Titrasi Kompleksometri
Titrasi Kompleksometri
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
I. TUJUAN
a. Menstandarisasi EDTA dengan larutan ZnSO4
b. Menentukan konsentrasi larutan Ni2+
c. Memahami prinsip titrasi kompleksometri
II. TEORI
Titrasi Kompleksometri
Praktikum Dasar - Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok IV Selasa Siang
Titrasi Kompleksometri
Praktikum Dasar - Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok IV Selasa Siang
indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan
titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan
larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah:
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -
10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada
pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati,
demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada
pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam
suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu
digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
Beberapa macam titrasi EDTA :
1. Titrasi langsung
Logam yang akan dititrasi langsung direaksikan dengan larutan standar EDTA.
2. Titrasi kembali
Zat yang akan diuji mula - mula direaksikan dengan EDTA secara berlebih,
kelebihan EDTA kemudian dititrasi dengan sampel.
3. Titrasi subtitusi
Diterapkan ion - ion logam yang tidak atau kurang bereaksi dengan indikator
metal.
4. Titrasi tidak langsung
Dapat dilakukan dengan titrasi ion pengendap yang berlebih, titrasi kelebihan
kation, penentuan kesalahan dan penentuan Mg.
Titrasi Kompleksometri
Praktikum Dasar - Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok IV Selasa Siang
Bahan
1. ZnSO4 0,01 M : larutan standar
2. NH4Cl : buffer
3. Aquades : pelarut dalam pembuatan zat
4. Indikator EBT : indikator
2+
5. Larutan Ni : larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
6. Indikator mureksid : indikator
Titrasi Kompleksometri
Praktikum Dasar - Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok IV Selasa Siang
Titrasi Kompleksometri
Praktikum Dasar - Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok IV Selasa Siang
4
1
Keterangan :
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Standar
4. Klem
5. Kertas putih
Titrasi Kompleksometri
Praktikum Dasar - Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok IV Selasa Siang
= x
= 0,0099 M
V EDTA rata-rata = 11,1 mL
M1 . V1 (ZnSO4) = M2 . V2 (EDTA)
. .
0,0099 M 10 mL = M2 11,1 mL
M2 = 0,0089 M
% kesalahan = x 100%
= x 100%
= 17,5 %
Titrasi Kompleksometri
Praktikum Dasar - Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok IV Selasa Siang
4.2 Pembahasan
Pada pratikum kali ini, kami melakukan titrasi antara titer dan titran yang
saling mengompleks. Larutan standar yang digunakan ialah EDTA. Dari pratikum ini,
dapat kita ketahui bahwa larutan EDTA tidak dapat digunakan sebagai larutan standar
primer, oleh karena itu larutan EDTA harus distandarisasi dulu dengan larutan
ZnSO4.
Larutan EDTA tidak dapat digunakan sebagai larutan standar karena sifatnya
yang higroskopis, ketidakmurniannya dapat mencapai 0,02% dan selama dalam masa
penyimpanan akan mengalami perubahan struktur.
Dalam melakukan standarisasi, ditambahkan larutan buffer yaitu ammonium
klorida agar dapat mempertahankan larutan tetap dalam pH 10, karena reaksi antara
ion logam dengan EDTA akan selalu menghasilkan H+ dan akan menyebabkan
larutan berubah dalam keadaan pH asam.
Saat penambahan larutan buffer, jangan pindahkan larutan buffer terlebih
dahulu ke dalam wadah lain, karena akan larutan buffer dapat menguap dan dapat
mengganggu titrasi. Perubahan warna yang akan didapatkan jika buffer telah lebih
dahulu menguap yaitu merah menjadi warna ungu yang sangat muda.
Pada standarisasi ini menggunakan indikator logam yaitu indikator EBT,
karena pH indikator ini antara 8 - 10. Senyawa ini sendiri berwarna biru dan
kompleksnya berwarna merah anggur. Oleh karena itu, larutan berwarna merah saat
ditambahkan indikator EBT.
Penentuan kadar Ni2+ dengan menggunakan larutan EDTA juga menggunakan
larutan buffer. Indikator yang digunakan ialah indikator mureksid yang menyebabkan
warna larutan sampel yang akan ditentukan kadarnya menjadi warna kuning.
Perubahan warna larutan ialah kuning menjadi biru violet.
Pada titrasi ini, penambahan larutan buffer jangan dipindahkan ke wadah lain,
tetapi langsung ke wadah titran. Saat penambahan indikator mureksid hanya
ditambahkan sedikit saja hingga larutan berubah warna kuning. Jika indikator
mureksid ditambahkan terlalu banyak, maka larutan akan berwarna kuning, sehingga
akan menyebabkan larutan menjadi warna ungu saat dititrasi.
Titrasi Kompleksometri
Praktikum Dasar - Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok IV Selasa Siang
5.2 Saran
Agar didapatkan hasil yang lebih baik, praktikan sebaiknya
a. Pahami cara kerja dan ketahui terlebih dahulu tentang zat - zat yang
digunakan.
b. Saat penambahan larutan buffer langsung ke wadah titrant.
c. Teliti dalam penambahan indikator, tambahkan secukupnya.
d. Telitilah dalam membaca skala buret.
Titrasi Kompleksometri
Praktikum Dasar - Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok IV Selasa Siang
JAWABAN PERTANYAAN
Titrasi Kompleksometri
Praktikum Dasar - Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok IV Selasa Siang
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Uniersitas Indonesia.
Jr. A. Day and Underwood. 1994. Analisa Kimia Kualitatif. Jakarta : Erlangga.
http://www.dokterkimia.com/2010/04/titrasi-kompleksometri.html.
Titrasi Kompleksometri