fd858 06. Modul 6 Morfologi Sungai
fd858 06. Modul 6 Morfologi Sungai
MODUL 06
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-
Modul 6 Morfologi Sungai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Morfologi Sungai sebagai materi inti/substansi dalam
Pelatihan Perencanaan Teknik Sungai. Modul ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang sumber daya
air.
Modul morfologi sungai terpadu disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami dan
menerapkan materi morfologi air. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul
ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan
manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL....................................................................iv
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang...............................................................1
B. Deskripsi Singkat...........................................................1
C. Tujuan Pembelajaran.....................................................1
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok..............................2
E. Estimasi Waktu..............................................................2
MATERI POKOK 1 PROSES FLUVIAL DAN PEMBENTUKAN SUNGAI.............3
1.1 Proses Fluvial dan Pembentukan Sungai...................................................3
1.1.1 Zona 1 : Zona Pemasok Sedimen........................................................3
1.1.2 Zona 2 : Zona Transportasi Sedimen...................................................4
1.1.3 Zona 3 : Zona pengendapan.................................................................4
1.2 Bentuk Sungai.............................................................................................4
1.3 Dataran Banjir dan Formasi Delta.............................................................11
1.4 Lensa Pasir/ Kipas Aluvial.........................................................................12
1.5 Bentuk Alur Sungai....................................................................................12
1.5.1 Alur Bercabang (Braided Stream).......................................................12
1.5.2 Sungai Bermeander............................................................................15
1.5.3 Proses Meandering.............................................................................16
1.5.4 Tanggul dan Rawa Alamiah................................................................18
1.6 Latihan.......................................................................................................18
1.7 Rangkuman................................................................................................19
MATERI POKOK 2 STABLE CHANNEL...............................................................20
2.1 Kestabilan Alur Sungai..............................................................................20
4.1 Latihan.......................................................................................................26
4.2 Rangkuman................................................................................................26
MATERI POKOK 3 PENGARUH KEGIATAN MANUSIA DAN BANGUNAN
TERHADAP SUNGAI 27
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 6 Morfologi Sungai
DAFTAR GAMBAR
3
4
4
5
11
12
14
15
16
16
17
18
1
2
22
23
28
28
0
1
Deskripsi
Modul morfologi sungai ini terdiri dari 3 (tiga) materi pokok. Materi pokok pertama
membahas proses fluvial dan pembentukan sungai. Materi pokok kedua
membahas stable channel. Materi pokok ketiga membahas pengaruh kegiatan
manusia dan bangunan terhadap sungai.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dan
menerapkan dengan baik materi yang merupakan materi inti/substansi dari
Pelatihan Perencanaan Teknik Sungai. Untuk menambah wawasan, peserta
diharapkan dapat membaca terlebih dahulu materi yang berkaitan dengan
morfologi sungai dari sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan diskusi, tanya jawab dan peragaan.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan
ajar.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami dan menerapkan morfologi sungai dalam kaitannya dengan
perencanaan pemanfaatan sungai dalam skala besar.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelatihan Perencanaan Teknik Sungai adalah hal yang relevan dan penting untuk
dilaksanakan demi keberhasilan dan menjaga agar Perencanaan Pemanfaatan
Sungai dilakukan dengan baik dan benar, sehingga sarana dan prasarana dapat
berhasil guna dan berdaya guna. Bentang alam sebagai tempat sungai berada
merupakan sebuah sistem yang terbuka. Ada beberapa input energi yang sangat
variatif yang bekerja di bentang alam ini antara lain : energi potensial (gravitasi)
energi panas (sinar matahari) energi kinetic (gerakan mekanis) energi kimia (air
atmosfir dan kerak bumi). Energi-energi itu secara terus menerus bekerja
terhadap sungai dan bentang alamnya baik sungai sebagai wadah air maupun
seluruh komponen lingkungannya dan menimbulkan perubahan terhadap bentuk
morfologi sungai.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai morfologi
sungai dan khususnya pemahaman mengenai pengaruh fluvial, pembentukan
sungai, stable channel dan pengaruh kegiatan manusia dan bangunan terhadap
sungai yang disajikan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab,
diskusi serta peragaan.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan
mampu memahami dan menerapkan materi morfologi sungai.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu:
a. Menjelaskan dan menerapkan proses fluvial dan pembentukan sungai,
b. Menjelaskan dan menerapkan stable channel,
c. Menjelaskan dan menerapkan pengaruh kegiatan manusia dan bangunan
terhadap sungai.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Morfologi sungai” ini adalah 5 (lima) jam pelajaran (JP) atau
sekitar 225 menit.
MATERI POKOK 1
PROSES FLUVIAL DAN PEMBENTUKAN SUNGAI
Sungai muda adalah bentuk awal alur sungai. Alur terbentuk di permukaan tanah
oleh aliran air. Biasanya bentuk alur seperti “huruf V”, alur tidak beraturan dan
terdiri dari beberapa bagian, bagian tertentu mudah tererosi dan bagian lain tidak
mudah tererosi. Sebagai contoh sungai muda adalah sungai-sungai yang terletak
di pegunungan beserta anak-anak sungai yang terbentuk oleh aliran permukaan.
Sungai dewasa adalah perkembangan selanjutnya dari sungai muda, dengan sifat-
sifat lembah sungai yang cukup lebar, kemiringan dasar sungai relatif flat/datar,
dan formasi tebing terbentuk dari hasil longsoran tebing sebelah hulu. Material
dasar sungai terbentuk dari material bergradasi hasil dari endapan angkutan
sedimen. Sungai dewasa mempunyai bantaran yang relatif sempit, dan biasanya
meander sungai sudah terbentuk. Dataran sungai dewasa biasanya sudah
mempunyai lebar yang cukup, sehingga ditempat tersebut lahannya sudah banyak
yang dimanfaatkan oleh masyarkat, baik untuk pertanian maupun pemukiman.
Untuk mencegah labilnya alur sungai dewasa, maka ditempat-tempat tertentu
banyak dilakukan usaha stabilisasi sungai dan perlindungan tebing sungai untuk
mencegah perubahan/ perpindahan alur sungai.
sungai yang terbentuk sejajar dengan induk sungainya pada jarak yang cukup
panjang sebelum bermuara kembali ke induk sungainya.
Pada tempat-tempat tertentu di hilir dekat muara dimana kemiringan sungai relatif
datar dan turbulensi aliran kecil akan terjadi endapan sungai yang selanjutnya
akan membentuk “delta” sungai.
Hal lain yang akan terjadi adalah alur sungai akan menjadi lebih panjang dan
kemiringan dasar sungai akan mengecil. Dasar sungai sebelah hulu akan
bertambah tinggi akibat sedimentasi dan elevasi muka air banjir rata-rata akan
lebih tinggi. Apabila ditinjau lebih lanjut maka makin lama akan terlihat bahwa
dataran banjir akan bertambah tinggi.
Apabila beban sedimen terlalu banyak, maka proses pengendapan akan terjadi,
sehingga dasar sungai akan naik dan berakibat kemiringan dasar sungai juga
bertambah dan selanjutnya akan terjadi keseimbangan. Dengan bertambahnya
kemiringan dasar, maka kecepatan air akan naik dan selanjutnya akan terbentuk
beberapa alur (alur bercabang), sehingga secara keseluruhan sungai akan
menjadi lebih lebar. Hal lain yang terjadi pada alur bercabang adalah tebing yang
relatif mudah tererosi. Apabila tebing alur sungai mudah tererosi, maka pada saat
muka air tinggi lebar sungai akan menjadi lebih lebar dan pada saat air rendah
endapan akan menjadi stabil dan terbentuk pulau-pulau.
Keterangan:
: panjang meander
A Wm
rc Wm: lebar meander
m
rc: jari-jari meander
A: Amplitudo
: sudut arah lengkungan
Meander sungai terdiri dari lubuk (“pool”) dan alur silang (“crossing”). Thalweg
atau palung/alur utama, alur dari satu lubuk ke lubuk berikutnya membentuk
sungai dengan Tipe “S”. Di tempat lubuk bentuk tampang lintang alurnya
berbentuk segitiga. Endapan akan terjadi di lengkungan dalam. Di tempat alur
silang sungai, tampang lintangnya berbentuk segiempat dengan kedalamannya
lebih dangkal. Pada saat air rendah, kecepatan air tempat ini lebih cepat
dibandingkan kecepatan air di lubuk.
Palung/Thalweg
Palung
Alur silang
(crossing) Palung
Lubuk
(Pool)
A B Endapan
tengah
Alur silang
Endapan
pinggir
A C
B
Endapan di
sudut dalam
Endapan di
sudut dalam
Endapan di
tengah
Potongan A – A Potongan B – B
Potongan C – C
Gambar I.11 - Proses meandering
Proses pembentukan alur sungai sebagai akibat proses erosi dan pengendapan
tersebut akan berjalan terus, sehingga alur sungai akan terbentuk berupa alur
yang menyerupai huruf “S” dan selanjutnya disebut Sungai Bermeander
(Meandering River). Apabila proses erosi dan pengendapan terus berjalan dalam
waktu yang cukup panjang, proses pembentukan meander berjalan terus dan
pada kondisi tertentu lengkungan meander akan terputus dan terbentuk alur
meander baru. Bekas meander tersebut lama kelamaan akan terisi oleh endapan
sungai dan terbentuk lengkungan-lengkungan danau (“oxbow”), dimana
pengendapan akan lebih banyak terjadi pada posisi dekat alur aktif.
1.6 Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan secara singkat masing-masing zona interaksi air dan
lahan dalam sistem fluvial!
2. Jelaskan proses terjadinya dataran banjir!
3. Sebutkan bentuk-bentuk alur sungai!
1.7 Rangkuman
Beberapa faktor alam mempengaruhi proses fisik morfologi sungai. Schumm
(1977) membagi 3 zona interaksi air dan lahan dalam sistem fluvial yaitu zona
pemasok sedimen, zona transportasi sedimen, zona pengendapan. Sungai juga
dapat diklasifikasi menurut usianya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk
menentukan umur sungai, salah satu metode yang digunakan adalah
mempertimbangkan sungai dari sudut geomorfologi. Sungai diklasifikasi menjadi
sungai tua, dewasa dan sungai muda.
Dataran banjir terbentuk karena proses erosi berjalan terus baik melalui proses
erosi permukaan maupun erosi yang terjadi di badan sungai, disertai longsoran-
longsoran tebing, maka material hasil erosi tersebut akan terangkut ke arah hilir,
sehingga terbentuk tebing-tebing sungai yang berfungsi sebagai batas alur sungai
dan pembentukan meander sungai. Dengan banyaknya angkutan sedimen yang
terbawa arus sungai, maka seterusnya sedimen tersebut akan diendapkan di
daerah yang relatif rendah.Pada tempat-tempat tertentu di hilir dekat muara
dimana kemiringan sungai relatif datar dan turbulensi aliran kecil akan terjadi
endapan sungai yang selanjutnya akan membentuk “delta” sungai. Selain itu
dalam sungai terdapat juga lensa pasir yang terbentuk pada tempat di mana
terjadi peralihan dasar sungai yang curam ke dasar sungai yang datar.
Apabila kita akan mempelajari mengenai morfologi sungai, hal yang sangat
membantu adalah melakukan studi terhadap profil dan situasi sungai secara
keseluruhan. terdapat beberapa bentuk alur sungai, yaitu alur bercabang (braided
stream), sungai bermeander, proses meandering, tanggul dan rawa alamiah.
MATERI POKOK 2
STABLE CHANNEL
Sebagai contoh studi yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan estimasi
kualitatif adalah sbb:
1. Lane (1955)
Studi dilakukan dalam rangka mempelajari perubahan sungai dengan
perubahan debit air dan debit sedimen.
2. Studi yang serupa juga dilakukan oleh peneliti lain, seperti yang dilakukan
oleh Leopold dan Muddock (1953), Schumn (1971) dan Santos-Cayado
(1972).
Perlu diketahui bahwa hasil rumusan tersebut hanya berlaku pada sungai-sungai
alamiah, dan tidak berlaku pada alur-alur buatan dengan material tebing yang
tidak berasal dari hasil sedimentasi.
Sebagai contoh, sebuah anak sungai dengan beban sedimen yang cukup besar,
maka akan mempengaruhi sungai utamanya, yaitu beban sedimen akan
bertambah (Qs+).
Untuk memudahkan gambaran, anggap pertambahan debit tidak begitu besar,
sehingga debit Q dianggap konstan, maka hal yang terjadi adalah kemiringan
dasar sungainya akan bertambah (I+).
C’
Kondisi keseimbangan akhir
Gambar II.2 - Perubahan kemiringan dasar sungai akibat pertambahan
sedimen
A
Garis CA (kemiringan dasar awal) akan berubah menjadi C’A. Hulu muara sungai
Base awal
akan terpengaruh, dan menyesuaikan dengan proses agradasi yang terjadi di hilir
muaranya.
Kondisi keseimbangan
awal
C
Kondisi keseimbangan akhir Degradasi di hilir bendungan
C’
Base awal
Dalam setiap kejadian, hubungan antara pengaruh angkutan sedimen dasar dapat
digambarkan, sbb:
Q.I ~ Qs.D50
…………………………… (3.1.3)
Gerusan terjadi jika gaya gesek (tractive force) yang terjadi > shear stress ijin
Gerusan akan terus terjadi sampai sediment transport capacity tercapai. Ketika
debit mengecil sediment mulai dilepas dan mengendap di suatu tempat di hilir.
Sungai alluvial tidak pernah mempunyai bentuk geometri yang permanen, karena
tampang melintang dan slopenya selalu berubah
• The engineer who alters natural equilibrium relations by diversion or
damming or channel improvement measures will often find that he has
the bull by the tail and is unable to let go, as he continues to correct or
suppress undesirable phases of the chain reaction of the stream to the
initial ‘stress’.
• Too often the net result of river improvement is a greater departure from
equilibrium than in the original situation. Good engineering must always
try to improve the tendency of the stream toward equilibrium. Predicting
the response of the river is a complex task in view of the large number of
parameters involved that are interrelated ( River Dynamics – H.N.C
Breusers, 1988).
4.1 Latihan
1. Jelaskan prediksi perubahan sungai secara kuantitatif!
2. Sebutkan tiga hasil studi yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan
estimasi kualitatif!
3. Sebutkan derajat kebebasan Alur sungai alluvial!
4.2 Rangkuman
Secara kuantitatif, prediksi sungai perubahan sungai dapat dilakukan apabila
jumlah data mencukupi dengan ketelitian yang memadai. Biasanya dalam praktek,
jumlah data yang diperlukan kurang memadai, sehingga analisa yang dipakai
adalah analisa kualitatif. Terdapat contoh studi yang dilakukan oleh beberapa
peneliti dengan estimasi kualitatif yaitu oleh Lane (1955), Leopold dan Muddock
(1953), Schumn (1971) dan Santos-Cayado (1972) Studi dilakukan dalam rangka
mempelajari perubahan sungai dengan perubahan debit air dan debit sedimen.
Alur sungai alluvial memiliki 9 derajat kebebasan yaitu average bankfull width (W),
depth (d), maximum depth (dm), height and wave length of bedforms, slope (S),
velocity (V), sinuosity (p), meander length (Z). Sungai alluvial tidak pernah
mempunyai bentuk geometri yang permanen, karena tampang melintang dan
slopenya selalu berubah.
MATERI POKOK 3
PENGARUH KEGIATAN MANUSIA DAN BANGUNAN TERHADAP SUNGAI
posisi yang pernah ada (re-section), membuka penyempitan dan tidak merubah
dimensi palung sungai secara drastis.
Peningkatan kapasitas palung akan merubah salah satu atau beberapa variable
dimensi palung sungai (kemiringan,lebar palung, kedalaman, diameter butiran
sedimen). Perubahan ini membawa pengaruh besar pada keseimbangan fisik
sungai dengan adanya perubahan satu atau lebih variable hidrolik menuju ke
keseimbangan baru. Tergantung variabel yang diubah dan perubahan yang terjadi
umumnya pekerjaan normalisasi memunculkan warisan kepada generasi
berikutnya suatu pekerjaan baru berupa pekerjaan perkuatan dan/atau
perlindungan tebing atau pekerjaan operasi pemeliharaan yang menerus. Selain
itu kanalisasi juga cenderung memutus hubungan antara dataran banjir dengan
sungai, sehingga kemampuan menampung banjir menjadi berkurang justru dibuat
segera mengalir ke hilir sehingga puncak banjir di hilir semakin tinggi.
3.2 Sudetan
Dengan adanya sudetan maka terjadi perubahan kemiringan dasar sungai di
lokasi sudetan. Hal ini akan memicu terjadinya degradasi dasar sungai di hulu
sudetan karena meningkatnya kecepatan di hulu sudetan. Hal sebaliknya akan
terjadi di hilir sudetan yaitu terjadi agradasi. Sudetan sering dipakai sebagai cara
konvensional dalam pengendalian banjir yaitu dapat menurunkan elevasi muka
air di hulu sudetan, tapi sebaliknya membuat tingginya elevasi muka air di hilir
sudetan. Pengaruh sudetan untuk mengendalikan banjir sebenarnya mirip dengan
normalisasi yaitu mempercepat puncak banjir bergerak ke hilir dengan kata lain
sebenarnya hanya memindahkan masalah banjir dari hulu ke hilir.
3.4 Jembatan
Pengaruh konstruksi jembatan terhadap sungai dapat terjadi secara sangat
kompleks, sehingga perlu dicermati benar dalam upaya memahami pengaruhnya
secara jangka panjang dalam rangka kegiatan rekomtek. Secara skematis
pengaruh timbal balik ke arah hulu dan hilir digambarkan sebagai berikut :
3.6 Rangkuman
Terdapat beberapa kegiatan manusia dan bangunan yang berpengaruh terhadap
sungai, kegiatan–kegiatan tersebut yaitu pengaruh kapasitas palung, sudetan,
galian komoditas tambang (galian C), dan jembatan. Peningkatan kapasitas
palung sungai paling lazim dilakukan untuk pengendalian banjir yaitu dengan
memperbesar kapasitas pengaliran. Cara ini termasuk jenis cara “hard
engineering’ yang jika dilakukan secara sembarangan dapat mengakibatkan efek
yang merugikan antara lain mengalirnya banjir secara cepat ke hilir, dan terjadinya
pengendapan pada saat debit kecil. Peningkatan kapasitas palung akan merubah
salah satu atau beberapa variable dimensi palung sungai (kemiringan,lebar
palung, kedalaman, diameter butiran sedimen).
tapi sebaliknya membuat tingginya elevasi muka air di hilir sudetan. Galian C
banyak dilakukan di sungai-sungai yang mengandung bahan-bahan pasir batu
dan kerikil. Pengambilan bahan ini di banyak tempat karena tidak dilakukan
secara terrencana telah banyak menimbulkan pengaruh yang merugikan berupa
longsornya bangunan-bangunan di hulu dan di hilir lokasi pengambilan.Pengaruh
konstruksi jembatan terhadap sungai dapat terjadi secara sangat kompleks,
sehingga perlu dicermati benar dalam upaya memahami pengaruhnya secara
jangka panjang dalam rangka kegiatan rekomtek.
PENUTUP
A. Simpulan
Di dalam modul ini peserta dapat mempelajari, mendalami dan memahami
mengapa morfologi sungai sangat diperlukan dalam melakukan pengelolaan
sumber daya air dalam wilayah sungai. Peserta juga dapat memahami dan
menerapkan materi mengenai proses fluvial dan pembentukan sungai, stable
channel, pengaruh kegiatan manusia dan bangunan terhadap sungai.
Selain itu juga modul ini dapat memberikan gambaran yang jelas dalam
mengimplementasikan kegiatan di atas dalam modul ini juga disertakan ilustrasi
yang berupa gambar/ foto pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas
lanjutan untuk dapat memahami dan menerapkan detail perencanaan teknik
sungai dan ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman
yang komprehensif mengenai perencanaan teknik sungai.
EVALUASI FORMATIF
A. Soal
Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar dari petanyaan-
pertanyaan di bawah ini!
1. Schumm (1977) membagi 3 zona interaksi air dan lahan dalam sistem fluvial
di antaranya…..
a. Zona pemasok, zona transportasi, zona endapan
b. Zona pemasok, zona penerima, zona endapan
c. Zona pengangkut sedimen, zona penerima, zona pengendapan
d. Zona pemasok sedimen, zona transportasi sedimen, zona pengendapan
e. Semua benar
2. Berikut ini merupakan klasifikasi sungai berdasarkan umur sungai adalah …..
a. Geomorfologi
b. Sungai muda
c. Sungai anak-anak
d. Sungai bermeander
e. Sungai bercabang
3. Berikut ini merupakan hasil studi yang dilakukan oleh beberapa peneliti
dengan estimasi kualitatif, kecuali …..
a. Kedalaman aliran berbanding langsung dengan debit air dan berbanding
terbalik dengan debit sedimen.
b. Lebar alur berbanding langsung dengan debit air dan debit sedimen.
c. Bentuk alur, dinyatakan dalam nilai banding lebar dan kedalaman
dipengaruhi langsung oleh debit sedimen.
d. Kemiringan dasar alur sungai berbanding terbalik dengan debit air, tetapi
berbanding langsung oleh debit sedimen dan besaran butir.
e. Panjang meander, adalah tidak berbanding langsung dengan debit air dan
debit sedimen.
5. Berikut ini merupakan kerugian dari head cutting dan degradasi, kecuali .....
a. Turunnya muka air tanah (sumur-sumur kering)
b. Matinya tetumbuhan di tepi sungai
c. Membentuk tanggul
d. Runtuhnya pondasi bangunan jembatan
e. Perkuatan tebing dan bangunan umum lainnya
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
memahami dan menerapkan morfologi sungai. Proses berbagi dan diskusi dalam
kelas dapat menjadi pengayaan akan materi morfologi sungai. Untuk
memperdalam pemahaman terkait materi morfologi sungai, diperlukan
pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan terkait atau pada modul-
modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-variasi modul-modul yang
ada pada media internet. Sehingga terbentuklah pemahaman yang utuh akan
perencanaan teknik sungai.
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
Sumber Daya Air Air, sumber air, dan daya air yang dikandung di
dalamnya.
Sungai Aliran
: air yang besar (biasanya buatan alam).
KUNCI JAWABAN
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.
Adapun kunci jawaban dari soal latihan pada setiap materi pokok, sebagai berikut: