Anda di halaman 1dari 14

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Kontruksi Bidang Elektronika dan

Komunikasi
Jabatan Kerja : Ahli Kelaikan Fungsi Elektrikal Bangunan Gedung
Buku Informasi : Memeriksa Kelaikan Fungsi Sistem Daya Listrik Pada Bangunan
Gedung

Tim Pembuatan Modul,


Narasumber:
Cakra Negara, ST, MT (PUPR), Dr. Ir. Trihono Kadri, MS (LPJKP), Ir. Kennedy
Nainggolan, MM (LPJKP), Fajaruddin Lubis, SE, MP. (LPJKP), Ir. Leonard Sihombing
(LPJKP), Dr. Khadik Triyanto,SH, MH (LPJKP), Ir. Achmad Sutowo Sutopo, MARS,
AUt. HAEI (HAEI), Puji Muhardi (APEI), Soewarto, BE. (AKLI), Ir. S. Gunawan, M.Sc
(HTII), Martunus Haris (PIPI)

Penanggung Jawab : Ir. Suryawinata, MM., IPM., AU., AUt., MPM (LPJKP)
Ketua : Ir. Bambang Agus Hidayat, MM (ITBU)
Wakil Ketua : Ir. Deddy Haryadi Z (HTII)
Sekretaris : Asito Gunawan, S.Kom, (APEI)
Wakil Sekretaris : Syamsu Marlin, ST., MT. (UBK)
Ketua Sub Tim. Elektrikal : Ir. Hamid Tarhan., M.Kom (APEI)
Wakil Ketua : Ir. Anung Haryono, MT. (PBK)
Ketua Sub Tim. Mekanikal : Ir. Didit Sumardiyanto, MT. (UTA’45)
Wakil Ketua : Bantu Hotsan Simanullang, ST., MT. (ITBU)

Anggota :
Ir. Ikhsan Kamil, M.Kom (PNJ), Ir. Johansyah, MT. (UKRIDA), Sarah Setiawan (HDII),
Safitri Widiastuti (HDII), Permana Andi Paristiawan, ST. MT. (UBK), Prian Gagani, ST.
MT. (UMJ), Haris Wahyudi, ST. MT.(UMB), Ir. Mia MT Djaya, MM (APEI), Edy Setiawan,
ST. CSE (A2K4), Willy Purbaya, ST. (APEI), Ir. Erlangga (HAEI), Ir. Suparjo (HAEI), Ir.
Joko Tri Mulyantoro (PBK), Tony Kurniawan, ST. MT. (STT PLN), Wahyu, ST. (APPI),
Herwin Hutapea, S.ST. MT. (UTA’45)

Editor : M.Nasrullah
Desain Sampul dan Tata Letak : M. Nasrullah

Cetakan ke-1 : Agustus 2018

Hak Pengarang dan Penerbit dilindungi Undang-undang

Diterbitkan oleh
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Provinsi DKI Jakarta
Jl. Rajawali, Cipinang Indah II, Kel.Pondok Bambu,
Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur 13430
Telp/Fax. (021) 8601789, 22088155
Website : www.lpjkdki.id
BUKU INFORMASI
AHLI KELAIKAN FUNGSI ELEKTRIKAL
BANGUNAN GEDUNG

MEMERIKSA KELAIKAN FUNGSI SISTEM


DAYA LISTRIK PADA BANGUNAN GEDUNG
BAB II
MEMERIKSA KELAIKAN FUNGSI SISTEM
DAYA LISTRIK PADA BANGUNAN GEDUNG

I. UMUM
1.1 Defenisi Daya Listrik
Daya listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power adalah jumlah
energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber energi
seperti tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban yang
terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain, daya
listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau rangkaian listrik. Kita
mengambil contoh lampu pijar dan Heater (Pemanas), Lampu pijar menyerap daya
listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi cahaya sedangkan heater
mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas. Semakin tinggi nilai watt-nya
semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya. Rumus yang digunakan adalah:
P = V x I………………………………….(2.1)
Dimana:
P = daya listrik (W)
V = tegangan listrik (V)
I = arus listrik (I)
Daya listrik dapat dibagi menjadi 3 yaitu daya nyata (P), daya reaktif (Q), dan daya
semu (S).
 Daya nyata P merupakan daya sebenarnya yang dibutuhkan oleh beban-beban
listrik/peralatan rumah tangga. Satuan daya nyata adalah watt (W).
 Daya reaktif Q adalah daya yang timbul karena adanya pembentukan medan
magnet pada beban-beban induktif. Satuan dari daya reaktif adalah volt ampere
reaktif (VAR).
 Daya semu merupakan resultan antara daya nyata dan daya reaktif. Satuan dari
daya semu adalah volt ampere (VA).
 Faktor daya (Cos φ) merupakan suatu konstanta pengali dengan nilai 0 sampai
1, yang menunjukkan seberapa besar daya nyata yang diserap oleh beban
resistif dari daya semu yang ada pada suatu beban total.
1.2 Perbaikan Faktor Daya dengan Kapasitor
1.2.1 Pengertian Faktor Daya
Dalam kehidupan sehari-hari, daya listrik yang dihasilkan oleh sebuah sumber
merupakan daya semu (S) dengan satuan Volt Amper (VA) karena tidak semua daya
listrik tersebut dapat digunakan. Hanya sebagian daya listrik yang dapat digunakan
untuk menggerakan motor atau memanaskan elemen pemanas, daya ini disebut
daya nyata (P) dengan satuan watt (W). Sedangkan sebagian lainnya disebut daya
reaktif (R) dengan satuan volt amper reaktif (Var) yang merupakan daya listrik yang
tidak terpakai. Terdapat rasio perbedaan antara daya semu yang dihasilkan pleh

20
sumber dan daya nyata yang terpakai, rasio ini disebut faktor daya. Besarnya faktor
daya menunjukan besarnya tingkat efisiensi sebuah jaringan dalam mendistribusikan
daya listrik. Besarnya faktor daya dibatasi dari 0 sampai 1. Semakin nilai faktor daya
mendekati 1 maka semakin baik karena daya yang terpakai semakin maksimal,
sebaliknya semakin mendekati 0 daya yang terpakai semakin minimal (relatif buruk).

Gambar 2.1 Segitiga Daya


1.2.2 Perbaikan Faktor Daya
Faktor daya yang relatif rendah atau mendekati 0 menandakan bahwa daya nyata (P)
yang digunakan adalah semakin sedikit dan daya reaktif semakin besar. Hal tersebut
mengakibatkan kerugian secara ekonomis maupun teknis, maka daripada itu perlu
dilakukan suatu perbaikan faktor daya. Perbaikan faktor daya ini dilakukan dengan
menggunakan sebuah komponen yang kapasitif untuk menghasilkan daya reaktif,
sehingga sumber tidak perlu menghasilkan daya reaktif dan tidak mengurangi daya
nyata. Apabila sebuah kapasitor dipasang pada jaringan daya listrik, maka segitiga
daya akan berubah seperti ditunjukkan pada gambar 2. Daya reaktif yang harus
dihasilkan berkurang sebesar Q koreksi sehingga nilai cos ᵩ nya akan mendekati 1.

Gambar 2.2 Segitiga Daya dengan Q koreksi

1.2.3 Kapasitor Bank


Kapasitor bank merupakan rangkaian yang terdiri dari beberapa unit kapasitor yang
berfungsi untuk men-supply daya reaktif dalam sebuah rangkaian instalasi listrik yang
cenderung memiliki beban induktif.

21
Gambar 2.3 Kapasitor Bank
Kapasitor bank dipasang secara paralel pada suatu jaringan distribusi listrik dalam
gedung. Ketika kapasitor diberi tegangan, maka elektron akan masuk ke dalam
kapasitor hingga memenuhi kapasitas tertentu. Setelah kapasitor terpenuhi oleh
elektron, maka tegangan berubah yang mengakibatkan elektron keluar dari kapasitor
dan masuk ke dalam rangkaian. Elektron yang masuk ke dalam rangkaian dapat
membangkitkan daya reaktif. Apabila tegangan sudah kembali normal maka elektron
disimpan kembali dalam kapasitor.
Fungsi utama dari pemasangan kapasitor bank adalah sebagai penyuplai daya reaktif
pada rangkaian, selain itu terdapat beberapa keuntungan menggunakan kapasitor
bank, antara lain:
a. Meningkatkan kemampuan pembangkitan generator.
b. Meningkatkan kemampuan penyaluran daya pada jaringan transmisi.
c. Meningkatkan kemampuan penyaluran daya gardu-gardu distribusi.
d. Mengurangi rugi-rugi pada sistem distribusi.
e. Menjaga kualitas tegangan pada sistem distribusi.
f. Meningkatkan kemampuan feeder dan peralatan yang ada pada sistem
distribusi;

1.2.4 Reactive Power Regulator


Reactive power regulator berfungsi sebagai pengatur kerja kontaktor agar daya
reaktif yang akan disuplai menuju jaringan atau sistem dapat bekerja sesuai kapasitas
yang dibutuhkan. Dengan acuan pembacaan besaran arus dan tegangan pada sisi
utama Breaker maka daya reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah
yang akan mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang diperlukan. Peralatan ini
mempunyai bermacam macam steps dari 6 steps, 12 steps sampai 18 steps.
Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel kapasitor antara lain :
 Push button on dan push button off yang berfungsi mengoperasikan magnetic
contactor secara manual. – Selektor auto – off – manual yang berfungsi memilih
sistem operasional auto dari modul atau manual dari push button.
 Exhaust fan + thermostat yang berfungsi mengatur ambein temperature dalam
ruang panel kapasitor. Karena kapasitor, kontaktor dan kabel penghantar
mempunyai disipasi daya panas yang besar maka temperatur ruang panel
meningkat, setelah setting dari thermostat terlampaui maka exhaust fan akan
otomatis berhenti.

22
II. KHUSUS
2. Elemen Kompetensi 1 : Melaksanakan koordinasi persiapan pemeriksaan
dengan pengelola gedung
2.1. Pengelola Gedung dan Pihak Terkait diidentifikasi
Dalam suatu sistem manajemen gedung tentunya dikelola oleh bidang yang
membawahi bidang pengelolaan gedung. Sebelum melakukan pekerjaan, seorang
engineer harus mampu melakukan identifikasi gedung utamanya berkoordinasi
dengan pengelola gedung. Mengidentifikasi pengelola gedung dan pihak terkait
sesuai dengan prosedur merupakan pendataan semua personil pengelola gedung
dan pihak terkait yang berhak dalam koordinasi. Tujuannya adalah agar dapat
berkoordinasi dengan pihak terkait dan pengelola.
Perbedaan mendasar antara tugas dan fungsi pengelola gedung adalah tugas
seorang pengelola gedung melindungi dan merawat gedung dan isinya secara teknis,
agar senantiasa dapat beroperasi saat diperlukan. Sedangkan fungsi pengelola
gedung adalah menjaga agar kondisi gedung selalu dalam kondisi Prima (layak
fungsi).
Yang di maksud mengidentifikasi pengelola gedung adalah agar data pengelola
gedung dan pihak terkait lebih detail, sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan
dipastikan. Agar dapat memastikan kepastian berkoordinasi dengan pengelola dan
pihak terkait dengan personal yang benar

2.2. Jadwal Pertemuan dengan Pengelola Gedung disiapkan


Sebelum melakukan pertemuan dengan pihak gedung terlebih dahulu harus ada
persiapan. Salah satunya adalah jadwal pertemuan. Seorang engineer harus mampu
membuat jadwal pertemuan dengan pengelola gedung untuk menentukan kapan dan
dimana pertemuannya serta siapa saja yang diundang dalam pertemuan tersebut.
Pentingnya melakukan jadwal pertemuan tersebut supaya tidak terjadi miskomunikasi
dan untuk mengetahui kesiapan pertemuan dengan pengelola gedung serta untuk
melengkapi, jika terdapat kekurangan data dalam jadwal pertemuan tersebut. Mampu
membuat jadwal dan, mempresentasikan jadwal pertemuan kepada pengelola
gedung dan pihak terkait adalah hal yang harus diketahui oleh seorang engineer.

2.3. Rencana Pemeriksaan Sistem Daya Listrik dikoordinasikan dengan Pihak


Terkait
Pengelola gedung harus paham dan mengerti mengenai pekerjaan yang akan
dilakukan. Untuk itu perlu adanya komunikasi lebih awal baik berupa surat
pemberitahuan, presentasi, ataupun bertemu langsung. Untuk memberikan
penjelasan pada pihak terkait mengenai rencana pemeriksaan sistem daya listrik
yang akan dilakukan. Selain itu juga bertujuan supaya ada keselarasan jadwal antara
pelaksana dengan pengelola.
Perlunya Pertemuan tersebut untuk membahas mengenai jadwal pekerjaan, efek
yang ditimbulkan dari pekerjaan tersebut, hal-hal yang harus dipersiapkan, kebutuhan
team, biaya, serta untuk memberikan penjelasan pada pihak terkait mengenai
membuat kesepakatan rencana pemeriksaan sistem daya listrik yang akan dilakukan.

23
3. Elemen Kompetensi 2 : Melaksanakan pemeriksaan kesesuaian sistem daya
terpasang dengan gambar diagram satu garis (single line diagram)
3.1. Gambar diagram sistem daya diidentifikasi
Identifikasi sistem daya adalah memeriksa sumber atau kondisi sumber daya listrik
yang ada. Memeriksa, mengukur dan memberi beban pada sumber energi, baik
cadangan atau sumber daya utama. Gambar satu garis merupakan gambar yang
menjelaskan tentang sumber daya yang ada dan data tekniknya. data sistem daya
diperoleh dari gambar as built drawing.

3.2. Kesesuaian komponen dan aksessoris sistem daya dengan gambar diagram
satu garis diperiksa
Komponen Sumber daya dan aksesorisnya yang harus diperiksa, meliputi :
1. Trafo adalah alat atau kompenen/sistem yang memindahkan tenaga listrik antar
dua rangkaian listrik atau lebih melalui induksi elektromagnetik.

Gambar 2.3 Trafo

2. Generator Set
Genset adalah mesin atau perangkat yang terdiri dari pembangkit listrik
(generator) dengan mesin penggerak yang disusun menjadi satu kesatuan untuk
menghasilkan suatu tenaga listrik dengan besaran tertentu.

Gambar 2.4 Genset

3. UPS
UPS adalah perangkat yang biasanya menggunakan baterai backup sebagai
catuan daya alternatif, untuk dapat memberikan suplai daya yang tidak terganggu
untuk perangkat elektronik yang terpasang.

24
Gambar 2.5 UPS

4. Penyearah
Penyearah adalah rangkaian elektronika yang berfungsi menyearahkan
gelombang arus listrik. Arus listrik yang semula berupa arus bolak-balik (AC) jika
dilewatkan rangkaian Penyearah akan berubah menjadi arus searah (DC).

Gambar 2.6 Contoh rangkaian penyearah

5. Stop Kontak

Gambar 2.7 Stop Kontak

Dalam melakukan pengecekan daya listrik, semua data yang diperoleh dilapangan
dicatat dalam buku formulir yang disediakan sesuai dengan format yang telah
disepakati dan dibuat berdasarkan standar tertentu. Hasil isian formulir tersebut
nantinya akan dicocokkan dengan gambar yang sudah di desain sebelumnya.
Pemeriksaan instalasi listrik tersebut juga dimaksudkan untuk memastikan jumlah
komponen yang sudah di install apakah sudah sesuai dengan gambar atau belum.
Sedangkan untuk alat ukur bisa menggunakan Wattmeter (untuk mengukur daya),
Amperemeter (Untuk mengukur Arus), frekuensi meter (untuk mengukur frekuensi),
dan Voltmeter (untuk mengukur tegangan/voltase).

25
3.3. Pengawatan diagram satu garis sistem daya diperiksa dengan cermat
Aksesoris lain yang juga perlu unutk diperhatikan adalah ACB, MCB, NFB, pengaman
arus, kontaktor dan ELCB.
- ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana
pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah
dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai
peredam busur api yang timbul akibat proses switching maupun gangguan.

Gambar 2.8 ACB (Air Circuit Breaker)

- MCB (Miniature Circuit Breaker) adalah komponen dalam instalasi listrik rumah
yang mempunyai peran sangat penting. Komponen ini berfungsi sebagai sistem
proteksi dalam instalasi listrik bila terjadi beban lebih dan hubung singkat arus
listrik (short circuit atau korsleting).

Gambar 2.9 MCB (Miniature Circuit Breaker)

- NFB (No Fuse Breaker) adalah pemutus tanpa sekering, berfungsi untuk
menghubungkan dan memutus tegangan/arus utama dengan sirkuit atau beban,
selain itu juga berfungsi untuk memutuskan/melindungi beban dari arus yang
berlebihan ataupun jika terjadi hubung singkat

Gambar 2.10 NFB (No Fuse Breaker)

26
- Kontaktor merupakan alat elektro magnetik yang prinsip kerjanya memanfaatkan
teori bahwa arus listrik yang mengalir pada sebuah tembaga akan menghasilkan
medan magnet. Biasanya kontaktor digunakan untuk sistem listrik 3 fasa.

Gambar 2.11 Kontaktor

4. Elemen Kompetensi 3 : Melakukan evaluasi hasil pemeriksaan


Analisa pemeriksaan pengawatan satu garis merupakan perbandingan hasil pemeriksaan
daya pada diagram satu garis dengan jumlah daya yang terpasang. Yaitu menganalisa
jumlah daya terpakai dan cadangan yang terlihat di dalam gambar diagram satu baris.
Setelah instalasi listrik tentunya akan dilakukan uji keandalan daya. Kualitas tegangan listrik
yang diterima oleh pengguna memerlukan lebih banyak aspek yang harus ditinjau. Kualitas
tegangan listrik menyangkut parameter listrik dalam keadaan ajek (steady state) dan
parameter dalam keadaan peralihan (transient).
a. Parameter Keadaan Ajek (steady- state)
Parameter yang dipakai untuk menilai mutu listrik keadaan ajek adalah :
- Variasi tegangan
- Variasi frekwensi
- Ketidak seimbangan
- Harmonik
Dalam sistem penyediaan tenaga listrik, secara umum tegangan listrik dititik suplai
diijinkan bervariasi (+5%) dan (–10%) sesuai standar PLN sedangkan dalam ANSI C
84.1 diijinkan (–10%) dan (+ 4 %) dalam kondisi normal sedangkan kondisi tertentu
(darurat) diijinkan (-13 % ) dan (+ 6 %).
Variasi frekuensi disini tidak diatur dalam bentuk standar tetapi lebih banyak diatur
dalam bentuk petunjuk operasi. Untuk sistem tenaga listrik Jawa-Bali-Madura
diusahakan variasi frekuensinya. Ketidakseimbangan dalam sistem tiga fasa diukur
dari komponen tegangan atau arus urutan negatif (berdasarkan teori komponen
simetris). Pada sistem PLN komponen tegangan urutan negatif dibatasi maksimum 2%
dari komponen urutan positif.
Harmonik tegangan atau arus diukur dari besarnya masing-masing komponen
harmonik terhadap komponen dasarnya dinyatakan dalam besaran prosennya.
Parameter yang dipakai untuk menilai cacat harmonik tersebut dipakai cacat harmonik
total (total harmonic distortion - THD). Untuk sistem tegangan nominal 20 kV dan
dibawahnya, termasuk tegangan rendah 220 Volt, THD maksimum 5 %, untuk sistem
66 kV keatas THD maksimum 3%.

27
b. Parameter Keadaan Peralihan (Transient)
Parameter keadaan peralihan diukur berdasarkan lamanya gangguan yang terjadi
(duration of disturbance) digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Tegangan lebih peralihan yang tajam dan bergetar : Tegangan paku (spike) positif
atau negatif 0,5 – 200 mikrodetik dan bergetar sampai sekitar 16,7 milidetik
dengan frekuensi 0,2 – 5 kHz atau lebih. Gangguan ini misalnya surge, spike,
notch.
2. Tegangan lebih diatas 110% nominal dan tegangan rendah kurang 80%,
berlangsung dalam waktu 80 milidetik (4 cycle) sampai 1 detik. Gangguan ini
misalnya sag, dips, depression, interuption, flicker, fluctuation.
3. Tegangan rendah dibawah 80 – 85 % nominal selama 2 detik. Gangguan seperti
ini disebut outage, blackout, interuption.
Permasalahan Power Quality meliputi permasalahan-permasalahan seperti berikut ini:
1. Transient
Transient merupakan perubahan variabel (tegangan, arus) yang berlangsung saat
peralihan dari satu kondisi stabil ke kondisi yang lain. Penyebab terjadinya
transient antara lain :
a. Load switching (penyambungan dan pemutusan beban)
b. Capacitance switching
c. Transformer inrush current
d. Recovery voltage
2. Short-duration variation
Variasi tegangan durasi pendek ( Short duration voltage variation)
Variasi yang terjadi meliputi 3 macam :
a. Interruption, ( V< 0,1 pu )
b. Sag ( Dip), ( V= 0,1 s/d 0,9 pu )
c. Swell, ( V=1,1 s/d [1,8;1,4;1,2] pu )
3. Long-duration variation
Variasi ini meliputi:
a. Interruption, sustained, ( > 1 min; 0,0 pu )
b. Under voltage ( > 1 min; 0,8 s/d 0,9 pu )
c. Over voltage ( > 1 min; 1,1 s/d 1,2 pu )
4. Voltage Unbalance
Ketidakseimbangan tegangan ini merupakan deviasi maksimum dari rata-rata
tegangan atau arus tiga fase, dinyatakan dalam prosen. Besarnya deviasi adalah
0,5 s/d 2%.
5. Waveform distortion
Distorsi ini umumnya disebabkan oleh perilaku beban elektronika daya. Hal yang
perlu diperhatikan adalah cacat harmonik karena berdampak negatip terhadap
sumber tegangan (PLN) maupun beban.

28
6. Voltage Fluctuation
Fluktuasi tegangan (Voltage Fluctuation) adalah perubahan tegangan secara
random 0,9 s/d 1,1 pu. Dampak dari fluktuasi ini adalah terjadinya flicker pada
lampu. Ini umumnya terjadi karena pembusuran listrik.
7. Power Frequency variation
Deviasi frekuensi daya (Power frekuensi) merupakan deviasi dari frekuensi
dasarnya. Untuk sistem Jawa-Bali deviasi yang diijinkan adalah 0,5Hz sedangkan
daerah lain 1,5 Hz.
8. Harmonik
Harmonik adalah gangguan (distorsi) bentuk gelombang tegangan atau bentuk
gelombang arus sehingga bentuk gelombangnya bukan sinusoida murni lagi.
Distorsi ini umumnya disebabkan oleh adanya beban non-linier. Pada dasarnya,
harmonik adalah gejala pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi
berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya.

5. Elemen Kompetensi 4 : Menyusun Laporan


Laporan adalah suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun
pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan
sesuai dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang ada antara mereka.
Catatan hasil pemeriksaan dan pengujian dikumpulkan sebagai bahan untuk pembuatan
laporan.
Bahan hasil pemeriksaan antara gambar satu garis dan hasil pemeriksaan sistem
terpasang di analisa kemudian di masukkan dalam format laporan. Menyusun laporan
berdasarkan konsep laporan yakni semua laporan disusun berdasarkan konsep laporan
yang telah dibahas dengan pengelola gedung dan pihak terkait.

29
Referensi:

BUKU ACUAN
1. Judul : Mechanical and Electrical Equipment for Buildings, ninth editions.
Pengarang : Mc. Guinness, Stein danReynolds
Penerbit : John Wiley and Sons, Inc, 605 Third Avenue New York, 10016
Tahun : 2014

2. Judul : Building Construction and Safety Code NFPA 5000, first edition.
Pengarang : Jerry Wooldridge
Penerbit : Committees on Building Code
Tahun : 2003

3. SKKNI NO.208 TAHUN 2013

PERATURAN-PERATURAN TERKAIT
1. Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan
3. Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no.36 tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Bangunan gedung
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 5 tahun 1996 tentang
Penerapan Audit SMK3 Sistim Manajemen Keselamatan Kerja Perusahaan.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.16/PRT/M/2010 tentang Pemeriksaan berkala
bangunan

NORMA DAN STANDAR


1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2011

30

Anda mungkin juga menyukai