Anda di halaman 1dari 2

Menjadi Mahasiswa (Paramadina)

Shefti Latiefah

Sekjend Serikat Mahasiswa Universitas Paramadina 2011

Mahasiswa secara terminologis terdiri atas kata maha dan siswa, yakni, siswa yang tertinggi.
Untuk itulah, menjadi mahasiswa, adalah menjadi pembelajar sekaligus pengajar, menjadi
pengabdi sekaligus agen perubahan, karena, dalam tataran pendidikan, mahasiswa merupakan
strata tertinggi dan yang bisa diandalkan.

Sebagai mahasiswa, kiranya, kita ingat bahwa, salah satu landasan kemahasiswaan kita adalah
Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ini yang kemudian menyadarkan kita untuk tidak teralineasi
dengan kesibukan belajar kita dan berkutat di buku diktat saja. Tanggung jawab kita sebagai
mahasiswa juga melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Secara gradual, ini sudah
benar. Bahwa, pada semester-semester awal, kita biasanya sibuk kuliah, sibuk cari nilai, apalagi
jika dibebani beasiswa yang menuntut IPK tinggi. Belajar. Lalu, selanjutnya, ketika sudah
melewati mata kuliah tertentu, kita bisa melakukan penelitian. Peneiltian ini merupakan
sumbangsih yang berarti mengingat hanya sekitar 18, 7% atau 4.657.483 orang mahasiswa yang
ada di Indonesia. Dan, penelitian tentu saja dilakukan oleh mereka yang memiliki kapabilitas,
dalam hal ini, mahasiswa adalah salah satunya.

Data 2011 dari Dirjen Dikti ini tak membuat semangat meluntur lantaran kalah saing dengan
negara maju semacam AS yang tingkat Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikannya mencapai
40% dan yang tertinggi masih dipegang oleh Korea Selatan dengan tingkat APK 90%. Ini masih
dalam tataran klaim pendidikan terinstitusi, namun, di luar itu, pendidikan informal tidak
termasuk disini. Sehingga data itu juga tidak sepenuhnya representatif untuk mengukur tingkat
intelegensia di Indonesia.

Tapi, tidak hanya dengan mengandalkan intelektual mahasiswa, tugas yang tak kalah penting
sesuai amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah pengabdian masyarakat. Membela kaum-
kaum tertindas. Sepertinya terdengar heroik dan utopis. Tidak. Ini memang sudah kewajiban kita
sebagai mahasiswa, sebagai penyambung lidah rakyat, seperti Soekarno. Kewajiban belajar kita
akan tergerus waktu jika kita tidak juga berguna bagi masyarakat. Masalah-masalah riil dan
faktual akan terlupakan begitu saja, tanpa ada tindak lanjut yang berkeadilan. Salah satu peran
mahasiswa disini adalah sebagai pembela keadilan yang pro rakyat. Implementasi dharma ketiga
ini bermacam-macam mulai dari kuliah kerja nyata (KKN) di desa-desa, yang sampai hari ini
masih dilakukan oleh kampus-kampus mayoritas, aksi (demonstrasi) memperjuangkan hak-hak
rakyat, hingga advokasi secara legal. Kiranya, perangkat negara dalam melaksanakan pembelaan
dan penegakan hukum tidak kurang, namun, sayangnya, maraknya korupsi membuat kinerja
mereka tak optimal. Untuk itulah harus ada perangkat-perangkat baru yang memang ditujukan
untuk membela rakyat. Mahasiswa, disini adalah perangkat baru itu. Kita mampu, kita akan
berguna dan kita membuktikan komitmen untuk mengamalkan tri dharma yang kita yakini itu.

Di kampus kita, azas Tri Dharma Perguruan Tinggi tidak terlalu terdengar dibandingkan dengan
nilai keparamadinaan dan core competence. Sehingga, pada prakteknya, dharma-dharma itu tidak
tereksplorasi sempurna. Jangankan dharma, nilai-nilai keparamadinaan dan core competence saja
harus kita kaji ulang, apakah sudah optimal diimplementasikan dalam kehidupan di Paramadina?
Ini menjadi tugas kita bersama. Menjadi mahasiswa, tidak hanya disibukkan dengan kegiatan
belajar mengajar sehingga teralienasi dengan lingkungan riil kita. Tidak, kawan-kawan. Kita juga
berkewajiban untuk peka dan bertindak dalam rangka kesejahteraan masyarakat. Mahasiswa
adalah kaum intelektual, sekaligus harapan dan pejuang kemaslahatan. Apa kita akan duduk
diam dan membiarkan kita ditindas? Atau bangkit dan melawan? Memperjuangkan hak-hak kita?
Tanya nurani kita. Apakah kita hanya seorang pelajar atau seorang militan kebenaran yang juga
peka terhadap persoalan bangsa, tak hanya duduk diam di meja dengan buku diktat tebal-tebal.
Kita kah pejuang itu?

Jakarta, 8 Maret 2011

Semangat Perjuangan!

Anda mungkin juga menyukai