B. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Keluarga pasien mengatakan awalnya pasien mengalami demam sejak tanggal 20 April 2021,
pada keesokan harinya tanggal 18 April 2021 pukul 02.00 Wita
An. A.S dibawa ke rumah sakit karena saat di rumah An. A.S muntah darah sudah tiga kali dan
melena dua kali. Saat di IGD pasien sudah tidak mengalami melena lagi hanya mengalami
muntah darah satu kali. Banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui muntahan kira-kira 10 Liter
(3 kali muntah).
- Keadaan umum: saat ini pasien mengalami sakit sedang
- Kesadaran : tingkat kesadaran pasien secara kualitatif adalah compos mentis dengan GCS
E4 V5 M6
- Tanda vital : Suhu 36.20C, Nadi 68x/menit (lemah), pernapasan 28x/menit
2. Pemeriksaa Fisik
1. Keadaan umum : keadaan umum An. A.S tampak pucat dan lemah.
2. Tinggi Badan :124cm
BB saat ini : 18 Kg
BB sebelum sakit : 24 Kg
BB Ideal : 22.6 Kg
Status Gizi : Gizi kurang
3. Kepala
Lingkar Kepala : 50 cm, An. A.S tidak hidrosefalus
Ubun-ubun anterior : tertutup
Ubun-ubun posterior : tertutup
4. Leher : An. A.S tidak mengalami kaku
Pembesaran limfe : Tidak ada pembesaran limfe
5. Mata
Konjungtiva : Tampak anemis
Sklera : Sklera berwarna putih
Telinga : Simetris dan tampak kotor, tidak ada gangguan pendengaran, adanya sekresi
serumen dan tidak ada nyeri tekan.
6. Hidung : bentuk simetris, adanya sekret, adanya nares, tidak ada polip
7. Mulut : mukosa tampak kering dan mulut tampak kotor
8. Lidah : lidah tampak lembab dan kotor
9. Gigi : tampak kotor
10.Dada : bentuk dada simetris
lingkar dada : 60 cm
Jantung : suara jantung lup dup, tidak ada pembesaran jantung
Paru-paru : auskultasi paru vesikuler
11.Abdomen : palpasi abdomen teraba keras, dengan lingkar perut 68 cm
Bising usus : auskultasi bising usus 8x/menit Saat ini pasien tidak merasa mual atau
muntah.
12.Genitalia : bersih dan tidak ada pemasangan kateter
13.Ekstremitas : pergerakan sendi normal, tidak ada fraktur
3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang
pada anak dengan anemia agar dapat mendukung data subjektif yang diberikan dari pasien maupun
keluarga. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara
head to toe sehingga dalam pemeriksaan kepala pada anak dengan anemia didapatkan hasil rambut
tampak kering, tipis, mudah putus, wajah tampak pucat, bibir tampak pucat, konjungtiva anemis, biasanya
juga terjadi perdarahan pada gusi dan telinga terasa berdengung. Pada pemeriksaan leher dan dada
ditemukan jugular venous pressure akan melemah, pasien tampak sesak nafas ditandai dengan respiration
rate pada kanak-kanak (5-11 tahun) berkisar antara 20-30x per menit. Untuk pemeriksaan abdomen akan
ditemukan perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali. Namun untuk
menegakkan diagnosa medis anemia, perlunya dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan darah
lengkap dan pemeriksaan fungsi sumsum tulang.
4. Therapi
1) Terapi gawat darurat yang dilakukan untuk mengatasi syok dan mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit serta memperbaiki fungsi ginjal. Jika anemia berat maka perlu dilakukan
transfusi dengan pengawasan ketat. Transfusi yang diberikan berupa washed red cells untuk
mengurangi beban antibodi. Selain itu juga diberikan steroid parenteral dosis tinggi atau bisa juga
hiperimun globulin untuk menekan aktivitas makrofag.
2) Terapi suportif-simptomatik bertujuan untuk menekan proses hemolisis terutama di limpa dengan
jalan splenektomi. Selain itu juga diberikan terapi asam folat untuk mencegah krisis megaloblastik.
3) Terapi kausal bertujuan untuk mengobati penyebab dari hemolisis namun biasanya penyakit ini
idiopatik dan herediter sehingga sulit untuk ditangani.
5. Pathofisiologi
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
dari proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam
darah
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadekuat intake makanan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Kecemasan orang tua berhubungan dengan proses penyakit anak
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar dengan informasi.
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh sekunder menurun (penurunan Hb), prosedur invasi
D. Tindakan Keperawatan
setiap tindakan.
- Inspeksi kulit dan mebran
mukosa terhadap
kemerahan, panas.
- Monitor perubahan tingkat
energi.
- Dorong klien untuk
meningkatkan mobilitas
dan latihan.
- Instruksikan klien untuk
minum antibiotik sesuai
program.
- Ajarkan keluarga/klien
tentang tanda dan
gejala infeksi.dan
melaporkan kecurigaan
infeksi.
72
E. Evaluasi (S O A P)
E. Pengkajian
6. Riwayat Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan yang pertama, semua rencana tindakan dapat dilakukan
seluruhnya. Pada saat kompres seharusnya dilakukan pada lipatan ketiak, lipat paha dan dahi
yang banyak pembuluh darahnya tetapi hanya dilakukan di dahi karena pasien merasa risih.
Mengukur tanda-tanda vital dilakukan setiap 6 jam sekali. Kolaborasi dengan dokter dalam
memberikan anti piretik (paracetamol 3 x 500 mg) dan anti biotik (injeksi ampicillin 2 x I gr).
Injeksi antibiotik dilakukan sampai hari ke-6 dan diganti anti biotik oral (amoxilin 3 x 500 mg).
Dalam diagnosa keperawatan ke dua, diberikan cairan parenteral (dextrose 5% 20
tetes/menit) dan anti emetik (primperan 1/2 cth). Semua tindakan dapat dilakukan bersama
perawat dan keluarga terutama dalam memberikan makanan tambahan.
Untuk diagnosa keperawatan yang ketiga dan kelima rencana tindakan keperawatan dapat
dilakukan sepenuhnya.
Kompres dingin, tehnik relaksasi dan distraksi dilakukan pasien men jelang tidur agar atau
saat nyerinya datang dapat beristirahat dengan cukup dan untuk mengurangi rasa nyeri.
Diagnosa keperawatan yang ke empat dilakukan tidak hanya sekali, tetapi setiap pagi dan
sore selama pasien dirawat.
7. Pemeriksaa Fisik
8. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
a. Hematologi
Hb : 11,6 d/dl (14 – 18 d/dl)
Ht : 34,7% (34 – 48%)
Entrosit : 4,11 juta/uI (3,7 – 5,9.106 juta/uI)
VER : 84,5 fl (78 – 90 fl)
KHER : 33,6 g/dl (30 – 37 g/dl)
Leukosit : 12.200 /uI (4,6 – 11.103 /uI)
LED 1 jam : 40 /1 jam (P = 7 – 15 /jam)
2 jam: 80 /1jam (L = 3 -11 /jam)
Trombosit : 232.000 /uI (150 – 400.103 /uI)
Hitung jenis
Eosinofil : - Segmen: 91%
Basofil : - Limfosit: 9%
N. Batang : - Monosit: -
b. Bakteriologi Serogi
Widal
St - O 1/320
St - H 1/160
St - AH -
Spt - BH 1/320
c. Urine
Phisis = warna: kuning
Kimia = PH : agak keruh
Protein :- (negatif)
Glukosa : - (negatif)
Sedimen = epitel : +
Lekosit : + (6 – 8)
Eritrosit : + (1 -2)
Kristal : - (negatif)
Silinder : - (negatif)
9. Therapi
10. Pathofisiologi
Kuman salmonella masuk bersama makanan atau minuman, setelah berada dalam usus halus
akan mengadakan invasi ke jaringan limfoid pada usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan
limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis, kuman lewat pembuluh
limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial sistem (RES)
terutama hati dan limpa. Pada akhir masa inkubasi 5 - 9 hari kuman kembali masuk ke organ
tubuh terutama limpa, kandung empedu ke rongga usus halus dan menyebabkan reinfeksi di
usus.
Dalam masa bakteremia ini kuman yang mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya
sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula di duga bertanggung jawab
terhadap terjadinya gejala - gejala dari demam tifoid.
Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhosa dan endotoksinnya yang merangsang
sintesa dan pelepasan zat pirogen oleb leukosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya
beredar mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang akhirnya menimbulkan gejala
demam. (Penyakit infeksi Tropik Pada Anak, 1993).
F. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam tinjauan kasus yang ada dalam pathway :
2. Hypertermi berhungan dengan pengaruh endotoksin pada hipotalamus.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dan kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.
4. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada usus halus.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan immobilisasi.
Diagnosa keperawatan yang tidak ada dalam kasus nyata tetapi dalam teori ada, yaitu:
Diare berhubungan dengan inflamasi usus.
D. Tindakan Keperawatan
Pada tahap-tahap perencanaan asuhan keperawatan pada An. S dengan Typhus Abdominalis
meliputi penentuan prioritas, penentuan tujuan dan menentukan tindakan keperawatan Dalam menentukan
tujuan yang akan dicapai, unsur-unsur tujuan yang digunakan yaitu spesifik, bisa diukur, bisa dicapai,
realistik dan waktu pencapaianya juga perlu menentukan kriteria hasil. (Budi Anna Kelliat,1996)
Diagnosa keperawatan pertama, tujuan yang ingin dicapai adalah suhu tubuh menjadi normal
kembali setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan dengan kriteria waktu
tersebut tidak terjadi kekurangan cairan karena perspirasi yang meningkat yang akan menyebabkan
kondisi tubuh makin lemah.
Rencana tindakannya antara lain dengan mengukur tanda-tanda vital, yang ditekankan pada
pengukuran suhu untuk memantau penurunan suhu dengan tidak mengabaikan pengukuran pernafasan,
nadi dan tekanan darah.
Kompres dingin dan pemberian minum yang banyak untuk mengganti cairan yang hilang lewat
penguapan Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti piretik, untuk menurunkan suhu.
Diagnosa keperawatan ke dua, dengan kritenia waktu 1 x 24 jam diharapkan pasien tidak mual dan
tidak muntah sehingga dapat menghabiskan porsi makannya dengan evaluasi terakhir terjadi kenaikan
berat badan.
Penulis membuat rencana tindakan dengan melibatkan keluarga dalam memberikan makanan yang
disukai pasien dalam batas diet, melakukan penimbangan berat badan tiap hari untuk mengetahui status
gizi pasien sehingga dapat dilakukan tindakan keperawatan lebih lanjut dan memudahkan dalam
pemberian terapi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti emetik untuk mencegah rasa mual dan
muntah, serta pemberian cairan parenteral sebagai penambah asupan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
Diagnosa keperawatan ke tiga, tujuan yang ingin dicapai nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam, karena kalau tidak cepat diatasi akan mengganggu aktifitas pasien.
Dengan rencana tindakan yang lebih memfokuskan pada pengajaran tehnik relaksasi dan distraksi serta
latihan nafas dalam saat nyeri. Juga kompres dingin pada daerah yang nyeri karena dengan vasokontriksi
dapat memblok rasa nyeri. Pemberian diet lunak dimaksudkan pada pasien Typhus Abdominalis terdapat
tukak-tukak pada usus halus sehingga tidak terjadi pendarahan atau perforasi usus.
Diagnosa keperawatan ke empat, tujuan yang hendak dicapai adalah perawatan diri terpenuhi
setelah dilakukan tindakan keperawatan sekitar 20 menit.
E. Evaluasi (S O A P)
H. Pengkajian
11. Riwayat Keperawatan
1) Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan irama dan kedalaman dan
penggunaan otot aksesori.
Rasoinal : penurunan bunyi napas dapat menujukkan atelektasis, ronkhi, mengi
menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan napas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan
dan peningkatan kerja pernapsan dan peningkatan kerja pernapsan.
2) Catat kemampuan untuk/mengeluarkan mukosa/batuk efektif. Catat karakter, jumlah,
sputum, adanya hemoptisis.
Rasional : pengeluaran sulit bila sekret sanga tebal. Sputum berdarah kental atau
berdarah cerah dakibatkan kerusakan kavitas paru atau luka bronkial yang
dapat menentukan evaluasi/inervensi lanjut.
3) Beriakn pasien posisi semi/fowler. Tinggi, bantu pasien untuk batuk dan latihan napas
dalam.
Rasional : posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernapsan. Ventilasi maksimal membuka area ateletaksis dan peningkatan
gerakan sekret ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
4) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan.
Rasional : Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat dilakukan bila pasien tidak
mampu untuk mengeluarkan sekret.
5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500ml/hari kecuali kontraindikasi.
Rasional : pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengeluarkan sekret, membuatnya
mudah untuk dikeluarkan.
6) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi. Agen mukolitik, contoh
asetilsistein (mucomyst), bronkodilator contohna okstrifilin (holedyl) : teofilin,
kortikosteroid (prednison)
Rasional : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk
memudahkan pembersihan. Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen
percabangan trakeobronkial sehngga menurunkan tahanan terhadap aliran
udara.
1. Tingkat kesadaran
a. Kualitatif : Compos mentis
b. Kuantitatif : Respon motoric : 6
Respon verbal : 5
Respon membuka mata : 4 + 15
2. Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 36,5⁰ C
b. Respirasi : 38x/menit
c. Nadi : tidak terkaji
3. Pemeriksaan sistematis
a. Hidung : terdapat lendir, tampak diluar hidung terdapat lendir yang mengering,
tidak tampak pernapasan cuping hidung, anak tidak menggunakan masker, suara
napas bersih
b. Thorak : pernapasan dangkal, teratur, tidak tampak penggunaan otot-otot bantu
pernapasan, bunyi paru vesikuler bentuk dada simetris, tidak ada lesi,.
c. Ekstremitas : pada lengan kanan atas klien tampak tanda hasil imunisasi BCG klien
dapat menggerakkan ekstremitas atas dan bawah dengan baik, berjalan dengan baik,
menggenggam benda.
4. Kebiasaan sehari-hari
a. Pola makan dan minum
1) Pola Makan
Ibu klien mengatakan anaknya makan tiga kali dengan cara disuapi makanan biasa
(bubur atau nasi tim) tetapi sedikit sekali dan tidak dihabiskan makanannya.
2) Pola Minum
Klien masih diberi ASI tetapi ASI ibunya sedikit-sedikit keluarnya, anak juga
minum air mineral dan jumlahnya menurut ibunya tidak menentu.
b. Pola Aktivitas
Klien lebih banyak menghabiskan waktu utnuk bermain dnegan kakanya di rumah,
klien juga sudah dapat membantu ibunya misalnya mengambilkan Sesutu untuk
ibunya.
13.
14. Pemeriksaan Penunjang
Hasil tes tuberkulin Mantoux positif, ukuran tidak terkaji, diperiksa tanggal 22 agustus 2014 dan hasil
pemeriksaan radiologi (tidak dibawa saat pengkajian).
15. Therapi
1. Isoniazid
2. Rifampisin
3. Pirazinamid
16. Pathofisiologi
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderungtertahan di
rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit. (Dannenberg, 1981 dalam Andra 2013).
Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lonus atas atau di
bagain atas lobus bawah) basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh
organism tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka lekosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut.
Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan
jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak
di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat seperti keju, lesi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan arut yang akhirnya
membentuk suatu kapsul yang mengalami tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut focus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe
regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks Ghon yang mengalami
perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalami radiogram rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah encairan dimana bahan cair dilepas ke
dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi kavular yang dilepaskan dari dinding kavitas
akan masuk ke percabangan ke trakeobrankial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian
lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah, atau usus. Kavitas kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan
perbatasan bronkus. Bahan perkejjuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat
tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi dengan bronkus dan
menjadi temat peradangan aktif. Penyakit data menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh
darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai aliran darah
dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain (ekstrapulmoner). Menyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
baisanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi bila focus nekrotik merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam system vascular dan tersebar ke organ-
organ tubuh.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret.
2. Risiko gangguan pertumbuhan berhubungan dengan perkembangan penyakit kronis.
3. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dnegan pengeluaran droplet dan kurang pengetahuan tentang cara
pencegahn penularan.
D. Tindakan Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan
1. Ketidakefektifa Tupan : Setelah
n bersihan jalan jalan napas dilakukan
napas bersih intersensi
berhubungan dihapakan
dengan klien :
penumpukan
sekret.
DS : ibu klien Tupen : 1. Frekuensi,
mengatakan kedalaman
An.R pilek pernafasan,
sejak 2 minggu gerakan dada
yang lalu. terkaji.
DO : 1.Diketahui
frekuensi,
kedalaman
pernapasan
dan gerakan
dada.
BB anak = 10,5
kg
BB sebelum sakit 2. Instruksikan
= 13 kg orang tua untuk
memberikan
anak ASI dan
makanan lebih
sering.
TB anak = 63 cm 2. Asupan 2. Anak dapat
nutrisi anak terpenuhi
bertambah kebutuhan
nutrisinya.
BB normal =
11,4 kg
Persen hilang BB 3. Berikan
= 7,8% informasi pada
ibu tentang gizi
seimbang
untuk anak.
2. ASI dapat
membantu
memenuhi
kebutuhan
nutrisi anak.
4. Instruksikan
ibu untuk
memberikan
makanan
ringan pada
pagi dan sore
hari.
3. Ibu 3. Informasi
memahami gisi seimbang
tentang gizi dapat
seimbang tersampaikan.
anak.
4. 4. Pemberian 3. Gizi
Menambah makanan seimbang
asupan ringan di dapat
nutrisi. lakukan. memenuhi
kebutuhan.
4. Dapat
menambah
masukan
nutrisi anak.
3. Ajarkan 3. bakteri
orang tua dapat
untuk menutup berpindah
mulut anak melalui udara
jika bersin dan percikan
dengan kain droplet.
3. Lingkungan
tidak menjadi
tempat bakteri
Mikobakterium
Tuberkulosis
hidup.
1. Data Demografi
a) Biodata
Nama : An. S
Usia / tanggal lahir : ( 4 th ) Suka Tani . 15 Maret 2007
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / bangsa : Jawa
2. Keluhan Utama
Orang tua klien mengatakan, klien mengalami panas tinggi, dan tidak turun – turun.
3. Riwayat Kesehatan
a Riwayat kesehatan sekarang.
Orang tua klien mengatakan klien sudah 3 hari yang lalu mengalami panas.
Panas muncul secara tiba – tiba dan semakin hari panasnya semakin naik.
Setelah dilakukan tindakan baik keperawatan maupun tindakan medis selama 3 kali 24
jam panas klien turun secara berangsur – angsur.
Memberikan kompres air hangat kepada klien
Memberikan obat antipiretik kepada klien
Memberikan obat antibiotik kepada klien
Kondisi klien saat dikaji orang tua klien mengatakan panasnya sudah agak menurun
dari pada yang sebelumnya, temperatur klien saat dikaji 38,5 derajat.
b. Riwayat kesehatan lalu
Orang tua klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami atau menderita
penyakit berat sebelumnya.
Orang tua klien mengatakan klien pernah mendapatkan program imunisasi BCG, DPT,
MMR.
Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya.
Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan tindakan medis maupun
keperawatan sebelumnya.
Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi sebelumnya,
baik alergi makanan, obat – obatan, zat/ substansi dll.
Orang tua klien mengatakan sebelum dibawah kerumah sakit klien mendapatkan
pengobatan bebas ( parasetamol) dirumah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Orang tua klien mengatakan tidak mempunyai penyakit berat sebelumnya akan tetapi
nenek klien pernah menderita penyakit asma.
Nenek klien pernah menderita penyakit asma.
4. Riwayat Psikososial
Orang tua klien mengatakan apabila dirumah klien aktif dalam melakukan tindakan.
Orang tua klien mengatakan jika dirumah klien bermain dengan teman sejawatnya.
Orang tua klien mengatakan apabilah dirumah klien tidak rewel, akan tetapi saat dirumah
sakit klien cenderung rewel.
Orang tua klien mengatakan tidak terlalu memfikirkan beban biaya rumah sakit karena
orang tua klien memiliki asuransi kesehatan keluarga.
Klien cenderung pendiam dan tidak aktif dalam bermain.
5. Riwayat Spiritual.
Ritual yang biasa dijalankan :
6. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaaan umum klien
o Tanda – tanda dari distress : klien sering rewel
o Penampilan dihubungkan dengan usia : -
o Ekspresi wajah,bicara, mood : wajah klien nampak pucat, bicaranya lemah, kliean
tidak terlalu mood dalam melakukan aktivitas.
o Berpakaian dan kebersihan umum : kliean mandi 2 hari sekali dan selalu mengati
pakaiannya.
o Tinggi badan, BB, gaya berjalan : 100 cm, 20 Kg, Gaya berjalan normal seperti anak -
anak pada umumnya.
B. Tanda - tandaVital :
o Suhu : 38,5 derajat
o Nadi : 77 kali/menit
o Pernafasan : 29 kali/ menit
o Takanan darah : -
C. Sistem Pernafasan
o Hidung : Inspeksi :kesimetrisan (+), pernafasan cuping hidung (-) adanya secret atau
polip (-), passase udara (-).
o Leher : Inspeksi dan palpasi : pembesaran kelenjar (-), tumor (-).
o Dada : Inspeksi ;bentuk dada ( normal), ukuran ( sama ), gerakan dada ( kiri dan
kanan seimbang, retraksi (-), keadaan PX ( normal)
o Auskultasi :suara nafas ( normal), suara nafas tambahan (-).
o Palpasi : Clubbing finger (-).
D. Sistem Kardiovaskuler.
o Inspeksi : Conjungtiva (anemia), bibir (pucat), pembesaran jantung (-)
o Palpasi :Arteri carotis (normal), Tekanan vena jugularis (normal), Ictus cordis/apex
(teraba diantara costa 4)
o Auskultasi : suara jantung tambahan (-), bising aorta (-), murmur (-), gallop (-),
tricuspidalis dan mitral (-).
E. Sistem Pencernaan.
o Inspeksi : seklera (-), bibir (kering), Mulut (stomatitis (-), jumlah gigi (22 buah),
kemampuan menelan (-), gerakan lidah (-).
o Gaster : kembung (-), gerakan peristaltik (-)
o Abdomen
Inspeksi ; tidak ditemukan luka, bentuk simetris.
Palpasi :
Tidak ditemukan pembesaran di kuadran I - IV
Tidak ditemukan nyeri tekan
Perkusi : suara timpani
Auskultasi : bising usus (+)
o Anus : kondisi (normal).
F. Sistem Indra
1) Mata
Kelopak mata (+), bulu mata (+), alis (+), lipatan epikantus dengan ujung atas
telinga (+).
Visus (+)
Lapang pandang (+)
2) Hidung
Penciuman (+), perih dihidung (-), trauma (-), mimisan (-).
Secret yang menghalangi penciuman (-).
3) Telinga
Keadaan daun telinga (+), operasi telinga (-)
Kanal auditoris (+)
Membran tympani (+)
Fungsi pendengaran (+).
G. Sistem Saraf.
1. Fungsi celebral
Status mental : daya ingat (+), perhatian dan perhitungan (+), bahasa (+).
Kesadaran : GCS 7
Bicara : expresive dan reseptive (-).
2. Fungsi cranial
Saraf cranial I s/d XII (+)
3. Fungsi motorik
Massa (-)
Tonus dan kekuatan otot (+4)
4. Fungsi sensorik
Suhu : 38,5 derajat
Nyeri : (+)
Getaran posisi dan diskriminasi : (-)
5. Fungsi cerebellum
Koordinasi dan keseimbangan (+)
6. Refleks
Ekstermitas atas : (+4)
Ekstermitas bawah : (+4)
Superficial : (+4)
H. Sistem Muskuloskeletal
Kepala : bentuk kepala bundar
Vertebrae : Normal
Pelvis : Normal
Lutut : Normal
Kaki : Normal
Bahu : Simetrsis, normal
Tangan : Normal
I. Sistem Integumen
Rambut : tebal, warna hitam dan halus.
Kulit : warna pucat, temperatur ( 38,5 derajat), kelembaban (-), bulu kulit (halus),
tahi lalat ( di bawah bibir sebelah kiri ), ruam (-).
Kuku : warna (putih bening), mudah patah (-), kebersihan (+).
J. Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid : pembesaran (-)
Percepatan pertumbuhan : Normal
Gejala keratinisme atau gigantisme : (-)
Ekskresi urin berlebihan (-), polidipsi (-), poliphagi (-)
Suhu tubuh yang tidak seimbang (+), keringat berlebihan (+), leher kaku (-).
Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : (-).
K. Sistem Perkemihan
Edema Palpebra (-)
Moon face (-)
Edema Anasarka (-)
Keadaan kandung kemih (+)
Nocturia (-), dysuria (-), kencing batu (-).
Penyakit hubungan seksual (-).
L. Sistem Reproduksi
Keadaan glendpenis : tidak dikaji
Testis : tidak dikaji
Pertumbuhan rambut : tidak dikaji
Pertumbuhan jakun : tidak dikaji
Perubahan suara : tidak dikaji
M. Sistem Imun
Alergi (-)
Imunisasi : BCG, DPT, MMR
Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Flu (+)
Riwayat transfusi dan reaksinya : (-)
7. Aktivitas Sehari – hari
Nutrisi
o Selera makan : menurun
o Menu makan dalam 24 jam : BSTIK
o Frekuensi makanan dalam 24 jam : 2 kali sehari
o Makanan yang disukai : telur mata sapi
Makanan pantangan : sayur wortel
o Pembatasan pola makan : (-)
o Cara makan : menggunakan sendok dan piring
o Ritual sebelum makan : membaca doa sebelum makan
Cairan
o Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan susu
o Frekuensi minum : tidak menentu
o Kebutuhan cairan dalam 24 jam : tidak diketahui
Eliminasi ( BAB & BAK )
o Tempat pembuangan : toilet
o Frekuensi : tidak diketahui
Kapan : -
Teratur : -
o Konsistensi : padat
o Kesulitan dan cara menanganinya : tidak
o Obat – obat untuk memperlancar BAK/BAB : -
o Apakah cepat tertidur : (+)
o Jam tidur : siang 3 jam dan malam hari 9 jam (dirumah), siang 2 jam dan malam 5
jam ( di RS )
o Bila tidak dapat tidur apa yang di lakukan : orang tua klien mengendong dan
mengajak jalan – jalan
o Apakah tidur secara rutin : iya.
Personal Hygiene
o Mandi : frekuensi ( 2 kali sehari ), alat mandi : gayun, kesulitan (-),
mandiri/dibantu : dibantu, cara : seperti biasanya.
o Cuci rambut : 3 kali dalam seminggu
o Gunting kuku : 1 kali dalam 2 minggu.
o Gosok gigi : 2 kali sehari.
Aktivitas / mobilitas fisik
o Kegiatan sehari – hari : bermain dan belajar
o Pengaturan jadwal harian : -
o Penggunaan alat bantu untuk aktivitas : (-)
o Kesulitan pergerakan tubuh : (-)
Rekreasi
o Bagaimana perasaan anda saat bekerja : tidak dikaji
o Berapa banyak waktu luang : tidak dikaji
o Apakah puas setelah rekreasi : tidak dikaji
o Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang : tidak dikaji
o Bagaimana perbedaan hari libur dan hari kerja : tidak dikaji
8. Test Diagnostik
Laboratorium
Hemoglobin : 14, 8
Normal L: 13,5 – 18,09 /dl
P: 11,5 – 16,09 /dl
Leukosit : 2.800
Normal : 3.300 / 10.300 / cmm
LED : 15 – 22
Normal L: 6 – 15 mm
P: 0 – 20 mm
Hitung jenis : 0/0/1/73/26/0
Normal : 1-2/0-1/3-5/54-62
25 – 33/3-7
Hematokrit : 47,0
Normal L : 40 – 54 %
P : 35 – 47 %
Trombosit : 262.000
Normal : 130.000 – 450.000
Eritrosit : 4.980.000
Normal L : 4,5 – 6,5 juta / cmm
P : 3,0 – 6,0 juta / cmm
Widal :
O : Post 1/400 ( N. Negative )
sH : Post 1/200 ( N. Negative )
PA : Negt / - ( N. Negative )
PB : Post 1/400 ( N. Negative)
Ro foto : -
CT Scan : -
MRI, USG, EEG, ECG, dll : -
9. Terapi Saat Ini.
Antipiretik : Parasetamol
Antibiotik
NS
DATA FOKUS
Kulit kering
Sering menangis
Sulit tidur
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : AN. AS
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak
Mengigil
Kulit kering
Banyak berkeringat
Sulit tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak
RENCANA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak
TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
A. Pengkajian
Identitas
Tanggal Pengkajian : Selasa 13 April 2021
Nama : An.L
No.Reg : 476365
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir/umur : 03 Januari 2019 / 5 bulan
Diagnosa Medis : Gastroenteritis
Penanggung Jawab
Nama Orang Tua : Tn. B
Tanggal Lahir/umur : 06 April 1991 / 30 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Telaga Murni
Pekerjaan : TNI
Pengkajian Keperawatan
1. Keluhan Utama
Keluarga klien mengatakan klien bab berwarna hijau dan berlendir.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluarga klien mengatakan klien mengalami demam tinggi semenjak hari jumat,
demam naik turun kemudian oleh keluarga diperiksakan ke dokter umum
setempat, namun demam tidak kunjung turun oleh keluarga klien dibawa ke PKU
pada hari senin, namun saat di PKU klien tidak bisa dipasang infus sehingga klien
dibawa pulang kembali dan dibawa ke IGD RS SENTRA MEDIKA CIKARANG
pada hari senin pukul 23.30 dan dibawa ke ruang perinatologi pada pukul 02.30.
Klien sudah mengalami diare selama 2 minggu, BAB cair terkadang ada
ampasnya, BAB berwarna hijau dan berlendir. Berdasarkan pengkajian pada hari
selasa 13 April 2021, 08.00 didapatkan hasil klien S: 37,50C, RR: 40x/menit, N:
143x/menit, terpasang infuse RL 21cc pada kaki sebelah kanan.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit TB,
HIV/AIDS, Jantung, Hipertensi dan Diabetes Melitus.
4. Riwayat persalinan
Ibu klien mengatakan An.L adalah anak pertamanya (G1P1A0). Ibu klien
mengatakan hamil persalinan ditolong oleh dokter dan dilahirkan secara caessar
dengan berat badan bayi 3600 gram, dan panjang bayi 49 cm.
5. Pemeriksaan Fisik (Rabu, 14 April 2021 jam 08.00 WIB)
KU: Lemah, S: 37,50C, RR: 40x/menit, N: 143x/menit, terpasang infuse RL 21cc pada
kaki sebelah kanan, akral hangat, konjungtiva anemis, BB: 8,05 kg, PB : 69cm,
Lila : 15 cm Lika : 44 cm, crt <2 dtk, reflek hisap (+).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tgl: 15 April 2021
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Haemoglobin 11.4 g/dL 11-15
Hematokrit L 24.50 25 -47
Jumlah Leukosit 7.6 /uL 6.6 - 17
Jumlah Trombosit 308 /uL 150,000-450.000
SEROLOGI
WIDAL
S Typhi O negatif negatif
S Typhi H negatif negatif
b. Pemeriksaan feses
15 April 2021
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Feses rutin
Mikroskopis
Warna Hijau
Konsistensi Lembek Lembek
Bau Khas
Lendir Positif Negative
Darah Negative Negative
Mikroskopis
Protein faeces Negative Negative
Karbohidrat Negative Negative
Lemak Positif (1+) Negative
Eritrosit 0-2/lpb
Amoeba Negative Negative
Telur cacing Negative Negative
Lekosit 3 -5 / lpb
Bakteri Positif (2+)
Jamur Negative
Lain-lain neg
c. Terapi
Oral
Zink 1 x 10
PCT drop 3 x 0,8
Promuba 2 x 200 mg
Ambroxol 3 mg
Cefrizine 1/6 tab
B6 1,5 mg
Rhinofed 1/6 tab
Injeksi
Ondan 2 x 0,7 mg
Ranit 2 x 10 mg
Metro 2 x 175 mg
Infuse
RL 5cc/kgBB/Jam
RL 21 cc
Nebulizer Flexotide + NaCl 9% 3cc
7. Analisa Data
N DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
O
1. DS: Diare proses infeksi
Ibu mengatakan klien bab
berwarna hijau dan berlendir,
saat dikaji klien sudah 2x BAB
sejak 3 jam yang lalu.
DO:
Keadaan umum lemah, S:
37,50C, RR: 40x/menit, N:
143x/menit, terpasang infuse RL
21cc pada kaki sebelah kanan,
akral hangat, konjungtiva
anemis, mata cekung, BB: 8,05
kg, PB : 69cm, Lila : 15 cm
Lika : 44 cm, crt <2 dtk, reflek
hisap (+).
B. Diagnosa Keperawatan
Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan frekuensi BAB > 3 kali
dalam sehari
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(NOC) (NIC)
Setelah dilakukan asuhan Manajemen Diare
keperawatan selama 3x24 1. Monitor warna, 1. Membantu membedakan
jam diharapkan diare tidak volume, frekuensi penyakit individu dan
terjadi lagi, dengan kriteria dan konsistensi tinja mengkaji beratnya tiap
hasil defekasi
● Pola eliminasi defekasi 2. Berikan asupan 2. Menghindari iritasi,
yang normal cairan oral (larutan meningkatkan istirahat
● Tidak ada darah atau garam gula, oralit usus
lender dalam feses dll) 3. Membantu memenuhi
● Mukosa bibir lembab 3. Berikan cairan kebutuhan cairan klien
● TTV dalam batas intravena 4. Untuk menjaga asupan
normal 4. Anjurkan makanan makanan yang
porsi kecil dan dibutuhkan tubuh
sering secara 5. Menghindari diare
bertahap berlanjut
5. Anjurkan
menghindari
makanan pembentuk 6. Membantu pemenuhan
gas, pedas dan asupan cairan klien
mengandung laktosa 7. Membantu mempercepat
6. Anjurkan pemulihan
melanjutkan
pemberian ASI
7. Kolaborasikan
penatalaksanaan
farmakologi dan
menganjurkan
penatalaksanaan
non farmakologi
pada keluarga
pasien (baby
massage )
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal No. Implementasi Respon TTD
Jam Dx
Rabu 14 April 1 Memonitor warna, DS : ibu klien mengatakan
2021 volume, frekuensi pagi ini an. L masih bab cair
dan konsistensi tinja sebanyak 3 kali, konsistensi
08.00
cair berlendir dan berwarna
kuning kehijau-hijauan.
DO : terlihat bab an. L cair
dan berwarna kuning kehijau-
hijauan
memberikan cairan DS : -
intravena DO : klien terpasang infus
Kn3b 21 cc/jam
E. PERKEMBANGAN EVALUASI
Hari/Tanggal/Jam No Evaluasi TTD
Dx
DS : ibu klien mengatakan an. A masih bab cair
sebanyak 3 kali dari jam 6 pagi, konsistensi cair
berlendir dan berwarna kuning kehijau-hijauan.
DO : terlihat bab an. A cair dn berwarna kuning
kehijau-hijauan
A : masalah diare belum teratasi
Rabu, 14 April P : lanjutkan intervensi
2021 1 - Monitor warna, volume, frekuensi dan
14.00 konsistensi tinja
- Berikan asupan cairan oral (larutan garam
gula, oralit dll)
- Berikan cairan intravena
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk
gas, pedas dan mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
DS : ibu klien mengatakan an. A masih bab cair
sebanyak 4 kali dari jam 6 pagi, konsistensi cair
terdapat ampas dan berwarna kuning.
DO : terlihat bab an. A cair dn berwarna kuning
kehijau-hijauan
A : masalah diare belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Kamis, 15 April
- Monitor warna, volume, frekuensi dan
2021 1
konsistensi tinja
21.00
- Monitor tanda dan gejala hypovolemia
- Berikan asupan cairan oral (larutan garam
gula, oralit dll)
- Berikan cairan intravena
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk
gas, pedas dan mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Jumat, 16 April 1 DS : ibu klien mengatakan an. A BAB satu kali
2021 dengan konsistensi lembek berwarna kuning
14.00 DO : -
A : masalah sudah teratasi
P : pertahankan intervensi
- Monitor warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk
gas, pedas dan mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI