Shalat memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Dia adalah tiang agama
juga batas pemisah antara keislaman dengan kekufuran dan kemunafikan. Oleh karena itu,
Rasulullah memberikan perhatian ekstra terhadap masalah shalat. Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam memberikan contoh pelaksanaannya secara detail, dari awal sampai akhir, dari takbir
sampai salam.
Ini semua menunjukkan pentingnya shalat dalam Islam. Harusnya ini sudah cukup
sebagai motivasi bagi kita, kaum Muslimin untuk selalu bersemangat dalam melaksanakan
shalat. Terlebih jika kita memperhatikan berbagai keitimewaan shalat, maka tidak ada alasan
lagi bagi kita untuk bermalas-malasan dalam melaksanakannya.
Dalil-dalil yang diutarakan kali ini sudah menunjukkan kedudukan dan muliannya
ibadah shalat dalam Islam.
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh ibadah
mana pun juga. Ia merupakan tiang agama di mana ia tak dapat tegak kecuali dengan itu.
Kedudukan shalat lima waktu dalam agama ini adalah ibarat tiang penopang dari suatu kubah
atau kemah. Tiang penopang yang dimaksud di sini adalah tiang utama. Artinya jika tiang
utama ini roboh, maka tentu suatu kubah atau kemah akan roboh.
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ’anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
Dalam hadits ini disebut bahwa shalat dalam agama Islam adalah sebagai tiang
penopang yang menegakkan kemah. Kemah tersebut bisa roboh (ambruk) dengan patahnya
tiangnya. Begitu juga dengan Islam, bisa ambruk dengan hilangnya shalat. Demikianlah cara
berdalil Imam Ahmad dengan hadits ini.
Syaikh Abu Ishaq Al Huwainy dalam An-Nafilah fii Ahaadits Adh-Dhoifah berkata :
“aku tidak mendapati matan hadits yang lengkap seperti ini. Hadits ini masyhur dikalangan
manusia dengan bentuk kalimat seperti ini, biasanya sering disampaikan oleh para pemberi
nasehat. Aku hanya menemukan awal lafadz hadits ini, yaitu “Sholat adalah tiang agama”
(As-Shalatu Imaaduddin).
‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu menulis kepada para gubernurnya di penjuru
timur dan barat, ”Sesungguhnya perkara kalian yang paling penting bagiku adalah shalat.
Siapa saja yang menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agamanya. Dan siapa saja yang
menyia-nyiakan shalat, maka dia akan lebih-lebih lagi menyia-nyiakan lagi selain ibadah
shalat. Maka, tidak ada bagian dari Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.”
2. Rukun Islam yang Paling Utama setelah Dua Kalimat Syahadat adalah Shalat
ى ا هإل ْسالَ ُم عَلَى َخ ْم ٍس شَ َهادَ هة أَ ْن الَ هإلَهَ هإالَ ّللاَ ُ َوأَ َن ُم َح َمدًا عَبْدُ ُه َو َرسُولُهُ َو هإ َق هام َ بُنه
ضا َن
َ ص ْو هم َر َم َ ت َو ج الْبَيْ ه َ َاء
الزكَا هة َو َح ه صالَ هة َو هإيت ه
َ ال
“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-
Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah -bagi yang
mampu-, (5) berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)
Allah SWT ingin menunjukkan agungnya kedudukan sholat lima waktu di sisi Allah.
Dimana saat Allah mensyariatkannya pada umat ini, Allah langsung memanggil RasulNya dan
berbicara langsung kepada RasulNya perihal perintah sholat ini pada malam Mi’raj, tanpa
melalui perantara malaikat Jibril.
Tentang Mi’raj, Bukhari dan Muslim meriwayatkannya dari Anas bin Malik dari Malik
bin Sha’sha’ah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita kepadanya
tentang malam saat beliau di-Isra-kan, beliau bersabda, “Ketika aku sedang berada di Hijir
Kemudian aku dibawakan seekor hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil
dari bighal (peranakan antara kuda dan keledai) dan lebih besar dari keledai. Jarud berkata
kepadanya, ‘Itu adalah Buraq, wahai Abu Hamzah?’ Anas berkata, ‘Ya, ia meletakkan langkah
kakinya di penghujung pandangan matanya. Kemudian dibawa naik di atasnya.’
Jibril berangkat bersamanya hingga sampai di langit dunia, beliau pun minta dibukakan.
Seraya ditanya, ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ ‘Siapa yang bersamamu?’ Jawab Jibril,
‘Muhammad.’ ‘Apakah diutus kepada-Nya?’ ‘Ya.’ Jawab Jibril. ‘Selamat datang sebaik-
baiknya orang yang datang.’ Kemudian pintu pun dibuka. Setelah melewati pintu tersebut,
beliau bertemu dengan Adam ‘alaihis salam. Jibril berkata, ‘Ini adalah kakekmu Adam.’ Beliau
pun mengucapkan salam dan salamnya pun dibalas, lalu berkata, ‘Selamat datang putra dan
Nabi yang saleh.’
Kemudian beliau naik lagi menuju langit kedua. Jibril pun minta dibukakan seraya
ditanya, ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ ‘Siapa yang bersamamu?’ Jibril menjawab,
‘Muhammad.’ ‘Apakah diutus kepada-Nya?’ ‘Ya’, jawab Jibril. ‘Selamat datang sebaik-
baiknya orang yang datang.’ Kemudian pintu pun dibuka. Setelah melewati pintu tersebut, di
sana beliau bertemu dengan Yahya dan Isa, anak dari bibinya. Jibril memperkenalkannya, ‘Ini
adalah Yahya dan Isa.’ Beliau pun mengucapkan salam kepadanya dan keduanya pun
menjawab salam tersebut seraya berkata, ‘Selamat datang saudara dan Nabi yang saleh.’
Kemudian beliau naik lagi menuju langit ketiga. Jibril pun minta dibukakan seraya
ditanya, ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ ‘Siapa yang bersamamu?’ Jibril menjawab,
‘Muhammad.’ ‘Apakah diutus kepada-Nya?’ ‘Ya’, jawab Jibril. ‘Selamat datang sebaik-
baiknya orang yang datang.’ Kemudian pintu pun dibuka. Setelah melewati pintu tersebut, di
sana beliau bertemu dengan Yusuf. Jibril memperkenalkannya, ‘Ini adalah Yusuf.’ Beliau pun
mengucapkan salam dan salamnya pun dibalas, lalu berkata, ‘Selamat datang putra dan Nabi
yang saleh.’
Kemudian beliau naik lagi menuju langit keempat. Jibril pun minta dibukakan seraya
ditanya, ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ ‘Siapa yang bersamamu?’ Jibril menjawab,
‘Muhammad.’ ‘Apakah diutus kepada-Nya?’ ‘Ya’, jawab Jibril. ‘Selamat datang sebaik-
baiknya orang yang datang.’ Kemudian pintu pun dibuka. Setelah melewati pintu tersebut, di
sana beliau bertemu dengan Idris. Jibril memperkenalkannya, ‘Ini adalah Idris.’ Beliau pun
mengucapkan salam dan salamnya pun dibalas, lalu berkata, ‘Selamat datang putra dan Nabi
yang saleh.’
Kemudian beliau naik lagi menuju langit kelima. Jibril pun minta dibukakan seraya
ditanya, ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ ‘Siapa yang bersamamu?’ Jibril menjawab,
Kemudian beliau naik lagi menuju langit keenam. Jibril pun minta dibukakan seraya
ditanya, ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ ‘Siapa yang bersamamu?’ Jibril menjawab,
‘Muhammad.’ ‘Apakah diutus kepada-Nya?’ ‘Ya’, jawab Jibril. ‘Selamat datang sebaik-
baiknya orang yang datang.’ Kemudian pintu pun dibuka. Setelah melewati pintu tersebut, di
sana beliau bertemu dengan Musa ‘alaihis salam. Jibril memperkenalkannya, ‘Ini adalah Musa
‘alaihis salam.’ Beliau pun mengucapkan salam dan salamnya pun dibalas, lalu berkata,
‘Selamat datang putra dan Nabi yang saleh.’
Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha yang di dalamnya terdapat pohon -pohon
besar yang dedaunannya selebar telinga gajah. Seraya berkata, ‘Ini adalah Sidratul Muntaha
yang memiliki empat aliran sungai, dua sungai batiniyah dan dua sungai lagi lahiriyah.’
Aku bertanya, ‘Apa yang dimaksud dua itu wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Dua sungai
batiniyah berada di surga dan dua sungai lahiriyah adalah Nil dan Eufrat.’ Kemudian diangkat
di hadapanku Baitul Makmur. Kemudian disuguhkan kepadaku segelas khamar, segelas susu,
dan segelas madu, aku pun memilih segelas susu. Jibril berkata, ‘Itu adalah fitrah yang kamu
dan umatmu berada padanya.’ Kemudian diwajibkan atasku shalat lima puluh waktu sehari
semalam, aku pun kembali, lalu aku bertemu Musa ‘alaihis salam.
Aku pun kembali (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk meminta keringanan)
maka dikurangi sepuluh waktu. Aku pun kembali dan bertemu Musa lagi, ia pun berkata seperti
:او ْزتُ نَا َدى ُمنَا ٍد َ ُ ت َولَ ِك ِني أَ ْرضَى َوأ
َ فَلَ َما َج: قَا َل،س ِل ُم ُ ْستَ ْح َيي
ْ ت َر ِبي َحتَّى ا ُ ْسأَل
َ
ت ع َْن ِع َبادِي َ ت فَ ِري
ُ ْض ِتي َو َخفَّف َ أَ ْم
ُ ْضي
“Aku telah berulang kali memohon keringanan kepada Rabb-ku, sampai aku merasa malu.
Tetapi aku ridho dan menerima perintah tersebut“. Beliau shallallahu’alaihi wa sallam
melanjutkan, “Setelah aku melewati Musa, terdengarlah suara seruan: Telah Kusampaikan
kewajiban (kalian) atasKu, dan Aku berikan keringanan untuk hamba -hambaKu“ (HR.
Bukhari, no. 3887 dan Muslim, no. 264)
Ini menunjukkan bahwa Allah amat menyukai ibadah shalat tersebut. Kemudian Allah
memperingan bagi hamba-Nya hingga menjadi 5 waktu dalam sehari semalam. Akan tetapi,
tetap saja shalat tersebut dihitung dalam timbangan sebanyak 50 shalat, walaupun dalam
amalan hanyalah 5 waktu. Ini sudah menunjukkan mulianya kedudukan shalat.
الز ْه هري هُّ ق أَ ْخبَ َرنَا َمعْ َم ٌر عَ ْن الر َزا هَ ُي َحدَثَنَا عَبْد َحدَثَنَا ُم َح َمدُ بْ ُن يَ ْحيَى النَيْسَاب ه
ُّ ُور
َ صلَى ّللاَ ُ عَلَيْ هه َوسَلَ َم لَيْلَةَ أُس هْر
ي به هه َ ت عَلَى النَبهي ه َ فُ هر:عَ ْن أَن هَس بْ هن َمالهكٍ قَا َل
ْ ض
يَا ُم َح َمدُ إهنَهُ َال يُبَدَ ُل:ي َ ثُمَ نُو هد،ت َخ ْمسًا ْ َت َحتَى ُج هعل ْ ص َ صلَ َواتُ َخ ْم هسي َن ثُمَ نُقه َ ال
ي َوإه َن لَكَ به َه هذ هه الْ َخ ْم هس َخ ْم هسي َن
َ َالْقَ ْو ُل لَد
Dari Anas bin Malik ia berkata, "Di malam isra` Nabi ﷺdiberi kewajiban untuk melaksanakan
shalat sebanyak lima puluh kali. Kemudian bilangan tersebut dikurangi hingga menjadi lima
kali, beliau lalu diseru, "Wahai Muhammad, sesungguhnya ketentuan yang ada di sisi-Ku
tidak bisa diubah, maka engkau akan mendapatkan pahala lima puluh (waktu shalat)
dengan lima (waktu shalat) ini." (HR. Tirmidzi no. 213, Ahmad no 12180, Albani
menyatakan shahih)
Shalat itu yang pertama kali akan dihisab (diperhitungkan) pada hari kiamat. Amalan
seseorang bisa dinilai baik buruknya dinilai dari shalatnya.
:صلَى هللاُ عَلَيْ هه َوسَلَ َم َ قا َ َل َرسُو ُل هللاه: قَا َل، – ُي هللاُ عَنْه َ ض َوعَ ْن أَبهي ه َُري َْر َة – َر ه
فَقَدْ أفْلَ َح، ت ْ صلُ َح
َ إن ْ َ ف، ُصالَتُه ُ َإ َن أَ َو َل َما يُ َحاس
َ ب به هه العَبْدُ يَ ْو َم القهيَا َم هة هم ْن عَ َمله هه
قَا َل، ي ٌء َ ص هم ْن فَ هري
ْ َضته هه ش َ َ فَإه هن انْتَق، َاب َو َخس َهر َ فَقَدْ خ، ت ْ َو، وأَنْ َج َح
ْ َإن فَسَد
ص هم َن ٍ اُنْظُ ُروا هَ ْل لهعَبْدهي هم ْن تَطَ ُّو: – ب – عَ َز َو َج َل
َ َ فَيُكَ َم ُل همنْ َها َما انْتَق، ع ُ الر
َ
علَى هَذَاَ سا هئ ُر أ ْع َما هل ههَ ض هة ؟ ث ُ َم تَكُو ُن
َ الف هَري
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari
kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil.
Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat
wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’
Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan
seluruh amalnya.” [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Tirmidzi mengatakan hadits
tersebut hasan. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih]
Dalam riwayat lainnya dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Salat menjadi wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terakhir yang diamanahkan
kepada umatnya sewaktu hendak berpisah meninggalkan dunia. Sebagaimana yang dikatakan
oleh sahabat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
Demikian pula dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, salah seorang istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengatakan,
Hal ini, tanpa diragukan lagi menunjukkan tingginya kedudukan salat dalam Islam dan
betapa besar perhatian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah salat.
Shalat adalah ibadah yang membedakan antara seorang muslim dan orang kafir.
Mendirikan shalat adalah bagian dari iman, sedangkan meninggalkan shalat adalah kekafiran
dan perbuatan melampaui batas.
Dari sahabat ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, beliau berkata, “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, beliau
menceritakan bahwa suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang shalat
dan bersabda,
Maksudnya, orang-orang yang meninggalkan salat dan tidak mau menjaga salat,
mereka akan dikumpulkan bersama-sama dengan pembesar orang kafir seperti Qarun, Fir’aun,
Haman, dan Ubay bin Khalaf.
Di sini terdapat catatan yang sangat bagus, yaitu bahwa orang yang meninggalkan
shalat itu bisa jadi disibukkan dengan harta, kekuasaan, jabatan, atau perdagangannya. Siapa
saja yang disibukkan dengan harta, maka dia akan dikumpulkan bersama dengan Qarun. Siapa
saja yang disibukkan dengan kekuasaan atau kerajaan, maka dia akan dikumpulkan bersama
dengan Fir’aun. Siapa saja yang disibukkan dengan jabatan, maka dia akan dikumpulkan
bersama dengan Haman. Siapa saja yang disibukkan dengan perdagangan, maka dia akan
dikumpulkan bersama dengan Ubay bin Khalaf.
Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ُص َالتَنَا َوا ْستَقْبَ َل قهبْلَتَنَا َوأَكَ َل ذَبهي َحتَنَا فَذَلهكَ الْ ُم ْسلهمُ الَذهي لَهُ هذ َمةُ ّللاَ ه َو هذ َمة
َ صلَى َ َم ْن
َرسُوله هه فَ َال ت ُ ْخفه ُروا ّللاَ َ فهي هذ َمته هه
“Barangsiapa shalat seperti shalat kita, menghadap ke arah kiblat kita, dan memakan
sembelihan kita, maka dia adalah seorang muslim, dia memiliki perlindungan dari Allah dan
rasul-Nya. Maka janganlah kalian mendurhakai Allah dengan mencederai perlindungan-
Nya.” (HR. Bukhari no. 391)
Ia adalah barang terakhir yang lenyap dari agama, dengan arti bila ia hilang, maka
hilanglah pula agama secara keseluruhannya.
Dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
Dalam riwayat dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َصل
١٥ ى ۡ َوذَك ََر١٤ قَ ۡد أَ ۡفلَ َح َمن تَزَ كَ ٰى
َ َٱس َم َربه ههۦ ف
“Sungguh, telah berbahagialah orang yang berusaha menisuci-kan diri dan mengingat nama
Tuhannya, lalu ia shalat.” (Al A’la: 14-15).
ْ ص ٰلو َة له هذ ْك هر
ي ٓ َ ال ا ٰهلهَ ا
ْ ْۙ هال اَن َ۠ا فَا ْعبُدْنه
َ ي َواَقه هم ال ٓ َ ّللا
ُ ي اَنَا ه
ْٓ اهنَنه
“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah
salat untuk mengingat Aku. (Thaha: 14).
10. Allah Membuka Amalan Seorang Mu’min dengan Shalat dan Mengakhirinya pula
Dengan Shalat. Ini juga yang menunjukkan ditekannya amalan shalat
ع هن اللَغْ هو َ ) َوالَذهي َن هُ ْم2( ص َال هت هه ْم خَا هش ُعو َن َ ) الَذهي َن هُ ْم هفي1( قَدْ أَفْلَ َح الْ ُمؤْ همنُو َن
) هإ َال5( وج هه ْم َحا هفظُو َن ) َوالَذهي َن هُ ْم هلفُ ُر ه4( لزكَا هة فَا هعلُو َن َ ) َوالَذهي َن هُ ْم هل3( ضو َن ُ ُم ْع هر
َ) فَ َم هن ابْتَغَى َو َرا َء ذَ هلك6( َت أَيْ َمانُ ُه ْم فَ هإنَ ُه ْم غَي ُْر َملُو همي َن ْ اج هه ْم أَ ْو َما َملَكعلَى أَ ْز َو هَ
علَى َ ) َوالَذهي َن هُ ْم8( عو َن َ ) َوالَذهي َن هُ ْم هأل َ َمانَا هت هه ْم َو7( فَأُولَ هئكَ هُ ُم الْ َعادُو َن
ُ ع ْه هد هه ْم َرا
صلَ َواته هه ْم يُ َحافهظُو َن
َ (9)
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’
dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang
tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka
12. Allah Mencela Orang Yang Melalaikan & Malas-Malasan Dalam Menunaikan
Shalat.
َ هإ َن الْ ُمنَافهقهي َن يُخَا هدعُو َن ّللاَ َ َوه َُو خَا هدعُهُ ْم َو هإذَا قَا ُموا هإلَى ال
ص َال هة قَا ُموا كُسَالَى
ً اس َو َال يَذْكُ ُرو َن ّللاَ َ هإ َال قَله
يال َ َي َُرا ُءو َن الن
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa’: 142).
13. Semenjak anak-anak sudah diperintahkan shalat dan boleh dipukul jika tidak shalat
pada waktu berumur 10 tahun.
Perintah shalat ini tidak ditemukan pada amalan lainnya, sekaligus hal ini menunjukkan
mulianya ibadah shalat.
صالَ هة َوهُ ْم أَبْنَا ُء سَب هْع هسنهي َن َواض هْربُوهُ ْم عَلَيْ َها َوهُ ْم أَبْنَا ُء عَ ْش هر
َ ُم ُروا أَ ْوالَدَكُ ْم بهال
اج هع
ض ه َ هسنهي َن َوفَ هرقُوا بَيْنَهُ ْم فهى الْ َم
“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun.
Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah
tempat-tempat tidur mereka“. (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan
bahwa hadits ini shahih).
14. Siapa yang tertidur atau lupa dari shalat, maka hendaklah ia mengqodhonya.
Ini sudah menunjukkan kemuliaan shalat lima waktu karena mesti diganti. Dari Anas bin
Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ُارت ُ َها أَ ْن ي
صله َي َها هإذَا ذَك ََرهَا َ َعنْ َها فَكَف َ صالَ ًة أَ ْو ن
َ َام َ َم ْن نَ هس
َ ى
“Barangsiapa yang lupa shalat atau tertidur, maka tebusannya adalah ia shalat
ketika ia ingat.” (HR. Muslim no. 684). Dimisalkan dengan orang yang tertidur adalah orang
yang pingsan selamat tiga hari atau kurang dari itu, maka ia mesti mengqodho shalatnya.
Namun jika sudah lebih dari tiga hari, maka tidak ada qodho karena sudah semisal dengan
orang gila.
Referensi
Salim bin ‘Ied Al-Hilali, Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
2:255-256. Cetakan pertama, Tahun 1430 H.
Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid, Fiqh As-Sirah. Penerbit Dar At-Tadmuriyyah. Cetakan
Tahun 1424 H
Dr. Sa’id bin ‘Abi Wahf Al Qohthoni, Shalatul Mu’min, terbitan Maktabah Malik Fahd, cetakan
ketiga, tahun 1431 H.
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,
Sulaiman Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, Jakarta: Beirut Publishing, 2018