Anda di halaman 1dari 6

PUTRI KACA MAYANG

Putri Kaca Mayang : Dita Rahmayanti


Raja G asib : Hibban Nataprayoga
Ratu Gasib : Hisni Faoziyah
Raja Aceh : Helmi Azhar
Ratu Aceh 1 : Niken Sabrilla
Ratu Aceh 2 : Wilda Sofie Nur’afifah
Anak Raja Aceh : Pebbi Irmala Desinawati
Panglima Aceh : Teguh Adipranata
Warga Gasib : Antik Saputri

Pada zaman dahulu kala, di tepi Sungai Siak berdirilah sebuah kerajaan yang bernama
Kerajaan Gasib. Di kerajaan ini seluruh warga hidup damai dan sejahtera, karena Kerajaan Gasib
dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana, didampingi seorang ratu yang sangat anggun dan
cerdas. Kerajaan Gasib juga memiliki seorang putri bernama Putri Kaca Mayang, yang
kecantikan dan keluhuran budinya terkenal hingga seluruh penjuru kerajaan, bahkan hingga luar
kerajaan. Banyak raja dari kerajaan lain yang ingin meminang Putri Kaca Mayang, namun tak
satupun yang diterimanya karena ia belum ingin menikah dan masih ingin belajar agar bisa
memajukan kerajaannya.
ADEGAN 1
(Putri Kaca Mayang dan kedua orangtuanya berbincang-bincang di istana kerajaan)
Raja Gasib : ”Wahai anakku, tidakkah engkau ingin menerima salah satu pinangan dari raja-raja
negeri tetangga tersebut?”
Ratu Gasib : ”Benar, anakku. Kurasa sekarang adalah waktu yang tepat bagimu untuk mulai
membina rumahtangga, aku tak sabar ingin segera menimang cucu dari putri sematawayangku”
Putri Kaca mayang : ”Ibu, ayah, maafkan jika adinda lancang. Namun hati adinda masih
menyimpan harapan belajar lagi, bukan untuk menikah terlebih dahulu, adinda ingin membuat
kerajaan kita maju’’
Ratu Gasib : ”Baiklah, adinda. Jika memang itu keputusanmu, ibu dan ayah akan mendukung
dengan sepenuh hati”

ADEGAN 2
Sementara itu, di Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Raja Aceh yang dikenal angkuh dan
pemarah sedang terjadi cekcok karena kedua istrinya terus berebut mencuri perhatiannya
Ratu Aceh 1 :(Nada mendayu-dayu)”Kakanda, seminggu yang lalu saat aku berjala-jalan, aku
melihat perhiasan yang sangat bagus. Bolehkah aku membelinya sebagai tambahan
perhiasanku?”
Ratu Aceh 2 : ”Kakanda,sepertinya aku membutuhkan sebuah kendaraan baru untukku pribadi,
bukannya berbagi dengan si nenek tua itu!” (melirik sinis ke Ratu Aceh 1)
Ratu Aceh 1 : ”APAA?! NENEK TUA?! SEENAKNYA KAU MENGATAI AKU SEPERTI
ITU!” (menantang Ratu Aceh 2)
Ratu Aceh 2 :(balas menantang Ratu Aceh 1)
Raja Aceh : ”HENTIKAAAN!!! Kepalaku sudah cukup pusing untuk mengatasi semua masalah
disini, janganlah kalian berdua menambah sakit kepalaku! sekali lagi aku melihat kalian
bertengkar, aku tak segan mengusir kalian berdua dari istana ini!” (nada marah)
Ratu Aceh 1&2 : ”Mm..maafkan kami, kakanda” (ketakutan)

Raja Aceh : ”Panglima! Panglima!!!” (sambil berteriak)


(Panglima berlari menghampiri Raja Aceh)
Panglima : ”Ampun, Baginda. Apa gerangan baginda memanggil ku?”
Raja Aceh : ”Aku menginginkan Putri Kaca Mayang dari Kerajaan Gasib untuk menjadi istriku
yang ke 3. Tolong sampaikan pinanganku ke Kerajaan Gasib”
Panglima : ”Apakah baginda yakin dengan keputusan tersebut?”
Raja Aceh : ”Ya,Panglima. Aku yakin seratus persen dengan keputusanku. Pergilah ke Kerajaan
Gasib sekarang juga”
Panglima :(mengangguk)”Baik, Baginda. Saya akan kesana sekarang juga”

ADEGAN 3
Panglima Aceh tiba di Kerajaan Gasib
Panglima : “Baginda…”
Ratu Gasib : (menoleh ke belakang dan terkejut) “Siapa kau? Ada apa gerangan datang kemari?”
Panglima : ”Ampun, Baginda. Saya panglima dari Kerajaan Aceh datang kemari diutus oleh Raja
saya. Dan saya ingin bertemu Baginda Raja Gasib”
Ratu Gasib :”Kenapa  dia mengutus kau kemari?”
Panglima : ”Raja ingin meminang putri baginda, Putri Kaca Mayang”
Ratu Gasib : (Menghela nafas) ”Maaf, panglima. Kami belum bisa menerima pinangan dari
rajamu. Putriku belum siap untuk menikah. Sampaikan permohonan maaf dari kami kepada raja
kalian”
Panglima :”Baiklah, baginda. Kami akan kembali untuk menyampaikan jawaban baginda”

Panglima Aceh kembali ke kerajaan mereka dengan perasaan kecewa. Ia takut Raja Aceh murka
karena pinangannya ditolak.
Raja Aceh : ”Selamat datang, panglimaku! Bagaimana kabar pinanganku?”
Panglima : (Wajah ketakutan) ”Mmmo..mohon maaf, Baginda. Pihak Kerajaan Gasib menolak
pinangan baginda”
Raja Aceh : ”APAAA?!!” (berteriak dengan sangat emosi)
Kedua istri Raja Aceh segera berlari mendekati suaminya yang tampak sangat murka
Ratu Aceh 1 : ”Aaa…da apa, Kakanda? Apa sebab dikau murka?” (keheranan)
Ratu Aceh 2 : ”Ya, kakanda. Apakah nenek tua ini memancing emosimu lagi?” (melirik Ratu
Aceh 1)
Ratu Aceh 1 : ”Apa katamu?! Dasar perempuan tak tahu diri!” (mendorong Ratu Aceh 2)
(Kedua Ratu Aceh berkelahi dan Raja Aceh meminta panglimanya untuk memisahkan keduanya)
Raja Aceh : ”Tidak mungkin Raja Gasib menolak pinanganku!”
Panglima : ”Nnn…namun begitulah kenyatannya,Baginda”
Raja Aceh : ”Kurang ajar kau Gasib! Aku tak akan tinggal diam! Akan kubalas perbuatanmu”
ADEGAN 4
Karena telah mengenal sifat pendendam Raja Aceh,maka Raja Gasib segera menyiapkan
pasukan perang untuk menghadapi serangan Kerajaan Aceh
Raja Gasib : ”Istriku, kemarilah!”
Ratu Gasip : “Ada apa kanda?”
Raja Gasib :”Aku ingin segera menyiapkan pasukan perang kerajaan kita”
Ratu Gasib : “memangnya ada apa kanda? Mengapa kau ingin menyiapkan pasukan perang
kita?”
Raja Gasib : ”Aku takut jika sewaktu-waktu Raja Aceh menyerang kerajaan kita, karena aku
menolak pinangannya terhadap putri kita. Jagalah putri kita Istriku, aku sendiri yang akan
memimpin pasukan di Kuala Gasib.”
Ratu Gasib : ”Baiklah Kanda. Jaga dirilah selama perang, aku dan anakmu akan selalu
menunggumu”

ADEGAN 5
Ternyata Raja Aceh beserta pasukannya telah mengetahui persiapan Kerajaan Gasib, dan mereka
telah mengetahui bahwa Kuala Gasib yang merupakan jalur utama menuju negeri itu dipimpin
oleh langsung Rajanya sendiri.
Raja Aceh : ”Ha…ha…ha..! ternyata Kerajaan Gasib telah menyiapkan pasukannya untuk
melawan kita! Tak akan kubiarkan mereka menang!”
Panglima : ”Maaf,Baginda,ternyata Kuala Gasib telah dijaga oleh Raja Gasib sendiri”
Raja Aceh : ”APA?! Jadi lewat jalan mana kita bisa menuju ke kerajaan Gasib?”
Panglima : ”Lebih baik kita bertanya pada warga kerajaan Gasib langsung, Baginda”
Raja Aceh : ”Ya,Panglima. Kau benar. Ayo kita segera pergi ke Kerajaan Gasib”
(Raja Aceh dan panglima pergi ke Kerajaan Gasib. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan
salah satu warga Kerajaan Gasib)
Panglima : ”Sepertinya itu warga Kerajaan Gasib, Baginda” (menunjuk ke arah warga)
Raja Aceh : ”Ya,benar. Mari kita segera kesana!”
Panglima : ”Hai kau. Apakah benar kau warga negeri Gasib?”
Warga : ”Bb..enar, tuan. Siapakah gerangan tuan-tuan ini? Dan hendak kemana?”
Panglima : ”Kami dari Kerajaan Aceh hendak menuju ke negeri kalian. Tolong tunjukkan kami
jalan darat menuju Kerajaan Gasib!”
Warga : ”Hamba ttt….ttiddak ttahuu tu…tuan” (tergagap-gagap)
Raja Aceh : ”Benarkah itu? Bagaimana dengan ini?” (menunjukkan uang di hadapan warga)
Warga : ”Bbb…baiklah tuan. Ke arah sana” ( menunjukkan arah)

ADEGAN 6
Akhirnya, dengan jalan pintas yang ditunjukan oleh salah seorang warga Gasib. Raja Aceh
beserta pasukannya bisa memasuki Kerajaan Gasib. Tak dapat dipungkiri, Raja Gasibpun kalah.
Tetapi Raja Gasib selamat dari pertempuran itu.  Pasukan Aceh pun kembali ke kerajaannya,
ternyata mereka merencanakan rencana yang lebih kejam lagi dari sekedar menyerang Kerajaan
Gasib.
Raja Aceh : “Aku harus segera bertindak kembali. Kerajaan Gasib sudah kalah dan lemah.
Anakku kemari!”
Anak Raja Aceh : “ada apa ayahanda?”
Raja Aceh : “kau anak yang baik, cantik dan penurut. Aku ingin kau melakukan sesuatu untuk
ayahmu ini. Maukah kau menolongku?”
Anak Raja Aceh : “apapun yang ayah minta, akan aku turuti ayah.”

ADEGAN 7
Ratu Aceh 1 : “kamu yakin nak akan pergi kesana?” (sambil merapihkan rambut sang anak)
Anak Raja Aceh : “yakin ibu, aku sudah berjanji kepada ayahanda”
Ratu Aceh 1 : “tapi aku takut kamu tertangkap nak. aku tidak tega melihat anakku sendiri
dijadikan alat untuk melakukan hal ini.”
Anak Raja Aceh : “ibunda, aku akan baik-baik saja. Ayahanda sudah banyak memberiku segala
yang aku inginkan. Anggaplah ini sebagian dari balas budi seorang anak kepada ayahnya.”
Ratu Aceh 1 : “baiklah nak, aku akan selalu mendoakanmu.”

ADEGAN 8
Anak dari Raja Acehpun pergi ke Kerajaan Gasib. Seperti yang telah diminta sang Ayah. Sang
Anak diharuskan menculik Putri Kaca Mayang dari dalam Kerajaan Gasib. Dengan berpura-pura
sebagai pelayan kerajaan yang baru, ia bisa membawa Putri Kaca Mayang pergi dari
kerajaannya.
Raja Gasib : “ anakku Kaca Mayang, kemarilah.”
Putri Kaca Mayang : “Ada apa ayahanda?’
Raja Gasib : “anakku, kenalkan ini pelayan kita yang baru. Dia akan menjadi temanmu disini.
Kau cantik dan pintar, mungkin seharusnya kau lebih banyak berteman dari pada sekedar belajar
untuk memajukan kerajaan kita”
Putri Kaca Mayang akhirnya berteman akrab dengan Pelayan baru yang lain tidak bukan adalah
Anak Raja Aceh. Sang Putri telah memercayai Pelayan itu tetapi tidak dengan sang ibu, Ratu
Gasib. Ia merasa kalau Pelayan punya niat jahat. Setiap kegiatan mereka selalu ia awasi, sampai
pada akhirnya Pelayanpun mengajak Putri ke luar dari kerajaan untuk memulai rencana jahatnya.
Putri Kaca Mayang : “kau yakin akan aman? aku tidak pernah keluar lebih jauh selain didaerah
kerajaan.”
Pelayan (Anak Raja Aceh) : “yakin putri, lagipula aku akan tetap menjaga putri.”
Ratu Gasib : “tunggu, Kaca Mayang anakku. Kau tidak boleh pergi! Pelayan ini berniat jahat
padamu, aku tidak rela kau menculik anakku.”
Putri Kaca Mayang : “apa yang ibunda maksud? Kami hanya sekedar jalan-jalan saja.”
Pelayan geram melihat Ratu Gasib terus menghalanginya, (pelayan dengan perlahan ia melukai
Ratu Gasib dengan kayu tajam yang ada disekitar sana. Kaca Mayang kaget, ia tak percaya
bahwa pelayan yang ia anggap teman sendiri telah membunuh Ibundanya).
Putri Kaca Mayang : “ibu bangunnn…ibu bangunnn….(Putri Kaca Mayang marah, ia
berusaha merebut kayu itu dari Pelayan. Tapi kayu malah mengenai Putri, tangannya terluka
parah). Pelayan itu segera membawa kabur keluar dari Kerajaan Gasib menemui Panglima yang
telah menunggu mereka.

ADEGAN 9
Panglima : “maaf Baginda, kami telat.”
Raja Aceh : “kenapa Putri terluka seperti ini? Apa yang kau lakukan Panglima?” (menarik baju
Panglima dengan marah)
Anak Raja Aceh : “ini bukan salah Panglima ayahanda , ini kesalahanku. Ia menyerangku, dan
aku tidak sengaja melukainya. Maafkan aku ayah.”
Raja Aceh : “baiklah kalau begitu, bawa Putri Kaca Mayang untuk diobati, dan segera siapkan
pernikahan kita minggu depan.”
Raja Aceh sanga licik, ia menikahi Putri Kaca Mayang tanpa persetujuan Putri sendiri. Ia sedih
dan takut, apalagi luka yang ia dapati dari perlawanannya dengan pelayan penipu itu semakin
parah. Tangannya infeksi, ia sakit berhari-hari bahkan pernikahannyapun sampai ditunda. Tetapi,
masih ada Panglima Aceh yang sangat baik padanya, ia selalu merawat Putri setiap hari.
Panglima : “kau baik-baik saja Putri?”
Putri Kaca Mayang : “kenapa kau selalu baik padaku Panglima?”
Panglima : “aku tidak tega melihatmu menderita seperti ini, kau baik, pintar, dan juga cantik.
Maafkan aku telah ikut membantu menculikmu. Tapi aku berjanji, akan embantumu untuk keluar
dari sini.”

ADEGAN 10
Panglima telah memiliki perasaan lebih kepada Putri Kaca Mayang, ia telah memikirkan cara
agar Putri bisa kembali ke Kerajaan Gasib.
Raja Aceh : “bagaimana ini Panglima? Putri sudah terlalu lama sakit dan belum juga sembuh.
Kapan aku bisa melangsungkan pernikahan kita?!” (Raja marah)
Panglima : “Rajaku, jika boleh aku beri saran lebih baik kita batalkan saja pernikahan ini.”
Raja Aceh : “APA!? Kenapa harus aku batalkan? Apa kau ingin mengkhiyanatiku Panglima?”
Panglima : “tidak Baginda, aku tidak akan pernah mengkhiyanatimu dan aku akan selalu setida
padamu. Tapi ini sudah terlalu lama, Putri tidak akan sembuh dalam waktu dekat. Dikhawatirkan
Raja Gasib sudah menyiapkan pasukan yang lebih besar atau bahkan meminta bantuan dengan
kerajaan lain.”
Raja Aceh : “mm.. kau benar Panglima. Baiklah, kembalikan dia ke kerajaan itu. Aku juga tidak
mau menikahi Putri yang sekarat.”

ADEGAN 11
Akhirnya Panglima berhasil meyakinkan Raja Aceh untuk melepaskan Putri Kaca Mayang. Tapi
diperjalanan, Putri Kaca Mayang semakin parah. Lukanya sudah membuat ia semakin lemah
bahkan sulit untuk berjalan lagi.
Panglima : “bertahanlah Putri, Kerajaan Gasib sudah dekat!”
Putri Kaca Mayang : “a…aku ti…tidak ku..kuat lagi Panglima. te…terimakasih atas
pertolonganmu. Ka..katakan pada ayahku bahwa a..aku sangat menyayanginya. Dan untukmu
panglima, se..semoga kau bisa se..selamat dari Rajamu karna telah membantuku.”
Panglima : “aku ikhlas membantumu Putri, kau pantas medapatkannya. Maafkan aku karna
terlambat menolongmu.”
Putri Kaca Mayang meninggal dalam perjalanan pulang. Sampai pada akhirnya Raja Gasib
menemukan mereka saat sedang mengawasi kerajaannya langsung.
Raja Gasib : “Kaca Mayang, Anakku Kaca Mayang!? Mengapa kau bisa seperti ini anakku?”
Panglima : “ma..maafkan aku Raja. Aku terlambat membawa Putri pulang.”
Raja Gasib : “aku tidak percaya kau dengan cepat menyusul ibumu ke kesurga nak.”
(Raja Gasib menangis didepan mayat sang anak)
Raja Gasib : “terimakasih Panglima, setidaknya kau sudah berusaha untuk membawa anakku
pulang. Apa imbalan yang kau inginkan dariku?”
Panglima : “tidak Raja, aku tidak ingin meminta apapun. Aku ikhlas melakukannya. Tapi,
ampunilah Raja Aceh ku karna telah menyulik Putri Kaca Mayang. Sungguh aku tidak ingin
melakukan itu, tapi dia adalah Rajaku.”
Raja Gasib : “aku mengerti Panglima, kau pasti tidak punya pilihan lain. Segeralah kembali ke
kerajaanmu, semoga kau selamat dan bahagia selalu.”
Kebaikkan dan kemurahan Raja Gasib telah menyelamatkan Panglima. bisa saja Panglima
dihukum saat itu juga, tapi karna ia telah membawa pulang Putrinya, ia bisa kembali
kekerajaannya.
Setelah Putri Kaca Mayang pergi menyusul sang Ibunda, Raja Gasib dilanda depresi berat karena
kehilangan putri semata wayangnya. Ia pun memutuskan untuk menyepi ke Gunung Ledang.
Tetapi sebelum meninggalkan kerajaan itu, ia  membuka perkampungan baru yang diberi nama
Pekanbaru.

THE END

Anda mungkin juga menyukai