Anda di halaman 1dari 2

Diriwayatkan dari’Asiyah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata,

ِ ‫ْجبُهُ التَّيَ ُّم ُن فِى تَنَ ُّعلِ ِه َوتَ َرجُّ لِ ِه َوطُه‬


‫ُور ِه‬ ِ ‫ان النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم – يُع‬
َ ‫َك‬
‫َوفِى َشأْنِ ِه ُكلِّ ِه‬
“Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyukai mendahulukan yang kanan ketika
memakai sendal, ketika menyisir rambut dan ketika bersuci, juga dalam setiap perkara
(yang baik).” (HR. Bukhari no. 186 dan Muslim no. 268).
Faedah hadits
1. Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang keutamaan para Ummul Mukminin
radhiyallahu ‘anhunna, dan secara khusus ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia seorang
wanita berilmu lagi paham agama, lagi bertakwa dan wara’. Ia sangat antusias
untuk mencari tahu tentang sunnah Nabi dan menyebarkannya, agar umat Islam
mengetahui keadaan-keadaan yang mendetail dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam sehingga mereka bisa mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
2. Hadits ini menunjukkan disunnahkannya memulai dengan sebelah kanan sesuai
kandungan dalam hadits, dan apa yang disebutkan dalam hadits di sini hanya
bersifat contoh saja, bukan berlaku pada apa yang disebutkan. Kaedah dalam
perkara ini bahwa setiap yang berhubungan dengan hal-hal yang mulia dan
keindaah dimulai dengan kanan, dan perkara-perkara yang tidak demikian dimulai
dengan sebelah kiri. Dan di antara contoh yang dimulai dengan sebelah kiri atau
menggunakan tangan kiri, masuk ke toilet, keluar dari masjid, melepas pakaian,
hidung dan lain-lain.
Imam Nawawi rahimahullah  berkata, “Kaedah syariat yang terus berlaku bahwa
segala yang berhubungan dengan kemuliaan dan keindahan dianjurkan untuk
memulai dengan sebelah kanan, dan segala yang merupakan kebalikannya
dianjurkan memulai dengan sebelah kiri. (Syarah An Nawawi terhadap Shahih
Muslim 3/160 dengan sedikit peringkasan.
Di antara contoh dianjurkan memulai dengan sebelah kanan atau menggunakan
tangan kanan selain yang disebutkan dalam hadits, mengenakan pakaian, masuk
masjid, memotong kumis, mencukur rambut kepala, salam dari shalat, makan,
minum, mengambil sesuatu dan memberikannya, berjabat-tangan dan lain-lain.
3. Agama kita, Islam, adalah agama yang sempurna, mengarahkan umatnya kepada
segala yang memperbaiki urusan mereka, meninggikan kedudukan mereka dan
membedakan mereka dari penganut agama lain, serta memberikan manfaat bagi
mereka di dunia dan akhirat. Tidak ada kebaikan kecuali telah menunjukkan umat
kepadanya dan tidaklah ada keburukan kecuali telah memperingatkan umat
darinya.

4. Kewajiban seorang muslim untuk mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam


seluruh ucapan, tindakan dan jalan hidup dan semua tindak-tanduk
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai qudwah (pemimpin)
dan uswah (teladan) bagi setiap muslim.
5. Dalam hadits yang mulia ini tampak jelas kesempurnaan syariat Islam yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, bahkan mencakup perkara-perkara
yang mungkin saja seorang manusia tidak memperhatikannya, namun ia
mendapatkan arahan tepat dari Islam dalam persoalan tersebut.
Seorang muslim akan memperoleh pahala ketika ia mengerjakan hal-hal tersebut
selama selalu sesuai dengan syariat Allah Azza wa Jalla dan mengikuti
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Makna dari beberapa kata dalam hadits

ُ‫ يُ ْع ِجبُه‬: takjub dengan sesuatu artinya menyukainya.


‫ التَّيَ ُّم ُن‬: memulai dengan kanan.
‫ تـَــنَ ُّعلِ ِه‬: mengenakan sandal yaitu alas kaki (sepatu). Mulai mengenakan sandal untuk
kaki sebelah kanan dulu.

‫ تَ َرجُّ لِ ِه‬: menyisir rambut. Maksudnya merapikan dan meminyakinya.

ِ ‫ َوطُه‬: memulai dengan sebelah kanan dalam bersuci maksudnya ialah memulai
‫ُور ِه‬
dengan anggota-anggota tubuh sebelah kanan. Memulai dengan tangan kanan dan kaki
kanan dalam wudhu. Dan dalam mandi, memulai sisi tubuh sebelah kanan.

‫ َوفِي َشأْنِ ِه ُكلِّ ِه‬: Pengertiannya, beliau memulai dengan sebelah kanan dalam seluruh
urusannya. Maksudnya, seluruh perkara yang baik.

Anda mungkin juga menyukai