Anda di halaman 1dari 3

1.

Berita Seputar Dunia Pendidikan

“Belajar Daring Tetap Jadi Alternatif Pendidikan Masa Depan”

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "SMM: Belajar Daring Tetap Jadi
Alternatif Pendidikan Masa Depan", 06/06/2021, 20:33 WIB

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "SMM: Belajar Daring Tetap Jadi
Alternatif Pendidikan Masa Depan", Klik untuk
baca: https://edukasi.kompas.com/read/2021/06/06/203338971/smm-belajar-daring-tetap-
jadi-alternatif-pendidikan-masa-depan?page=all.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo

Pandemi global Covid-19 telah membuat dunia pendidikan beradaptasi dengan


mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Setelah lebih satu tahun proses
pembelajaran jarak jauh (PJJ), Kemendikbud Ristek memutuskan mulai menggelar
pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas untuk tahun ajaran baru 2021/2022 mendatang.
Meski PTM terbatas akan dilaksanakan, pembelajaran berbasis teknologi diyakini akan tetap
menjasi alternatif pendidikan masa depan. "Pembelajaran yang terintegrasi dengan perangkat
teknologi digital akan menjadi ciri khas pembelajaran masa depan," ungkap Kepala Sekolah
Murid Merdeka (SMM), Laksmi Mayesti, melalui rilis resmi (4/6/2021). Laksmi
menjelaskan, di masa pandemi ini, banyak yang menawarkan pembelajaran dengan
menggunakan teknologi sebagai media ajar, tapi tidak banyak yang mengintegrasikan
teknologi dan pedagogi atau metode ajar dengan baik. 

“Sejak awal, bahkan sebelum pandemi, Sekolah Murid Merdeka (SMM) sudah
menginisiasi model pembelajaran blended learning, yaitu metode yang menggabungkan
pembelajaran online (dalam jaringan) dan pembelajaran offline atau tatap muka langsung,"
ungkapnya.
Laksmi melanjutkan, rencana pembelajaran di SMM sudah termasuk pilihan pembelajaran
online dan tatap muka langsung,” katanya. Menurut Laksmi, belajar daring bisa sangat
menarik, menyenangkan dan bermakna. "Kuncinya ada pada kreativitas yang dibangun
tenaga pengajar. Semua pengajar Sekolah Murid Merdeka dituntut selalu mengembangkan
kreativitas, agar peserta didik dapat berinteraksi secara terbuka, baik dengan guru maupun
teman-temannya," jelasnya.
Ia menjelaskan, SMM menawarkan fleksibilitas. "Kami percaya setiap anak punya
kebutuhan yang berbeda, dan punya konteks belajar yang berbeda juga. Sebagai pendidik
kami punya kewajiban merespons kebutuhan belajar anak, termasuk merespon konteks
belajar yang ada di sekitar anak,” jelasnya. Laksmi mengatakan, keberadaan sekolah
berkualitas relatif masih terbatas, biasanya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar.
Seringkali orangtua siswa merasakan sekolah yang mereka harapkan jauh dari tempat tinggal.
Seandainya bisa diakses, sekolah itu kurang fleksibel, dan belum sampai tingkat mengukur
kebutuhan anak, atau berpihak pada anak. “SMM didirikan untuk mengubah miskonsepsi
bahwa kita memang bisa belajar dari mana saja, Pendidikan yang berkualitas harus merata
dan bisa diakses semua anak di Indonesia. Berkat bantuan teknologi informasi, murid-murid
SMM, tersebar dari Aceh hingga Papua,” ujar Laksmi.
Mengenai kurikulum yang dipakai, Laksmi menjelaskan, SMM tetap menggunakan
Kurikulum Nasional. Namun dalam proses belajar-mengajar, SMM menggunakan banyak
pendekatan dan inovasi. “Kami selalu merujuk riset-riset terbaru, misalnya tentang
manajemen kelas maupun pedagogi. Kami punya tim kurikulum yang rutin melakukan kajian
tentang metode pembelajaran, sebelum akhirnya melibatkan guru-guru untuk berdiskusi,”
kata dia. Meskipun metode pembelajaran online bisa diterapkan sepenuhnya, Laksmi juga
berharap pembelajaran tatap muka secara langsung sudah bisa dilakukan pada tahun ajaran
baru mendatang. “Kami sangat excited menyambut tahun ajaran baru. SMM juga
menyiapkan delapan sekolah satelit di delapan kota, antara lain di Bandung, Depok,
Tangerang, Surabaya serta beberapa kota besar lainnya," ungkap Laksmi. Ia menyampaikan
pihaknya siap seandainya pelaksanaan belajar sudah diperbolehkan dengan tatap muka
langsung. "Tentunya dengan pendekatan belajar yang tak kalah seru dan menyenangkan,”
pungkas Laksmi.

2. Komentar Terkait Fenomena “Belajar Daring Tetap Jadi Alternatif Pendidikan Masa
Depan”

Anda mungkin juga menyukai