Anda di halaman 1dari 8

THAHARAH DAN

PERMASALAHANNYA Amalia
‫مرحبا‬
Aswaja

Anggota :
Amanda zafirah zulfrilanita (22101081140)
Alfian Dimas Firmansyah (22101081145)
Andita Dwi Arianti (22101081151)
Faisol Erwansyah (22101081168)
Pendahuluan
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Dengan
adanya hukum perlaku kehidupan kaum muslimin secara keselundan dapat diatur denan
terstruktur. Sahh satunya yaitu dalam konteks bersuci . Thaharah atau mensucikan badan dari
najis hukumnya menjadi wajib karena menjadi suatu keharusan. Misalnya dalam melakukan
sebuah ibadah kepada Allah, kaum muslimin harus bersih dari segala najis sedangkan
manusia itu sendiri tidak pernah kepas dari yang namanya najis .
Apabila kaum muslimin tidak bersuci terlebih dahulu ketika akan melakukan suatu badah,
maka segala badah yang dilakukan akan sa-sia bahkan mendapat dosa dari Allah SWT.
Meskipun bersuci terlihat sederhana dalam praktiknya, namun menjadi keru atau menimbulkan
madharat apabila dalam bersuci tidak memakai tata cara bersuci denan baik dan benar yang
sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh syariat Islam Maka dari itu, dahm
makakah kali ini akan membahas tentang bagaimana cara bersuci dengan baik dan benar
yang sesuai dengan syariat agama Islam yan telah disyariatkan sebelumnya.
Permasalahan (masa'il fiqhiyah) yang muncul dalam thaharah dan seputar
alat suci.
Merirut syara' ialah suci dari hadats atau najis, dengan cara yang telah ditentukan oleh
syara' atau menghilangkan najasah, mandi, dan tayamm Hakikat thaharah ialah memakai air atau
tanah atau salah satunya menurut sifat yang di syariatkan, untuk menghilangkan najasah dan
Indats. Thaharah termasuk ibadah yang sering kita lakukan Sering dengan kurangnya perhatian
kaum muslimin terhadap ajaran agamanya, banyak kita jumpai kaum muslimin yang terjatuh
dalam kesalahan dalam melaksanakan ibadah thaharah. Terdapat beberapa kesalahan yang
umum terjadi antara lain:
• Melafadzkan Niat ketika Memulai Wudhu
• Tidak Memperhatikan Bagaimana Wudhu atau Mandi yang sesuai dengan Tuntun Syariat dan
Meremehkan Hukum-hukum terkait dengan Wudhu (Thalurah).
• Berlebih-lebilun dalam menggunakan air.
• Berdzikir ketika di kamar mandi atau masuk ke kamar mandi dengan membawa sesuatu yang
di dalamnya terdapat dzikrullah Perbuatan semacam ini hukumnya makruh, dan selayaknya
bagi setiap muslim untuk menjauhinya.
Cara bersuci (thaharah).

1. Pengertian tayammum
Tayammum ialah mengusap muka dan dua belah tangan dengan debu yang suci dengan
beberapa syarat yang telah ditetapkan oleh syara'. Tayammum dapat menggantikan wudhu dan
mandi bagi orang yang tidak dapat menggunakan air dengan syarat-syarat tertentu .

2. Syarat melakukan tayammum


Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak menemukannya. a. Berhalangan
menggunakan air. Misalnya karena sakit yang apabik menggunakan air akan kambuh sakitnya.
• Telah masuk waktu sholat
• Dalam perjalanan dan sukar mendapatkan air.
• Dengan debu yang suci.
Cara bersuci (thaharah).
3. Hal hal yang membatalkan tayammum Sebagaimam wudhu, tayamum pun dapat batal oleh :
• Segala yang membatalkan wudhu
• Ada air sebelum sholat, kecuali karena sakit
• Murtad, keluar dari islam.

4. Hukum melihat air bagi orang yang bertayammum,


• Jika ada air setelah bertayammum tetapi sholat belum dikerjakan, maka ia wajib
berwudhu.
• Pada waktu sedang melakukan shokit kensidian terdapat air, sholatnya hans dilanjutkan
jika
• tayammumnya musafir dan sholatnya tidak batal. Tetapi jika tayamumnya orang yang
mukim, sholit tak perlu dilanjutkan sebelum berwudhu karena tayammum dan shokitnya
batal
• Jika telah selesai melakukan sholat baru ada air sementara waktu sholat masih ada. maka
boleh mengulang sholat dengan berwudhu, dan boleh pula tidak mengulanginya
sebagaimana pernah terjadi pada zaman Rasulillah.
• Jika air ada setelah shalat dikerjakan dan waktu sholat telah habis, maka sholat tidak perlu
dilangi karena sholatnya sudah sah.
Bersuci (thaharah) dengan
menukai Muzah (kaos kaki)
1. Hendaknya ketika memakai keduanya dalam kondisi suci Dalilnya adalah sabda Nabi
sallallahu'alaihi wa sallam kepada Mughirah bin Syu'bah Barkan keduanya, sesungguhnya
keduanya saya pakai dalam kondisi suci."
2. Hendaknya kedua khuf atau kaos kaki suci, jika terdapat najis tidak dibolehkan mengusap.
keduanya Dalil akan hal itu, bahwa Rasulullah salbillahu akihi wa sallam suatu hari bersama para
shutubatnya dan beliau memakai dua sandal kemudian dilepas di tengah shalatnya. Lalu beliau
memberitahukan bahwa Jibril memberitahukan bahwa pada keduanya ada kotoran Hadis ini
diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits Abu Said Al Khudri radhiallahu anda dalam usnadnya. In
adalah dald bahwa tidak dibolehkan shalat ketika ada najis. Karem majis kalau dausap, maka
orang yang mengusap akan terkena najis. Maka tidak sah untuk mensucikan.
3. Mengusapnya untuk hadats kecil, bukan untuk janabat atau yang mengharuskan mandi.
4. Hendaknya mengusapnya pada waktu yang telah ditentukan oleh agama, yaitu sehari semalam
bagi yang bermukim dan tiga hari tiga malam bagi yang safar berdasarkan hadits Ali bin Abi Tolib
radhiallahu anhu berkata, "Nabi sallalahu alaihi wasallam menetapkan bagi orang mukim
(menetap) sehan semulam dan bagi orang yang safar tign hari tiga malam. Yakni mengusap khuf
(HR. Muslim)
Permasalahan seputar hadast
besar, hadast kecil dan najis.
1. Hadast dibagi menjadi dua kelompok yaitu hadast kecil dan hadast besar.
● Hadast kecil hadast yang mensucikarmya dengan cara berwudhu atau bertayamun dengan
syarat tidak ada air.
● Hadast besar: hadast yang mensucikannya dengan cara mandi junub dan juga bertayamum
dengan syarat tidak ada air.
2. Pengertian Najis
Najis menurut bahasa berarti kotor. Sedangkan menurut istilah adalah segah sesuatu yang dianggap
kotor menurut syara' Hukum Islami. Benda atau barang yang terkena najis disebut mutanajjis. dan
benda mutarajjis bisa disucikan kembali, misalkan pakain yang terkena air kencing dapat disucikankan
dengan cara menyucinya. namun berbeda dengan benda najis, seperti bangkai, kotoran manusia dan
hewan tidak dapat disucikan lagi, sebab ia tetap najis.
Dalam fikih najis dikelompokkan menjadi tiga
● Najis mughaladhah (najis berat)
● Najis mumwassithah (najis sedang)
● Najis mukhaffafah (najis ringan)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai