Studi perencanaan pengembangan lapangan (Plan of Development – POD) di suatu
lapangan yang diperkirakan mengandung minyak/gas bumi adalah suatu skenario mengambilminyak/gas bumi dari lapangan tersebut yang ekonomis dan ramah lingkungan. POD dapat dilakukan pada suatu lapangan yang baru ditemukan dan akan dikembangkan namun dapat juga dilakukan pada lapangan yang telah diproduksikan. Pendahuluan memberikan keterangan mengenai lapangan yang distudi meliputisejarah singkat lapangan, lokasi lapangan, jenis formasi dan reservoir, cadangan reservoir,skenario pengembangan, dan tujuan dari dilakukannya POD serta metodologi studi yangd i l a k u k a n , k a j i a n g e o l o g i d a n g e o f i s i k a , p o t e n s i r e s e r v o i r d a n p r o d u k s i , s k e n a r i o pengembangan dan analisis keekonomian. Sebelum Undang-Undang No. 22/2001, persetujuan Rencana Pengembangan lapangan pertama dalam suatu Blok/Wilayah Kerja cukup mendapat persetujuan dari Direktur Utama Pertamina sekaligus sebagai komersialitas wilayah kerja.Setelah berlakunya Undang-Undang No. 22/2001, sesuai pasal 21, Rencana Pengembangan lapangan pertama dalam suatu Blok/Wilayah Kerja wajib mendapatkan persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan pertimbangan dari BPMIGAS setelah berkonsultasi dengan Pemerintah Daerah Propinsi yang bersangkutan. Sesuai pasal 17, bila telah mendapatkan persetujuan POD Pertama dalam suatu wilayah kerja tidak melaksanakan kegiatannya dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sejak berakhirnya jangka waktu eksplorasi wajib mengembalikan seluruh wilayah kerjanya kepada Menteri. Tujuan pengembangan satu atau lebih lapangan migas secara terpadu (integrated) untuk mengembangkan/memproduksikan cadangan hidrokarbon secara optimal dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis, dan HSE. Proposal POD disampaikan kepada BPMIGAS, berdasarkan kondisi aktual dan persetujuan oleh Ka. BPMIGAS. Masa laku (validitas) POD adalah 2 (dua) tahun sejak persetujuan dikeluarkan. Perubahan ruang lingkup kerja (Scope of Work) atau keterlambatan pelaksanaan POD tanpa pemberitahuan persetujuan dianggap batal (expired). Setelah mendapat hak kuasa pertambangan dan dipastikan keberadaan gas tersebut, maka disusunlah rencana pengembangan. Berdasarkan evaluasi hasil analisis reservoir gas, maka disusun perencanaan pengembangan lapangan gas termasuk perencanaan fasilitas pengolahan gas di lapangan untuk mengoptimalkan produksi gas. Dalam perencanaan ini, pemulihan gas dioptimalkan dengan mempertimbangkan profil produksi gas, sifat gas, dan perubahan komposisi selama masa produksi gas. Berbeda dengan ladang minyak, penentuan Plateau Rate, bersama dengan jumlah gas yang dipulihkan dan kondensat terkait, berdampak besar pada kelayakan proyek termasuk efisiensi biaya investasi awal. Secara khusus, karena titik impas untuk pengembangan ladang gas umumnya rendah dibandingkan dengan ladang minyak, rencana pengembangan perlu ditetapkan dengan mempertimbangkan pemulihan stabil jangka panjang. Karena tekanan reservoir gas lebih tinggi dibandingkan dengan ladang minyak, perhatian yang lebih besar perlu diberikan pada jenis, jumlah, lokasi sumur pengembangan, lokasi fasilitas pengolahan gas, dan perencanaan metode pengolahan gas. Pertimbangan juga diperlukan untuk gas beracun (H2S dan lainnya) yang terkandung sebagai kotoran, korosi oleh gas dan penyumbatan yang disebabkan oleh hidrat yang terbentuk karena air yang terkait. Perlu juga dicatat bahwa metode pengembangan untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan pengembangan gas saat ini sedang dipelajari secara aktif, mengingat difusi tidak hanya gas beracun tetapi juga karbondioksida yang memperburuk efek rumah kaca dalam rangka pelestarian lingkungan global. Meskipun tingkat fluktuasi kinerja reservoir gas lebih kecil dari lapangan minyak, komposisi gas dan kondisi produksi terus berubah selama produksi. Untuk perencanaan pembangunan yang mempertimbangkan fluktuasi dan perencanaan fasilitas serta pekerjaan konstruksi berdasarkan rencana tersebut.
Analisa Hasil Uji Sumur Merupakan Salah Satu Metode Dalam Teknik Perminyakan Yang Dilakukan Untuk Menentukan Atau Mengetahui Penyebab Masalah Yang Terjadi Pada Lubang Sumur