Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PERNIKAHAN ADAT YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
1. DIARY WIJAYANTI (12)
2. FIKA APRELIA (15)
3. NADIA CANTIKA PUTRI (17)
4. NURUL AZIZAH (19)
5. REZA ANGGUN PAMUJA (22)
6. RINDI AYU NURCELINA (23)

SMK NEGERI 3 PURWOREJO


TAHUN AJARAN 2018 / 2019
Tata Cara Pernikahan Adat Jogjakarta
Pada adat Yogyakarta cara pernikahannya ada beberapa tahap, hemmm sedikit rumit nie. Tapi
acara pernikahan emang ga gampangkan. Yuk lanjut simak apa yng admin ketahui soal tata cara
pernikahan adat Jogjakarta. Berikut Tata Cara Pernikahan Adat Jogjakarta:

Nontoni
Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu
orang yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orang yang akan dinikahinya, bahkan
terkadang belum pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga mereka sudah tahu dan
mengenal atau pernah melihatnya.
Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara ini
diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan diperjodohkan telah mengirimkan
penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan diambil menantu. Penyelidikan itu
dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan secara rahasia.
Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya,
maka diadakan musyawarah diantara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara
lamaran.

Lamaran
Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu diantara pria dan wanita yang akan
menikah terkadang masih belum saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang mencarikan
jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang apakah puterinya sudah atau belum
mempunyai calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas
persetujuan bersama.
Upacara lamaran: Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang
tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut
Jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh empat orang pria. Makanan
tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya.
Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan
yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan
tetap lengket (pliket,Jawa). Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan
hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan
sistem pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan
dan hari ijab pernikahan.

Peningsetan
Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti
pengikat. Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua
pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri. Menurut tradisi peningset terdiri dari :
Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang yang lazim disebut tukon ( imbalan)
disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh,
pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh
ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur . Biasanya
penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara
peningsetan.

Upacara Tarub
Tarub adalah hiasan janur kuning ( daun kelapa yang masih muda ) yang dipasang tepi tratag
yang terbuat dari bleketepe ( anyaman daun kelapa yang hijau ). Pemasangan tarub biasanya
dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin ( siraman, Jawa ) yaitu satu hari
sebelum pernikahan itu dilaksanakan.
Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan
tuwuhan. Adapun macamnya :
Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.
Dua janjang kelapa gading ( cengkir gading, Jawa )
Dua untai padi yang sudah tua.
Dua batang pohon tebu wulung ( tebu hitam ) yang lurus.
Daun beringin secukupnya.
Daun dadap srep.

Tuwuhan dan gegodongan ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan dikanan pintu gerbang
satu unit ( bila selesai pisang dan kelapa bisa diperebutkan pada anak-anak ) Selain pemasangan
tarub diatas masih delengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan sbb. (Ini merupakan petuah
dan nasehat yang adi luhung, harapan serta do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa ) yang
dilambangkan melalui:
1. Pisang raja dan pisang pulut yang berjumlah genap.
2. Jajan pasar
3. Nasi liwet yang dileri lauk serundeng.
4. Kopi pahit, teh pahit, dan sebatang rokok.
5. Roti tawar.
6. Jadah bakar.
7. Tempe keripik.
8. Ketan, kolak, apem.
9. Tumpeng gundul
10. Nasi golong sejodo yang diberi lauk.
11. Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing
12. Golong lulut.
13. Nasi gebuli
14. Nasi punar
15. Ayam 1 ekor
16. Pisang pulut 1 lirang
17. Pisang raja 1 lirang
18. Buah-buahan + jajan pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil.
19. Daun sirih, kapur dan gambir
20. Kembang telon (melati, kenanga dan kantil)
21. Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro.
22. Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
23. Tampah(niru) kecil yang berisi beras 1 takir yang diatasnya 1 butir telor ayam mentah, uang
logam, gula merah 1 tangkep, 1 butir kelapa.
24. Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri,
lenga sundul langit
25. Ayam jantan hidup
26. Tikar
27. Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan
28. Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit
29. Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi ( merang )
30. Sayur pada mara
31. Kolak kencana
32. Nasi gebuli
33. Pisang emas 1 lirang
Masih ada lagi petuah-petuah dan nasehat-nasehat yang dilambangkan melalui : Tumpeng kecil-
kecil merah, putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan buah-buahan, bunga telon,
gocok mentah dan uang logam yang diwadahi diatas ancak yang ditaruh di:
1. Area sumur
2. Area memasak nasi
3. Tempat membuat minum
4. Tarub
5. Untuk menebus kembarmayang ( kaum )
6. Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan.
7. Jembatan
8. Prapatan.
5. Nyantri
Upacara nyantri adalah menitipkan calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri 1
sampai 2 hari sebelum pernikahan. Calon pengantin pria ini akan ditempat kan dirumsh saudara
atau tetangga dekat. Upacara nyantri ini dimaksudkan untuk melancarkan jalannya upacara
pernikahan, sehingga saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka calon pengantin pria
sudah siap dit3empat sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.

Upacara Siraman
Siraman dari kata dasar siram ( Jawa ) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman
adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci
dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :
Kembang setaman secukupnya
Lima macam konyoh panca warna ( penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang
dikasih pewarna)
Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
Kendi atai klenting
Tikar ukuran ½ meter persegi
Mori putih ½ meter persegi
Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
Dlingo bengle
Lima macam bangun tulak ( kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek ( kain kuning), 1
helai jinggo (kain merah).
Sampo dari londo merang ( air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat
kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai
kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang
di simbulkan dalam:
Tumpeng robyong
Tumpeng gundul
Nasi asrep-asrepan
Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
Empluk kecil ( wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
1 butir telor ayam mentah
Juplak diisi minyak kelapa
1 butir kelapa hijau tanpa sabut
Gula jawa 1 tangkep
1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang
yang memandikan, tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti
pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias ( pemaes ) dengan memecah kendi dari
tanah liat.

Midodareni
Midodareni berasal dari kata dasar widodari ( Jawa ) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga
yang sangat cantik dan sangat harum baunya. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam
18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten
tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan
yang di simbulkan dalam:
Sepasang kembarmayang ( dipasang di kamar pengantin )
Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua
helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/
tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki
ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.
Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa
makan hidangan yang terdiri dari :
Nasi gurih
Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
Krecek
Roti tawar, gula jawa
Kopi pahit dan teh pahit
Rujak degan
Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan ( jaman dulu)

Upacara Langkahan
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini
dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka
sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang
dilangkahi.

Upacara Ijab
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara
tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya
kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai
dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya
dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan
syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil
yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.

Upacara Panggih
Panggih ( Jawa ) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa
dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali
ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.
Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan
iringan gending Jawa:
1. Gending Bindri untuk mengiringi kedatangan penantin pria
2. Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari balangan ( saling
melempar ) sirih, wijik ( pengantin putri mencuci kaki pengantin pria ), pecah telor oleh pemaes.
3. Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur), lambang
penyerahan nafkah dahar walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending itu bunyinya
dilemahkan untuk mengiringi datangnya sang besan dan dilanjutkan upacara sungkeman

Wijikan
Prosesi Wijikan juga dikenal dengansebutan ranupada. Dalam bahasaJawa, “ranu” berarti air dan
“pada” diartikan kaki, jika diartikan secara lengkap, ritual ranupada berarti membasuh kaki.
Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kaki mempelai pria yang dibasuhkan oleh mempelai
perempuan.Wijikan mencerminkan wujud bakti istri kepada suaminya.Selain itu, wijikan juga
bertujuan untuk menghilangkan rintangan agar tercipta keluarga bahagia dan dijauhkan dari
kesulitan dan marabahaya.
Untuk pelaksanaannya diawali dengan masuknya kedua kaki mempelai pria pada kotak
persegipanjang yang telah diberi irisan daun pandan bercampu rbunga melati.Kemudian akan
dibasuh dengan air bunga setaman oleh istri. Paling tidak mempelai perempuan membasuhkan
air bunga setaman padakedua kaki mempelai pria sebanyak tiga kali. Setelah
itudilanjutkandenganmengelap kaki hingga kering. 
Kemudian mempelai perempuan menghaturkansembah sebagai baktinya.Mempelai pria
kemudian membantu pasangannya berdiri.Hal Ini melambangkan perlindungan seorang suami
kepada istri.Kedua mempelai saling berhadapan, lalu pemandu adat atau perias menyentuhkan
telur ayam mentah pada dahi masing-masing mempelai.  Selanjutnya telur tersebut dijatuhkan
pada kotak persegi panjang sampai pecah, sambil berharap agar kedua mempelai lekas
mempunyai momongan yang berbudi baik.

Anda mungkin juga menyukai