identifikasi bahaya


menjadi bagian paling penting dalam pelaksanaan JSA. Berikut
beberapa hal yang dapat Anda pertimbangkan saat mengidentifikasi
bahaya:
 Penyebab kecelakaan kerja sebelumnya (jika ada)
 Pekerjaan lain yang berada di dekat area kerja
 Regulasi atau peraturan terkait pekerjaan yang hendak dilakukan
 Instruksi produsen dalam mengoperasikan peralatan kerja.
D. Menentukan Tindakan Pengendalian
Setiap bahaya yang telah diidentifikasi sebelumnya tentu
membutuhkan pengendalian. Pengendalian ini menjelaskan bagaimana
cara Anda akan menghilangkan bahaya di area kerja atau bagaimana
cara Anda akan mengurangi risiko cedera secara signifikan. Hierarki
kontrol/ pengendalian bahaya adalah sebuah alat yang umum
digunakan untuk mengembangkan tindakan pengendalian bahaya yang

17
terkait dengan pekerjaan. National Institute for Occupational Safety
and Health (NIOSH) membagi lima hierarki pengendalian bahaya di
tempat kerja, di antaranya:
1. Eliminasi − menghilangkan atau meminimalkan bahaya
2. Substitusi − mengganti  alat, mesin, atau bahan lain yang
berbahaya menjadi kurang berbahaya
3. Rekayasa teknik − melakukan isolasi, memasang sistem ventilasi
tambahan, modifikasi alat, mesin atau tempat kerja jadi lebih aman
4. Pengendalian administratif – prosedur, aturan, pelatihan, durasi
kerja, rambu K3, poster K3, label, dll.
5. Alat pelindung diri (APD).
E. Dokumentasikan dan komunikasikan temuan analisis bahaya
Setelah JSA selesai dilaksanakan, hasilnya harus
didokumentasikan dan diinformasikan kepada pekerja sehingga
mereka mengetahui bahaya terkait dengan pekerjaan yang akan mereka
lakukan dan mengetahui tindakan pencegahan/ pengendalian yang
membantu mereka agar tetap aman ketika bekerja. Pasalnya, fungsi
JSA sebagai pencegah kecelakaan kerja tidak akan efektif bila para
pekerja tidak mengetahui dan memahami apa saja yang dijelaskan
dalam JSA. Sebelum memulai suatu pekerjaan, pastikan supervisor dan
tim meninjau isi JSA dan pastikan juga semua pekerja mengetahui
bagaimana prosedur bekerja secara aman sesuai yang tertuang dalam
JSA.
Terkait hal ini, pelatihan yang efektif dan didokumentasikan
dengan baik sangat penting untuk memastikan para pekerja memahami
setiap bahaya dalam pekerjaan mereka dan cara menghindarinya. JSA
harus menjadi dokumen ter-update yang memuat informasi tentang
risiko, document control dan informasi tentang bahaya yang ada di
lingkungan kerja maupun setiap langkah pekerjaan dan cara tepat
untuk mengendalikannya.
7) Penelitian terdahulu

18
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang job safety
analisis (JSA) pada pekerjaan Jembatan antara lain :
Ulkhaq dan Putri (2015) melakukan penelitian tentang (Penilaian
Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses Pembuatan Balok Jembatan dengan
Metode Job Safety Analysis (JSA)) di dapat kesimpulan Dalam pembuatan
balok jembatan terdapat sebelas pekerjaan yang dilakukan yaitu persiapan
dan perakitan tulangan, persiapan cetakan, pemasangan rakitan tulangan
dan assesoris, pembuatan adukan beton, pengecoran beton, pemadatan
beton, penguapan beton, pembukaan cetakan (release), penandaan produk,
penumpukan produk, dan finishing produk. Job Safety Analysis (JSA)
adalah sebuah teknik analisis bahaya yang digunakan untuk
mengidentifikasi bahaya yang ada pada pekerjaan seseorang dan
mengembangkan pengendalian yang tepat untuk mengurangi risiko. Selain
mengidentifikasi bahaya, JSA juga mampu menilai tingkat bahaya dan
risiko keselamatan kerja. Tujuan dari penerapan JSA adalah agar pekerja
mengetahui potensi bahaya dari pekerjaan yang dilakukan sehingga
pekerja sadar akan pentingnya mematuhi prosedur demi terciptanya
keamanan dan keselamatan kerja.
Rosdiana, Anggraeni dan Umyati (2017) melakukan penelitian
tentang (Indentifikasi Risiko Kecelakaan kerja pada Area Produksi Proyek
Jembatan Dengan Metode Job Safety Analysis (JSA)) di dapat kesimpulan
Bahaya atau risiko-risiko yang ditemukan di lima area yang dianalisis
antara lain adalah tertimpa, tertabrak, terjepit, terkena cahaya, terkena
percikan, kesetrum, menghirup debu atau asap, terpotong, tergores,
terpukul, terjatuh, dan kebisingan. Risiko-risiko tertinggi yang ditemukan
antara lain, pada area fabrikasi adalah menghirup asap las CO2.
Panggalih (2016) melakukan penelitian tentang (Penerapan
Manajemen Risiko dengan Metode JSA pada Pekerjaan Erection Segment
Box Girder sebagai upaya pencegahaan kecelakaan kerja di PT Adhi
Karya (Persero) Tbk Jakarta Selatan di dapat kesimpulan terdapat
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan analisis potensi bahaya yaitu

19
pekerjaan penggalian, pekerjaan pengelasan (welding), pekerjaan
ketinggian, manual handling, pekerjaan lifting, loading/unloading dan
pekerjaan listrik. telah menerapkan manajemen risiko melalui mitigasi
risiko dengan Job Safety Analysis (JSA) sesuai prosedur hazard
identification risk assessment and risk control untuk semua jenis pekerjaan
oleh perwakilan personel K3L dimana hasil Job Safety Analysis (JSA)
dapat dilakukan revisi sebagai bentuk pembaharuan dokumen.
Berdasarkan analisis Job Safety Analysis (JSA) ditemukan beberapa
potensi bahaya yang terdapat pada pekerjaan erection segment box girder.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Metodologi
Pada bab ini akan membahas mengenai metode penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini, serta tahap-tahap yang digunakan dalam
pengumpulan dan pengolahan data. Metodologi penelitian yang akan
dijelaskan pada bab ini meliputi persiapan penelitian, pengumpulan data,
teknik pengolahan data dan teknik analisa data. Persiapan penelitian yang
dilakukan yaitu studi literatur.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai job
safety analisis (JSA) melalui buku, laporan skripsi terdahulu, jurnal, surat

20
kabar, atau artikel yang berhubungan dengan (JSA) dan K3. Selanjutnya
informasi tersebut dijadikan sebagai bahan dalam Tugas Akhir.
3. Metode Pengumpulan Data
A. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini di peroleh dari wawancara,
penyebaran kuisioner, dan pengamatan langsung dilapangan
(observasi)
B. Data sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang di
ambil dari perusahaan meliputi gambar jembatan dan metode
pelaksanaan proyek

4. Lokasi penelitian
Lokasi ruas jalan adalah pembangunan jalan tol Ciawi-Sukabumi seksi 2
ruas Cigombong – Cibadak.

Gambar 3.1 Layout Jalan

Sumber : Google Maps

21
5. Data Teknis
 Panjang jalan : ±11,90 km
 Kecepatan rencana : 80 km/jam
 Jumlah lajur : 2 x 2 lajur
 Lebar lajur : 3,6 m
 Kelandaian maksimum : 4%
 Superelevasi maksimum :3%
 Jumlah jembatan : 9 buah
 Underpass box : 3 buah
 JPO : 1 buah
 Simpang susun : 1 buah
 Rest area :-
 Overpass : 3 buah

6. Rencana Jembatan

Gambar 3.2 Rencana Jembatan

Spesifikasi Teknis Jembatan :

 Nama Jembatan : Jembatan utama Ciseuseupan

22
 Panjang Jembatan : 540 m
 Lebar Jembatan : 27 m
 Lebar Jalan :20 m (2 lajur 3 jalur)
 Tipe Pondasi : Bored pile
 Kelas Beton : K-350
7. Konsep Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada proyek pembangunan jalan tol Ciawi-
Sukabumi pada pekerjaan struktur jembatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi analisis keselamatan kerja pada pekerjaan struktur
jembatan yang sedang dikerjakan dengan mengunakan job safaty analisis
yaitu:
1. Pemilihan pekerjaan yang akan dianalisa.
2. Uraikan perkerjaan menjadi langkah metode kerja.
3. Identifikasi potensi-potensi bahaya pada pekerjaan.
4. Tetapkan langkah pencegahan untuk menghadapi bahaya-bahaya
tersebut.

8. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data


A. Studi pustaka
Dalam metode ini penulis membaca literatur baik dari buku,
jurnal,artikel dan sejenisnya untuk mendapatkan data yang relevan
dengan topik yang dibahas guna memperkuat isi laporan tugas
akhir.
B. Metode observasi
Metode observasi yaitu pengambilan data dengan melakukan
pengamatan dan tinjauan secara langsung ke lapangan saat proses
pekerjaan sedang berlangsung.
C. Metode wawancara
Untuk mendapatkan data dalam metode ini penulis melakukan
komunikasi dan dialog tanya-jawab dengan pihak-pihak yang
terlibat secara langsung dalam proses pekerjaan di lapangan.

23
D. Dokumentasi
Dalam metode ini penulis melakukan dokumentasi dengan
mengambil foto proses pekerjaan yang sedang berlangsung di
lapangan.
E. Metode survey
Metode survei adalah suatu metode yang digunakan untuk
mendapatkan hasil riset dalam bentuk opini atau pendapat dari
orang lain yang berinteraksi langsung dengan objek yang diamati.
Tujuan utama dari metode ini adalah untuk mendapatkan gambaran
umum melalui sampel beberapa orang.
F. Kuesioner
yaitu penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan angket berupa
pertanyaan. Dalam penelitian ini respoden yang dituju yaitu para
pegawai atau pekerja yang terlibat langsung di lapangan

9. Metode Analisis Penelitian


Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah HIERARKI
yaitu resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian
memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat
resiko/bahaya-nya menuju ke titik yang aman.
Hierarki pengendalian tersebut antara lain:

24
Gambar 3.3 Hierarki Pengendalian Resiko
A. Eliminasi adalah mendesain ulang pekerjaan atau mengganti
material atau bahan sehingga bahaya dapat dihilangkan atau di
eliminasi.
Contoh: seorang pekerja harus menghindari bekerja diketinggian
namun pekerjaan tetap dilakukan dengan menggunakan alat bantu.
B. Subtitusi adalah mengganti dengan metode yang lebih aman dan
atau material yang tingkat bahayanya lebih rendah.
Contoh: pengunaan tangga diganti dengan alat angkat mekanik kecil
untuk bekerja di ketinggian.
C. Perancangan adalah melakukan memodifikasi teknologi atau
peralatan guna menghindarinya kecelakaan.
Contoh: menggunakan perlengkapan kerja atau peralatan lainnya
untuk menghindari terjatuh pada saat bekerja di ketinggian.

D. Administrasi adalah merupakan pengendalian resiko dan bahaya


dengan peraturan-peraturan terkait dengan keselamatan dan
kesehatan kerja yang telah di buat melalui pelaksanaan prosedur
untuk bekerja secara aman.
Contoh: pengaturan waktu kerja (rotasi tempat kerja) untuk
mengurangi terpaparnya atau tereksposnya pekerjaan terhadap
sumber bahaya, larangan menggunakan telepon selular di tempat
tertentu, pemasangan rambu-rambu keselamatan
E. APD adalah alat pelindung diri yang memenuhi standart dan harus
dipakai oleh pekerja pada semua pekerja sesuai dengan jenis
pekerjaanya.
Contoh: pemakaian helm, sepatu safety, rompi, pemakaian
kacamata las dan sarung tangan kulit pada pekerjaan pengelasan.

25
10. Metode Alur Penelitian

Mulai

Persiapan Penelitian

1. Studi Kepustakaan

2. Survey Pendahuluan

3. Pemilihan Lokasi

4. penentuan waktu

Pengumpulan Data

26
Analisa Data

Dan

Pengolahan data

Hasil

1.Kesimpulan

2. Saran

Selesai

11. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dalam beberapa bab sehingga diharapkan


dapat mempermudah memahami isi dari penelitian ini tersusun sebagai
berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat


yang akan dibahas di dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUN PUSTAKA

Berisi mengenai pengertian berupa penjelasan yang berhubungan


dengan judul yang dibahas di dalam penelitian ini.

BAB III METODOLOGI

27
Berisi tentang tahapan pengerjaan penelitian dan jenis dari
penelitian tersebut serta teknik dalam pengolahan data..

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan tentang data-data yang diperlukan untuk menganalisis


resiko kecelakaan di setiap tahapan metode yang dilaksanakan dan
Berisikan tentang permasalahan berdasarkan data hasil dari survey di
lapangan terhadap dampak resiko kecelakaan yang mungkin terjadi pada
saat proses pekerjaan struktur jembatan yang berlangsung pada
pembangunan jalan tol Ciawi-Sukabumimi seksi 2 ruas Cigombong –
Cibadak.

BAB V PENUTUP

Menyimpulkan dari awal hingga akhir dari isi penelitian sehinggan


didapatnya hasil berupa kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

28
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.safetysign.co.id/news/342/Bagaimana-Melaksanakan-Job-Safety-
Analysis-JSA-yang-Efektif-Ikuti-5-Langkah-Penting-Ini
2. www.ilmusipil.com
3. Panduan pelaksanaan K3L konstruksi bidang pekerjaan umum
4. https://isoindonesiacenter.com/hierarki-pengendalian-bahaya-dalam-ohsas-
180012007/
5. https://katigaku.top/2018/10/29/5-tahap-hirarki-pengendalian-risiko-
berdasarkan-iso-45001/
6. https://alenhyp05.wordpress.com/identifikasi-bahaya-dan-penilaian-resiko-jsa-
ra-job-safety-analysis-risk-assessment/

29
30

Anda mungkin juga menyukai