Anda di halaman 1dari 5

NAMA : FATHIMAH NUR’AINI

NIM : 112011487

KELAS : MA20B6

UJIAN AKHIR SEMESTER PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1. Program bela negara yang digagas oleh pemerintah menuai pro dan kontra di
masyarakat. Jelaskan menurut pemahaman Saudara mengenai urgensi program bela
negara dalam situasi keamanan negara yang kondusif seperti sekarang?
2. Dalam konteks wawasan nusantara yang menjadi tantangan saat ini adalah berkaitan
dengan kecintaan budaya asli Indonesia. Menurut Saudara bagaimana mengatasi
masalah generasi muda saat ini yang lebih menyukai budaya luar (asing) dari pada
budayanya sendiri?
3. Radikalisme dan terorisme menjadi salah satu ancaman nyata yang dapat merusak
keutuhan bangsa dan negara. Jelaskan ciri-ciri gerakan radikalisme dan bagaimana
strategi menangkal dan mengatasi paham-paham radikal di masyarakat?
4. Bagaimana seharusnya sikap warga negara dalam menjalankan moderasi beragama
dalam era globalisasi saat ini dalam konteks menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan
bangsa?
5. Jelaskan makna Revolusi Mental menurut konsep Ir. Soekarno (Bung Karno) dan
jelaskan nilai-nilai utama dalam Revolusi Mental yang menjadi program pemerintah saat
ini serta mengapa perlu dilakukan Revolusi Mental?

Jawaban

1. Seperti pada umumnya program bela negara ini selalu dikaitkan dengan upaya
pemerintahan yang mana untuk mempertahankan negara dari serangan negara asing.
Dalam public pun menjadi perbincangan mengapa banyak sekali warga negara yang
dilibatkan dalam program bela negara ini, sekitar 100 juta dalam 10 tahun. Seperti saat
ini negara menetapkan kewajiban bela negara berlaku bagi warga yang berusia dibawah

Fathimah Nur’Aini/112011487 | 1
50 tahun dan pendidikan kewarganegaraan pun diajarkan sedari Taman Kanak-Kanak
hingga Perguruan Tinggi. Pihak Pro kontra yang dimaksud adalah menanggapi bela
negara yang mana sebagai momen untuk menunjukkan semangat patriotic melawan
serangan dari luar. Begitu pula sebaliknya yang kontra menganggap momen bela negara
sebagai upaya mobilisasi negara untuk melibatkan rakyat kedalam perang.
Dalam kasus ini bela negara dimaksudkan untuk memperkuat rasa nasionalisme dan
semangat patritisme warga negara, sehingga dapat diharapkan dalam setiap warga
negara memiliki sifat dan sikap yang teratur, menyeluruh, terpadu, dab berlanjut yang
dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara.

2. Untuk mengatasi masalah generasi muda saat ini yang lebih menyukai budaya luar
(asing) dari pada budayanya sendiri dengan cara :
a. Adanya pemahaman budaya daerah yang perlu dilestarikan sejak dini
b. Menarik para generasi muda untuk belajar budaya daerah sendiri dan budaya
daerah lain

3. Ciri- ciri radikalisme :


a. Kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara dan emosional dalam berdakwah.
Ciri-ciri dakwah seperti ini sangat bertolak belakang dengan kesantunan dan
kelembutan dakwah Nabi.
b. Kelompok radikal mudah berburuk sangka kepada orang lain di luar golongannya.
Mereka senantiasa memandang orang lain hanya dari aspek negatifnya dan
mengabaikan aspek positifnya. Berburuk sangka adalah bentuk sikap merendahkan
orang lain. Kelompok radikal sering tampak merasa suci dan menganggap kelompok
lain sebagai ahli bid’ah dan sesat.
c. Mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda pendapat. Kelompok ini
mengkafirkan orang lain yang berbuat maksiat, mengkafirkan pemerintah yang
menganut demokrasi, mengkafirkan rakyat yang rela terhadap penerapan
demokrasi, mengkafirkan umat Islam di Indonesia yang menjunjung tradisi lokal,
dan mengkafirkan semua orang yang berbeda pandangan dengan mereka sebab
mereka yakin bahwa pendapat mereka adalah pendapat Allah.

Fathimah Nur’Aini/112011487 | 2
d. Menjadikan Islam sebagai ideologi final dalam mengatur kehidupan individual dan
juga politik ketatanegaraan.
e. Nilai-nilai Islam yang dianut mengadopsi sumbernya di Timur Tengah secara apa
adanya tanpa mempertimbangkan perkembangan sosial dan politik ketika Al-Quran
dan hadits hadir di muka bumi ini, dengan realitas lokal kekinian.
f. Gerakan kelompok ini sering berseberangan dengan masyarakat luas termasuk
pemerintah. Oleh karena itu, terkadang terjadi gesekan ideologis bahkan fisik
dengan kelompok lain, termasuk pemerintah

Strategi pencegahan radikalisme :


a. Rehabilitasi. Program rehabilitasi dilakukan dengan dua cara, yaitu; 1) pembinaan
kemandirian untuk melatih dan membina para mantan napi mempersiapkan
keterampilan dan keahlian, serta 2) pembinaan kepribadian untuk melakukan
pendekatan dengan berdialog kepada para napi teroris agar mindset mereka bisa
diluruskan serta memiliki pemahaman yang komprehensif serta dapat menerima
pihak yang berbeda dengan mereka. Proses rehabilitasi dilakukan bekerjasama
dengan berbagai pihak seperti polisi, lembaga Pemasyarakatan, Kementerian
Agama, Kemenkokersa, ormas, dan lain sebagainya. Diharapkan program ini akan
memberikan bekal bagi mereka dalam menjalani kehidupan setelah keluar dari
lembaga Pemasyarakatan.
b. Reedukasi adalah penangkalan dengan mengajarkan pencerahan kepada
masyarakat tentang paham radikal, sehingga tidak terjadi pembiaran
berkembangnya paham tersebut. Sedangkan bagi narapidana terorisme, redukasi
dilakukan dengan memberikan pencerahan terkait dengan doktrin-doktrin
menyimpang yang mengajarkan kekerasan sehingga mereka sadar bahwa
melakukan kekerasan seperti bom bunuh diri bukanlah jihad melainkan identik
dengan aksi terorisme.
c. Resosialisasi adalah program yang dilakukan dengan cara membimbing mantan
narapidana dan narapidana teroris dalam bersosialisasi, berbaur dan menyatu
dengan masyarakat. Deradikalisasi juga dilakukan melalui jalur pendidikan dengan
melibatkan perguruan tinggi, melalui serangkaian kegiatan seperti publik lecture,

Fathimah Nur’Aini/112011487 | 3
workshop, dan lainnya. Mahasiswa diajak untuk berpikir kritis dan memperkuat
nasionalisme sehingga tidak mudah menerima doktrin yang destruktif.
d. Pembinaan wawasan kebangsaan adalah memoderasi paham kekerasan dengan
memberikan pemahaman nasionalisme kenegaraan, dan kebangsaan Indonesia.
e. Pembinaan keagamaan adalah rangkaian kegiatan bimbingan keagamaan kepada
mereka agar memiliki pemahaman keagamaan yang inklusif, damai, dan toleran.
Pembinaan keagamaan mengacu pada moderasi ideologi, yaitu dengan melakukan
perubahan orientasi ideologi radikal dan kekerasan kepada orientasi ideologi yang
inklusif, damai, dan toleran.
f. Pendekatan kewirausahaan dengan memberikan pelatihan dan modal usaha agar
dapat mandiri dan tidak mengembangkan paham kekerasan. Kewirausahaan
memiliki peran yang besar dalam pelaksanaan deradikalisasi. Dunia usaha mampu
menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan
masyarakat, dan meningkatkan produktivitas. Selain itu, dunia usaha juga memiliki
peranan penting untuk menjadikan masyarakat lebih kreatif dan mandiri

4. Sikap warga negara dalam menjalankan moderasi beragama dalam era globalisasi saat
ini dalam konteks menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa adalah :
a. Mengedepankan sikap toleransi
b. Menghindari sikap inklusif

5. Revolusi Mental menurut konsep Ir. Soekarno (Bung Karno) :


“Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang
berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong."
"Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar
menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang
rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala."

Jelaskan nilai-nilai utama dalam Revolusi Mental :


a. Pertama, Integritas yang dapat diartikan sebagai kesesuaian antara apa yang
dikatakan dengan apa yang diperbuat, berkata, berlaku jujur, dapat dipercaya,
berpegang teguh dengan prinsip-prinsip kebenaran, moral, dan etika.
Fathimah Nur’Aini/112011487 | 4
b. Kedua, Etos Kerja yang dapat diartikan sebagai sebuah sikap yang berorientasi pada
hasil yang terbaik, semangat tinggi dalam bersaing, optimis, dan selalu mencari
cara-cara yang produktif dan inovatif. Terakhir,
c. Gotong Royong dapat diartikan sebagai sebuah keyakinan mengenai pentingnya
melakukan kegiatan secara bersama-sama dan bersifat sukarela supaya kegiatan
yang dikerjakan dapat berjalan cepat, efektif, dan efisien

Mengapa perlu dilakukan Revolusi Mental :


Revolusi mental dilakukan agar bertujuan mengubah cara pandang, pola pikir, sikap,
perilaku, dan cara kerja yang berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan, sehingga
Indonesia menjadi bangsa besar serta mampu berkompetisi di tingkat dunia, juga
membangkitkan kesadaran dan membangun sikap optimistik dalam menatap masa
depan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan besar untuk berperestasi dan
produktif.

Fathimah Nur’Aini/112011487 | 5

Anda mungkin juga menyukai