Anda di halaman 1dari 207

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG PERAWATAN ANAK (RPA)


RUMAH SAKIT JUANDA KUNINGAN
TAHUN 2022

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Ners


Stase Manajemen Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Ns. Aria Pranatha, S.Kep., M. Kep.
Ns. Aditiya Puspanegara, S.Kep., M.Kep.
Ns. Nining Rusmianingsih, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh:

1. Aan Nurhasanah, S.Kep. 7. Nur Iman, S.Kep.


2. Ahaddin Yusuf, S. Kep. 8. Nurul Hidayah, S.Kep.
3. Ananda Idlal Faridah, S.Kep. 9. Riva Amanah Ilahi, S.Kep.
4. Dini Sugihartati, S.Kep. 10. Sabila Nurul Faizah, S.Kep.
5. Ilfa Latifah Fauziah, S.Kep. 11. Triyani, S.Kep.
6. Isabela Yopita Putri, S.Kep. 12. Warleni, S.Kep.

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA
PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur
kami panjatkan ke
Hadirat Allah SWT
karena atas berkat,
rahmat dan karunia-
Nya sehingga Laporan
Manajemen
Keperawatan di Ruang
Perawatan Anak (RPA)
dapat terselesaikan
sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.
Laporan ini disusun
untuk memenuhi salah
satu tugas Stase
Manajemen
Keperawatan pada
Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kuningan
(STIKKU). Adapun
dalam penyusunan
laporan ini, kami tidak
i
lepas dari bimbingan
dan motivasi dari
berbagai pihak.
Kami menyadari
dalam penyusunan
laporan ini masih
banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami
mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat
membangun demi
kesempurnaan laporan
ini. Akhir kata semoga
laporan ini dapat
bermanfaat khususnya
bagi kami dan
umumnya bagi
pembaca. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

K
u
n
i
n
g
a
n
,

ii
M
e
i

2
0
2
2

K
e
l
o
m
p
o
k

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................5
2.1 Konsep Manajemen Keperawatan....................................................................5
2.2 Konsep Manajemen Unit................................................................................13
2.3 Metode Asuhan Keperawatan.........................................................................21
BAB III MANAJEMEN RUANGAN PERAWATAN ANAK RUMAH
SAKIT JUANDA KUNINGAN...........................................................................31
3.1 Gambaran Umum............................................................................................31
3.2 Kajian/Analisis Situasi....................................................................................33
BAB IV ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN........................................61
4.1 Analisis Data...................................................................................................61
4.2 Prioritas Masalah............................................................................................66
4.3 Planning Of Action.........................................................................................71
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................72
5.1 Implementasi...................................................................................................72
5.2 Hasil Dan Evaluasi..........................................................................................72
BAB VI PENUTUP..............................................................................................82
6.1 Simpulan.........................................................................................................82
6.2 Saran...............................................................................................................82
LAMPIRAN..........................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................149

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan, oleh karena itu
pelayanan yang berkualitas merupakan suatu keharusan dan mutlak dipenuhi
oleh suatu rumah sakit. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap masyarakat adalah meningkatkan kinerja rumah sakit
secara profesional dan mandiri (Ulfa, 2017).
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya
memberikan pelayanan kepada pasien secara diagnostik dan terapeutik
untuk berbagai masalah kesehatan baik yang bersifat bedah dan non bedah.
Upaya kesehatan dilakukan dengan melakukan pendekatan, pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan (Suharto & Ona,
2019).
Tanggung jawab RS dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Untuk itu diperlukan penataan dan manajemen yang baik pula,
termasuk manajemen keperawatan di dalamnya. Manajemen keperawatan
yang dikelola dan dilaksanakan dengan baik akan menghasilkan suatu
pelayanan yang baik pula kepada klien yang dirawat di rumah sakit.
Pelayanan keperawatan sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan
di rumah sakit merupakan komponen sentral untuk terwujudnya pelayanan
kesehatan yang bermutu (Nindyanto, 2012). Upaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit, perawat pun memiliki peran di dalamnya,
dimana perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus mampu
melaksanakan proses keperawatan sesuai standar, hal tersebut sesuai dengan
Undang-Undang Keperawatan No. 38 Tahun 2014.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang

1
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang
menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit. Keberadaan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam situasi yang komplek selain
24 jam secara berkesinambungan melibatkan klien, keluarga maupun tenaga
kesehatan lain.
Secara klasik, manajemen adalah tugas manajerial yang
dikembangkan oleh Henri Fayol’s tahun 1916 yaitu perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian kerja pada
kelompok karyawan. Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dari
koordinasi dan integrasi dari sumber daya melalui aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, koordinasi, pengarahan, dan pengendalian untuk
menyelesaikan tujuan yang spesifik (Weiss et al., 2019).
Manajemen juga dilihat sebagai suatu seni dan ilmu yang berkaitan
dengan perencanaan dan pengarahan baik usaha manusia maupun sumber
daya yang langka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen
keperawatan didefinisikan sebagai koordinasi dan intergrasi dari sumber
daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan sasaran pelayanan keperawatan (Huber, 2017).
Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang berkualitas,
harus sejalan dengan peningkatan kualiatas manajerial
keperawatan. Dimana salah satu upaya manajerial keperawatan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yaitu dengan peningkatan
jumlah (kuantitas) sumber daya perawat (Nursalam, 2003). Kuantitas atau
jumlah sumber daya perawat merupakan aspek yang dapat mempengaruhi
beberapa hal di dalam pelayanan keperawatan diantaranya kepuasan pasien,
kepuasan kerja perawat, beban kerja perawat, dan sebagainya.
Manajer keperawatan mempunyai beberapa tingkatan yaitu: top
manager, middle manager, dan nursing low manager. Kepala ruang
keperawatan merupakan bagian dari nursing low manager yang mempunyai
peranan penting dalam pelayanan di suatu ruangan. Kepala ruang

2
keperawatan yang merupakan bagian dari manajemen keperawatan berpijak
kepada fungsi manajemen keperawatan yaitu POAC (Planning, Organizing,
Actuating, Controlling) dalam rangka meningkatkan kualitas staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Nursalam, 2013).
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu
tuntutan bagi organisasi pelayanan Kesehatan. Kualitas pelayanan
keperawatan pada saat ini melibatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku dari para praktisi, klien keluarga dan dokter. Saat mendefinisikan
kualitas keperawatan, perlu diperhitungkan nilai-nilai dasar keyakinan para
perawat serta cara mengorganisasikan suhan keperawatan tersebut. Latar
belakang dalam pemberian tugas dalam mutu asuhan yang berorientasi
Teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan keperawtan
yang lebih holistic dan ada kemungkinan bahwa metode keperawtan hanya
merupakan prosedur dan Teknik bukanya interpersonal dan kontekstual
yang berkaitan dengan mutu asuhan.
Salah satu cara untuk mendapatkan keterampilan manajemen
keperawatan yang handal selain didapatkan dibangku perkuliahan juga harus
melalui pembelajaran di tempat praktik manajemen keperawatan. Kami
melaksanakan praktik Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan di RS
Juanda Kuningan dengan arahan pembimbing rumah sakit dan pembimbing
akademik. Dengan adanya praktik tersebut diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah dalam mengelola ruang
perawatan dengan pendekatan proses manajemen keperawatan dengan
menerapkan fungsi manajemen keperawatan.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik profesi Ners stase manajemen
keperawatan mahasiswa mampu mengelola pelayanan dan asuhan
keperawatan di ruang perawatan anak (RPA) menggunakan konsep
dan fungsi manajemen keperawatan.

3
1.1.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan kajian situasi dan analisis
SWOT di unit pelayanan ruang perawatan anak (RPA) Rumah
Sakit Juanda Kuningan
b. Mahasiswa mampu menyusun skala prioritas masalah yang di dapat
dari hasil pengkajian di ruang perawatan anak (RPA) Rumah Sakit
Juanda Kuningan dan membuat alternatif penyelesaian masalah
c. Mahasiswa mampu menemukan penyebab masalah di ruang
perawatan anak (RPA) Rumah Sakit Juanda Kuningan dengan
diagram sebab akibat ( fish bone diagram)
d. Mahasiswa mampu menentukan solusi alternatif untuk menemukan
masalah di ruang perawatan anak (RPA) Rumah Sakit Juanda
Kuningan
e. Mahasiswa mampu menyusun rancangan strategis dan operasional
di ruang perawatan anak (RPA) Rumah Sakit Juanda Kuningan
berdasarkan kajian bersama-sama penanggung jawab unit
f. Mahasiswa mampu membuat Plan of Action (POA) untuk
menjawab masalah yang ditemukan di ruang perawatan anak
(RPA) Rumah Sakit Juanda Kuningan

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


1. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan
proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara
profesional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling mendukung.
Proses keperawatan sebagaimana
manajemen keperawatan terdiri atas
pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
hasil (Solikhati, 2019).
Manajemen keperawatan
merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan
dengan menerapkan proses manajemen
untuk mencapai tujuan dan obyektifitas
asuhan keperawatan (Solikhati, 2019).
Manajemen keperawatan adalah
proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan
kenyamanan terhadap pasien. Tugas
manajer keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan
dan mengawasi keuangan yang ada,

5
peralatan dan sumber daya manusia
untuk memberikan pengobatan yang
efektif dan ekonomi pada pasien
(Solikhati, 2019).
Berdasarkan bebrapa pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen keperawatan adalah suatu
proses dan tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan
untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengawasi sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga
dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada
pasien, keluarga dan masyarakat.
2. Tujuan Manajemen Keperawatan
a. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
b. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial
c. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan
melibatkan seluruh komponen yang ada
d. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf
perawatan bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu
kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya
3. Proses Manajemen Keperawatan
Menurut Ns. Erita, S.Kep., (2019) proses
manajemen yaitu : POLC (Planning,
Organizing, Leading, Controlling).
Dalam hal ini ada dua ide penting dalam
definisi:
a. Empat fungsi manajemen, yaitu

6
perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian
b. Pencapaian sasaran organisasi
dengan cara yang efektif dan efisien.
Empat tahap dalam proses
manajemen, yakni:
1) Perencanaan
Perencanaan merupakan
definisi mengenai organisasi di
masa depan dan cara mencapai
tujuannya. Perencanaan berarti
penentuan sasaran sebagai
pedoman kinerja organisasi di
masa depan, ditambah dengan
penetapan tugas serta alokasi
sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai sasaran
organisasi. Ketiadaan rencana
atau perencanaan yang buruk
dapat menjatuhkan kinerja
organisasi. Dalam proses
manajemen, rencana jangka
panjang untuk kelangsungan
organisasi (usaha) sangat 11
diperlukan. Perkembangan
organisasi sangat bergantung
salah satunya oleh perencanaan
yang baik dan tepat sasaran
untuk organisasi, tanpa
perencanaan, kelangsungan
organisasi kedepannya tidak

7
terjamin.
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian
biasanya mengikuti perencanaan
dan mencerminkan organisasi
yang mencoba untuk
menyelesaikan rencana itu.
Pengorganisasian melibatkan
penetapan dan pengelompokan
tugas ke departemen, dan
alokasi berbagai sumber daya ke
berbagai departemen. Melalui
pengorganisasian diharapkan
organisasi bersifat lebih
sistematik dan tim lebih
mempunyai tanggung jawab.
Hal itu berguna untuk
manajemen pribadi menempati
posisi yang seharusnya.
3) Kepemimpinan
Dalam organisasi
memberikan kepemimpinan
menjadi fungsi manajemen yang
semakin penting.
Kepemimpinan (leading) adalah
penggunaan pengaruh untuk
memotivasi karyawan agar
mencapai sasaran organisasi.
Memimpin berarti menciptakan
budaya dan nilai bersama,
mengkomunikasikan sasaran

8
kepada karyawan, dan
memberikan inspirasi agar
karyawan berprestasi.
Memimpin termasuk
memotivasi seluruh departemen,
divisi, dan juga orang yang
bekerja langsung dengan
manajer. Kompetisi
internasional, dan keragaman
yang meningkat dalam tenaga
kerja, kemampuan untuk
membentuk budaya,
mengkomunikasikan sasaran,
dan memotivasi karyawan
merupakan hal penting bagi
kesuksesan bisnis. Selain itu,
anjuran untuk setiap karyawan
memiliki tanggung jawab
kepimpinan, memecahkan
masalah, dan membantu
memotivasi orang lain akan
membuat para karyawan merasa
dihargai. Kepemimpinan yang
buruk akan menyebabkan
pengaruh negatif terhadap
sebuah organisasi.
4) Pengendalian
Pengendalian adalah
fungsi keempat dalam proses
manajemen dan yang terakhir
dalam proses manajemen.

9
Pengendalian (controlling)
artinya memantau aktivitas
karyawan, menjaga organisasi
agar tetap berjalan ke arah
pencapaian sasaran, dan
membuat koreksi bila
diperlukan. Para manajer juga
harus memastikan bahwa
organisasi yang mereka atur
bergerak menuju tujuannya.
Pelimpahan wewenang dan
kepercayaan terhadap karyawan
telah membuat banyak
perusahaan lebih menekankan
pada pelatihan karyawan untuk
memantau dan mengoreksi diri
sendiri. Terutama para karyawan
pada lini depan dilatih dengan
menanamkan nilai inti dan
standar kinerja yang diharapkan.
Hal ini memungkinkan
perusahaan untuk memberikan
kebebasan 12 yang besar tanpa
harus membahayakan standar
perusahaan yang tinggi. Namun,
para manajer harus menyadari
bahwa keberhasilan dalam
sebuah perusahaan atau situasi
mungkin tidak sama terhadap
yang lainnya.

10
Gambar 2.1 Proses manajemen yang
mendukung proses keperawatan

Pengkajian Diagnosis Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Pengumpulan data Perencanaan Pengelolaan Kepegawaian Kepemimpin Pengawasa


an n

Data-data yang perlu


dikumpulkan oleh perawat pada
tingkat pelayanan diruangan atau
sebagian pendekatan sistem yang
disampaikan oleh Gillies (1989).

11
4. Fungsi Dasar Manajemen
Menurut Ns. Erita, S.Kep., (2019)
Secara umum, fungsi dari manajemen
dapat dikatakan sebagai serangkaian
kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh
Manajemen didalam hal untuk mencapai
tujuannya. Fungsi dari Manajemen juga
dikenal dengan Istilah POAC:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah salah
satu fungsi yang digunakan untuk
merencanakan segala sesuatu dengan
sebaik mungkin dalam upaya untuk
mencapai tujuannya. Hal tersebut
akan berjalan dengan lancar apabila
kita memiliki gambaran mengenai
hal apa saja yang akan digunakan
atau dijalani, oleh sebab itu hal ini
harus melibatkan perencanaan.
1) Tujuan perencanaan dalam
manajemen:
a) Meningkatkan peluang untuk sukses
b) Menstimulasi berfikir analisis
c) Mencegah terjadinya krisis manajemen
d) Memfasilitasi berfikir kritis dan membuat keputusan
secara fleksibel.
e) Meningkatkan keterlibatan staf dan komunikasi
f) Menjamin biaya yang efektif
2) Langkah – langkah perencanaan
a) Pahami dan tentukan misi,
filosofi dan tujuan

12
b) Kumpulkan data
c) Analisa
d) Buat alternatif
e) Pilih dan usulkan alternatif
f) Pimpinan menetapkan
alternatif
g) Susun rencana
h) Kaji ulang

3) Tahapan dalam perencanaan


a) Pengumpulan data
(1) Sensus pasien harian
(2) Kapasitas tempat tidur
(3) BOR
(4) Rata- rata lama dirawat
(5) Kecenderungan populasi
pasien
(6) Perkembangan teknologi
(7) Ketenagaan
b) Analisa lingkungan
(1) Internal : strength,
weakness
(2) Eksternal : opportunity,
threats
c) Pengorganisasian data
Pilih data penunjang dan
penghambat
d) Pembuatan rencana

13
b. Pengorganisasian (Organizing)
pengorganisasian ini sangat
penting untuk dilakukan agar
mempermudah manajer melakukan
sebuah pengewasan yang lebih
efektif.
c. Pengarahan (Actuacting)
Fungsi dari manajemen yang
ketiga adalah Pengarahan,
pengarahan ini sangat penting
dilakukan agar segala sesuatu yang
sudah direncanakan dapat berjalan
dengan lancar sesuai denga
perencanaan yang dibuat.
d. Pengawasan (Controlling)
Manajer akan secara aktif
melakukan pengawasan terhadap
sumber daya yang telah
diorganisasikan sebelumnya dan
memastikan apa yang dikerjakan itu
sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan atau tidak.

Gambar 2.2 Sistem Manajamen Keperawatan (Modifikasi Gillies, 1996)


Masukan Proses Hasil

Input

Perawatan pasien

Pengembangan Staf

14
Process Output

Data

Personalia

Pengumpulan Perencanaan Pengaturan Kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan

Peralatan Pengumpulan : Perencanaan : Pengaturan : Riset


Informasi Tujuan Tabel
mengenai : Sistem Organisasi
Persediaan Unit kerja Standar Evaluasi tugas
Pasien Kebijakan Deskripsi kerja
Karyawan Prosedur dan
Anggaran Pembentukan
kerjasama tim

Kepegawaian : Kepemimpinan : Pengawasan :


 Klasifikasi klien  Penggunaan kekuatan  Jaminan keselamatan
 Penentuan kebutuhan  Pemecahan masalah  Audit pasien
staf  Pengambilan  Penilaian prestasi
 Rekruitmen keputusan  Disiplin
 Pemilihan  Mempengaruhi  Hubungan pekerja
 Orientasi keputusan tenaga kerja
 Penjadwalan  Mempengaruhi  Sistem informasi
 Penugasan perubahan komputer
 Minimalisasi  Menangani konflik
ketidakhadiran  Komunikasi dan
 Penurunan pergantian Analisa transaksional
 Pengembangan staf

Outcome

Kepuasan pelanggan
Mutu
Derajat kesehatan
4) Tujuan perencanaan dalam
manajemen:
g) Meningkatkan peluang untuk sukses
h) Menstimulasi berfikir analisis
i) Mencegah terjadinya krisis manajemen
j) Memfasilitasi berfikir kritis dan membuat keputusan
secara fleksibel.

15
k) Meningkatkan keterlibatan staf dan komunikasi
l) Menjamin biaya yang efektif
5) Langkah – langkah perencanaan
i) Pahami dan tentukan misi,
filosofi dan tujuan
j) Kumpulkan data
k) Analisa
l) Buat alternatif
m)Pilih dan usulkan alternatif
n) Pimpinan menetapkan
alternatif
o) Susun rencana
p) Kaji ulang
6) Tahapan dalam perencanaan
e) Pengumpulan data
(8) Sensus pasien harian
(9) Kapasitas tempat tidur
(10) BOR
(11) Rata- rata lama dirawat
(12) Kecenderungan
populasi pasien
(13) Perkembangan
teknologi
(14) Ketenagaan
f) Analisa lingkungan
(3) Internal : strength,
weakness
(4) Eksternal : opportunity,
threats
g) Pengorganisasian data
Pilih data penunjang dan

16
penghambat
h) Pembuatan rencana

2.2 Konsep Manajemen Unit


1. Manajemen Unit
Menurut Nursalam (2011), manajemen
unit terdiri dari:
a. Ruangan
1) Sarana Ruangan : Lingkungan
kerja untuk pencapaian proses
manajerial keperawatan di ruang
rawat inap bedah umum secara
keseluruhan mempunyai: ruang
perawatan lengkap dengan
tempat tidur dan kamar mandi
klien, ruang peralatan, ruang
perawat/nurse station berada
ditengah ruang perawatan, ruang
kepala ruangan + ruang tamu +
kamar mandi + ruang peralatan,
ruang ganti perawat + kamar
mandi perawat ruang konferensi,
mushola, ruang administrasi,
ruang spoolhoek, dapur dan
gudang serta depo farmasi.
2) Letak: jauh dari tempat keramaian
seperti kantin, dekat dengan ruang
operasi dan pemeriksaan
diagnostik, aman dan nyaman.
3) Posisi: dekat dengan nurse
station dan depo farmasi.

17
4) Kondisi: pencahayaan cukup dan
sesuai luas ruangan, besar
ruangan sesuai dengan jumlah
tempat tidur, jumlah dan ukuran
jendela sesuai dengan besar
ruangan, warna cat lembut, tidak
berjamur, bersih, pintu fleksibel
dapat dilalui brankard, bersih,
tidak licin. Perbandingan kamar
mandi dengan klien sesuai,
lantai tidak licin, bersih, letak
terjangkau oleh klien. Kasur
bersih, dapat dirubah posisinya,
terdapat side rails, fasilitas
ruangan tidak mengganggu
delivery klien, sampiran ada pada
setiap tempat tidur klien.
b. Alat dan bahan
1) Alat tenun : laken, boven laken,
sarung bantal, sarung guling,
perlak, stik laken, selimut, baju
klien, waslap, taplak meja, alas
baki, handuk, sarung buli-buli,
sarung O2, gorden, dan vitrage.
2) Alat kesehatan: bak instrumen
(besar, sedang, kecil), bak steril,
kom, Doppler, pinset anatomis
dan chirurgis, gunting (jaringan,
hecting, perban), bengkok,
korentang dan tempatnya.

18
3) Alat-alat tanda vital: tensimeter,
stetoscope, termometer,
4) Alat-alat pemeriksaan fisik:
refleks hammer, tongue spatel,
timbangan BB, pengukur TB,
midline.
5) Irigator, WWZ panas/dingin,
waskom mandi.
6) Alat transportasi: brankard, kursi
roda
7) Emergency trolley
8) O2 dan manometer
9) Bahan habis pakai: alkohol,
betadine, aquadest, savlon, H2O2,
NaCI, cairan infus, lysol, spuit
dengan berbagai ukuran, kapas,
kassa plester, set infus, kateter,
NGT, kondom kateter, urine bag,
dan obat-obatan.
10) Alat-alat rumah tangga: kasur,
bantal, guling, meja, jam
dinding, kursi, lemari (besar dan
kecil), lampu, alat makan
(piring, sendok, gelas), gayung,
tempat sampah (medis, ATK,
umum), kapstok pakaian, rak
handuk, keset, telepon dan white
board.
11) ATK, amplop, buku ekspedisi,
buku laporan, buku, lem,
perforator, spidol, formulir

19
(perencanaan, pengkajian dan
implementasi) resume klien
pulang/meninggal/dirujuk, grafik
suhu nadi, pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium
dan radiologi).
c. Hubungan perawat-klien
1) Hubungan perawat-klien dimulai
sejak klien masuk, selama
perawatan (pelaksanaan proses
keperawatan) sampai klien pulang.
2) Pada profesi keperawatan,
komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan
metode utama dalam
mengimplementasikan proses
keperawatan. Dengan kata lain
kualitas asuhan yang diberikan
pada klien sangat lergantung pada
hubungan perawat-klien.
d. Hubungan perawat-perawat
1) Komunikasi antar perawat
berjalan dengan baik.
2) Mekanisme pengambilan
keputusan disesuaikan
dengankondisi.
3) Kegiatan serah terima klien
dilakukan setiap pergantian
dinas dan berorientasi pada
asuhan keperawatan yang telah
direncanakan.

20
(a) Mengadakan ronde
keperawatan dan supervisi
khusus.
(b) Mengadakan rapat bulanan
secara rutin.
(c) Media komunikasi antar
perawat menggunakan buku
laporan, bukuronde dan
whiteboard.
e. Hubungan perawat-profesi lain
1) Bekerjasama sebagai sebuah tim
kesehatan untuk menangani
masalah.
2) Komunikasi antar profesi
berjalan dengan baik
3) Proses pendelegasian jelas
dilakukan secara jelas dan
tertulis.
4) Tiap profesi membuat
dokumentasi secara jelas
5) Saling menghargai antar profesi.
2. Unsur-Unsur Manajemen
a. Manusia/Man
Manusia sebagai unsur pokok
dalam manajemen karena memiliki
peran penting dalam pelaksanaan
manajemen sebagai penggerak
unsur-unsur lainnya. Sebagus apapun
unsur lain dalam manajemen tidak
akan bisa berjalan jika tidak
digerakan oleh manusia. Oleh karena

21
itu perlunya memperhatikan unsur
pertama ini sebagai SDM yang akan
menentukan kualitas suatu organisasi
ataupun lembaga. Pada prinsipnya
manusia adalah makhluk pekerja,
karena dalam sebuah manajemen
pun manusialah yang sesungguhnya
bekerja, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai pada tahap
pengawasan yang pada dasarnya
dilakukan dan dikendalikan
sepenuhnya oleh manusia (Susanti et
al., 2020).
1) Untuk alat ukur dibuat
berdasarkan rata-rata klien
membutuhkan perawatan:
a) Minimal Care :
1 jam/hari
b) Intermidiate Care :
2 jam/hari
c) Total Care :
2,5 jam/hari
2) Formula pembagian shift ( Wastler dalam
swansbrug (1999)):
a) Pagi : 47 %
b) Sore : 36 %
c) Malam : 17 %
3) Pembagian proporsi tenaga
untuk asuhan langsung
profesional : 55% : 45%
4) Jumlah hari libur dalam setahun:

22
a) Rata-rata hari minggu
pertahun : 52 Hari
b) Libur Nasional
: 15 Hari
c) Cuti Sakit
: 7 Hari
d) Jumlah Hari Pertahun
: 365 Hari
e) Jam Kerja Produktif
: 7 Jam
5) Jumlah Perawat (tenaga asuhan
langsung)
Total kebutuhan jam perawatan/hari x Jumlah hari dalam setahun
(Jumlah hari dalam setahun – hari
libur dalam setahun) x 7
6) Jumlah Tenaga Pendukung
Asuhan
(Kapasitas unit/30 x jml shift x 20
jam)x jml hari /thn
(Jml hari dlm Setahun – hari libur
dlm setahun) x 7
b. Uang/Money
Dewasa ini posisi uang dalam
sebuah perusahaan, lembaga ataupun
organisasi menjadi pennetu
berjalannya sebuah manajemen.
Tanpa adanya uang manajemen tidak
akan berjalan dengan efektik dan
efisien. Semakin banyak uang atau
modal yang dimiliki maka akan
semakin cepat pula proses

23
manajemen dalam mencapai
tujuannya. Tidak sedikit masalah
yang muncul dalam sebuah
manajemen karena kekurangan
uang/modal sehingga pada akhirnya
juga mengalami kebangkrutan.
Disinilah perlunya memanajemen
uang agar tetap bisa mengendalikan
pendapatan uang serta
pengeluarannya agar tetap seimbang
(Susanti et al., 2020).
c. Metode
Metode ini menggunakan tim
yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim / grup yang
terdiri dari tenaga profesional,
tehnikal dan pembantu dalam satu
grup kecil yang saling membantu.
1) Konsep dasar SOP dan SAK
a) Pengertian SOP
(1) Suatu standar/pedoman
tertulis yang
dipergunakan untuk
mendorong dan
menggerakkan suatu
kelompok untuk
mencapai tujuan
organisasi.

24
(2) SOP merupakan tatacara
atau tahapan yang
dibakukan dan yang
harus dilalui untuk
menyelesaikan suatu
proses kerja tertentu.
b) Tujuan SOP
(1) Agar petugas/pegawai
menjaga konsistensi dan
tingkat kinerja
petugas/pegawai atau tim
dalam organisasi atau
unit kerja.
(2) Agar mengetahui dengan
jelas peran dan fungsi
tiap-tiap posisi dalam
organisasi
(3) Memperjelas alur tugas,
wewenang dan tanggung
jawab dari
petugas/pegawai terkait.
(4) Melindungi
organisasi/unit kerja dan
petugas/pegawai dari
malpraktek atau
kesalahan administrasi
lainnya.
(5) Untuk menghindari
kegagalan/kesalahan,
keraguan, duplikasi dan
inefisiensi

25
c) Fungsi SOP :
(1) Memperlancar tugas
petugas/pegawai atau
tim/unit kerja.
(2) Sebagai dasar hukum
bila terjadi
penyimpangan.
(3) Mengetahui dengan jelas
hambatan-hambatannya
dan mudah dilacak.
(4) Mengarahkan
petugas/pegawai untuk
sama-sama disiplin
dalam bekerja.
(5) Sebagai pedoman dalam
melaksanakan pekerjaan
rutin.
d) Penerapan SOP
(1)SOP harus sudah ada
sebelum suatu pekerjaan
dilakukan
(2)SOP digunakan untuk
menilai apakah pekerjaan
tersebut sudah dilakukan
dengan baik atau tidak
(3)Uji SOP sebelum
dijalankan, lakukan
revisi jika ada perubahan
langkah kerja yang dapat
mempengaruhi
lingkungan kerja.

26
e) Keuntungan adanya SOP
(1)SOP yang baik akan
menjadi pedoman bagi
pelaksana, menjadi alat
komunikasi dan
pengawasan dan
menjadikan pekerjaan
diselesaikan secara
konsisten
(2)Para pegawai akan lebih
memiliki percaya diri
dalam bekerja dan tahu
apa yang harus dicapai
dalam setiap pekerjaan
(3)SOP juga bisa
dipergunakan sebagai
salah satu alat trainning
dan bisa digunakan untuk
mengukur kinerja
pegawai.
f) Pengertian SAK
Standar praktek
keperawatan adalah suatu
pernyataan yang
menguraikan suatu kualitas
yang diinginkan terhadap
pelyanan keperawatan yang
diberikan untuk klien
(Gillies, 1996). Fokus utama
standar praktek keperawatan
adalah klien. Digunakan

27
untuk mengetahui proses dan
hasil pelayanan keperawatan
yang diberikan dalam upaya
mencapai pelayanan
keperawatan. Melalui standar
praktek dapat diketahui
apakah intervensi atan
tindakan keperawatan itu
yang telah diberi sesuai
dengan yang direncanakan
dan apakah klien dapat
mencapai tujuan yang
diharapkan.
Tipe standar praktek
keperawatan : Beberapa tipe
standar telah digunakan untuk
mengarahakan dan
mengontrol praktek
keperawatan. Standar dapat
berbentuk ‘normatif’ yaitu
menguraikan praktek
keperawatan yang ideal yang
menggambarkan penampilan
perawat yang bermutu tinggi,
standar juga berbentuk
‘empiris’ yaitu
menggambarkan praktek
keperawatan berdasarkan
hasil observasi pada
sebagaian besar sarana
pelayanan keperawatan

28
(Gillies, 1996).
Secara umum standar
praktek keperawatan
ditetapkan untuk
meningkatkan asuhan atau
pelayanan keperawatan
dengan cara memfokuskan
kegiatan atau proses pada
usaha pelayanan untuk
memenuhi kriteria pelayanan
yang diharapkan. Penyusunan
standar praktek keperawatan
berguna bagi perawat, rumah
sakit/institusi, klien, profesi
keperawatan dan tenaga
kesehatan lain.
d. Material
Peralatan dan perlengkapan medis
dan non medis:
1) Alat tenun
a. k. Kelambu
A l. Laken
dewas
b. a
A m. Selimut
wol
c. n. Stik laken
B o. Sarung
bantal
d. p. Sarung
B pende

29
rita
e. sampi
D ran
q. Tutup
f. mayat
D r. Taplak
meja
g. klien
D s. Waslap
t. Kasur
h. busa
G dewas
a
i.
G

j.
H

2) Alat kedokteran dan kesehatan


a) Alat mandi: waskom mandi,
standar waskom
b) Alat eliminasi: pispot, urinal,
irigator, gelas ukur
c) Alat oksigenasi: manometer
oksigen, roda oksigen besar,
kunci inggris, ambu bag
d) Pengukuran tanda-tanda vital:
tensimeter, stetoskop,
termometer, timbangan berdiri,
timbangan biasa, tongue spatel

30
e) Alat transportasi: brankard,
kursi roda, roda cucian
f) Machine: suction portabel,
EKG, nebulizer
g) Lain-lain: vena seksi set,
dressing cart, perlak, buli-buli
panas, standar infus, standar
BSE, windring, stabilisator
listrik, Doppler.
h) Dressing set: pinset anatomis,
pinset sirurgis, gunting benang,
gunting jaringan, kom besar
tertutup, kom sedang, kom
kecil, korentang, gunting
perban, bak instrumen besar,
bak instrumen sedang, bak
instrumen kecil, baki besar,
bengkok besar, bengkok
sedang, gunting besar, benang,
gunting jahitan.

e. Marketing
Dilakukan dalam bentuk
pemberian pendidikan kesehatan
tentang perawatan mandiri di rumah,
penyediaan sarana pendidikan dan
pelayanan.Sasaran market adalah
masyarakat umum (menerima klien
dengan KS, Askes, umum dan
kontraktor).Sedangkan market dalam
bidang pendidikan dan pelayanan

31
adalah peserta didik/calon praktisi
kesehatan.

2.3 Metode Asuhan Keperawatan


1. Metode asuhan keperawatan
Terdapat beberapa metode
pemberian asuhan keperawatan, yaitu
metode kasus, metode fungsional,
metode tim dan metode keperawatan
primer (Wahyuningtias, 2019).
a. Metode kasus
Metode kasus merupakan
metode pemberian asuhan
keperawatan yang pertama kali
digunakan. Pada metode ini satu
perawat akan memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang klien
secara total dalam satu periode dinas.
Jumlah klien yang dirawat oleh satu
perawat tergantung pada kemampuan
perawat tersebut dan kompleksnya
kebutuhan klien (Wahyuningtias,
2019).
b. Metode Fungsional
Metode fungsional, pemberian
asuhan keperawatan ditekankan pada
penyelesaian tugas dan prosedur.
Setiap perawat diberi satu atau
beberapa tugas untuk dilaksanakan
kepada semua klien disuatu ruangan.
Komunikasi antar perawat sangat

32
terbatas sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang
satu klien secara komprehensif
kecuali mungkin kepala ruangan.
Keterbatasan itu sering
menyebabkan klien merfasa kurang
puas terhadap layanan atau asuhan
yang diberikan. Pada metode ini,
kepala ruangan mennetukan tugas
yang dikerjakannya kepada kepala
ruangan dan kepala ruangan tersebut
bertanggung jawab dalam membuat
laporan klien (Wahyuningtias, 2019).
c. Metode TIM
Kegiatan In House Training
(IHT) SP2KP berfokus pada perawat
ruang rawat inap dimana dalam hal
ini metode Tim yang dilakukan di
ruang rawat inap. Metode
keperawatan yang sering digunakan
adalah asuhan keperawatan metode
tim. Asuhan keperawatan metode tim
dikenal di Indonesia pada tahun 1996
yang telah diterapkan dibeberapa
rumah sakit. Metode ini merupakan
suatu metode pemberian asuhan
keperawatan pada sekelompok klien
melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif. Keuntungan
menggunakan metode tim adalah
memfasilitasi pelayanan

33
keperawatan yang komprehensif dan
memungkinkan pencapaian proses
keperawatan. Kerugiannya adalah
rapat tim memerlukan waktu,
sehingga mengganggu komunikasi
dan koordinasi anggota tim dalam
memberikan asuhan keperawatan
pada pasien (Meirawaty & Yudianto,
2019).
Pelaksanaan metode tim
menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan
terhadap kelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3
tim/group yang terdiri dari perawat
profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu tim kecil yang saling
membantu. Metode ini didasarkan
pada keyakinan bahwa setiap
anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi
(Meirawaty & Yudianto, 2019).
Menurut Arwani dan Supriyatno
(2006) dalam Meirawaty & Yudianto
(2019) pemberian metode tim pada
asuhan keperawatan bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan

34
sesuai dengan kebutuhan objektif
pasien sehingga pasien merasa puas.
Metode tim juga dapat
meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan, dan motivasi perawat
karena dalam metode ini ada
kerjasama antar sesama perawat dan
transfer of knowledge.Untuk
tercapainya tujuan tersebut maka
tugas dan tanggung jawab dari tim
keperawatan harus diarahkan dan
benar-benar direncanakan serta
memiliki ketua tim yang profesional.
Menurut Huber (2010), Marquis &
Huston (2012) dikutip dalam
Meirawaty & Yudianto (2019) faktor
yang mempengaruhi dari metode tim
yaitu kepemimpinan, komunikasi,
koordinasi, penugasan, motivasi dan
supervisi. Menurut Sitorus (2006)
dalam Meirawaty & Yudianto (2019)
mengatakan ketua tim sebagai
perawat profesional, harus mampu
menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan dan harus dapat
membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, serta
evaluasi asuhan keperawatan. Ketua
tim harus mampu mengontrol setiap
perkembangan pasien, keberhasilan
asuhan keperawatan sangat

35
ditentukan oleh ketua tim yang
profesional.
d. Metode keperawatan Primer
Metode penugasan yang
paling dipuji dan dipraktikkan saat
ini adalah keperawatan primer.
Tanggung jawab mencakup periode
24 jam, dengan perawat kolega yang
memberikan perawatan bila perawat
primer tidak ada. Perawatan yang
diberikan direncanakan dan
ditentukan secara total oleh perawat
primer (Wahyuningtias, 2019).
Perawat primer bertanggung
jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dan juga
akan membuat rencana pulang klien
jika diperlukan. Jika perawat primer
tidak bertugas, kelanjutan asuhan
akan didelegasikan kepada perawat
lain (Wahyuningtias, 2019).
2. Efisiensi Ruang Rawat
Efisiensi ruang rawat merupakan
salah satu aspek dalam mutu pelayanan
kesehatan, menyangkut pemanfaatan
semua sumber daya di rumah sakit secara
berdaya guna dan berhasil guna dapat
dilihat dari segi ekonomi dan medis,
dimana pasien dirawat dan tinggal di
rumah sakit untuk jangka waktu tertentu,
untuk pasien yang memerlukan asuhan

36
dan pelayanan keperawatan dan
pengobatan secara berkesinambungan
lebih dari 24 jam (Ellyana, 2012).
Indikator-indikator pelayanan
rumah sakit dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu,
dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
Indikator-indikator berikut bersumber
dari sensus harian rawat inap:
a. BOR (Bed Ocupancy Ratio = Angka
pengguanaa tempat tidur)
BOR menurut Huffman
(1994) adalah “the ratio of patient
service days to inpatient bed count
days in a periode under
consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI (2020), BOR adalah
presentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator
ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit. Nilai
parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% menurut Depkes RI
(2020):
Rumus:
jumlah hari perawatan di rumah sakit
¿¿

b. LOS (Lenght of Stay = Rata-rata


lamanya pasien dirawat)

37
LOS menurut Huffman
(1994) adalah “The average
hospitalization stay of inpatient
discharge during the periode under
consideration”. LOS menurut
Depkes RI (2020) adalah rata-rata
lama rawat seorang pasien. Indikator
ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal
yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai LOS yang
ideal antara 6-9 hari (Depkes RI,
2020)
Rumus:
jumlah lama dirawat
jumlah pasien keluar(hidup+mati )

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang


perputaran)
TOI menurut Depkes RI
(2020) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus:

38
¿¿

d. BTO (Bed Turn Over = Angka


perputaran tepat tidur)
BTO menurut Huffman
(1994) adalah “... the net effect of
changed in occupancy ratye and
lenght of stay”. BTO menurut
Depkes RI (2020) adalah frekuensi
pemakaian tempattidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur
dipaka dalam satu satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun,
satu tempat tidur rata-rata dipakai
40-50 kali.
Rumus:
jumlah pasien dirawat ( hidup +mati )
jumlah tempat tidur

e. NDR (Net Death Rate)


NDR menurut Depkes RI
(2020) adalah angka kematian 48
jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini
memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.
Rumus:
jumlah pasienmeninggal > 48 jam
x 100 %
jumlah pasien keluar(hidup+mati )

f. GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Depkes RI

39
(2020) adalah angka kematian umum
untuk setiap 1000 penderita keluar.
Rumus:
jumlah pasien meninggal seluruhnya
x 100 %
jumlah pasien keluar ( hidup+mati )

3. Discharge Planning
Menurut Kozier et al. (2004)
mendefinisikan discharge planning
sebagai proses mempersiapkan pasien
untuk meninggalkan satu unit pelayanan
kepada unit yang lain didalam atau di
luar suatu agen pelayanan kesehatan
umum.Perencanaan pulang didapatkan
dari proses interaksi dimana perawatan
professional, pasien dan keluarga
berkolaborasi untuk memberikan dan
mengatur kontinuitas keperawatan yang
diperlukan oleh pasien dimana
perencanaan harus berpusat pada masalah
pasien, yaitu pencegahan, teurapeutik,
rehabilitative, serta perawatan rutin yang
sebenarnya (Swanburg & Samba, 2000).
Discharge planning sebagai
perencanaan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubunagan
dengan kondisi penyakitnya. Discharge
planning (perencanaan pulang)

40
merupakan komponen sistem perawatan
berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan
klien secara berkelanjutan dan bantuan
untuk perawatan berlanjut pada klien dan
membantu keluarga menemukan jalan
pemecahan masalah dengan baik, pada
saat tepat dan sumber yang tepat dengan
harga yang terjangkau.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
discharge planning adalah komponen
sistem perawatan berkelanjutan sebagai
perencanaan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya yang dituliskan untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada
unit yang lain didalam atau diluar suatu
agen pelayanan kesehatan umum,
sehingga pasien dan keluarganya
mengetahui tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubunagan
dengan kondisi penyakitnya.
a. Tujuan Discharge Planning
Tujuan dari dilakukannya
discharge planning sangat baik
untuk kesembuhan dan pemulihan
pasien pasca pulang dari rumah
sakit. Menurut Nursalam (2011)
tujuan discharge
planning/perencanaan pulang antara
lain sebagai berikut:

41
1) Menyiapkan pasien dan keluarga
secara fisik, psikologis, dan
sosial.
2) Meningkatkan kemandirian
pasien dan keluarga.
3) Meningkatkan keperawatan yang
berkelanjutan pada pasien.
4) Membantu rujukan pasien pada
sistem pelayanan yang lain
5) Membantu pasien dan keluarga
memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam
memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan
pasien
6) Melaksanakan rentang
keperawatan antara rumah sakit
dan masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang,
terdapat pemberian edukasi atau
discharge teaching dari tim
kesehatan. Menurut Williams &
Wilkins (2011) discharge teaching
harus melibatkan keluarga pasien
atau perawat lainnya untuk
memastikan bahwa pasien
mendapatkan home care yang tepat.
Discharge teaching bertujuan agar
pasien :

42
1) Memah
ami mengenai
penyakitnya
2) Melaku
kan terapi obat secara
efektif
3) Mengik
uti aturan diet secara
hati-hati
4) Mengat
ur level aktivitasnya
5) Menget
ahui tentang perawatan
yang dilakukan
6) Mengen
ali kebutuhan
istirahatnya
7) Menget
ahui komplikasi yang
mungkin dialami
8) Menget
ahui kapan mencari
follow up care
b. Manfaat Discharge Planning
1) Bagi Pasien:
a) Dapat memenuhi kebutuhan
pasien
b) Merasakan bahwa dirinya
adalah bagian dari proses
perawatan sebagai bagian

43
yang aktif dan bukan objek
yang tidak berdaya.
c) Menyadari haknya untuk
dipenuhi segala
kebutuhannya
d) Merasa nyaman untuk
kelanjutan perawatannya dan
memperoleh support sebelum
timbulnya masalah.
e) Dapat memilih prosedur
perawatannya
f) Mengerti apa yang terjadi
pada dirinya dan mengetahui
siapa yang dapat
dihubunginya.
2) Bagi Perawat:
a)Merasakan bahwa
keahliannya di terima dan
dapat di gunakan
b)Menerima informasi kunci
setiap waktu
c)Memahami perannya dalam
system
d)Dapat mengembangkan
ketrampilan dalam prosedur
baru
e)Memiliki kesempatan untuk
bekerja dalam setting yang
berbeda dan cara yang
berbeda.

44
f) Bekerja dalam suatu system
dengan efektif.

c. Prinsip-Prinsip Disharge Planning


1) Pasien merupakan focus
dalam perencanaan pulang,
nilai keinginan dan kebutuhan
dari pasien perlu dikaji dan
dievaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien
diidentifikasi, kebutuhan ini
dikaitkan dengan masalah yang
mungkin timbul pada saat
pasien pulang, nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang
timbul di rumah dapat segera
antisipasi.
3) Perencanaan pulang dilakukan
secara kolaboratif,
perencanaan pulang
merupakan pelayanan
multidisiplin dan setiap tim
harus saling bekerja sama.
4) Perencanaan pulang
disesuaikan dengan sumber
daya dan fasilitas yang ada,
tindakan atau rencana yang
akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan

45
pengetahuan dari tenaga yang
tersedia maupun fasilitas yang
tersedia di masyarakat.
5) Perencanaan pulang
dilakukan pada setiap sistem
pelayanan kesehatan, setiap
klien masuk tatanan pelayanan
maka perencanaan pulang
harus dilakukan.
d. Jenis-jenis Discharge Planning
1) Conditioning discharge (pulang
sementara atau cuti), keadaan
pulang ini dilakukan apabila
kondisi pasien baik dan tidak
terdapat komplikasi. Pasien untuk
sementara dirawat dirumah sakit
namun harus ada pengawasan dari
pihak rumah sakit atau puskesmas
terdekat.
2) Absolute discharge (pulangmutlak
atau selamanya) cara ini
merupakan akhir dari hubungan
pasien dengan rumah sakit,
namun apabila pasien perlu
dirawat kembali, maka prosedur
perawatan dapat dilakuakan
kembali.
3) Judicial discharge (pulang
paksa), kondisi ini pasien
diperbolehkan pulang walaupun
kondisi kesehatan tidak

46
memungkinkan untuk pulang,
tetapi pasien hrus dipantau
dengan melakukan kerja sama
dengan perawatan puskesmas
terdekat.

47
BAB III
MANAJEMEN RUANGAN PERAWATAN ANAK
RUMAH SAKIT JUANDA KUNINGAN

3.1 Gambaran Umum


3.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Juanda
Kuningan.
Rumah Sakit Juanda adalah rumah sakit
umum swasta yang berlokasi di Jl. Ir. H.
Juanda No 207 Kuningan, yang didirikan pada
tanggal 12 November 2002, di bawah Yayasan
Assyfa yang diketuai oleh dr. H. Sardjono, M.
Kes. Perlu diketahui bahwa, sebelumnya RS.
Juanda Kuningan adalah sebuah rumah bersalin
yang hanya melayani pasien kebidanan dan
kandungan, namun karena kebutuhan akan
pelayanan kesehatan yang bersifat umum di
Kabupaten Kuningan meningkat, maka Rumah
Bersalin Juanda berubah menjadi Rumah Sakit
Umum Swasta dengan nama Rumah Sakit
Juanda Kuningan sesuai dengan Surat Izin
Penyelenggaraan Rumah Sakit Nomor :
503/11/028/Jamsarkes dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan.
Pada Tahun 2012 badan hukum Rumah
Sakit Juanda berubah menjadi di bawah PT.
GAFARI dimana direktur utamanya adalah dr.
H. Sardjono, M. Kes serta mendapatkan izin
pelayanan kesehatan sebagai rumah sakit tipe
C.
Rumah Sakit Juanda adalah rumah sakit
yang mengutamakan pelayanan, kebersihan,

48
dan keramahan petugas sehingga kepuasan
pasien (Customer Satisfaction) adalah segala-
galanya. Sebagai rumah sakit swasta di Kota
Kuningan Rumah Sakit Juanda Kuningan hadir
tidak untuk berkompetisi dengan rumah sakit
yang lain, melainkan untuk saling melengkapi
dan meningkatkan kualitas derajat kesehatan
masyarakat di Kabupaten Kuningan. Dalam
usianya yang telah mencapai sepuluh tahun RS.
Juanda Kuningan terus berbenah dalam
berbagai aspek, baik aspek pelayanan medis,
manajemen, peralatan kesehatan, sarana dan
prasarana yang menunjang dalam bidang
pelayanan kesehatan terhadap pasien.

A. Instalasi Pelayanan Medis dan Penunjang


Medis
1. Instalasi Rawat Inap
a. VRPA
b. RPA A
c. RPA B
d. Kelas 1
e. Kelas 2
f. Kelas 3
g. Ruang Kebidanan
h. Ruang Perawatan Anak
i. Perinatologi
j. Ruang Isolasi
k. Kamar Operasi
2. Instalasi Rawat Jalan
a) Poli Umum

49
b) Poli Gigi
c) Poli Gizi
d) Poli Laktasi
e) Poli Khitan
f) Poli Vaksin
g) Poli Transfusi
h) Poli PDP
i) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
j) Poliklinik Spesialis Paru & Pernapasan
k) Poliklinik Spesialis Anak
l) Poliklinik Spesialis Kebidanan &
Kandungan
m) Poliklinik Spesialis Bedah
n) Poliklinik Spesialis Kulit & Kelamin
o) Poliklinik Spesialis Mata
p) Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik
q) Poliklinik Spesialis Kesehatan Jiwa
r) Poliklinik Spesialis Orthopedi
s) Poliklinik Urologi
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Bedah Sentral
5. Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
6. Instalasi Pemulasaran Jenazah
7. Instalasi Laboratorium
8. Instalasi Farmasi
9. Instalasi Radiologi
10. Instalasi Pemasaran Sosial dan SIM RS
11. Instalasi Laundry
12. Instalasi Bank Darah
13. Instalasi Gizi
14. Instalasi Administrasi Pasien

50
15. Unit Hemodialisa
16. Ruang JKN & Casemix
17. Ruang Bimroh
3.2 Kajian/Analisis Situasi
3.2.1 Kajian Situasi Rumah Sakit Juanda Kuningan
1. Visi Rumah Sakit Juanda Kuningan
“Menjadi Rumah Sakit Pilihan
Utama di Kabupaten Kuningan yang
Berorientasi Pada Layanan Berkualitas,
Paripurna dan Berkesinambungan”
2. Misi Rumah Sakit Juanda Kuningan
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan
berkualitas sesuai standar nasional.
2) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia sesuai standar
nasional yang berkesinambungan.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana
guna menunjang kualitas mutu layanan
kesehatan
4) Menciptakan hubungan kerjasama yang
harmonis dengan institusi dan
pelanggan
5) Kendali mutudan kendali biaya
3. Motto Rumah Sakit Juanda Kuningan
“Kesembuhan dan Kepuasan Pasien
Adalah Tujuan Utama Kami”
4. Tujuan Rumah Sakit Juanda Kuningan
Melaksanakan pelayanan kesehatan
yang paripurna dengan mengutamakan
kesembuhan, dengan berpedoman kepada
usaha promotive, preventive, curative,

51
rehabilitative.
3.2.2 Kajian/Analisis Situasi Ruangan RPA
A. Karakterstik Unit
1. Visi Ruangan
“Menjadikan Ruang Perawatan
Anak sebagai ruangan unggulan dan
terdepan dalam memberikan Pelayanan
Kesehatan Anak dengan baik dan
berkualitas serta penuh kasih sayang”
2. Misi Ruangan
1) Menciptakan Lingkungan kerja
yang harmonis dan nyaman
2) Memberikan pelayanan kesehatan
yang efektif, efisien, professional,
dan bermoral
3) Menyelenggarakan Pendidikan,
Pelatihan dan Pengembangan di
Bidang Pelayanan Kesehatan yang
berkesinambungan
4) Menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan Anak yang senantiasa
mengikuti perkembangan ilmu
kesehatan
3. Sifat Kekayaan Ruangan
a. Fokus telaah
Fokus telaah ruang RPA
Rumah Sakit Juanda Kuningan
yaitu perawatan anak laki-laki dan
perempuan. Ruang RPA merupakan
unit pelayanan bagi pasien BPJS
dan non BPJS (umum). Dalam

52
bidang pendidikan fokus telaah
ruang RPA adalah dokter, perawat,
staff, pasien, keluarga pasien dan
juga mahasiswa yang membutuhkan
pengetahuan dan pengalaman dalam
memenuhi kebutuhan pasien
khususnya masalah keperawatan.
b. Lingkup garapan
Lingkup garapan di ruang
RPA Rumah Sakit Juanda Kuningan
adalah pemenuhan kebutuhan
dasar manusia. Berdasarkan fokus
telaah, maka lingkup garapan ruang
RPA RS Juanda Kuningan adalah
memberi pelayanan secara efektif
dan efisien, memberikan
kenyamanan dan kepuasan pasien
serta mencegah dan mengurangi
terjadinya komplikasi lebih lanjut
pada pasien anak dengan segala
aktivitas untuk mengatasi gangguan
hambatan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia.
c. Basis intervensi
Basis intervensi dalam
bidang pelayanan ruang RPA RS
Juanda Kuningan adalah
ketidaktahuan, ketidakmauan, dan
ketidakmampuan keluarga pasien
untuk memenuhi kebutuhan dasar
pasien dengan masalah kesehatan

53
yang dialami. Sebagian asuhan
keperawatan di ruang RPA sudah
menggunakan SDKI, SLKI, SIKI.
Tetapi pada pelaksanaannya sesuai
dengan kemampuan perawat
pelaksana.
4. Model Layanan
Manajemen asuhan
keperawatan di RPA Rumah Sakit
Juanda Kuningan menggunakan
metode keperawatan tim. Metode ini
diterapkan dengan menggunakan
kerjasama yang terdiri dari kepala tim
dan perawat pelaksana yang saling
membantu. Pembagian tugas dalam
setiap shift dilakukan oleh ketua tim.
Selain itu, ketua tim bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota
tim, memberi pengarahan, menerima
laporan kemajuan pelayanan
keperawatan pasien, membantu
anggota tim dalam menyelesaikan
tugas jika mengalami kesulian dan
melaporkan kepada kepala ruangan
terkait asuhan keperawatan yang
dilakukan timnya.

54
5. Letak Ruangan

Gambar 3.1 Letak Ruangan RPA RS Juanda

Denah RPA
Playground
Tangga Pagar

R. Janitor
Ruang Perawat Pinokio 1
Bougenvile 9

Winnie The Pooh

Pinokio 2
Pokemon 1

Ruang Pinokio 3
Tindakan Pokemon 2
Aster 4
Mickey Mouse
Doraemon

Pinokio 5 Pinokio 4
Pokemon 3

Aster 5

55
Keterangan:

= Lantai 2 = Kelas 1
= Lantai 1 = Kelas 2
= VRPA = Kelas 3
= RPA

6. Kapasitas Unit Ruangan


Hasil pengkajian dari tanggal 25 April 2022, melalui Observasi, dan
Wawancara di Ruang RPA:
a. Ruang perawatan pasien kamar VRPA (Winni The Pooh) terdapat 1 bed.
b. Ruang perawatan pasien kamar RPA (Pinokio) terdapat 4 bed.
c. Ruang perawatan pasien kamar kelas 1 total 8 bed, terdiri dari 1 kamar
Bougenvile terdapat 2 bed, dan 3 kamar Pokemon terdapat 6 bed.
d. Ruang perawatan pasien kamar kelas 2 total 9 bed, terdiri dari 1 kamar
Mickey Mouse terdapat 3 bed, dan 2 kamar Aster terdapat 6 bed.
e. Ruang perawatan pasien kamar kelas 3 (Doraemon) terdapat 7 bed.
f. Ruangan perawatan pasien transit total 2 bed yaitu di kamar Pinokio 5.
Total seluruh bed di RPA adalah 31 bed.
g. Nurse Station
h. Ruang Perawat
i. Ruang Tindakan
j. Ruang Janitor
k. Tempat Bermain
B. Analisis Pasien
Ruang RPA Rumah Sakit Juanda Kuningan adalah ruang perawatan umum
anak dengan pasien anak yang memiliki masalah kesehatan yang beragam seperti
pasien yang memiliki keluhan sedang sampai berat dan terkadang terdapat pasien
yang membutuhkan tindakan operasi.
a) Jumlah Pasien pada tanggal 1 April 2022 s.d 30 April 2022 terdiri dari 134
pasien dilihat berdasarkan cara pembayarannya yaitu melalui Umum, BPJS,
Asuransi dan Jamkesda. Adapun bentuk datanya, sebagai berikut:

56
Tabel 3.1 Jumlah Pasien Menurut Cara Pembayaran pada Bulan 1 April 2022 s.d
30 April 2022
NO CARA PEMBAYARAN RPA
1 Umum 24 pasien
2 BPJS 98 pasien
3 Jamkesda 3 pasien
4 Asuransi 9 pasien
TOTAL 134 pasien
Sumber : Laporan Registrasi Pasien Ruang RPA tanggal 1 April 2022 s.d 30 April 2022

b) Laporan Kinerja Rawat Inap


Tabel 3.2 Laporan Kinerja Rawat Inap Tanggal 1 April 2022 s.d 30 April 2022
KINERJA RAWAT INAP
NO URAIAN
1 April – 30 April 2022
1. BOR 50%
2. LOS 3
3. BTO 4
4. TOI 4
5. JUMLAH HARI RAWAT 439
6. JUMLAH TEMPAT TIDUR 31
7. JUMLAH PASIEN 134

c) 10 Diagnosa Medis Terbanyak


1) Observasi Febris (OF)
2) Diare
3) Demam Typoid
4) Demam Dengue
5) Rhinofaringitis
6) Kejang Demam
7) Broncopneumonia (BP)
8) Gastroenteritis (GEA)
9) Observasi Vomitus
10) Tuberkulosis (TB)
d) 10 diagnosa keperawatan yang sering muncul
1) Hipertermi b.d proses penyakit
2) Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d kehilangan cairan aktif
3) Defisit Nutrisi b.d mual muntah
4) Gangguan rasa nyaman b.d kelemahan otot

57
5) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
6) Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan otot
7) Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan
8) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas
9) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
10) Risiko cidera b.d perubahan sensasi
e) 10 tindakan yang sering dilakukan
1) TTV
2) Anjurkan kompres air hangat
3) Beri terapi oksigen
4) Ciptakan lingkungan nyaman
5) Anjurkan mobilitas bertahap
6) Anjurkan makan sedikit tapi sering
7) Anjurkan tirah baring
8) Nebulisasi
9) Anjurkan minum air putih yang cukup
10) Kaji skala nyeri

58
C. Analisis Unit Layanan Keperawatan
1. Flow of Care
Alur transfer pasien

Keluarga Pasien daftar


2. Pasien Masuk melalui rawat inap ke petugas
IGD / Poli Rawat Jalan
admisi rawat inap

Staff perawatan rawat inap,


mengkonfirmasi kesiapan Petugas Admisi rawat inap,
tempat untuk pasien baru memesankan tempat untuk
kepada staff IGD / Poli pasien ke staff perawatan rawat
rawat inap inap, untuk pasien baru dari IGD
atau poli rawat jalan

Staff IGD / Poli rawat inap Staff Perawat / Bidan IGD / Poli
mengkonfirmasi kondisi rawat inap mengirim pasien ke
pasien, diagnosa, dll ruangan yang dituju

Jika hasil assessment awal pasien baru


tidak lengkap, staff keperawatan rawat
inap mengkonfirmasi kembali tentang Staff perawatan rawat inap menerima
kelengkapan assessment tersebut dan melakukan handover pasien
dengan staff IGD / poli rawat jalan

Staff perawatan rawat inap


mengorientasikan ruangan kepada
pasien dan keluarga pasien sesuai
dengan kebutuhan pasien

59
a. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru Di Ruang RPA
Tabel 3.3 Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru Di RPA
No Hal-hal yang Diorientasikan Tidak Ya
1 P1 : Perkenalan
a. Perkenalan perawat yang bertanggung
100%
jawab dan perawat associate
b. Perkenalan dokter yang bertanggung 100%
Jawab
2 P2 : Peraturan rumah sakit
Penjelasan tentang aturan rumah sakit
a. Fasilitas 12.5% 87.5%
b. Jelaskan hak dan kewajiban pasien 100%
c. Fungsi gelang 12.5% 87.5%
d. Jam berkunjung 25% 75%
e. Waktu makan 100%
f. Tata cara pembayaran jasa rumah sakit 100%
g. Anjurkan untuk tidak membawa barang 12.5% 87.5%
berharga
h. Jelaskan cara operasional tempat tidur 25% 75%
3 P3 : Penyakit / Diagnosa
a. Pengertian 100%
b. Etiologi 25% 75%
c. Tanda dan gejala 100%
d. Pemeriksaan 100%
e. Pengobatan 100%
Rata-rata 7.5% 92.5%
Berdasarkan observasi dan pengkajian tanggal 25-27 April 2022 dari 8
responden bahwa pelaksanaan orientasi baru didapatkan nilai rata-rata sebesar 92.5%
sudah dilaksanakan dengan baik.
b. Operan Jaga
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 25-27 April 2022
dan dilanjutkan pada tanggal 12-14 Mei didapatkan hasil bahwa operan jaga yang
dilakukan oleh perawat di Ruang Perawatan Anak (RPA) RS Juanda Kuningan
cukup optimal dimana ketika shift pagi kepala ruangan melakukan pre conference
and post conference sebelum melakukan kegiatan, menyampaikan maksud dan
tujuan, kemudian penyampaian asuhan yang telah diberikan dari shift malam ke shift
pagi, selanjutnya melakukan kunjungan ke setiap kamar pasien akan tetapi terkadang
hanya dijelaskan saja di ruang perawat. Hal ini dilakukan hanya ketika shift pagi
saja. Pada saat shift siang dan malam hanya menjelaskan di ruang perawat.

60
c. Ronde Keperawatan
Tabel 3.4 Ronde Keperawatan RPA
No Aspek Hasil Observasi
1. Pelayanan Alur Pasien Masuk
Penerimaan Hasil Observasi Saat Pengkajian Tanggal 25-27 April 2022
Pasien 1. Pasien masuk dari IGD setelah mendapat konfirmasi dari
perawat RPA bahwa kamar dan tempat tidur tersedia dan
telah siap, pasien baru akan diantar dari IGD ke ruangan.
Setelah itu perawat melakukan anamnesa kembali pada
pasien baru yang baru masuk ke ruangan. Diruangan
perawat akan melaporkan pasien baru kepada dokter,
setelah menerima advis dari dokter, perawat mengecek
obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien, inform
consent dilakukan pada pasien dan keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Selanjutnya
tindakan disesuaikan dengan advis dokter.
Hasil Observasi Saat Pengkajian Tanggal 25-27 April 2022
1. Dari 1 orang pasien baru yang masuk ke ruang RPA, pasien
diantar petugas dari IGD dan keluarga. Perawat memeriksa
kelengkapan status dan memberi tahu kamar dan tempat
tidur yang telah disiapkan. Pasien langsung diantar oleh
petugas IGD ke kamar dan tempat tidur yang telah
disiapkan. Pasien dipindahkan oleh petugas IGD dan
keluarga pasien ikut membantu memindahkan pasien
ketempat tidur. Selanjutnya perawat ruangan mengatur
peralatan pendukung sesuai kebutuhan pasien (tetesan infus,
oksigen dll).
2. Pasien baru yang masuk ke ruang RPA dilakukan anamnesa
kembali dan pengkajian tanda-tanda vital. Selanjutnya
perawat akan meminta keluarga pasien untuk datang ke
nurse station. Perawat melakukan orientasi ruangan dan
penjelasan tata tertib ruangan pada keluarga pasien, serta
penjelasan penyakit atau diagnosa penyakit kepada keluarga
pasien cukup optimal dilakukan.
Alur Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium sudah dilakukan di IGD.
Pemeriksaan laboratorium pagi atau siang hari dilakukan
dengan pengambilan sampel darah kemudian mengirimkan
sampel pemeriksaan ke laboratorium.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan setelah pasien diperiksa
oleh dokter atau pasien yang perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang lain. Dokter atau perawat akan menulis di form
sesuai kebutuhan pasien, kemudian perawat akan membawa
pasien beserta status pasien tersebut kebagian yang dituju.
Simpulan Hasil Kegiatan:
Perlunya dipertahankan dan ditingkatkan dalam pelaksanaan alur penerimaan pasien masuk
di Ruang RPA, terutama mengenai orientasi ruangan, peraturan rumah sakit dan penjelasan

61
diagnosa.
2. Pengelolaan Pengelolaan Pasien di Ruangan
Pasien di 1. Hasil observasi selama 3 hari didapatkan pengelolaan pasien
Ruangan diruangan yaitu : setelah pasien menempati kamar yang
sesuai kemudian perawat mengecek dokumen pasien terkait
pengobatan dan terapi lain yang telah didapatkan di IGD,
kemudian diresepkan obat dan keperluan lainnya seperti
konsul dengan dokter terkait sesuai kebutuhan pasien.
2. Metode tim di RPA sudah diterapkan tetapi belum cukup
optimal.
3. Distribusi penyakit di RPA sebagian besar pasien dengan
Observasi Febris (OF), DF, Demam Typoid, Diare,
Bronkopneumonia, Kejang Demam.
4. Distribusi perawat : jumlah tenaga perawat di RPA sebanyak
17 orang termasuk dengan kepala ruangan, kepala tim,
perawat pelaksana dan POS. Shift pagi terdiri dari 5 orang
perawat termasuk 1 orang kepala ruangan, 1 orang kepala
tim, 2 orang perawat pelaksana serta 1 orang POS. Shift sore,
1 orang kepala tim, 3 orang perawat pelaksana. Serta shift
malam, 1 orang kepala tim dan 3 orang perawat pelaksana.
5. Distribusi mahasiswa : jumlah mahasiswa program profesi
ners sebanyak 12 orang yang terbagi dalam 3 shift dengan
jumlah masing-masing orang pershift adalah sebanyak 4
orang.
6. Bed yang terisi pada tanggal 25-27 April 2022 sebanyak 8
bed dan bed yang kosong sebanyak 23 bed.
7. Dalam pengambilan obat dilakukan oleh perawat yang
sebelumnya sudah diberikan resep yang ditandatangani
oleh dokter untuk pengambilan obat ke apotek.
8. Pemeriksaan laboratorium untuk pagi, siang hari, atau sore
hari. Perawat akan menyiapkan form pemeriksaan
laboratorium dan alat untuk pengambilan darah.
Pengambilan sampel darah dilakukan oleh perawat dan
perawat akan mengirimkan sampel pemeriksaan ke
laboratorium.
9. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien, perawat
bekerjasama dengan ahli gizi. Ahli gizi akan menganalisis
nutrisi apa saja yang dibutuhkan pasien sesuai kondisinya.
Selanjutnya ahli gizi akan mengantarkan makanan setiap
pagi, siang dan sore hari.
10. Visit dokter dilakukan sesuai jadwal, jika ada pasien baru
perawat akan langsung mengonsultasikannya ke dokter via
telepon jika dokter yang bersangkutan tidak sedang berada di
rumah sakit. Advise yang didapatkan di dokumentasikan
dalam buku catatan dan rekam medik pasien.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu ditingkatkan dan dipertahankan dalam pengelolaan pasien di RPA.
3. Discharge Alur Pasien Pulang
Planning 1. Pasien diperbolehkan pulang setelah dinyatakan sembuh
atau rawat jalan sudah diizinkan oleh dokter yang

62
menangani. Bila pasien pulang paksa, pasien atau keluarga
harus menandatangani format penolakan rawat inap maka
pasien akan diizinkan untuk pulang. Perawat menjelaskan
cara penyelesaian administrasi dan memeriksa kelengkapan
administrasi serta hasil pemeriksaan penunjang. Setelah
administrasi dinyatakan lengkap, perawat memberikan dan
menjelaskan obat pulang yang harus diminum, waktu kontrol
yang telah ditulis secara lengkap dan cara perawatan di
rumah.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu dipertahankan dalam Discharge Planning di RPA, karena penerapannya sudah
cukup baik bagi pasien dan keluarga yang akan pulang untuk perawatan dirumah.
4. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan 1. Pasien yang mengalami gangguan oksigenasi dibantu dengan
Dasar pemberian O2 yang sesuai dengan advis dokter.
Manusia 2. Ventilasi/jendela tiap kamar dibuka namun hanya ada berapa
ventilasi saja dan berfungsi dengan baik.
3. Pada tanggal 25-27 Mei 2022 berdasarkan observasi terdapat
pasien yang menggunakan oksigen.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Ventilasi ruangan di RPA sudah cukup memenuhi kebutuhan pasien.
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien di RPA
dilakukan dengan cara oral dan parenteral.
2. Pergantian alat infus dilakukan bila pasien plebitis, bengkak
dan transfusi darah. Cairan diganti berdasarkan laporan
anggota keluarga pasien dan observasi perawat.
3. Pergantian cairan infus biasanya jenisnya sama dengan
sebelumnya atau disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
pasien yang merupakan hasil konsultasi dengan dokter.
4. Pada tanggal 25-27 Mei 2022 berdasarkan observasi terdapat
8 orang yang terpasang cairan infus.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu dipertahankan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit bagi pasien di RPA
Kebutuhan Nutrisi
1. Menu makanan pasien diatur oleh ahli gizi dan disesuaikan
dengan kondisi pasien.
2. Penyajian makanan diberikan 3 kali sehari.
3. Penyajian makan pagi jam 06.00, makan siang jam 11.00 dan
makan sore jam 17.00.
4. Makanan dan air minum disajikan dalam keadaan tertutup.
5. Perubahan diit pasien didokumentasikan di buku makanan.
6. Dari segi penyajian makanan, kebersihan makanan, ketepatan
waktu pemberian makan hampir seluruh pasien mengatakan
sudah “baik”.
7. Kontrol makanan atau diit ditentukan oleh dokter dan
dilakukan oleh ahli gizi.
8. Pengkajian pada tanggal 25-27 April 2022, terdapat 8 Pasien
dengan hasil wawancara 5 pasien mengatakan bahwa makanan

63
dari rumah sakit “cukup enak”, serta mengatakan nafsu makan
kurang baik, terbukti dengan ada beberapa pasien yang porsi
makan yang dihabiskan dan tidak dihabiskan.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Sudah cukup baik Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada pasien di RPA
Kebutuhan Eliminasi
1. Pemenuhan kebutuhan eliminasi dilakukan dengan bantuan
keluarga ke kamar mandi, menggunakan pispot atau pasien
menggunakan pampers.
2. Kamar mandi yang tersedia di ruang VRPA, RPA, kelas 1, dan
kelas 2 sebanyak 1 kamar mandi, dan di ruang kelas 3 sebanyak
2 kamar mandi. Kamar mandi di setiap ruang perawatan dalam
kondisi cukup bersih dengan aliran air yang lancar.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu dipertahankan dalam Kebutuhan Eliminasi bagi pasien di Ruang RPA.
Istirahat dan Tidur
1. Dari hasil observasi, pengaturan tentang tata tertib jam
kunjungan dan batasan jumlah penunggu terlaksana dengan
cukup baik, sehingga tidak mengganggu kenyamanan dan
istirahat tidur pasien.
2. Tidak tersedia ruang tunggu untuk keluarga pasien.
3. Fasilitas tempat tidur: 100% layak pakai, tempat tidur juga
terdapat pengamanan tempat tidur.
4. Dari hasil observasi tingkat kebisingan di RPA dapat
disimpulkan bahwa sedikit bising, hal ini dikarenakan
apabila pasien bayi atau anak balita sedang rewel dan belum
optimalnya jam besuk pasien sehingga pengunjung bebas
keluar masuk ruang perawatan.
5. Hasil wawancara dari 5 pasien dan keluarga, didapatkan
semua pasien mengatakan dapat tidur nyenyak. Akan tetapi
terkadang merasa tidak nyenyak apabila ada anak yang
sedang rewel.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlunya pengoptimalan jam besuk dan pengunjung yang dibatasi untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman dan aman.
Kebutuhan Aktivitas
1. Pemenuhan ADL pasien dibantu oleh keluarga
2. Pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat melalui lisan,
namun poster yang terpasang di dinding masih minim.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu ditingkatkan dalam Kebutuhan Aktifitas pasien di Ruang RPA dan memperhatikan
pendidikan kesehatan bagi pasien yang mobilisasi minimal.
Kebutuhan Integritas Kulit dan Kebersihan Diri
1. Menurut perawat, pemenuhan kebutuhan kebersihan diri
dilakukan oleh keluarga dan dibantu oleh perawat baik dari
segi alat, bahan dan tenaga.
2. Pemenuhan personal hygiene dilakukan oleh keluarga dan
dibantu oleh perawat.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu adanya pemantauan untuk pasien dengan bantuan kebersihan diri, karena tidak semua

64
keluarga pasien memahami bagaimana cara perawatan diri pada pasien.
Pencegahan Terhadap Infeksi
1. Upaya pencegahan infeksi pada pasien :
a. Perawat menggunakan sarung tangan dan gown
sebelum melakukan tindakan.
b. Set ganti balutan yang steril dan menggunakan
teknik septic dan aseptic.
c. Sebagian besar perawat melakukan cuci tangan
menggunakan handrub sebelum melakukan tindakan
kepada pasien dan hanya beberapa perawat yang lupa
melakukan cuci tangan terlebih dahulu. Perawat akan
melakukan cuci tangan setelah melakukan tindakan
atau kontak dengan pasien sesuai protap (6 langkah cuci
tangan).
d. Petunjuk cuci tangan yang benar belum terpasang di
sebelah tempat cuci tangan di ruang perawat. Belum
terpasang untuk petunjuk cuci tangan pasien.
e. Terdapat handrub di depan setiap kamar pasien.
2. Kamar pasien di pel sebanyak 2x sehari pada shift pagi dan
sore.
3. Penampungan sampah medis dan non medis sudah terpisah.
4. Terdapat 2 (dua) tempat sampah untuk sampah medis (warna
kuning), 2 non medis (warna hitam), namun untuk sampah
bekas makanan atau minuman masih disatukan ke sampah non
medis dan 1 safety box yang masing-masing terpisah dari
tempat sampah.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu ditingkatkan tindakan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan pada pasien
secara langsung serta petunjuk atau edukasi melakukan cuci tangan untuk pasien dan
keluarga.
5. Aplikasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Proses 1. Sistem pendokumentasian yang berlaku di RPA adalah
Keperawatan system SOR (Source Oriented Record), yaitu suatu sistem
pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber
tenaga kesehatan, misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi,
dan lain-lain Selama ini, pendokumentasian asuhan
keperawatan sudah dilakukan dengan cukup optimal. Hal
tersebut berdasarkan observasi dan wawancara dengan
kepala ruangan bahwa pendokumentasian dilakukan oleh
perawat yang mengisi format pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2. Dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 25-27 Mei 2022,
dengan melihat status pasien didapatkan dokumentasi untuk
pengisian lembar pengkajian sudah diisi secara optimal,
laporan catatan perkembangan pasien yang meliputi SOAP
sudah cukup optimal. Format laporan harian dinas terdiri dari
nama, no kamar, diagnose penyakit, terapi dan laporan
keadaan pasien yang ditulis dari tiap shiftnya yaitu keadaan
umum klien, tanda-tanda vital, dan intruksi dari tim
kesehatan lain (Dokter).

65
Pengkajian
Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan selama 3 hari
terhadap 8 dokumentasi asuhan keperawatan, didapatkan hasil
lengkap dalam pengisian format pengkajian yang ada, yaitu
dengan mencheck list pada option yang disediakan. Namun,
berdasarkan observasi terhadap perawat, perawat ruangan tidak
melakukan pengkajian secara keseluruhan karena tidak semua
berdasarkan tehnik pemeriksaan fisik yang ditetapkan terutama
auskultasi dan perkusi jarang dipergunakan. Perawat sering
menggunakan tehnik inspeksi dan palpasi dalam
menginterpretasi klien.
Diagnosa Keperawatan
Dari semua dokumentasi asuhan keperawatan yang ada, perawat
mencantumkan diagnosa keperawatan yang disesuaikan
berdasarkan keluhan pasien dan mulai menggunakan standarisasi
diagnose keperawatan Indonesia (SDKI).
Perencanaan Keperawatan
Secara keseluruhan perencanaan intervensi keperawatan sudah
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul dan mulai
menerapkan penggunaan SLKI, dan SIKI.
Pelaksanaan Keperawatan
1. Sebagian besar dari rencana tindakan yang dibuat oleh
perawat dilakukan dengan melibatkan pasien atau keluarga.
2. Implementasi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan, sebagian besar implementasi keperawatan yang
dilakukan yaitu sesuai kebutuhan pasien, dalam beberapa
kondisi terkadang kebutuhan pasien berubah sehingga
perlu melakukan tindakan segera. Namun, sebelumnya
dikonsultasikan atau sesuai advis dokter.
Berdasarkan observasi yang dilakukan dari 8 dokumentasi
ASKEP didapatkan hasil seluruh dokumentasi sudah
mencantumkan nama, tanggal, jam dan tanda tangan perawat
dalam melakukan setiap tindakan.
Evaluasi Keperawatan
1. Evaluasi yang dilakukan sudah mengacu pada tujuan dan
dilakukan evaluasi hasil dari setiap tindakan yang diberikan.
Catatan perkembangan yang digunakan sudah
SOAP/SOAPIER.
6 Metode Metode ini menggunakan cara tim yaitu terdapat 5 kepala tim
Pengelolaan dengan 3 anggota setiap tim. Setiap tim berhak memegang
Pasien pasien secara menyeluruh.
7 Pendidikan Pendidikan kepada pasien dan keluarga dilakukan cukup aktif
oleh perawat. Pendidikan kesehatan diberikan sesuai dengan
diagnosis, prognosis dan pengobatan pasien dan ketika keluarga
menanyakan tentang penyakit atau hal lain yang berkaitan
dengan pasien. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada saat
melakukan anamnesa kembali setelah pasien baru datang ke
ruangan, serta biasanya dilakukan berbarengan pada saat
tindakan, misalnya pada saat pemberian terapi dan pada saat ada
keluarga pasien yang bertanya, atau dalam beberapa situasi

66
juga perawat memberikan penkes khusus pada pasien dan
keluarga.
8 Penelitian Di Rumah Sakit Juanda Kuningan sudah dijadikan tempat
penelitian untuk jenjang pendidikan Diploma, Sarajana, dan
Profesi. Namun berdasarkan wawancara ke kepala ruangan, di
Ruang RPA belum ada yang menjadikan sebagai tempat
penelitian oleh mahasiswa.

2. Manajemen Unit
Data Inventaris Ruang Perawatan/Sarana dan Prasarana Penunjang Rumah
Sakit Juanda Kuningan.
Ruang : RPA
Jumlah Tempat Tidur : 31
Tabel 3.5 Sarana dan Prasarana RPA RS. Juanda Kuningan
No. Jumlah Kondisi
1. EKG 0 -
2. X-Ray Viewer 1 Baik
3. Timbangan Dewasa 1 Baik
4. Stetoskop 4 Baik
5. Termometer 2 Baik
6. SPO2 20 Baik
7. Troli 1 Baik
8. Ambu Bag 3 Baik
9. Nebulizer 1 Baik
10. Komputer 1 Baik
11. Kotak Saran 1 Baik
12. Dispenser 1 Baik
13. Safety Box 1 Baik
14. Tempat Sampah Infeksius 2 Baik
15. Tempat Sampah Rumah
1 Baik
Tangga
16. Tempat Sampel 1 Baik
17. Apar 1 Baik

67
18. Helm 4 Baik
19. Hazmat 0 -
20. Kursi Roda 1 Baik
21. Handsrub 8 Baik
22. Troli keranjang 1 Baik
23. Bak Instrumen 7 Baik
24. Bengkok 1 Baik
25. Torniquet 2 Baik
26. Kursi 7 Baik
27. Kom tertutup 1 Baik
28. Kom kecil 1 Baik
29. Kom besar 4 Baik
30. Blankar 2 Baik
31. Tensimeter Manual 2 Baik
32. Gunting Verban 1 Baik
33. Gunting 1 Baik
34. Alat GDS 1 Baik
35. Kunci inggris 1 Baik
36. Regulator oksigen 10 Baik
37. Wastafel 3 Baik
38. Infus Pump 2 Kurang Baik

Tabel 3.6 Sarana dan Prasarana Tiap Ruangan di Ruang RPA


Ruangan Sarana dan Jumlah Kondisi
Prasarana
VRPA (Winnie Tempat Tidur Pasien 1 Baik
The Pooh) Lemari Pasien 1 Baik
Standar Infus 1 Baik
Sofa 1 Baik
Televisi 1 Baik

68
AC 1 Baik
Kulkas 1 Baik
Telepon 1 Baik
RPA (Pinokio 1- Tempat Tidur Pasien 4 Baik
4) Lemari Pasien 4 Baik
Standar Infus 4 Baik
Sofa 4 Baik
Televisi 4 Baik
AC 4 Baik
Telepon 4 Baik
Bougenvile Tempat Tidur Pasien 2 Baik
Lemari Pasien 2 Baik
Standar Infus 2 Baik
Televisi 1 Baik
Pokemon 1 Tempat Tidur Pasien 2 Baik
Lemari Pasien 2 Baik
Standar Infus 2 Baik
Televisi 1 Baik
Kipas 1 Baik
Pokemon 2 Tempat Tidur Pasien 2 Baik
Lemari Pasien 2 Baik
Standar Infus 2 Baik
Televisi 1 Baik
Kipas 1 Baik
Pokemon 3 Tempat Tidur Pasien 2 Baik
Lemari Pasien 2 Baik
Standar Infus 2 Baik
Televisi 1 Baik
Kipas 1 Baik
Mickey Mouse Tempat Tidur Pasien 3 Baik
Lemari Pasien 3 Baik
Standar Infus 3 Baik

69
Televisi 1 Baik
Kipas 1 Baik
Aster 4 Tempat Tidur Pasien 3 Baik
Lemari Pasien 3 Baik
Standar Infus 3 Baik
Kipas 1 Baik
Aster 5 Tempat Tidur Pasien 3 Baik
Lemari Pasien 3 Baik
Standar Infus 3 Baik
Kipas 1 Baik
Doraemon Tempat Tidur Pasien 7 Baik
Lemari Pasien 7 Baik
Standar Infus 7 Baik
Kipas 3 Baik
Pinokio 5 Tempat Tidur Pasien 2 Baik
Lemari Pasien 2 Baik
Standar Infus 2 Baik
Kipas 1 Baik

D. Sumber Daya/Kekuatan Kerja


1) Man (Manusia)
a) Struktur Organisasi Ruang RPA Rumah Sakit Juanda Kuningan
Secara struktural Ruang RPA Rumah Sakit Juanda Kuningan
dibawah bidang instalasi rawat inap yang dipimpin oleh seorang kepala
ruangan dan dibantu 5 kepala tim, 10 perawat pelaksana dan 1 POS.

70
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ruang RPA Rumah Sakit Juanda Kuningan

KABID KEPERAWATAN

H. Ns. Nana Suryana, S.Kep.,.


M.Kep

KEPALA RUANGAN

Fransiska Juju, S.Kep., Ners

KA. TIM KA.TIM KA.TIM KA. TIM KA. TIM


Cecep Yogi Amd. Titis Amd.Kep Lilis Suryani Rini Astriani, S.Kep., Arifah Siti Saidah,
Kep Amd.Kep Ners S.Kep., Ners

PERAWAT PELAKSANA

Ranika Sri Utami Amd. Kep


Kamila Nur Alimah Amd. Kep
Vivi Vitriani Indriana S.Kep Ners
Ririn Noviyanti Dewi S.Kep Ners
Nur Aini Yuliana Dewi Amd. Kep
Mila S.Kep Ners
Siti Aisyah Amd. Kep
Enok Laila Amd. Kep
Gian Priasdhika Amd. Kep
Aulia Istiana Amd. Kep

POS
Maidasari

71
b) Ketenagakerjaan/Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja Ruang RPA Rumah Sakit Juanda
Kuningan berjumlah 17 orang yang terdiri dari 1 kepala
ruangan, 5 kepala tim, 10 perawat pelaksana dan 1 POS. Dari
17 orang tenaga kerja yang bekerja di ruang RPA Rumah
Sakit Juanda Kuningan berpendidikan sebagai berikut:

Tabel 3.7 Daftar Keadaan dan Kebutuhan Pegawai Ruang RPA Rumah
Sakit Juanda Kuningan
No. KETENAGAAN NAMA PENDIDIKAN LAMA STR
RPA KERJA
1. KEPALA Fransiska Juju, S.Kep., Profesi Ners 15 tahun
RUANGAN Ners +

Cecep Yogi, Amd. Kep DIII Keperawatan 14 tahun


+
Titis, Amd.Kep DIII Keperawatan 11 tahun +
2. Lilis Suryani, Amd.Kep DIII Keperawatan 6 tahun +
KEPALA TIM Rini Astriani, S.Kep., Profesi Ners 3 tahun
+
Ners
Arifah Siti Saidah, Profesi Ners 2 tahun
S.Kep., Ners
Ranika Sri Utami, DIII Keperawatan 1 tahun
+
Amd. Kep
Kamila Nur Alimah, DIII Keperawatan 11 bulan
+
Amd. Kep
Vivi Vitriani Indriana, Profesi Ners 11 bulan
+
S.Kep., Ners
Ririn Noviyanti Dewi, Profesi Ners 10 bulan
+
S.Kep., Ners
3. PERAWAT Nur Aini Yuliana Dewi, DIII Keperawatan 12 bulan
+
PELAKSANA Amd. Kep
Mila, S.Kep., Ners Profesi Ners 2 tahun +
Siti Aisyah, Amd. Kep DIII Keperawatan 4 bulan +
Enok Laila, Amd. Kep DIII Keperawatan 4 bulan +
Gian Priasdhika, Amd. DIII Keperawatan 4 bulan
+
Kep
Aulia Istiana, Amd. DIII Keperawatan 0 bulan +
Kep

4. POS Maidasari Tamat SLTA/sederajat 3 tahun

72
c) M3 (Metode)
Manajemen asuhan keperawatan di RPA Rumah Sakit
Juanda Kuningan menggunakan metode keperawatan tim.
Metode ini diterapkan dengan menggunakan kerjasama yang
terdiri dari kepala tim dan perawat pelaksana yang saling
membantu. Pembagian tugas dalam setiap shift dilakukan
oleh ketua tim. Selain itu, ketua tim bertanggung jawab
dalam mengarahkan anggota tim, memberi pengarahan,
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan pasien,
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas jika
mengalami kesulian dan melaporkan kepada kepala ruangan
terkait asuhan keperawatan yang dilakukan timnya.
Salah satu yang diatur manajemen rumah sakit adalah
Standar Prosedur Operasional. Standar Prosedur Operasional
adalah suatu standar atau pedoman tertulis yang
dipergunakan untuk mendorong dan menggerakan suatu
kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala ruangan dimana dalam
memberikan pelayanan keperawatan di RPA mengacu pada
standar prosedur operasional yang telah ada di ruangan.
d) Marketing
Ruang Perawatan Anak (RPA) terdiri dari ruang perawat,
nurse station, ruang perawatan, ruang tindakan, ruang janitor,
dan tempat bermain. Ruang perawatan terdiri dari 6 kamar
kelas yang berbeda dengan jumlah kapasitas tempat tidur 31
bed.
E. Lingkungan Kerja
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat
disekitar, seperti ruangan, suhu udara, sirkulasi udara, pencahayaan,
kebisingan, getaran mekanis, kebersihan dan bau-bauan, warna akan

73
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut.

Tabel 3.8 Lingkungan Fisik


Lingkungan Fisik
Kapasitas Ruangan RPA RS. Juanda Kuningan
No. Ruangan Jumlah
1. Nurse Station 1
2. Ruang Perawatan 7
3. Kamar Mandi Perawat 1
4. Kamar Mandi Pasien 14

Tabel 3.9 Kapasitas Unit Ruangan


Kapasitas Unit Ruangan
RPA memiliki ruang perawatan yang terdiri dari :
ruang perawatan yaitu Ruang perawatan pasien kamar (VRPA) terdapat 1
bed pada ruangan. Ruang perawatan pasien kamar (Pinokio 1) terdapat 1
bed pada ruangan. Ruang perawatan pasien kamar (Pinokio 2) terdapat 1
bed pada ruangan. Ruang perawatan pasien kamar (Pinokio 3) terdapat 1
bed pada ruangan. Ruang perawatan pasien kamar (Pinokio 4) terdapat 1
bed pada ruangan. Ruang perawatan pasien kamar (Bougenvile) terdapat
2 bed pada ruangan. Ruang perawatan pasien kamar (Pokemon 1) terdapat
2 bed. Ruang perawatan pasien kamar (Pokemon 2) terdapat 2 bed . Ruang
perawatan pasien kamar (Pokemon 3) terdapat 2 bed. Ruang perawatan
pasien kamar (Mickey Mouse) terdapat 3 bed. Ruang perawatan pasien
kamar (Aster 4) terdapat 3 bed . Ruang perawatan pasien kamar (Aster 5)
terdapat 3 bed. Ruang perawatan pasien kamar (Doraemon) terdapat 7 bed.
Ruang perawatan pasien kamar (Pinokio 5) terdapat 2 bed.
Deskripsi Keadaan Masing-Masing Ruangan
1. Nurse Station Ruang nurse station menyatu dengan ruang perawat
dan nampak baik serta tertata dengan rapih, pada
bagian meja digunakan untuk menyimpan komputer
dan berkas-berkas pasien. Ruang nurse station
memiliki 7 kursi, 2 meja panjang, 1 lemari untuk
obat- obatan, 1 kulkas, 1 jam dinding, 2 Kipas angin,
4 lemari: 1 untuk penyimpanan barang perawat, 1
lemari untuk penyimpanan alat medis dan non
medis,1 lemari untuk penyimpanan alat streril, 1
lemari untuk penyimpanan alat non steril, 1
dispenser beserta galonnya, 1 troli emergensi, 1
wastafel beserta sabunnya, 1 tong sampah non
medis, 1 tong sampah infeksius, 1 safety box, 2 troli
tindakan, wifi, 1 X ray Viwer, 4 Faceshield.
2. Ruang RPA memiliki 7 ruang perawatan yaitu Ruangan

74
Perawatan VRPA dengan kapasitas 1 bed. Ruangan RPA
dengan kapasitas 4 bed. Ruangan Bougenville
dengan kapasitas 2 bed. Ruangan Pokemon dengan
kapasitas 8 bed. Ruangan Aster 4 dengan kapasitas 3
bed. Ruangan Aster 5 dengan kapasitas 3 bed.
Ruangan Doraemon dengan kapasitas 7 bed dan
Ruangan Pinokio 5 dengan kapasitas 2 bed Masing
masing Ruang Pokemon terdapat 3 kipas angin dan 3
kamar mandi, Ruang Aster terdapat 2 kipas angin
dan 2 kamar mandi, Ruangan Doraemon terdapat 3
kipas angin dan 1 kamar mandi. Kemudian ruangan
VRPA dan RPA memiliki kapasitas 1 bed dilengkapi
dengan sofa, kamar mandi, televisi dan kipas di
dalam ruangan.
3. Kamar Keadaan kamar mandi perawat cukup bersih, ada
Mandi gayung, sabun, penerangan cukup baik, pintu kamar
Perawat mandi baik, ventilasi kamar mandi baik.
4. Kamar Mandi Keadaan kamar mandi pasien cukup bersih,
Pasien penerangan cukup baik, terdapat handraile kamar
mandi (toilet bar) untuk membantu pasien yang
kekurangan dalam mobilisasi, ventilasi kamar mandi
baik.

2. Lingkungan Non Fisik


Tabel 3.10 Lingkungan Non-Fisik
No. Aspek Hasil Pengkajian
1. Hubungan Interaksi perawat dan pasien, terjadi saat
Perawat dengan perawat melakukan tindakan keperawatan langsung,
Pasien seperti:
Saat perawat melakukan pemeriksaan Tanda
Tanda Vital (TTV), memberikan terapi obat, memasang
infus, dan tindakan keperawatan lainnya. Hubungan
juga terjadi ketika melakukan asuhan keperawatan tidak
langsung seperti ketika melakukan operan, pengecekan
jumlah pasien dan lain-lain.
Dari hasil observasi, didapatkan bahwa perawat
berkomunikasi baik dengan pasien dan keluarga pada
saat melakukan tugas keperawatan secara rutin, seperti
ketika mengganti laken, dan menyuntikkan obat dan
sebagainya. Selebihnya, komunikasi terjadi saat pasien
dan keluarga pasien membutuhkan bantuan perawat
seperti memperbaiki infus yang macet, mengganti
cairan infus yang habis, atau meminta tolong untuk

75
membantu mengganti pakaian.
2. Hubungan Hubungan antara perawat dengan perawat
Perawat dengan lainnya saat di ruangan berjalan dengan baik,
Perawat di pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah
Ruangan dan komunikasi perawat berjalan dua arah, jika
keadaan mendesak keputusan diambil oleh ketua tim
atau kepala ruangan.
Serah terima tugas atau timbang terima (operan)
dilakukan oleh perawat shift sebelumnya dengan shift
berikutnya. Dalam serah terima ini juga dibicarakan
mengenai informasi-informasi terbaru yang perlu
diketahui oleh perawat, termasuk rencana tindakan
yang sedang dan akan dilakukan.
Serah terima pasien terkadang dilakukan
diruang perawat saja dan berkeliling ke setiap ruangan
untuk melihat kondisi pasien. Dilakukan setiap
pergantian shift baik shift pagi, siang, dan malam.
3. Hubungan Dengan tim medis
Perawat dengan Komunikasi dengan dokter bersifat sosial
Profesi Lain dan komunikasi yang berhubungan dengan pasien
bersifat delegatif dan kolaboratif. Komunikasi dengan
dokter lebih banyak terjadi saat visit dokter dan
saat perawat berkonsultasi terkait kondisi pasien
yang kurang baik.
Dengan tim gizi
Komunikasi perawat dengan tim gizi saling
membantu untuk pemenuhan kebutuhan gizi pasien.
Komunikasi dengan tim gizi lebih banyak berkaitan
dengan perubahan diit. Komunikasi terjadi dua arah
antara perawat dan tim gizi untuk memastikan diit
yang diberikan pada pasien.
Dengan petugas laboratorium
Hubungan antara perawat dengan petugas
laboratorium terjadi saat perawat mengantar sampel ke
laboratorium atau saat perawat menanyakan terkait
hasil pemeriksaan laboratorium pasien.
4. Hubungan Hasil observasi dan pengamatan hubungan perawat dan
Perawat dengan mahasiswa terjalin baik, perawat bersikap ramah dan
Mahasiswa baik, mulai dari kepala ruangan, ketua tim maupun
perawat pelaksana.
5. Hubungan Hubungan kepala ruangan maupun perawat pelaksana
Perawat dengan terjalin sangat baik dengan cleaning service dan satpam.
POS, Cleaning
Service dan
Satpam

76
Tabel 3.11 Penilaian Kepuasan Pasien Di Ruangan RPA RS. Juanda
NILAI
No JENIS PELAYANAN 1 2 3 4 5
1 PENDAFTARAN
a. Ketepatan waktu pelayanan 40% 60%
b. Tanggapan petugas dalam memberi informasi 20% 80%
2 RUANG TUNGGU
a. Kebersihan dan keindahan ruang tunggu 100%
b. Kenyamanan ruang tunggu 20% 80%
c. Kejelasan papan petunjuk 80% 20%
3. INSTALASI GAWAT DARURAT
a. Kecepatan pelayanan 60% 40%
b. Keramahan petugas 60% 40%
c. Kejelasan informasi 60% 40%
4 KENYAMANAN DAN KEBERSIHAN
RUANG PASIEN
a. Kebersihan ruangan dan kamar mandi 20% 40% 40%
b. Gangguan dari nyamuk 60% 40%
c. Kerapian tempat tidur 20% 20% 60%
d. Penerangan di kamar saudara/i 40% 60%
e. Pengambilan sampah dari kamar saudara/i 80% 20%
5 PERAWAT RUMAH SAKIT
a. Kecepatan petugas dalam menangani keluhan 60% 40%
penyakit saudara/i
b. Keramahan petugas 60% 40%
c. Tanggapan petugas terhadap keluhan saudara/i 60% 40%
d. Kejelasan informasi 60% 40%
e. Keteraturan observasi rutin pasien 60% 40%
6 PEMERIKSAAN DOKTER
a. Keramahan 100%
b. Perhatian terhadap keluhan yang disebutkan 80% 20%
c. Penjelasan penyakit dengan bahasa yang 60% 40%
mudah dimengerti
7 MAKANAN
a. Menu yang dihidangkan 40% 60%
b. Penata atau penampilan makanan 40% 60%
c. Ketepatan waktu penyaji makanan 20% 80%
Rata-rata 27% 59% 45%

Sumber : Kuesioner kepuasan pasien rawat inap RS Juanda


Keterangan : 1 = Sangat Buruk
2 = Buruk

77
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik
Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-
rata kepuasan pasien di Rumah Sakit Juanda Kuningan dari 5 responden
yaitu 27% menjawab sangat baik, 59% menjawab baik, dan 45%
menjawab cukup.
F. Kajian Indikator Mutu Ruangan
1) Alat Ukur (Teori Indikator Mutu Ruangan)
a) BOR (Bed Occupancy Rate)
Indikator mutu ruangan pada 1 April – 30 April 2022 sebagai
berikut:
Tabel 3.12 Indikator Mutu Ruangan Bulan April 2022
KINERJA RAWAT INAP
NO URAIAN
1 – 30 April 2022
1. BOR 50%
2. LOS 3
3. BTO 4
4. TOI 4
5. JUMLAH HARI RAWAT 439
6. JUMLAH TEMPAT TIDUR 31
7. JUMLAH PASIEN 143

G. Pendidikan
Tabel 3.13 Jenjang Pendidikan Perawat Ruang RPA
No. Nama Jabatan Pendidikan
1 Fransiska Juju, S.Kep., Ners Kepala Ruangan Profesi Ners
2 Cecep Yogi Amd. Kep Ka. Tim DIII Keperawatan
3 Titis Amd.Kep Ka. Tim DIII Keperawatan
4 Lilis Suryani Amd.Kep Ka. Tim DIII Keperawatan
5 Rini Astriani, S.Kep., Ners Ka. Tim Profesi Ners
6 Arifah Siti Saidah, S.Kep., Ners Ka. Tim Profesi Ners
7 Ranika Sri Utami Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
8 Kamila Nur Alimah Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
9 Vivi Vitriani Indriana S.Kep Ners Pelaksana Profesi Ners
10 Ririn Noviyanti Dewi S.Kep Ners Pelaksana Profesi Ners

78
11 Nur Aini Yuliana Dewi Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
12 Mila S.Kep Ners Pelaksana Profesi Ners
13 Siti Aisyah Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
14 Enok Laila Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
15 Gian Priasdhika Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
16 Aulia Istiana Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
17 Maidasari POS Tamat SLTA/sederajat

79
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN
4.1 Analisis Data
Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 25 April sampai 27 April
2022. Hasil kajian situasi ruangan, analisa SWOT di RPA RS Juanda
Kuningan adalah sebagai berikut:
4.1.1 Analisis Data Berdasarkan Pilar
Berdasarkan hasil pengkajian pada 25 April sampai 27 April
2022 di RPA RS Juanda didapatkan data berdasarkan 4 pilar sebagai
berikut:
1. Pilar Management Approach (Pendekatan Manajemen)
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan di RPA
tidak mempunyai rencana tahunan, bulanan maupun harian secara
tertulis.
b. Pengorganisasian
Terdapat adanya pembagian tugas antara Kepala Ruangan, Ketua
Tim dan Perawat Pelaksana. Berikut struktur organisasi di RPA.

80
KEPALA RUANGAN
Fransiska Juju, S.Kep., Ners

KA. TIM KA.TIM KA.TIM KA. TIM KA. TIM


Cecep Yogi Amd. Titis Amd.Kep Lilis Suryani Rini Astriani, Arifah Siti
Kep Amd.Kep S.Kep., Ners Saidah, S.Kep.,
Ners

PERAWAT PELAKSANA

Ranika Sri Utami Amd. Kep


Kamila Nur Alimah Amd. Kep
Vivi Vitriani Indriana S.Kep Ners
Ririn Noviyanti Dewi S.Kep Ners
Nur Aini Yuliana Dewi Amd. Kep
Mila S.Kep Ners
Siti Aisyah Amd. Kep
Enok Laila Amd. Kep
Gian Priasdhika Amd. Kep
Aulia Istiana Amd. Kep

POS
Maidasari

c. Pengarahan
Berdasarkan hasil observasi, breafing, operan dinas, ronde
keperawatan pre conference dan post conference dilakukan di setiap
dinas. Antara Kepala Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat pelaksana.
d. Controling
1) Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Kepala
Ruangan terdapat adanya pengawasan terhadap perawat
pelaksana.

81
2) Untuk jadwal Kepala Ruangan yaitu dinas di pagi hari setiap
hari, perawat terdapat pembagian 3 shift yaitu shift pagi, shift
siang, dan shift malam.
2. Pilar Profesional Relationship
a. Kelengkapan tulisan yang perawat tulis sudah lengkap, terdapat
sisipan paraf, nama, dan tanggal.
b. Perawat selalu menghubungi dokter bila ada yang harus
dikonsulkan dan ketika dokter berhalangan hadir untuk visit.
c. Perawat selalu berkolaborasi dengan dokter, farmasi dan ahli
gizi.
3. Pilar Care Delivery
a. Kekuatan:
1) Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan.
RPA menggunakan model keperawatan metode tim.
2) Berdasarkan hasil observasi perawat pelaksana melakukan
tindakan sesuai dengan perencanaan.
3) Tenaga Keperawatan di RPA berjumlah 17 orang yaitu 6
orang memiliki latar belakang Pendidikan S1 Keperawatan
(Ners) dan 10 orang memiliki latar belakang Pendidikan D3
Keperawatan, dan 1 orang Pembantu Orang Sakit berlatar
belakang SLTA/Sederajat.
4) Usia Perawat Relatif masih muda (usia 20 tahun – 40 tahun)
b. Kelemahan:
1) Berdasarkan hasil observasi dan wawancara belum
optimalnya fungsi metode keperawatan tim di RPA.
2) Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan RPA
adanya ketidakseimbangan beban kerja perawat dengan
tingkat ketergantungan pasien.
4. Pilar Reward dan Punishman
a. Kekuatan: Perawat pelaksana mendapatkan apresiasi dari kepala
ruangan apabila kinerjanya baik.

82
b. Kelemahan: Adanya sanksi bagi perawat berupa teguran, surat
peringatan apabila melanggar aturan.
4.1.2 Analisis SWOT
Tabel 4.1 Analisis SWOT kuantitaif
Faktor Internal Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Berdasarkan hasil wawancara dan Berdasarkan hasil wawancara
observasi didapatkan : dan observasi didapatkan :
1. Tersedianya dokter spesialis 1. Belum optimalnya metode
sebagai leader dan pengambil tim dalam pemberian asuhan
keputusan dalam patien center keperawatan pada pasien di
care ruang RPA yang benar sesuai
2. Tenaga Keperawatan di RPA teori
berjumlah 17 orang yaitu 6 2. Belum adanya papan tata
orang memiliki latar belakang tertib di ruang RPA
Pendidikan S1 Keperawatan 3. Struktur organisasi dengan
(Ners) dan 10 orang memiliki
metode tim terpampang
latar belakang Pendidikan D3
Keperawatan, dan 1 orang diruangan namun belum
Pembantu Orang Sakit (POS) diperbaharui
berlatar belakang
SLTA/Sederajat
3. Usia Perawat Relatif masih
muda
4. Masa kerja Kepala Ruangan di
Rumah Sakit Juanda > 10 Tahun
5. Kepala Ruangan mengikut
sertakan partisipasi seluruh
perawat pelaksana dalam
mengambil keputusan
6. Dalam melakukan perawatan,
ruang RPA menggunakan
metode tim.
7. Ruang RPA menggunakan
model asuhan keperawatan
metode tim, dengan cara
pembagian shift yang terdiri dari
shift pagi 4 orang, shif siang 4
orang dan shif malam 4 orang
8. Dengan dilaksanakannya operan
shift perawat yang berdinas
sebelumnya dapat
menginformasikan mengenai
kondisi pasien kepada perawat
yang akan berdinas berikutnya

83
9. Tersedianya Nurse Station
10. Mampu menggunakan dan
memelihara sarana prasarana
dengan baik
11. Jumlah pasien yang berada di
ruang RPA dalam rentang waktu
tanggal 25 sampai 27 April 2022
adalah 8 pasien
12. Hasil analisa data bulan April
2022 memiliki indikator mutu
rumah sakit di RPA dengan
BOR sebesar 50%, LOS sebesar
3% atau 3 hari, TOI sebesar 4
atau 4 hari dan BTO sebesar 4
atau 4 kali
13. Tingkat kepuasan pasien dapat
dikategorikan “Baik”
14. kebanyakan pasien yang dirawat
di RPA menggunakan BPJS
Faktor Oppurtunity (Peluang) Threat (Ancaman)
Eksternal 1. Adanya mahasiswa/i profesi 1. Belum meratanya
ners yang sedang menjalankan penggunaan asuhan
praktek di ruang RPA keperawatan berbasis SDKI
2. Adanya kerjasama yang baik SLKI SIKI.
antar mahasiswa/i Profesi ners 2. Masih ada perawat yang
dengan perawat ruangan belum mengikuti pelatihan
3. Kepala ruangan dengan
pendidikan S.Kep Ners, mampu
mengoptimalkan keadaan di
ruangan khususnya dengan
kinerja perawat pelaksana
4. Perawat menjadi terbiasa
melakukan tindakan sesuai
SPO.
5. Adanya protap untuk SPO dan
SAK
6. Adanya kebijakan tentang
pasien dan tarif BPJS kesehatan

84
SO:
1. Dengan banyaknya perawat yang mengikuti pelatihan dapat meningkatkan
standar profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang bermutu
sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Beberapa perawat yang sudah terpapar dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan berbasis SDKI, SLKI, SIKI dapat membantu untuk mengajarkan
teman sejawatnya yang belum terpapar, agar diruangan dapat di seragamkan
penggunaan dokumentasi asuhan keperawatan berbasis SDK, SLKI dan SIKI.

WO:
1. Di ruangan belum optimalnya fungsi metode pemberian asuhan keperawatan
tim.
2. Adanya pembayaran melalui akses BPJS memudahkan pasien rawat inap
dalam menyelesaikan administrasi dengan mendapatkan layanan yang
bermutu.

ST:
1. Tersedianya perawat dengan pendidikan DIII keperawatan dan Profesi Ners,
menjadikan beragamanya pendokumentasian asuhan keperawatan diruangan.
2. Belum meratanya penggunaan asuhan keperawatan berbasis SDKI, SLKI, dan
SIKI.

WT:
1. Belum optimalnya metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien di ruang RPA yang benar sesuai teori dan belum meratanya
penggunaan asuhan keperawatan berbasis SDKI, SLKI, dan SIKI di ruang
RPA, maka pihak rumah sakit dapat memfasilitasi perawat untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan maupun seminar.
4.2 Prioritas Masalah
Dengan mempertimbangkan masalah waktu, sumber daya dan
kemampuan untuk mengatasi masalah yang ada, maka dalam penyelesaian

85
identifikasi masalah tersebut diselesaikan berdasarkan prioritas masalah.
Teknik yang digunakan untuk memprioritaskan masalah adalah dengan
menggunakan metode USG dan memperhatikan beberapa aspek sebagai
berikut:
U = Urgency
S = Seriousness atau tingkat keseriusan
G = Growth atau tingkat perkembangan
Dengan Skala Likert :
5 : Sangat Besar
4 : Besar
3 : Sedang
2 : Kecil
1 : Sangat Kecil
Tabel 4.2 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan
NILAI KRITERIA
NO MASALAH
C A R L TOTAL PRIORITAS
1. Belum optimalnya
metode tim dalam
pemberian asuhan
keperawatan pada 5 3 5 4 300 1
pasien di ruang
RPA yang benar
sesuai teori
2. Belum optimalnya
perhitungan beban 4 3 3 3 108 2
kerja di ruang RPA
3. Belum meratanya
penerapan standar
asuhan
3 3 3 3 81 3
keperawatan
berbasis SDKI,
SLKI, SIKI
Berdasarkan hasil pembobotan masalah diatas, maka penentuan prioritas
yang akan diselesaikan, didiskusikan dengan Kepala Bidang Keperawatan serta
Kepala Ruangan dengan mempertimbangkan lingkup kegiatan aplikasi,
keterbatasan waktu dan kemampuan maka disepakati untuk menyelesaikan dua
masalah yang dilakukan oleh mahasiswa. Prioritas masalah pertama yang

86
dilaksanakan oleh mahasiswa adalah belum optimalnya fungsi metode pemberian
asuhan keperawatan metode tim di RPA, dan yang kedua adalah Belum
optimalnya perhitungan beban kerja di ruang RPA.

MONEY MAN
Masih ada perawat
Dalam pembentukan
yang belum
keanggotaan tim
mengikuti pelatihan
tidak membutuhkan Belum optimalnya
dana. fungsi metode
pemberian asuhan
Struktur organisasi Di ruang RPA keperawatan tim yang
dengan metode tim metode tim belum benar sesuai teori
terpampang diruangan berfungsi secara
namun belum optimal
diperbaharui
MATERIAL METHODE

87
4.2.1 Alternatif Penyelesaian Masalah
Setelah diketahui faktor penyebab dari masalah tersebut, kemudian
faktor penyebab dicari cara menyelesaikannya. Adapun penyelesaiannya
dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Alternatif Penyelesaian Masalah


NO PENYEBAB PENYELESAIAN
Belum optimalnya metode tim a. Mensosialisasikan tentang
dalam pemberian asuhan metode asuhan keperawatan
keperawatan pada pasien di ruang dengan menggunakan metode
1. RPA yang benar sesuai teori tim yang sesuai dengan teori
b. Merekomendasikan
pembaharuan struktur organisasi
terbaru
2. Belum optimalnya perhitungan a. Berdiskusi dengan perawat di
beban kerja di ruang RPA ruangan tentang perhitungan
beban kerja perawat
3. Belum meratanya penerapan a. Mensosialisasikan penerapan
standar asuhan keperawatan standar asuhan keperawatan
berbasis SDKI, SLKI, SIKI di RPA berbasis SDKI, SLKI, SIKI
b. Pembuatan SAK 10 diagnosa
keperawatan terbanyak
diruangan dengan berbasis
SDKI, SLKI, SIKI
c. Memfasilitasi referensi buku
SDKI, SLKI, dan SIKI

4.2.2 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah


1. Belum optimalnya fungsi metode pemberian asuhan keperawatan tim
di RPA
Tabel 4.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
ALTERNATIF
NO C A R L NILAI URUTAN
PENYELESAIAN MASALAH
1. Mensosialisasikan tentang
metode asuhan keperawatan
4 3 3 4 144 1
dengan menggunakan metode
tim yang sesuai dengan teori

88
2. Merekomendasikan
pembaharuan struktur organisasi 4 3 3 3 108 2
terbaru

2. Belum optimalnya perhitungan beban kerja di ruang RPA.


Tabel 4.5 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
N ALTERNATIF
C A R L NILAI URUTAN
O PENYELESAIAN MASALAH
1. Berdiskusi dengan perawat di
ruangan tentang perhitungan 4 3 3 3 108 1
beban kerja perawat

3. Belum meratanya penerapan standar asuhan keperawatan berbasis


SDKI, SLKI, SIKI di RPA
Tabel 4.5 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
ALTERNATIF
NO PENYELESAIAN C A R L NILAI URUTAN
MASALAH
1. Mensosialisasikan penerapan
standar asuhan keperawatan 4 4 3 3 144 1
berbasis SDKI, SLKI, SIKI
2. Pembuatan SAK 10
diagnosa keperawatan 4 3 3 3 108
2
terbanyak diruangan dengan
berbasis SDKI, SLKI, SIKI
3. Memfasilitasi referensi buku
4 3 3 3 108 3
SDKI, SLKI, dan SIKI

Agar masalah lebih bisa diselesaikan maka dilakukan pembobotan


alternatif penyelesaian masalah, dengan memperhatikan aspek :
Capability (C) : Kemampuan melaksanakan alternatif
Acessibility (A) : Kemudahan melaksanakan alternatif
Readiness (R) : Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
Leverage (L) : Daya ungkit alternatif dalam penyelesaian masalah
Kriteria Nilai:
Sangat kurang penting : Bernilai 1
Kurang penting : Bernilai 2

89
Cukup penting : Bernilai 3
Penting : Bernilai 4
Sangat penting : Bernilai 5

90
4.3 Planning Of Action
N PENANGGUNG
MASALAH KEGIATAN TUJUAN METODE SASARAN WAKTU
O JAWAB
1. Belum optimalnya a. Mensosialisasikan tentang metode Agar pelaksanaan 1. Diskusi a. Kepala 24 Mei a. Ahaddin Yusuf
metode tim dalam asuhan keperawatan dengan asuhan keperawatan 2. Sosialisasi Ruangan 2022 b. Ilfa Latifah
pemberian asuhan menggunakan metode tim yang lebih efektif dan b. Perawat Fauziah
keperawatan pada sesuai dengan teori efisien ruangan c. Isabela Yopita
pasien di ruang b. Merekomendasikan pembaharuan Putri
RPA yang benar struktur organisasi terbaru d. Nurul Hidayah
sesuai teori e. Dosen
Pembimbing
2. Belum optimalnya a. Berdiskusi dengan kepala ruangan Meningkatkan 1. Diskusi a. Kepala 26 Mei a. Sabila Nurul
perhitungan beban dan perawat tentang perhitungan kemandirian pasien Ruangan 2022 Faizah
kerja di ruang beban kerja perawat agar tidak selalu b. Perawat b. Riva Amanah
RPA bergantung pada ruangan Ilahi
perawat c. Triyani
d. Warleni
e. Dosen
Pembimbing
3. Belum meratanya a. Mensosialisasikan penerapan Sebagai usaha 1. Sosialisasi a. Kepala Mei a. Nur Iman
penerapan standar standar asuhan keperawatan pemerataan 2. Pendampingan Ruangan 2022 b. Ananda Idlal
asuhan berbasis SDKI, SLKI, SIKI pendokumentasian b. Perawat Faridah
keperawatan b. Pembuatan SAK 10 diagnosa asuhan keperawatan ruangan c. Aan
berbasis SDKI, keperawatan terbanyak diruangan agar sesuai standar Nurhasanah
SLKI, SIKI dengan berbasis SDKI, SLKI, SIKI PPNI d. Dini
c. Memfasilitasi referensi buku SDKI, Sugihartati
SLKI, dan SIKI e. Dosen
Pembimbing

91
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Implementasi
1. Belum optimalnya metode tim dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien
di ruang RPA yang benar sesuai teori.
a. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan
diskusi mengenai metode tim yang
benar sesuai teori. Sosialisasi ini
dilaksanakan pada hari Selasa-Kamis
(24-26 Mei 2022) yang diikuti oleh
Kepala Ruangan, Kepala Tim, dan
Perawat Pelaksana di Ruang RPA.
b. Melakukan pre dan post test mengenai
pengetahuan perawat tentang metode
tim keperawatan. Dilaksanakan sebelum
dan setelah melakukan sosialisasi pada
hari Selasa-Kamis (24-26 Mei 2022)
yang diikuti oleh Kepala Ruangan,
Kepala Tim, dan Perawat Pelaksana di
Ruang RPA.
c. Pembaharuan struktur organisasi di
ruang RPA. Diserahkan pada hari
Kamis, 02 Juni 2022.
2. Belum optimalnya perhitungan beban kerja di ruang RPA
a. Melaksanakan kegiatan diskusi
mengenai perhitungan beban kerja pada
tanggal 26 Mei 2022 yang diikuti oleh
Kepala Tim dan Perawat Pelaksana di
Ruang RPA.
3. Belum meratanya penerapan standar asuhan keperawatan berbasis SDKI,

92
SLKI, SIKI
a. Melaksanakan kegiatan sosialisasi penerapan standar asuhan

keperawatan berbasis SDKI, SLKI, SIKI

b. Membuat format SAK 10 diagnosa keperawatan terbanyak

diruangan dengan berbasis SDKI, SLKI, SIKI dan memfasilitasi

referensi buku SDKI, SLKI, dan SIKI

5.2 Hasil Dan Pembahasan


1. Belum optimalnya metode tim dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien
di ruang RPA yang benar sesuai teori dan
pembaharuan struktur organisasi
a. Melaksanakan kegiatan sosialisasi
sekaligus diskusi mengenai metode tim
yang benar sesuai teori
Pada hari Selasa-Kamis, 24-26
Mei 2022 telah terlaksananya sosialisasi
dan diskusi mengenai metode tim yang
benar sesuai teori, yang diikuti oleh
Kepala Ruangan RPA, Ketua Tim
Ruang RPA dan Perawat pelaksana di
Ruang RPA. Adapun hasil yang
didapatkan Karu, Katim maupun
perawat pelaksana sudah memahami
bagaimana metode tim yang benar
sesuai teori, namun untuk waktu dekat
metode tim belum bisa diterapkan
secara optimal di ruangan, dikarenakan
adanya pertimbangan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu kelompok, karu,

93
katim dan perawat pelaksana sepakat
untuk mengganti penerapan metode tim
dengan pembaharuan struktur
organisasi di ruangan.
b. Melakukan pre dan post test mengenai
pengetahuan perawat tentang metode
tim keperawatan
Sebelum dan sesudah
melaksanakan sosialisasi, kami
memberikan soal pre test dan post test
untuk mengukur pengetahuan perawat
terkait metode tim. Dari 10 soal pre test
dan post test yang diberikan pada 11
perawat terhitung dari hari Selasa-
Kamis (24-26 Mei 2022) didapatkan
hasil sebagai berikut:
S
k
P
o
a
r
r
P
t P
N o
i r
o s
s e
. t
i
p T
T
a e
e
n s
s
t
t

94
1 P 7 8
. 1
2 P 6 8
. 2
3 P 7 7
. 3
4 P 5 8
. 4
5 P 4 7
. 5
6 P 6 9
. 6
7 P 5 8
. 7
8 P 6 8
. 8
9 P 6 8
. 9
1 P 7 7
0 1
. 0
1 P 4 9
1 1
. 1

Setelah data diolah


didapatkan hasil pre test dari 11
responden dengan masing-masing
skor nya adalah 7, 6, 7, 5, 4, 6, 5, 6,
6, 7, 4 dan untuk hasil post test
masing-masing skor nya adalah 8, 8,

95
7, 8, 7, 9, 8, 8, 8, 7, 9. Dapat
disimpulkan bahwa ada 9 responden
yang mengalami peningkatan
pengetahuan setelah diberikan materi
sosialisasi mengenai metode tim, dan
2 orang dengan pengetahuan tetap.
c. Pembaharuan struktur organisasi di
ruang RPA.
Pada hari Selasa, 24 Mei 2022
telah dilakukan konsultasi secara
langsung dengan Kepala Ruangan RPA
terkait struktur organisasi yang belum
ada pembaharuan.
Setelah dilakukan konsultasi
dengan Kepala Ruangan, untuk
penyedian struktur organisasi yang baru
akan dilakukan oleh Mahasiswa
Program Profesi Ners. Adapun struktur
yang dibuat mengikuti pola struktur
yang sebelumnya telah ditetapkan di
ruangan, kami hanya mengganti nama
perawat yang sebelumnya dengan
perawat yang baru sesuai dengan
instruksi dari Kepala Ruangan. Dalam
pembaharuan struktur organisasi ini
tidak berdasarkan kententuan membuat
struktur organsisasi model metode tim
sesuai teori, seperti contoh berikut:

96
KEPALA RUANGAN

KETUA TIM KETUA TIM KETUA TIM

PERAWAT PERAWAT PERAWAT

PASIEN/KLIEN PASIEN/KLIEN PASIEN/KLIEN

Gambar: Sistem pemberian asuhan


keperawatan Perawatan Tim/
“Team Nursing” (Marquis dan
Huston, 1998)
d. Keterbatasan Pada Saat Implementasi
Sosialisasi Metode Tim
1. Terbatasnya waktu untuk
melaksanakan sosialisasi karena
banyaknya tugas dan kesibukan
perawat di ruangan.
2. Jumlah perawat yang telah terpapar
materi sosialisasi metode tim hanya
sebanyak 11 orang dari 17 perawat
yang ada di ruanagan.
3. Terpotongnya waktu untuk
melaksanakan sosialisasi
bersamaan dengan pelaksanaan Try
Out Mahasiswa Profesi Ners.
2. Belum optimalnya perhitungan beban kerja

97
di ruang RPA
a. Melaksanakan kegiatan diskusi mengenai perhitungan beban kerja
di ruang RPA.
Pada hari Kamis dan Rabu,
tanggal 26 Mei dan 1 Juni 2022 telah
dilaksanakan diskusi mengenai
perhitungan beban kerja di ruang RPA
bersama Katim dan perawat
pelaksana. Kami menyiapkan format
perhitungan beban kerja selama satu
minggu yang terhitung dari tangal 19
Mei – 25 Mei 2022. Kami menghitung
beban kerja menggunakan salah satu
rumus perhitungan beban kerja yaitu
rumus Douglas. Berikut
perhitungannya:

1) Kamis,19 Mei 2022


Jadwal Dinas Minimal Parsial Total
Pagi 2 9 2
Sore 2 13 2
Malam 3 14 1
KONVERSI KE RUMUS DOUGLAS
Jadwal Dinas Minimal Parsial Total Jumlah
Perawat
Pagi 0,34 2,43 0,72 4
Sore 0,68 1,95 0,6 3
Malam 1,53 0,98 0,20 3
Jumlah secara keseluruhan perawat dalm perhari 10 orang
Berdasarkan tabel diatas
didapatkan bahwa total jumlah
perawat yang dibutuhkan pada hari
kamis sebanyak 10 orang yang terdiri
dari shift pagi sebanyak 4 orang, shift

98
sore 3 orang, dan shift malam 3 orang.

2) Jumat, 20 Mei 2022


Jadwal Dinas Minimal Partial Total
Pagi 3 13 0
Sore 3 17 0
Malam 4 17 0
KONVERSI KE RUMUS DOUGLAS
Jumlah
Jadwal Dinas Minimal Partial Total Perawat
Pagi 0,51 3,51 0 4
Sore 0,42 2,55 0 3
Malam 0,4 1,19 0 2
Jumlah secara keseluruhan perawat dalm perhari 9 orang
Berdasarkan tabel diatas
didapatkan bahwa total jumlah
perawat yang dibutuhkan pada hari
kamis sebanyak 9 orang yang terdiri
dari shift pagi sebanyak 4 orang, shift
sore 3 orang, dan shift malam 2 orang.

3) Sabtu, 21 Mei 2022


Jadwal Dinas Minimal Partial Total
Pagi 2 12 2
Sore 2 12 1
Malam 3 16 1
KONVERSI KE RUMUS DOUGLAS
Jumlah
Jadwal Dinas Minimal Partial Total Perawat
Pagi 0,34 3,24 0,72 5
Sore 0,28 1,8 0,30 3
Malam 0,3 1,12 0,20 2
Jumlah secara keseluruhan perawat dalm perhari 10 orang
Berdasarkan tabel diatas

99
didapatkan bahwa total jumlah
perawat yang dibutuhkan pada hari
kamis sebanyak 10 orang yang terdiri
dari shift pagi sebanyak 5 orang, shift
sore 3 orang, dan shift malam 2 orang.

4) Minggu, 22 Mei 2022


Jadwal Dinas Minimal Parsial Total
Pagi 2 12 4
Sore 3 10 4
Malam 3 15 2
KONVERSI KE RUMUS DOUGLAS
Jadwal Dinas Minimal Parsial Total Jumlah
Perawat
Pagi 0,34 3,24 1,44 5
Sore 0,42 1,5 1,2 3
Malam 0,3 1,05 0,4 2
Jumlah secara keseluruhan perawat dalm perhari 10 orang
Berdasarkan tabel diatas
didapatkan bahwa total jumlah
perawat yang dibutuhkan pada hari
kamis sebanyak 10 orang yang terdiri
dari shift pagi sebanyak 5 orang, shift
sore 3 orang, dan shift malam 2 orang.

5) Senin, 23 Mei 2022


Jadwal Dinas Minimal Partial Total
Pagi 2 10 3
Sore 3 5 3
Malam 3 3 3
KONVERSI KE RUMUS DOUGLAS
Jumlah
Jadwal Dinas Minimal Partial Total Perawat
Pagi 0.34 2,7 1,08 4

100
Sore 0.42 0,75 0,9 2
Malam 0.3 0,21 0,6 2
Jumlah secara keseluruhan perawat dalm perhari 8 orang
Berdasarkan tabel diatas
didapatkan bahwa total jumlah
perawat yang dibutuhkan pada hari
kamis sebanyak 8 orang yang terdiri
dari shift pagi sebanyak 4 orang, shift
sore 2 orang, dan shift malam 2 orang.

6) Selasa, 24 Mei 2022


Jadwal Dinas Minimal Parsial Total
Pagi 2 9 3
Sore 1 9 4
Malam 3 7 3
KONVERSI KE RUMUS DOUGLAS
Jadwal Dinas Minimal Parsial Total Jumlah
Perawat
Pagi 0,34 2.43 1,08 4
Sore 0,14 1.35 1.2 3
Malam 0,10 0,7 0,6 2
Jumlah secara keseluruhan perawat dalm perhari 10 orang
Berdasarkan tabel diatas
didapatkan bahwa total jumlah
perawat yang dibutuhkan pada hari
kamis sebanyak 10 orang yang terdiri
dari shift pagi sebanyak 4 orang, shift
sore 3 orang, dan shift malam 2 orang.

7) Rabu, 25 Mei 2022


Jadwal Dinas Minimal Parsial Total
Pagi 4 12 2

101
Sore 3 15 3
Malam 3 16 3
KONVERSI KE RUMUS DOUGLAS
Jadwal Dinas Minimal Parsial Total Jumlah
Perawat
Pagi 0,68 3,24 0,72 5
Sore 0,42 2,25 0,9 4
Malam 0,3 1.12 0,6 2
Jumlah secara keseluruhan perawat dalm perhari 11 orang
Berdasarkan tabel diatas
didapatkan bahwa total jumlah
perawat yang dibutuhkan pada hari
kamis sebanyak 11 orang yang terdiri
dari shift pagi sebanyak 5 orang, shift
sore 4 orang, dan shift malam 2 orang.

REKAPAN TOTAL
Jadwal Dinas Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kebutuhan Rata-Rata
Perawat Per Shift
Pagi 4 4 5 5 4 4 5 5
Sore 3 3 3 3 2 3 4 3
Malam 3 2 2 2 2 2 2 3
Berdasarkan tabel diatas
didapatkan bahwa kebutuhan rata-rata
perawat pershift berbeda, diantara
pada shift pagi kebutuhan rata-rata
perawat pershift sebanyak 5 orang,
shift sore sebanyak 3 orang, dan shift
malam sebanyak 3 orang.
Dengan begitu beban kerja
yang dirasakan perawat yaitu sedang,
hal ini disebabkan karena pada setiap
shift sore dan malam perawat yang
bertugas hanya 3 orang. Sedangkan
rata-rata jumlah pasien berkisar 20-25

102
orang, dengan harus melaksanakan
observasi pasien secara ketat dan terus
menerus yang harus dilakukan demi
kesehatan dan keselamatan pasien
selama jam kerja berlangsung. Tetapi
meskipun begitu perawat dapat
menyelesaikan pekerjaan nya dengan
baik meski pekerjaan banyak perawat
tetap menikmati pekerjaan tersebut.
b. Keterbatasan Pada Saat Implementasi
1) Terbatasnya waktu pada saat melaksanakan diskusi kepada
perawat, karena Perawat memiliki pekerjaan dan kesibukan
di ruangannya.
2) Terpotongnya waktu untuk melaksanakan sosialisasi
bersamaan dengan pelaksanaan Try Out Mahasiswa Profesi
Ners.
3. Belum meratanya penerapan standar asuhan
keperawatan berbasis SDKI, SLKI, SIKI
a. Melaksanakan kegiatan sosialisasi penerapan standar asuhan

keperawatan berbasis SDKI, SLKI, SIKI

Pada hari Rabu dan Kamis ,25

Mei dan 2 Juni 2022 telah

terlaksananya sosialisasi dan

pendampingan mengenai penerapan

asuhan keperawatan berbasis SDKI,

SLKI, dan SIKI, yang diikuti oleh

Ketua Tim dan Perawat pelaksana di

Ruang RPA. Kami menyiapkan materi

103
mengenai penerapan asuhan

keperawatan sesuai dengan buku

SDKI, SLKI dan SIKI. Adapun hasil

yang didapatkan ketua tim dan

perawat pelaksana sudah memahami

bagaimana penerapan asuhan

keperawatan berbasis SDKI, SLKI,

dan SIKI.

b. Membuat format SAK 10 diagnosa keperawatan terbanyak

diruangan dengan berbasis SDKI, SLKI, SIKI dan memfasilitasi

referensi buku SDKI, SLKI, dan SIKI

Pada tanggal 06 juni 2022

kami telah membuat format standar

asuhan keperawatan 10 diagnosa yang

paling sering muncul diruangan

(format terlampir) yaitu hipertermi,

deficit nutrisi, gangguan rasa nyaman,

intoleransi aktivitas, gangguan

mobilitas fisik, pola napas tidak

efektif, bersihan jalan napas tidak

efektif, nyeri akut, risiko

ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit dan risiko cidera dan

104
menyiapkan buku SDKI, SLKI, dan

SIKI untuk diberikan ke ruangan dan

menjadi referensi di ruangan.

c. Keterbatasan Pada Saat Implementasi


1) Terbatasnya waktu saat implementasi dan pendampingan
dikarenakan sibuk dan banyaknya tugas perawat di
Ruangan.
2) Terpotongnya waktu untuk melaksanakan sosialisasi
bersamaan dengan pelaksanaan Try Out Mahasiswa Profesi
Ners.

105
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil kajian situasi dari
manajemen di Ruang RPA RS Juanda Kuningan
terdapat beberapa poin yang dapat disimpulkan
yaitu:
1. Belum optimalnya penerapan metode tim
sesuai dengan teori di Ruang RPA.
2. Belum optimalnya perhitungan beban kerja
di ruang RPA
3. Belum ratanya penerapan asuhan
keperawatan berbasis SDKI, SLKI, dan
SIKI di ruang RPA
6.2 Saran

6.2.1 Bagi Ruang RPA RS Juanda


1. Diharapkan penerapan model metode
tim sesuai teori dapat dilaksanakan
secara optimal di ruang RPA RS
Juanda Kuningan.
2. Diharapkan mampu mengetahui
perhitungan beban kerja di ruang RPA
RS Juanda Kuningan.
3. Diharapkan mampu memahami dan
meratanya penerapan asuhan
keperawatan berbasis SDKI, SLKI,
dan SIKI

6.2.2 Bagi Mahasiswa Profesi Ners


Diharapkan mahasiswa bisa
memahami konsep manajemen
keperawatan serta dapat mengaplikasikan

106
dikemudian hari, selain itu mahasiswa
diharapkan mampu memahami situasi dan
kondisi sesuai visi dan misi rumah sakit.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan Metode Keperawatan TIM

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema : Sosialisasi Metode Keperawatan Tim


Hari/ Tanggal : Selasa-Kamis, 24-26 Mei 2022
Tempat : Ruang Perawatan Anak
Sasaran : RS Juanda Kuningan
Sub Pokok Bahasan : Sosialisasi Tentang Metode Keperawatan Tim
1. Pengertian Metode
Keperawatan Tim
2. Tujuan Metode
Keperawatan Tim
3. Kelebihan Dan
Kelemahan Metode
Keperawatan Tim

107
4. Tanggung Jawab
Perawat dalam Asuhan
Keperawatan Tim
A. TUJUAN
a) Tujuan umum sosialisasi diharapkan semua
Perawat dapat mengerti tentang metode
keperawatan tim dan pelaksanaanya
b) Tujuan khusus
1. Perawat mengerti tentang definisi
Metode Keperawatan Tim
2. Perawat mengerti tentang tujuan
Metode Keperawatan Tim
3. Perawat mengerti tentang kelebihan dan
kelemahan Metode Keperawatan Tim
4. Perawat dapat mengetahui peran dan
fungsi Karu, Katim dan Anggota Tim
dalam menjalankan fungsi POAC
5. Perawat dapat memahami fungsi
ketenagaan dalam melaksanakan
Metode Keperawatan Tim
B. METODE PENYULUHAN
1. Pemaparan Bahasan Sosialisasi
2. Tanya jawab
3. Diskusi
C. MEDIA
Power point
No Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan Metode
Kegiatan Penyuluhan peserta
1. Pembukaan 5 Menit 1.  Ceramah dan
M M tanya jawab

2. 
M M

108
3. 
M M

4. 
M B

2. Pemberian 15 1.  Ceramah dan


Materi Menit P M tanya jawab

2. 
T M

3. 
K M

4.
T

3. Diskusi 10 1.  Ceramah dan


Menit M M tanya jawab

2. 
M M


B

4. Penutup 5 Menit 1.  Ceramah dan


M M tanya jawab

2. 
M M


M

MATERI METODE TIM

1. Pengertian
Model Praktik Keperawatan Profesional

109
(MPKP) adalah suatu sistem meliputi struktur,
proses dan nilai-nilai profesional yang
memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut. Menurut (Sitorus & Yulia,
2006) dalam skripsi (Anggita, 2021) MPKP
terdiri dari lima komponen antara lain nilai-nilai
profesional, pendekatan manajemen, metode
pembagian asuhan keperawatan, hubungan
profesional dan sistem kompensasi dan
penghargaan.
Metode Asuhan Keperawatan Profesional
Tim merupakan metode pemberian pelayanan
asuhan keperawatan dimana perawat ruangan
dibagi menjadi dua sampai tiga tim, dalam satu
tim terdiri dari enam sampai tujuh perawat yang
dipimpin oleh perawat profesional sebagai ketua
tim untuk memberikan pelayanan asuhan
keperawatan terhadap beberapa pasien yang
dirawat (Suryani, 2018).
Dalam metode asuhan keperawatan
profesional tim sekelompok tenaga keperawatan
memberikan pelayanan asuhan keperawatan
kepada pasien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Magopa, Linnie, & Rivelino, 2017)
Metode asuhan keperawatan profesional
tim berlandaskan pada keyakinan bahwa setiap
anggota tim mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan pelayanan
asuhan keperawatan agar tumbuh motivasi dan

110
rasa tanggung jawab pada diri perawat, sehingga
mutu asuhan keperawatan dapat meningkat
(Ulfa, 2014). Perawat profesional sebagai ketua
tim harus mampu menerapkan teknik dan gaya
kepemimpinan untuk mengkoordinasi
anggotanya, selain itu anggota tim harus
menghargai kepemimpinan dari ketua tim
tersebut (Nursalam, 2015) dalam (Anggita,
2021).

2. Tujuan
Penerapan metode asuhan keperawatan
profesional tim lebih diminati karena
berorientasi pada kebutuhan pasien, mudah
untuk mengetahui perkembangan pasien dan
mendukung proses pelaksanaan keperawatan
(Suryani, 2018). Uraian tersebut sesuai dengan
tujuan dari metode ini yaitu memfasilitasi
pelayanan keperawatan yang komprehensif,
menerapkan penggunaan proses keperawatan
sesuai standar, dan menyatukan kemampuan
anggota tim yang berbeda-beda (Hasibuan,
2018).
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode
Keperawatan Tim
Kelebihan dari metode asuhan
keperawatan profesional tim menurut (Suryani,
2018) dan (Ulfa, 2014) yaitu pertama pelayanan
keperawatan pada pasien yang menyeluruh.
Dalam metode asuhan keperawatan profesional

111
tim pelayanan yang diberikan kepada pasien
dapat diberikan secara maksimal dan
menyeluruh karena perawat bertanggung jawab
dengan pasien sesuai pembagian dan akan lebih
fokus untuk memberikan pelayanan.
Kedua mendukung pelaksanaan proses
keperawatan. Dalam metode asuhan
keperawatan profesional tim perawat dalam
melaksanaan proses keperawatan dimulai dari
pengkajian sampai evaluasi akan melakukan
tugasnya dengan lebih fokus sehingga sehingga
pelaksanaan proses keperawatan akan berjalan
secara maksimal.
Ketiga terbentuknya komunikasi antar
tim untuk meminimalisir adanya konflik.
Dengan metode asuhan keperawatan profesional
tim tugas dan pasien sudah terbagi oleh masing-
masing tim pada saat timbang terima sehingga
akan terbentuk tanggung jawab dalam perawatan
dan meminimalisir adanya konflik.
Keempat memberikan kepuasan antar
anggota tim dan pasien. Pemberian pelayanan
keperawatan yang sudah terbagi-bagi dan lebih
fokus dalam memberikan tindakan keperawatan
akan menimbulkan kepuasan pada diri pasien
karena pasien akan merasa lebih diperhatikan,
sedangakan jika pasien merasakan puas dalam
pelayanan yang diberikan maka akan memicu
kepuasan kerja pada diri perawat.
Kelima lebih mudah untuk mengetahui
perkembangan kesehatan pasien. Dalam metode

112
asuhan keperawatan profesional tim perawat
akan fokus untuk memberikan pelayanan pasien
sesuai dengan pembagian dengan maksimal
sehingga akan mempermudah perawat untuk
mengontrol perkembangan kesehatan pasien.
Dan yang terakhir adalah perawat akan bekerja
lebih produktif sehingga kemampuan perawat
akan lebih mudah terlihat. Dengan pembagian
tugas dan pembagian pasien dalam metode
asuhan kepeawatan profesional tim membuat
perawat dalam melakukan tindakan keperawatan
lebih mudah untuk diobservasi dan kemampuan
pada perawat yang sebelumnya belum disadari
akan muncul sehingga akan mudah untuk dinilai
apakah perawat tersebut sudah berpengalaman
atau belum.
Kelemahan dari metode asuhan
keperawatan profesional tim menurut (Suryani,
2018) dan (Hasibuan, 2018) yaitu pertama
membutuhkan banyak waktu untuk
berkoordinasi. Dalam metode asuhan
keperawatan profesional tim sebelum
melaksanakan tugas maka harus berkoordinasi
terlebih dahulu mengenai tugas yang akan
dikerjakan sehingga akan memakan waktu kerja
perawat.
Kedua sulit jika dilaksanakan pada waktu
yang sibuk. Dalam kelemahan metode asuhan
keperawatan profesional tim sebelumnya yaitu
membutuhkan waktu untuk berkoordinasi
sehingga waktu perawat dalam memberikan

113
pelayanan keperawatan akan berkurang, apabila
didalam ruangan tersebut sangat padat dengan
pasien yang menempati ruangan penuh maka
metode ini kurang efektif karena akan
menimbulkan kurangnya waktu perawat dalam
menyelesaikan tugasnya.
Ketiga metode tim kurang efektif untuk
dilakukan apabila koordinasi dalam satu tim
kurang baik. Terbentuknya tim dalam satu
rungan terdiri dari beberapa perawat dengan satu
perawat yang sudah profesional, jika dalam satu
tim tersebut komunikasi terbentuk kurang baik
dan terjadi konflik antar anggota dalam satu tim
akan menimbulkan dampak dan munculnya
konflik dalam pemberian pelayanan
keperawatan.
Keempat perawat yang kurang dalam
pengalaman bekerja akan lebih bergantung
dengan perawat yang sudah memiliki
pengalaman bekerja yang banyak untuk
menyelesaikan tugasnya. Terbentuknya tim
dalam ruangan terdiri dari beberapa perawat dan
dalam satu tim kemampuan setiap perawat
berbeda-beda ada perawat yang sudah
berpengalaman dan perawat yang kurang
berpengalaman karena beberapa faktor sehingga
perawat yang kurang berpengalaman yang
kurangnya niat untuk belajar akan menambah
beban kerja pada perawat yang sudah
berpengalaman.
Dan yang terakhir adalah apabila dalam

114
pembagian tugas tidak jelas maka tanggung
jawab dalam tim akan hancur. Dalam metode
asuhan keperawatan profesional tim terdapat
ketua tim yang ditunjuk oleh kepala ruang, salah
satu tugas dari ketua tim yaitu membagi tugas
kepada anggota tim dan bertanggung jawab atas
tugas tersebut namun jika pembagian yang
diberikan atau dalam komunikasi saat
pembagian tugas kurang jelas dapat
mengakibatkan rasa tanggung jawab dalam
anggota tim hancur.
4. Peran dan fungsi Karu, Katim dan Anggota
Tim dalam menjalankan fungsi POAC
a. Kepala Ruangan
1) Fungsi sebagai koordinator dalam
tugasnya
a) Menetapkan standar kinerja yang
diharapkan darin staf
b) Memberikan kesempatan kepada
ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinanya
c) Mengorientasikan tenaga baru
tentang metode tim
d) Menjadi narasumber bagi ketua tim
e) Mendorong staf untuk
meningkatkan kemampuannya
f) Menciptakan iklim komunikasi
terbuka
2) Fungsi manajemen
a) Perencanaan

115
(1) Menentukan tim dan
anggotanya serta menentukan
pasien yang akan menjadi
kelolaannya
(2) Mengidentifikasi tingkat
ketergantungan pasien bersama
ketua tim
(3) Mengidentifikasi jumlah
anggota tim yang dibutuhkan
bersama ketua tim
(4) Merencanakan strategi
pelaksanaaan asuhan
keperawatan yaitu dengan
fokus terhadap masalah
keperawatan yaitu dengan
fokus terhadap masalah
keperawatan yang ditemukan
saat ini
(5) Mengikuti ronde tim kesehatan
lain untuk mengetahui rencana
tindakan yang akan dilakukan
dan mendiskusinya kondisi
pasien bersama ketua tim
b) Pengorganisasian
(1) Menetapkan metode penugasan
yang digunakan, yaitu metode
tim
(2) Menetapkan ketua tim dan
tugasnya dengan rentang
kendali 2-3 tim

116
(3) Bersama ketua tim,
menetapkan anggota tim dan
tugasnya dengan rentang
kendali 3-5 perawat setiap tim
c) Pengarahan
(1) Memberikan pengarahan
tentang peningkatan kerjasama
antara anggota tim
(2) Memberikan penguatan dan
motivasi kepada ketua tim dan
anggotanya atas pelaksanaan
tugas
(3) Mengadakan konferensi
dengan ketua tim dan
anggotanya terhadap
pelaksanaan tugas asuhan
keperawatan
(4) Melakukan bimbingan dan
bantuan bersama ketua tim
terhadap anggota tim dalam
pelaksanaan asuhan
keperawatan
d) Pengawasan
(1) Melakukan pengawasan
dengan atau melalui ketua tim
terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan
(2) Melakukan pengawasan tidak
langsung melalui dokumentasi
asuhan keperawatan

117
(3) Menerima laporan ketua tim
saat ronde keperawatan
b. Ketua Tim
1) Fungsi Tugas ketua tim
Ketua tim sebagai perawat
profesional harus mampu menggunakan
berbagai tehnik kepemimpinan,
merencanakan dan mengambil keputusan
dalam memprioritaskan kebutuhan
pasien, melakukan supervisi dan
mengevaluasi asuhan keperawatan.
Adapun tanggung jawab ketua tim
sebagai berikut:
a) Mengkaji dan menetapkan rencana
asuhan keperawatan setiap pasien
b) Mengkordinasikan rencana asuhan
keperawatan dengan tindakan medik
c) Membagi tugas yang harus
dilaksanakan oleh setiap anggota tim
dan memberi bimbingan melalui
konferensi
d) Mengevaluasi asuhan keperawatan
baik proses atau hasil yang
diharapkan serta
mendokumentasikannya.
Kemampuan ketua tim adalah sebagai
berikut :
a) Membuat perencanaan berdasarkan tugas yang telah didelegasikan
oleh kepala ruangan
b) Membuat prioritas kebutuhan asuhan keperawatan
c) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan

118
d) Mengembangkan kemampuan anggota dalam memberikan asuhan
keperawatan
e) Menyelengarakan konferensi
2) Tugas ketua tim ditinjau dari fungsi
manajemen
a) Perencanaan
(1) Bersama kepala ruangan (untuk
shift pagi) melakukan timbang
terima tugas dari perawat dinas
malam
(2) Menerima pendelegasian tugas
dari kepala ruangan dan
melakukan pembagian tugas
perawatan pasien kepada
anggota tim sebagai perawat
pelaksana
(3) Menyusun rencana asuhan
keperawatan pasien.
b) Pengorganisasian
(1) Memberikan penugasan kepada
anggota timn untuk merawat
pasien kelolaannya sesuai
dengan rencana yang telah
dibuat
(2) Mendelegasikan pelaksanaan
dokumentasi proses
keperawatan kepada anggota tim
yang telah mampu sesuai
dengan pasien kelolaannya

119
(3) Mengkoordinir pekerjaan yang
akan dan harus dikolaborasikan
kepada tim kesehatan lain
(4) Mengatur waktu istirahat
anggota tim
c) Pengarahan
(1) Melakukan komunikasi
langsung dengan anggota tim
dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan
(2) Memberikan pengarahan tugas-
tugas yang harus dilaksanakan
oleh anggota tim sesuai dengan
pasien kelolaannya dan rencana
yang dibuat
(3) Mengingatkan anggota tim
untuk segera
mendokumentasikan tindakan
keperawatan yang telah
dilakukan
(4) Memberika penguatan kepada
anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
d) Pengawasan
(1) Melakukan pengawasan
langsung kepada anggota tim
dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan
(2) Melakukan pengawasan tidak
langsung melalui dokumentasi
tindakan keperawatan

120
c. Anggota Tim
Sebagai pelaksana asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun oleh ketua
tim diharapkan:
1) Menyadari bahwa mereka bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
tugas asuhan keperawatan sesuai dengan pasien kelolaannya
2) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan dengan
sebaik-baiknya
3) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
dikerjakan
4) Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim
5. Ketenagaan
Jumlah tenaga yang dibutuhkan dalam
melaksanakan metode tim ditentukan berdasarkan
klasifikasi pasien. Untuk itu perlu diidentifikasi
tingkat ketergantungan pasien sehingga pasien
dapat diklasifikasikan kategorinya.
Sebagai contoh diunit medikal bedah
kategori ketergantungan pasien dibagi kedalam:
a) Minimal care yang membutuhkan 1-2 jam
perawatan langsung per 24 jam
b) Parsial care yang membutuhkan 3-4 jam
perawatan langsung per 24 jam
c) Total care yang membutuhkan 5-6 jam
perawatan langsung per 24 jam
Adapun komponen dasar klasifikasi pasien
dan cara menentukannya dapat dilihat pada contoh
format klasifikasi pasien pada tabel 1. dibawah
ini. Setelah klasifikasi diperoleh, dapat ditentukan
jumlah perawat yang dibutuhkan pada shift pagi,

121
sore, dan malam menurut perhitungan Douglas
(2005).

Tabel 1.
Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Klasifikasi Pasien di Ruang
Rawat
Jumlah
Pasien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0.17 0.14 0.10 0.27 0.15 0.07 0.36 0.30 0.20
2 0.34 0.28 0.20 0.54 0.30 0.14 0.72 0.60 0.40
3 0.51 0.42 0.30 0.81 0.45 0.21 1.08 1.90 0.60
4 0.68 0.56 0.40 1.08 0.60 0.28 1.44 1.20 0.80
5 0.85 0.70 0.50 1.35 0.75 0.35 1.80 1.50 1.00
6 1.02 0.84 0.60 1.62 0.90 0.42 2.16 1.80 1.20
7 1.19 0.98 0.70 1.89 1.05 0.49 2.52 2.10 1.40
8 1.36 1.12 0.80 2.16 1.20 0.56 2.88 2.40 1.60
9 1.53 1.26 0.90 2.43 1.35 0.63 3.24 2.70 1.80
10 1.70 1.40 0.100 2.70 1.50 0.70 3.60 3.00 2.00
Sebagai contoh:
Ruang wanita Bedah Irna saat ini merawat 15 orang pasien dengan klasifikasi 7
orang minimal care, 6 orang parsial care, dan 2 orang total care, maka jumlah
perawat yang dibutuhkan setiap shift adalah seperti yang terlihat pada tabel 2.

Tabel 2.
Jumlah Kebutuhan Perawat Berdasarkan
Klasifikasi Pasien Setiap Shift
Jumlah dan Shift
Klasifikasi Pagi Sore Malam
pasien
Minimal care = 7 7 x 0.17 = 1.19 7 x 0.14 = 0.98 7 x 0.10 = 0.70
Parsial care = 6 6 x 0.27 = 1.26 6 x 0.15 = 0.90 6 x 0.07 = 0.42
Total care = 2 2 x 0.36 = 0.72 2 x 0.30 = 0.60 2 x 0.20 = 0.40
Jumlah Perawat 3.53 = 4 orang 2.48 = 3 orang 1.52 = 2 orang

Berarti ruang bedah Irna wanita tersebut hari tersebut membutuhkan jumlah
perawat sebanyak 9 orang yang terdiri dari:

122
1. Dinas pagi 4 perawat yang selanjutnya dibagi
menjadi 2 tim
a. Tim I (2 perawat + ketua tim) merawat;
1) 4 pasien minimal care
2) 3 pasien parsial care
3) 1 pasien total care
b. Tim II (2 perawat + ketua tim) merawat ;
1) 3 pasien minimal care
2) 3 pasien parsial care
3) 1 pasien total care
2. Dinas sore 1 tim terdiri dari 3 perawat + ketua
tim
3. Dinas malam 1 tim terdiri dari 2 perawat + 1
ketua tim
Total perawat = 13 orang perawat terdiri dari 9
perawat + 4 ketua tim

6. Pencatatan Dan Pelaporan


a. Pencatatan
Dalam metode tim, catatan
perawatan dilakukan dengan sistem
dokumentasi proses keperawatan yang
dikerjakan oleh ketua tim dibawah
pengawasan kepala ruangan berpedoman
pada standar asuhan keperawatan. Adapun
peran ketua tim dalam pencatatan meliputi:
1) Pengkajian perawatan
a) Merumuskan diagnosa keperawatan

123
b) Mengidentifikasi dan
merencanakan tindakan
keperawatan
c) Mengkomunikasikan rencana
keperawatan kepada anggota tim
d) Memonitor pendokumentasian
tindakan keperawatan yang
dilakukan anggota tim
b. Pelaporan
Pelaporan dokumentasi asuhan
keperawatan dilakukan oleh ketua tim
kepada kepala ruangan dan kepada ketua
tim shift berikutnya melalui mekanisme
timbang terima yang terdiri dari :
1) Masalah keperawatan
2) Masalah kolaborasi
3) Tindakan yang telah dilakukan
4) Tindakan yang akan dilakukan
5) Evaluasi perkembangan berupa :
masalah yang teratasi, sebagian
teratasi, belum teratasi, atau ada
masalah baru.

124
KUESIONER METODE TIM

Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan cara memberi
tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d
3. Tanyakan langsung pada peneliti bila ada yang tidak pahami.
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan metode tim?
a. Metoda yang terdiri dari anggota yang berbeda dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien.
b. Metode yang terdiri dari anggota yang berbeda dalam memberikan suatu
tindakan tertentu kepada sekelompok pasien.
c. Metoda yang terdiri dari anggota yang berbeda dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada sebagian pasien.
d. Metoda yang dilaksanakan dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama
2. Apa kekurangan dari metoda tim?
a. Pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Komunikasi antar anggota tim terbentuk dalam bentuk konferensi tim
yang membutuhkan waktu.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim.
d. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3. Apa yang menjadi tanggung jawab kepala ruangan, kecuali?
a. Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
b. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien
c. Mengetahui kondisi pasien
d. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
4. Bagaimana konsep metode tim, kecuali?
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan

125
b. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim
5. Apa kelebihan menggunakan metode tim, kecuali?
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
d. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi
6. Siapa saja yang ada dalam tim/group?
a. Tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu kelompok
b. Tenaga professional saja
c. Tenaga professional dan teknikal
d. Teknikal dan pembantu dalam satu tim
7. Apa tanggung jawab sebagai anggota tim, kecuali?
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya
b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c. Menerima pasien dan memenuhi kebutuhan pasien
d. Memberikan laporan
8. Apa tanggung jawab sebagai ketua tim?
a. Membuat perencanaan, penugasan, supervise dan evaluasi
b. Membuat jadwal perjanjian klinis
c. Membuat perencanaan
d. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
9. Dalam metode tim, biasanya ketua tim membawahi berapa perawat?
a. 1 perawat
b. 2-3 perawat
c. 4-5 perawat
d. Lebih dari 5 perawat
10. Apa peran kepala ruangan sebagai pengorganisasian?
a. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

126
b. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
c. Merumuskan metode penugasan yang digunakan dan merumuskan tujuan
metode penugasan
d. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

(Sumber: Penelitian Niza Siti Mukaromah)

127
Lampiran 2 Kuesioner Pre-Post Test Metode Keperawatan TIM

KUESIONER PRE TEST

128
KUESIONER POST TEST

129
Lampiran 3 Dokumentasi

DOKUMENTASI SOSIALISASI METODE TIM

130
131
Lampiran 4 Dokumentasi Tingkat Kepuasan Pasien

132
Lampiran 5 SAP asuhan keperawatan berbasis SDKI, SLKI, dan SIKI

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


SOSIALISASI PENDOLUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
BERBASIS SDKI, SLKI DAN SIKI

Pokok Bahasan : Pendokumentasian


Asuhan Keperawatan
Berbasis SDKI, SLKI
dan SIKI
Sub Pokok Bahasan : Sosialisasi
Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan
Berbasis SDKI, SLKI
dan SIKI
Sasaran : Perawat Ruang RPA Rs. Juanda Kuningan
Tempat : Ruang RPA Rs. Juanda Kuningan
Hari/Tanggal : Selasa, 24 Mei 2022
Waktu : 25 Menit
Penyuluh : Mahasiswa

I. TUJUAN
4. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan sosialisasi
diharapkan sasaran mampu mengaplikasi
asuhann keperawatan berbasis SDKI,
SLKI dan SIKI
5. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan sosialisasi
diharapkan sasaran mampu :
a. Menjelaskan pengertian Asuhan Keperawatan berbasis SDKI,
SLKI dan SIKI

133
b. Mampu menerapkan pendokumentasian Asuhan Keperawatan
berbasis SDKI, SLKI dan SIKI
c. Menyebutkan kegunaan Asuhan keperawatan berbasis SDKI, SLKI
dan SIKI
II. MATERI
Terlampir
III. METODE
- Ceramah
- Tanya Jawab
- Demonstrasi
- Kuesioner (Pre dan Post Test)
IV. MEDIA
- Buku SDKI, SLKI dan SIKI
V. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Kegiatan
Mahasi Pera
swa wat
P 1. M 1. M
en e
( gu n
ca j
pk a
an w
sal a
am b
da S
n a
me l
m a
pe m
rk 2. M

134
en e
alk n
an d
dir e
i n
2. M g
enj a
ela r
sk k
an a
Tu n
jua
n
P 1. M 1. P
ela e
( ks r
an a
ak w
an a
Pr t
e m
Te e
st n
2. M g
em i
be s
rik i
an K
M u
ate e
ri s

135
me i
ng o
en n
ai e
pe r
nd P
ok r
u e
me T
nta e
sia s
n t
As 2. M
uh e
an n
Ke d
pe e
ra n
wa g
tan a
be r
rb k
asi a
s n
S d
D a
KI n
, m
SL e
KI n
da y

136
n i
SI m
KI a
3. M k
ela m
ks a
an t
ak e
an r
tan i
ya y
ja a
wa n
b g
4. M d
en i
de b
m e
on r
str i
asi k
ka a
n n
se 3. P
kal e
ig r
us a
be w
rdi a
sk t
usi a

137
me k
ng ti
en f
ai d
tat a
a l
car a
a m
me
m m
ba e
ca n
bu g
ku a
As j
uh u
an k
Ke a
pe n
ra p
wa e
tan r
be t
rb a
asi n
s y
S a
D a
KI n
, 4. P
SL e

138
KI r
da a
n w
SI a
KI t
5. M m
ela e
ks n
an g
ak i
an k
Po u
st ti
Te a
st p
a
y
a
n
g
M
a
h
a
s
i
s
w
a
d
e

139
m
o
n
t
r
a
s
i
k
a
n
5. P
e
r
a
w
a
t
m
e
n
g
i
s
i
k
u
e
s
i
o

140
n
e
r
P
o
s
t
T
e
s
t
E Mengevalu 1. P
asi e
( Penget r
ahuan a
Perawa w
t: a
1. M t
em m
int e
a n
Pe j
ra e
wa l
t a
un s
tu k
k a
me n
nje c
las a

141
ka r
n a
ba p
gai e
ma n
na d
car o
a k
pe u
nd m
ok e
u n
me t
nta a
sia s
n i
As a
uh n
an A
Ke s
pe u
ra h
wa a
tan n
Be K
rb e
asi p
s e
S r
D a
KI w

142
, a
SL t
KI a
da n
n b
SI e
KI r
2. M b
em a
int s
a i
pe s
ra S
wa D
t K
un I,
tu S
k L
me K
nc I
ari d
Di a
ag n
no S
sa I
ke K
pe I
ra 2. P
wa e
tan r
di a

143
bu w
ku a
S t
D m
KI a
m
p
u
m
e
n
c
a
r
i
D
i
a
g
n
o
s
a
k
e
p
e
r
a
w
a

144
t
a
n
d
i
b
u
k
u
S
D
K
I
s
e
c
a
r
a
m
a
n
d
i
r
i

VI. KRITERIA EVALUASI


a. Evaluasi Struktur

145
- Perawat peserta sosialisasi hadir di
tempat sosialisasi
- Penyelenggaraan Pre dan Post Test, dan
sosialisasi pendokumentasian Asuhan
Keperawatan berbasis SDKI, SLKI dan
SIKI dilaksanakan di Ruang RPA
- Pelaksanaan dan sosialisasi sudah
dikonsulkan dengan
pembimbing
- Peran dan tugas mahasiswa sesuai
dengan rencana
- Tempat dan alat tersedia sesuai dengan
rencana
b. Evaluasi Proses
- Peserta mengamati terhadap materi
sosialisasi
- Peserta mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan
- Peserta berperan aktif selama kegiatan
berlangsung
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
waktu yang direncanakan
c. Evaluasi Hasil
- Pre : Peserta antusias terhadap
materi sosialisasi
- Post : Peserta memahami dengan
baik materi penyuluhan
yang disampaikan oleh
penyaji
Setelah sosialisasi diharapkan perawat
mampu mengerti dan memahami penyuluhan

146
yang diberikan dan sasaran mampu
mendokumentasikan Asuhan Keperawatan
berbasis SDKI, SLKI dan SIKI.

147
MATERI SOSIALISASI

A. PENGERTIAN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN

Diagnosis Keperawatan adalah suatu


penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan ini bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan.
B. KLASIFIKASI DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
International Council of Nurses (ICN)
sejak tahun 1991 telah mengembangkan suatu
sistem klasifikasi yang disebut dengan
International Classification for Nursing
Practice (ICNP).
ICNP membagi diagnosis keperawatan
menjadi 5 kategori, yaitu Fisiologis, Psikologis,
Perilaku, Relasional dan Lingkungan (Wake &
Coenen, 1998).

148
C. JENIS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi 2
jenis, yaitu Diagnosis Negatif dan Diagnosis
Positif.
1. Diagnosis Negatif

Menunjukan bahwa klien dalam kondisi


sakit atau beresiko mengalami sakit
sehingga penegakan diagnosis ini akan
mengarahkan pemberian intervensi
keperawatan yang bersifat penyembuhan,
pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini
terdiri dari Diagnosis Aktual dan
Diagnosis Resiko.
2. Diagnosis Positif
Menunjukan bahwa klien dalam kondisi
sehat dan dapat mencapai kondisi yang
lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini

149
disebut juga dengan istilah Diagnosis
Promosi Kesehatan (ICNP, 2015; Standar
Praktik Keperawatan Indonesia – PPNI,
2005).
Berikut penjabaran lengkap mengenai
macam-macam diagnosis tersebut diatas
(Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013).
1. Diagnosis Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respon
klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupan yang menyebabkan klien
mengalami masalah kesehatan. Tanda atau
gejala mayor dan minor dapat ditemukan
dan divalidasi pada klien secara langsung.
2. Diagnosis Resiko
Diagnosis ini menggambarkan respon
klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang dapat
menyebabkan klien beresiko mengalami
masalah kesehatan.
Dalam penegakan diagnosis ini, tidak
akan ditemukan tanda/gejala mayor
ataupun minor pada klien, namun klien
akan memiliki faktor resiko terkait
masalah kesehatan yang mungkin akan
dialaminya dikemudian hari.
3. Diagnosis Promosi Kesehatan
Diagnosis ini menggambarkan adanya
keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke
tingkat yang lebih baik atau optimal.

150
D. KOMPONEN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan memiliki 2
komponen utama, yaitu Masalah (Problem)
atau Label Diagnosis dan Indikator
Diagnostik.
1. Masalah (Problem)
Masalah merupakan label diagnosis
keperawatan yang menggambarkan inti
dari respon klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya.
2. Indikator Diagnostik
Indikator diagnostik terdiri dari
penyebab, tanda/gejala, dan faktor resiko
dengan uraian sebagai berikut.
a. Penyebab (Etiology)
Merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Etiologi ini dapat mencakup 4 kategori, yaitu;
 Fisiologis, Biologis atau Psikologis,
 Efek Terapi/Tindakan,
 Situasional (lingkungan atau personal)
 Maturasional
b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)
Tanda merupakan data objektif yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan prosedur
diagnostik.
Sedangkan gejala merupakan data subjektif
yang diperoleh dari hasil anamnesis atau
pengkajian.
Tanda/gejala ini dikelompokan menjadi 2
kategori, yaitu:

151
 Tanda/Gejala Mayor: Ditemukan sekitar
80% – 100% untuk validasi diagnosis.
 Tanda/Gejala Minor: Tidak harus
ditemukan, namun jika ditemukan dapat
mendukung penegakan diagnosis.

152
c. Faktor Resiko (Risk Factor)
Merupakan kondisi atau situasi yang
dapat meningkatkan kerentanan klien dalam
mengalami masalah kesehatan atau proses
kehidupannya. Indikator diagnosis ini akan
berbeda-beda pada masing-masing macam
jenis diagnosis.
 Pada diagnosis aktual, indikator
diagnostiknya terdiri dari penyebab dan
tanda/gejala.
 Pada diagnosis resiko, tidak memiliki
penyebab dan tanda/gejala, melainkan
hanya faktor resiko saja.
 Pada diagnosis promosi kesehatan, hanya
memiliki tanda/gejala yang menunjukan
kesiapan klien untuk mencapai kondisi
yang lebih optimal.
E. PROSES PENEGAKAN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Proses penegakan diagnosis (diagnostic
process) adalah suatu proses yang sistematis
yang terdiri dari 3 tahap yaitu, analisis data,
identifikasi masalah dan perumusan
diagnosis.
Untuk perawat profesional yang telah
berpengalaman, proses ini dapat dilakukan
secara simultan. Namun untuk perawat yang
belum memiliki pengalaman yang memadai,
setidaknya diperlukan latihan dan pembiasaan
untuk melakukan proses penegakan diagnosis
secara sistematis.
Proses penegakan diagnosis keperawatan

153
diuraikan sebagai berikut;
1. Analisis Data
Tahap pertama dalam proses penegakan
diagnosis keperawatan adalah Analisis data
yang dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut ini.
a. Bandingkan data dengan nilai
normal/rujukan
Data-data yang didapatkan dari
pengkajian, bandingkan dengan nilai-nilai
normal dan identifikasi tanda/gejala yang
bermakna, baik tanda/gejala mayor ataupun
tanda/gejala minor.

b. Kelompokkan data
Tanda/gejala yang dianggap bermakna,
dikelompokan berdasarkan pola kebutuhan
dasar yang meliputi;
1. respirasi,
2. sirkulasi,
3. nutri/cairan,
4. eliminasi,
5. aktivitas/istirahat,
6. neurosensori,
7. reproduksi/seksualitas,
8. nyeri/kenyamanan,
9. integritas ego,
10. pertumbuhan/perkembangan,

154
11. kebersihan diri,
12. penyuluhan/pembelajaran
13. interaksi sosial, dan
14. keamanan/proteksi.
2. Identifikasi Masalah
Setelah data dianalisis, perawat dan klien
bersama-sama mengidentifikasi masalah,
mana masalah yang aktual, resiko dan /atau
promosi kesehatan.
Pernyataan masalah kesehatan ini merujuk
pada label diagnosis keperawatan yang
sebelumnya telah dibahas diatas.
3. Perumusan Diagnosis Keperawatan
Perumusan atau penulisan diagnosis
disesuaikan dengan jenis diagnosis
keperawatannya. Terdapat 2 metode
perumusan diagnosis, yaitu;
a. Penulisan 3 Bagian (3 Parts Format)
Metode penulisan ini terdiri dari
Masalah, Penyebab dan Tanda/Gejala dan
hanya dilakukan pada diagnosis aktual saja.
Formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3
bagian adalah sebagai berikut:
Masalah berhubungan
dengan Penyebab dibuktikan
dengan Tanda/Gejala
Frase ‘berhubungan dengan’ dapat
disingkat b.d dan frase ‘dibuktikan
dengan’ dapat disingkat d.d.
Contoh Penulisan:
Bersihan jalan nafas tidak
efektif b.d spasme jalan nafas d.d batuk tidak

155
efektif, sputum berlebih, mengi, dispnea dan
gelisah.
b. Penulisan 2 Bagian (2 Parts Format)
Metode penulisan ini dilakukan pada
diagnosis resiko dan diagnosis promosi
kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut:
(1) Diagnosis Resiko
Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko
Contoh Penulisan:
Resiko aspirasi dibuktikan dengan
tingkat kesadaran menurun.
(2) Diagnosis Promosi Kesehatan
Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Contoh Penulisan:
Kesiapan peningkatan eliminasi urin
dibuktikan dengan pasien mengatakan ingin
meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan
karakteristik urin normal.
F. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
SESUAI SDKI
1. Ansietas : Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
2. Berat Badan Lebih : Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang
tidak sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
3. Berduka : Respon psikososial yang ditunjukan oleh klien sebagai
akibat dari kehilangan, baik kehilangan orang, objek, fungsi, bagian
tubuh atau hubungan.
4. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif : Ketidakmampuan membersihkan
sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas
tetap paten.

156
5. Defisit Kesehatan Komunitas : Terdapat masalah kesehatan atau faktor
risiko yang dapat menganggu kesejahteraan pada suatu kelompok.
6. Defisit Nutrisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhikebutuhan
metabolisme.
7. Defisit Pengetahuan : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif
yang berkaitan dengan topik tertentu.
8. Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
9. Diare : Pengeluaran feses yang sering. Lunak dan tidak berbentuk.
10. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
Referensi :
 Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Msn, R. N.,
Makic, M. B. F., Martinez-Kratz, M., &
Zanotti, M. (2019). Nursing Diagnosis
Handbook E-Book: An Evidence-Based
Guide to Planning Care. Mosby.
 Carpenito-Moyet, L. J. (2006). Handbook
of nursing diagnosis. Lippincott Williams
& Wilkins.
 https://www.nerslicious.com/standar-
diagnosis-keperawatan-indonesia/
 PPNI (2019). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia.

157
Standar Asuhan Keperawatan memiliki
tiga komponen utama, yaitu diagnosis
keperawatan, intervensi keperawatan dan
luaran (outcome) keperawatan. PPNI telah
menerbitkan standar diagnosis keperawatan
(SDKI) dan standar intervensi keperawatan
(SIKI). Untuk menyempurnakan Standar
Asuhan Keperawatan, perlu diterbitkan pula
standar luaran keperawatan.
A. DEFINISI
Luaran (Outcome) Keperawatan Aspek-
aspek yang dapat diobservasi dan diukur
meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi pasien,
keluarga atau komunitas sebagai respons
terhadap intervensi keperawatan. Luaran
keperawatan menunjukkan status diagnosis
keperawatan setelah dilakukan intervensi
keperawatan (Germini et al, 2010; ICNP, 2015).
Hasil akhir intervensi keperawatan yang terdiri
atas indikator-indikator atau kriteria-kriteria
hasil pemulihan masalah (ICN, 2009).
B. TUJUAN PENYUSUNAN SLKI
Menjadi acuan penentuan luaran
(outcome) keperawatan Mengarahkan intervensi
keperawatan Meningkatkan efektivitas asuhan
keperawatan Mengukur pencapaian level
keberhasilan intervensi keperawatan
Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
C. SISTEM KLASIFIKASI
Mengikuti klasifikasi diagnosis
keperawatan International Classification of

158
Nursing Practice Diagnosis Classification
(Wake, 1994) Doenges & Moorhouse s
Diagnostic Division of Nursing Diagnosis
(Doenges et al, 2013)
D. PENETAPAN LUARAN KEPERAWATAN
Penetapan luaran memenuhi prinsip
SMART S M A R T Spesific Measurable
Attainable Realistic Timed Label dan indikator
distandarisasi Disesuaikan kondisi pasien
dengan menggunakan clinical judgement
perawat Diadaptasi dari: Ackley et al (2017),
Berman et al (2015), Doenges et al (2013),
Potter & Perry (2013),

E. JENIS LUARAN KEPERAWATAN


Luaran Keperawatan Luaran Positif
Luaran Negatif. Contoh Luaran 1 Positif (Perlu
ditingkatkan), 2 Negatif (Perlu diturunkan)
Bersihan Jalan Napas Keseimbangan Cairan
Integritas Kulit & Jaringan Citra Tubuh Tingkat
Nyeri Tingkat Keletihan Tingkat Ansietas
Tingkat Berduka Respon Alergi Sistemik
F. KOMPONEN LUARAN KEPERAWATAN
Label Nama luaran keperawatan berupa
kata-kata kunci informasi luaran Ekspektasi
Penilaian terhadap hasil yang diharapkan
Meningkat, Menurun atau Membaik Kriteria
Hasil Karakteristik pasien yang dapat diamati
atau diukur Dijadikan sebagai dasar untuk
menilai pencapaian hasil intervensi

159
Menggunakan skor (1 s.d 5) pada
pendokumentasian computer-based
1. Ekspektasi Luaran Keperawatan
No Ekspektasi, Definisi Contoh Luaran 1
Meningkat Bertambah baik dalam ukuran,
jumlah maupun derajat atau tingkatan, 2
Menurun Berkurang baik dalam ukuran,
jumlah maupun derajat atau tingkatan, 3
Membaik Menimbulkan efek yang lebih baik,
adekuat, atau efektif. Bersihan Jalan Napas
Curah Jantung Perawatan Diri Sirkulasi
Spontan Status Kenyamanan Tingkat
Keletihan Tingkat Ansietas Tingkat Berduka
Tingkat Perdarahan Eliminasi Fekal Fungsi
Seksual Identitas Diri Penampiran Peran
Proses Pengasuhan
2. Variasi Penggunakan Skala Likert (1-5) Kriteria Hasil Luaran
Keperawatan
Menurun Cukup, Menurun Sedang, Cukup
Meningkat, Meningkat, Meningkat Cukup,
Meningkat Sedang, Cukup Menurun,
Menurun Memburuk, Cukup Memburuk,
Sedang, Cukup Membaik, Membaik.
G. PENERAPAN LUARAN KEPERAWATAN
Metode Dokumentasi Manual/Tertulis
“Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama., maka [Label] [Ekspektasi] dengan
kriteria hasil: - Kriteria 1 (hasil) - Kriteria 2
(hasil) - Kriteria 3 (hasil)” - dst Contoh:
“Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam,
maka Bersihan Jalan Napas Meningkat,

160
dengan kriteria hasil: Batuk efektif meningkat
Produksi sputum menurun Mengi menurun
Frekuensi napas kali/menit”. Metode
Dokumentasi Berbasis Komputer Setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama.,
maka [Label] [Ekspektasi] dengan kriteria
hasil: - Kriteria 1 (skor) - Kriteria 2 (skor) -
Kriteria 3 (skor) - dst Contoh: Setelah
dilakukan intervensi selama 3 jam, maka
Bersihan Jalan Napas Meningkat, dengan
kriteria hasil: Batuk efektif 5 Produksi
sputum 5 Mengi 5 Frekuensi napas 5
- CONTOH LUARAN SLKI Nomor
Kode, Panggil Label Luaran, Definisi
Luaran, Ekspektasi Luaran, Kriteria Hasil
dan Skor.
H. TAUTAN SDKI - SLKI
Tautan (linkage) merupakan suatu
hubungan antara dua elemen atau konsep,
yakni SDKI dan SLKI. Tautan ini tidak
dimaksudkan untuk menggantikan penilaian
klinis (clinical judgement) perawat.
Pemilihan luaran keperawatan tetap harus
didasarkan pada penilaian klinis dengan
mempertimbangkan kekhasan kondisi pasien,
keluarga, kelompok atau komunitas Satu
diagnosis dapat memiliki lebih dari satu
luaran, jika diperlukan.

161
Lampiran 6 Standar Asuhan Keperawatan

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

No Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


. Keperawatan Indonesia Keperawatan Keperawatan
(SDKI) Indonesia (SLKI) Indonesiad (SIKI)
1. Hipertermi Luaran Utama : Manajemen
Definisi :  Hipertermi Hipertermi (I.15506).
Luaran Tambahan : Observasi
uh   Identifkasi
u P penyebab
tub hipertermi (mis.
uh  dehidrasi
me S terpapar
nin lingkungan
gk  panas
at s penggunaan
dia incubator)
tas   Monitor suhu
ren S tubuh
tan  Monitor kadar
g  elektrolit
nor S  Monitor
ma haluaran urine
l.

Penyebab : T
T
 e

D r
a

 p

162
T
e
u

t
P
i
k

K
 Sediakan
lingkungan
 yang dingin
P
 Longgarkan
atau lepaskan
 pakaian
R
 Basahi dan
kipasi
 permukaan
A tubuh
 Berikan cairan
 oral
P
 Ganti linen
setiap hari atau
Gejala dan Tanda
lebih sering jika
Mayor
mengalami
 Suhu tubuh diatas hiperhidrosis
nilai normal (keringat
( 37,50 C). berlebih)
Gejala dan Tanda
 Lakukan
Minor
pendinginan
 eksternal (mis.
K selimut
hipotermia atau

163
 kompres dingin
K pada dahi,
leher, dada,
 abdomen,aksila
T )
 Hindari
 pemberian
T antipiretik atau
aspirin
  Batasi
K oksigen, jika
perlu
Kondisi Klinis Terkait
Edukasi

P  Anjurkan tirai
baring

H K
o
 l
S a
b

 o

D r
a

 s

T i

 Kolaborasi
cairan dan
elektrolit

164
intravena, jika
perlu

2. Risiko Luaran utama  Pemantauan


ketidakseimbangan  Kesimbangan Elektrolit
elektrolit (D.0037) elektrolit (I.03122)
Definisi : Luaran tambahan  Observasi
 Eliminasi  Identifkasi
eri fekal kemungkinan
sik  Fungsi penyebab
o gastrointestina ketidakseimban
me l gan elektrolit
ng  Kesimbangan  Monitor kadar
ala cairan eletrolit serum
mi  Penyembuhan  Monitor mual,
per luka muntah dan
ub  Status nutrisi diare
ah  Monitor
 Tingkat
an kehilangan
mual/muntah
ka cairan, jika
dar perlu
ser
 Monitor tanda
um
dan gejala
ele
hypokalemia
ktr
(mis.
olit
Kelemahan otot,
.
interval QT
Factor Risiko
memanjang,
 Ketidakseimbanga gelombang T
n cairan (mis. datar atau

165
Dehidrasi dan terbalik, depresi
intoksikasi air) segmen ST,
 Kelebihan volume gelombang U,
cairan kelelahan,
 Gangguan parestesia,
mekanisme penurunan
regulasi (mis. refleks,
Diabetes) anoreksia,
 Efek samping konstipasi,
prosedur (mia. motilitas usus
Pembedahan) menurun,

 Diare pusing, depresi

 Muntah pernapasan)

 Disfungsi ginjal  Monitor tanda


dan gejala
 Disfungsi regulasi
hyperkalemia
endokrin
(mis. Peka
Kondisi klinis terkait
rangsang,
 Gagal ginjal
gelisah, mual,
 Anoreksia nervosa
munta,
 Diabetes militus
takikardia
 Gastroentroritis
mengarah ke
 Pankreatitis
bradikardia,
 Kanker
fibrilasi/takikar
 Cidera kepala dia ventrikel,
 Luka bakar gelombang T
tinggi,
gelombang P
datar, kompleks
QRS tumpul,
blok jantung

166
mengarah
asistol)
 Monitor tanda
dan gejala
hipontremia
(mis.
Disorientasi,
otot berkedut,
sakit kepala,
membrane
mukosa kering,
hipotensi
postural,
kejang, letargi,
penurunan
kesadaran)
 Monitor tanda
dan gejala
hypernatremia
(mis. Haus,
demam, mual,
muntah, gelisah,
peka rangsang,
membrane
mukosa kering,
takikardia,
hipotensi,
letargi, konfusi,
kejang)
 Monitor tanda
dan gejala

167
hipokalsemia
(mis. Peka
rangsang, tanda
IChvostekI
[spasme otot
wajah], tanda
Trousseau
[spasme karpal],
kram otot,
interval QT
memanjang)
 Monitor tanda
dan gejala
hiperkalsemia
(mis. Nyeri
tulang, haus,
anoreksia,
letargi,
kelemahan otot,
segmen QT
memendek,
gelombang T
lebar, kompleks
QRS lebar,
interval PR
memanjang)
 Monitor tanda
dan gejala
hipomagnesemi
a (mis. Depresi
pernapasan,

168
apatis, tanda
Chvostek, tanda
Trousseau,
konfusi,
disritmia)
 Monitor tanda
dan gejala
hipomagnesia
(mis.
Kelemahan otot,
hiporefleks,
bradikardia,
depresi SSP,
letargi, koma,
depresi)
Terapeutik
 Atur interval
waktu
pemantauan
sesuai dengan
kondisi pasien
 Dokumentasika
n hasil
pemantauan
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
diuretik,  jika
perlu
3. Deficit Nutrisi Luaran Utama : Manajemen Nutrisi

169
Definisi :  Status Nutrisi (I.03119)
Luaran Tambahan : Observasi
su  Berat badan  Identifikasi
pa  Eliminasi status nutrisi
n fekal  Identifikasi
nut  Fungsi alergi dan
risi gastrointestina intoleransi
tid l makanan
ak  Nafsu makan  Identifikasi
cu makanan yang
 Perilaku
ku disukai
meningkatkan
p  Identifikasi
berat badan
unt kebutuhan
 Status
uk kalori dan jenis
menelan
me nutrient
 Tingkat
me  Identifikasi
depresi
nu perlunya
 Tingkat nyeri
hi penggunaan
ke selang
but nasogastric
uh  Monitor asupan
an makanan
me
 Monitor berat
tab
badan
oli
 Monitor hasil
sm
pemeriksaan
.
laboratorium
Penyebab :
T
 Ketidakmampuan
e
menelan makanan
r
 Ketidakmampuan a

170
mencerna p
makanan e
 Ketidakmampuan u
mengabsorbsi t
nutrient i
 Peningkatan k
kebutuhan  Lakukan oral
metabolism hygiene
 Factor ekonomi sebelum makan,
(mis. Finansial jika perlu
tidak mencukupi)  Fasilitasi
 Factor psikologis menentukan
(mis, stress, pedoman diet
keengganan untuk (mis. Piramida
makan) makanan)
Gejala dan Tanda  Sajikan
Mayor makanan secara
Subjektif menarik dan
( suhu yang
t sesuai
i  Berikan makan
d tinggi serat
a untuk
k mencegah
konstipasi
t  Berikan
e makanan tinggi
r kalori dan
s tinggi protein
e  Berikan
d suplemen

171
i makanan, jika
a perlu
)  Hentikan
O pemberian
b makan melalui
j selang
e nasigastrik jika
k asupan oral
t dapat
i ditoleransi
f E
 Berat badan d
menurun minimal u
10% dibawah k
rentang ideal. a
Gejala dan Tanda s
Minor i
Subjektif  Anjurkan posisi
 Cepat kenyang duduk, jika
setelah makan mampu
 Keram/nyeri  Anjarkan diet
abdomen yang
 Nafsu makan diprogramkan
menurun K
O o
b l
j a
e b
k o
t r
i a

172
f s
 Bising usus i
hiperaktif  Kolaborasi
 Otot mengunyah pemberian
lemah medikasi
 Otot menelan sebelum makan
lemah (mis. Pereda
 Membrane nyeri,
mukosa pucat antiemetik), jika

 Sariawan perlu

 Serum albumin  Kolaborasi

turun dengan ahli gizi

 Rambut rontok untuk

berlebihan menentukan

 Diare jumlah kalori


dan jenis
K
nutrient yang
o
dibutuhkan, jika
n
perlu
d
i
s
i

K
l
i
n
i
s

173
T
e
r
k
a
i
t
 Stroke
 Parkinson
 Mobius syndrome
 Cerebral palsy
 Cleft palate
 Amyotrofic lateral
sclerosis
 Kerusakan
neuromuscular
 Luka bakar
 Kanker
 infeksi
4. Gangguan Rasa Luaran Utama : Manajemen Nyeri
Nyaman :  Status (I.08238)
Definisi : Kenyamanan Observasi

(L.08064)  Identifikasi
eraLuaran Tambahan : lokasi,
saa  Pola tidur karakteristik,
n  Tingkat durasi,
kur agitasi frekuensi,
an  Tingkat kualitas,
g ansietas intensitas nyeri
sen  Tingkat nyeri  Identifikasi

174
an  Tingkat skala nyeri
g, keletihan  Identifikasi
leg respon nyeri
a non-verbal
da  Identifikasi
n faktor yang
se memperberat
mp dan
urn meringankan
a nyeri
dal  Identifikasi
am pengetahuan
di dan keyakinan
me tentang nyeri
nsi  Identifikasi
fisi pengaruh
k, budaya terhadap
psi respon nyeri
ko  Identifikasi
spi pengaruh nyeri
rit pada kualitas
usl hidup
,  Monitor
lin keberhasilan
gk terapi
un komplementer
ga yang sudah
n diberikan
da
 Monitor efek
n
samping
soc
penggunaan

175
ial analgetik
Penyebab : Terapeutik

  Berikan teknik
G nonfarmakologi
s untuk
 mengurangi
K rasa nyeri (mis.
TENS,

 Ketidakadekuatan hypnosis,

sumber daya (mis. akupresur,

Dukungan terapi music,

finansial, sosial biofeedback,

dan pengetahuan) terapi pijat,

 Kurangnya privasi aromaterapi,

 Gangguan teknik imajinasi

stimulus terbimbing,

lingkungan kompres
hangat/dingin,
 Efek samping
terapi bermain)
terapi (mis.
Medikasi, radiasi,  Kontrol

kemoterapi) lingkungan
yang
 Gangguan adatasi
memperberat
kehamilan
rasa nyeri (mis.
Gejala dan Tanda
Suhu ruangan,
Mayor
pencahayaan,
S
kebisingan)
 Fasilitasi
 Mengeluh tidak
istirahat dan
nyaman
tidur
O
 Pertimbangkan

176
 Gelisah jenis dan
G sumber nyeri
dalam
S pemilihan
strategi
 meredakan
M nyeri


T  Jelaskan
penyebab,
 periode, dan
M pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
 meredakan
M nyeri
 Anjurkan
 memonitor
M nyeri secara
mandiri

  Anjurkan
M menggunakan
analgetik secara
O tepat
 Anjurkan teknik
 Menunjukkan nonfarmakologi
gejala distress s untuk

 Tampak mengurangi

merintih/menangis rasa nyeri


K
 Pola eliminasi
o

177
berubah l

 Postur tubuh a

berubah b
o
 Iritabilitas
r
a
s
i
 Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika
perlu
5. Intoleransi aktivitas Luaran utama : Manajemen Energi
(D.0056)  Toleransi (I.05178)
Definisi : aktivitas Observasi
Luaran Tambahan :  Identifkasi
eti  Ambulasi gangguan
da  Curah jantung fungsi tubuh
kc  Konservasi yang
uk energi mengakibatkan
up  Tingkat kelelahan
an keletihan  Monitor
en kelelahan fisik
erg dan emosional
i  Monitor pola
unt dan jam tidur
uk  Monitor lokasi
me dan
lak ketidaknyamana
uk n selama

178
an melakukan
akt aktivitas
ivit Terapeutik
as  Sediakan
seh lingkungan
ari nyaman dan
- rendah stimulus
har (mis. cahaya,
i suara,
Penyebab : kunjungan)
 Ketidakseimbanga  Lakukan
n antara suplai dan rentang gerak
kebutuhan oksigen pasif dan/atau
 Tirai baring aktif
 Kelemahan  Berikan

 Mobilitas aktivitas

 Gaya hidup distraksi yang

monoton menyenangkan

Gejala dan Tanda  Fasilitas duduk

Mayor di sisi tempat

Subjektif tidur, jika tidak


dapat berpindah
 Mengeluh Lelah
atau berjalan
Objektif
Edukasi
 Frekuensi jantung
 Anjurkan tirah
meningkat >20%
baring
dari kondisi
 Anjurkan
istirahat.
melakukan
Gejala dan Tanda
aktivitas secara
Minor
bertahap
Subjektif
 Anjurkan

179
 Dispnea menghubungi
saat/setelah perawat jika
aktivitas tanda dan gejala
 Merasa tidak kelelahan tidak
nyaman setelah berkurang
beraktivitas  Ajarkan strategi
 Merasa lelah koping untuk
Objektif mengurangi

 Tekanan darah kelelahan

berubah >20% Kolaborasi

dari kondisi  Kolaborasi

istirahat dengan ahli gizi

 Gambaran EKG tentang cara

menunjukan meningkatkan

aritmia asupan

saat/setelah makanan

aktivitas
 Gambaran EKG
menunjukan
iskemia
 sianosis

6. Gangguan Mobilitas Luaran Utama : Dukungan Mobilisasi


Fisik (D.0054)  Mobilitas (I.05173)
Definisi : fisik Observasi
(L.05042)  Identifikasi
eteLuaran Tambahan : adanya nyeri
rba  Berat badan atau keluhan
tas  Fungsi sensori fisik lainnya
an  Keseimbanga  Identifikasi
dal

180
am n toleransi fisik
ger  Konservasi melakukan
ak energy pergerakan
an  Koordinasi  Monitor
fisi gerakan frekuensi
k  Motivasi jantung dan
dar  Pergerakan tekanan darah
i sendi sebelum
sat  Status memulai
u neurologis mobilisasi
ata  Status nutrisi  Monitor kondisi
u umum selama
  Toleransi
leb melakukan
aktivitas
ih mobilisasi
eks Terapetik
tre  Fasilitasi
mit aktivitas
as mobilisasi
sec dengan alat
ara bantu (mis.
ma pagar temapt
ndi tidur)
ri  Fasilitasi
Penyebab : melakukan
 Kerusakan pergerakan, jika
integritas struktur perlu
tulang  Libatkan
 Perubahan keluarga untuk
metabolism membantu
 Ketidakbugaran pasien dalam
meningkatkan

181
fisik pergerakan
 Penurunan kendali Edukasi
otot  Jelaskan tujuan
 Penurunan massa dari prosedur
otot mobilisasi
 Penurunan  Anjurkan
kekuatan otot melakukan
 Keterlambatan mobilisasi dini
perkembangan   Ajarkan
 Kekakuan sendi mobilisasi
 Kontraktur sederhana yang

 Malnutrisi harus dilakukan

 Gangguan (mis. duduk di

musculoskeletal tempat tidur,


duduk di sisi
 Gangguan
tempat tidur,
Neuromuskular
pindah dari
 Indeks massa
tempat tidur ke
tubuh diatas
kursi).
persentil ke-75
sesuai usia
 Efek agen
farmakologis
 Program
pembatasan gerak
 Nyeri
 Kurang terpapar
informasi tentang
aktivitas fisik
 Kecemasan
 Gangguan kognitif

182
 Kengganan
melakukan
pergerakanGanggu
an sensori persepsi
Gejala dan Tanda
Mayor
Subjektif :
 Mengeluh sulit
menggerakan
ekstremitas
Objektif :
 Kekuatan otot
menurun
 Rentang gerak
(ROM) menurun
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
 Nyeri saat
bergerak
 Enggan
melakukan
pergerakan
 Merasa cemas saat
bergerak
Objektif :
 Sendi kaku
 Gerakan tidak
terkoordinasi
 Gerakan terbatas

183
 Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait
 Stroke
 Cedera medula
spinalis
 Trauma
 Fraktur
 Osteoathritis
 Ostamalasia
 Keganasan
7. Pola Napas Tidak Luaran Utama : Pemantauan
Efektif (D.0005)  Pola napas Respirasi (I.01014)
Definisi : (L.01004) Observasi
Luaran Tambahan :  Monitor
ns  Berat baadn frekuensi,
pir  Keseimbanga irama,
asi n asam-basa kedalaman dan
da  Konservasi upaya napas
n/a energy  Monitor pola
tau  Status napas (seperti
eks neurologis bradipnea,
pir  Tingkat takipnea,
asi ansietas hiperventilasi,
ya kussmaul,
 Tingkat
ng cheyne-stokes,
keletihan
tid biot, ataksik)
  Tingkat
ak  Monitor
nyeri
me kemampuan
mb batuk efektif
eri  Monitor adanya

184
ka produksi
n sputum
ve  Monitor adanya
ntil sumbatan jalan
asi napas
ad  Palpasi
ek kesimetrisan
uat ekspansi paru
Penyebab :  Auskultasi
 Depresi pusat bunyi napas
pernapasan  Monitor saturasi
 Hambatan upaya oksigen
napas (mis. nyeri  Monitor nilai
saat bernapas, AGD
kelemahan otot  Monitor hasil x-
pernapasan) ray thoraks
 Deformitas Terapetik
dinding dada  Atur interval
 Deformitas tulang pemantauan
dada respirasi sesuai
 Gangguan kondisi pasien
neuromuscular  Dokumentasika
 Gangguan n hasil
neurologis (mis. pemantauan
elektroensefalogra Edukasi
m [EEG] positif,  Jelaskan tujuan
cedera kepala, dan prosedur
gangguan kejang) pemantauan
 Imaturitas   Informasikan
neurologis hasil

185
 Penurunan energi pemantauan,
 Obesitas jika perlu

 Posisi tubuh yang


menghambat
ekspansi paru
 Sindrom
hipoventilasi
 Kerusakan
inervasi diafragma
(kerusakan saraf
C5 ke atas)
 Cedera pada
medula spinalis
 Efek agen
farmakologis
 Kecemasan
Gejala dan Tanda
Mayor
Subjektif :
 Dipsnea
Objektif :
 Penggunaan otot
bantu pernapasan
 Fase ekspirasi
memanjang
 Pola napas
abnormal (mis.
takipnea,
bradipnea,
hiperventilasi,

186
kussmaul, cheyne-
stokes)
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
 Ortopnea
Objektif :
 Pernapasan
pursed-lip
 Pernapasan cuping
hidung
 Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
 Ventilasi semenit
menurun
 Kapasitas vital
menurun
 Tekanan ekspirasi
menurun
 Tekanan inspirasi
menurun
 Ekskursi dada
berubah
Kondisi Klinis Terkait
 Depresi sistem
saraf pusat
 Cedera kepala
 Trauma thoraks
 Gullian bare

187
syndrome
 Multiple sclerosis
 Myasthenia gravis
 Stroke
 Kuadriplegia
  Intoksikasi
alkohol
8. Bersihan Jalan Napas Luaran Utama : Latihan Batuk Efektif
Tidak Efektif (D.0001)  Bersihan (I.01006)
Definisi : jalan napas Observasi
(L.01001)  Identifikasi
etiLuaran Tambahan : kemampuan
da  Kontrol gejala batuk
km  Pertukaran  Monitor adanya
am gas retensi sputum
pu  Respons  Monitor tanda
an alergi lokal dan gejala
me  Respon alergi infeksi saluran
mb sistemik napas
ers  Respons  Monitor input
ihk ventilasi dan output
an mekanik cairan (mis.
sek jumlah dan
  Tingkat
ret karakteristik)
infeksi
ata Terapetik
u  Atur posisi
ob sedmi-fowler
str atau fowler
uk  Pasang perlak
si dan bengkok di
jal

188
an pangkuan
na pasien
pas  Buang sekret
unt pada tempat
uk sputum
me Edukasi
mp  Jelaskan tujuan
ert dan prosedur
ah batuk efektif
an  Anjurkan tarik
ka napas dalam
n melalui hidung
jal sdelama 4 detik,
an ditahan selama
na 2 detik,
pas kemudian
tet keluarkan dari
ap mulut dengan
pat bibir mencucu
en (dibulatkan)
Penyebab selam 8 detik
Fisiologis :  Anjurkan
 Spasme jalan mengulamgi
napas tarik napas
 Hipersekresi jalan dalam hingga 3
napas kali
 Disfungsi  Anjurkan batuk
neuromuskuler dengan kuat
 Benda asing dalam langsung
jalan napas setelah tarik
 Adanya jalan napas dalam

189
napas buatan yang ke-3
 Sekresi yang Kolaborasi
tertahan  Kolaborasi
 Hiperplasia pemberian
dinding jalan mukolitik atau
napas ekspektoran,
 Proses infeksi jika perlu
 Respon alergi
 Efek agen
farmakologis (mis.
anastesi)
Situasional :
 Merokok aktif
 Merokok pasif
 Terpajan polutan
Gejala dan Tanda
Mayor
Subjektif :
-
Objektif :
 Batuk tidak efektif
 Tidak mampu
batuk
 Sputum berlebih
 Mengi, wheezing
dan/atau ronkhi
kering
 Mekonium di
jalan napas (pada
neonatus)

190
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
 Dipsnea
 Sulit bicara
 Ortopnea
Objektif :
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi napas
menurun
 Frekuensi napas
berubah
 Pola napas
berubah
Kondisi Klinis Terkait
 Gullian bare
syndrome
 Sklerosis multiple
 Myasthenia gravis
 Prosedur
diagnostik (mis.
bronkoskopi,
transesophageal
echocardiography
[TEE])
 Depresi sistem
saraf pusat
 Cedera kepala
 Stroke

191
 Kuadriplegia
 Sindrom aspirasi
meconium
  Infeksi saluran
napas
9. Nyeri Akut (D.0077) Luaran Utama Manajemen Nyeri
Definisi :  Tingkat nyeri (I.08238)
(L.08066) Observasi
en Luaran Tambahan  Identifikasi
gal  Fungsi lokasi,
am gastrointestina karakteristik,
an l durasi,
sen  Kontrol nyeri frekuensi,
sor  Mobilitas fisik kualitas,
ik  Penyembuhan intensitas nyeri,
ata luka  Identifikasi
u skala nyeri
 Perfusi
em  Identifikasi
miokard
osi respon nyeri
 Perfusi perifer
on non verbal
 Pola Tidur
al  Identifikasi
 Status
ya faktor yang
kenyamanan
ng memperberat
  Tingkat
ber nyeri dan
cedera
kai memperingan
tan nyeri
de  Identifikasi
ng pengetahuan
an dan keyakinan
ker tentang nyeri
usa

192
ka  Identifikasi
n pengaruh
jari budaya terhadap
ng respon nyeri
an  Identifikasi
akt pengaruh nyeri
ual pada kualitas
ata hidup
u  Monitor
fun keberhasilan
gsi terapi
on komplementer
al, yang sudah
de diberikan
ng  Monitor efek
an samping
on penggunaan
set analgetik
me Terapetik
nd  Berikan teknik
ad non
ak farmakologis
ata untuk
u mengurangi
la rasa nyeri (mis.
mb tens, hypnosis,
at akupresur,
da terapi musik,
n biofeedback,
ber terapi pijat,
int aromaterapi,

193
esi teknik imajinasi
tas terbimbing,
rin kompres
ga hangat/dingin,
n terapi bermain)
hin  Kontrol
gg lingkungan
a yang
ber memperberat
at rasa nyeri (mis.
ya suhu ruangan,
ng pencahayaan,
ber kebisingan)
lan  Fasilitasi
gs istirahat dan
un tidur
g  Pertimbangkan
kur jenis dan
an sumber nyeri
g dalam
da pemilihan
dri strategi
3 meredakan
bul nyeri
an Edukasi
Penyebab  Jelaskan
 Agen pencedera penyebab,
fisiologis (mis. periode dan
inflamasi, iskemia, pemicu nyeri
neoplasma)  Jelaskan strategi
 Agen pencedera meredakan

194
kimiawi (mis. nyeri
terbakar, bahan  Anjurkan
kimia iritan) memonitor
 Agen pencedera nyeri secara
fisik (mis. abses, mandiri
amputasi,  Ajarkan teknik
terbakar, non
terpotong, farmakologis
mengangkat berat, untuk
prosedur operasi, mengurangi
trauma, latihan rasa nyeri
fisik berlebihan) Kolaborasi
Gejala dan Tanda  Kolaborasikan
Mayor pemberian
Subjektif : analgetik, jika
 Mengeluh nyeri perlu
Objektif :
 Tampak meringis
 Bersikap protektif
(mis. waspada,
posisi
menghindari
nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi
meningkat
 Sulit tidur
 Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :

195
-
Objektif :
 Tekanan darah
meningkat
 Pola napas
berubah
 Nafsu makan
berubah
 Proses berpikir
terganggu
 Menarik diri d
 Berfokus pada diri
sendiri
 Diaforesia
 Kondisi Klinis
Terkait
 Kondisi
pembedahan
 Cedera traumatis
 Infeksi
 Sindrom koroner
akut
  Glaukoma
10. Risiko Cidera (D.0136) Luaran Utama Pencegahan Cedera
Definisi :  Tingkat (I.14537)
cedera Observasi
eri (L.14136)  Identifikasi area
sikLuaran Tambahan lingkungan
o  Fungsi sensori yang berpotensi
me  Keamanan meyebabkan

196
ng lingkungan cedera
ala rumah  Identifikasi obat
mi  Keseimbanga yang berpotensi
ba n menyebabkan
ha  Kinerja cedera
ya pengasuhan’  Identifikasi
ata  Kontrol ksesuaian alas
u kejang kaki atau
ker  Koordinasi stoking elastis
usa pergerakan pada
ka  Mobilitas ekstremitas
n  Orientasi bawah
fisi kognitif Terapetik
k  Sediakan
 Tingkat
ya pencahayaan
delirium
ng yang memadai
 Tingkat
me  Gunakan lampu
demensia
ny tidur selama
  Tingkat
eb jam tidur
jatuh
ab  Sosialisasikan
ka pasien dan
n keluarga dengan
ses lingkungan
eor ruang rawat
an (mis.
g penggunaan
tid telepon, tempat
ak tidur,
lag penerangan
i ruangan dan
sep lokasi kamar

197
en mandi)
uh  Gunakan alas
ny lantai jika
a berisiko
seh mengalami
at cedera serius
ata  Sediakan alas
u kaki antislip
dal  Sediakan pispot
am atau urinal
ko untuk eliminasi
ndi ditempat tidur,
si jika perlu
bai  Pastikan bel
k panggilan atau
Faktor Risiko telepon mudah
Eksternal : dijangkau
 Terpapar patogen  Pastikan
 Terpapar zat kimia barang-barang
toksik pribadi mudah
 Terpapar agen dijangkau
nosokomial  Pertahankan
 Ketidakamanan posisi tempat
transportasi tidur diposisi
Internal : terendah saat
 Ketidaknormalan digunakan
profil darah  Patikan roda
 Perubahan tempat tidur
orientasi afektif atau kursi roda
 Perubahan sensasi dalam kondisi

198
 Disfungsi terkunci
autoimun  Gunakan
 Disfungsi pengaman
biokimia tempat tidur
 Hipoksia jaringan sesuai dengan
 Kegagalan kebijakan
mekanisme fasilitas
pertahanan tubuh pelayanan

 Malnutrisi kesehatan

 Perubahan fungsi  Pertimbangkan

psikomotor penggunaan

 Perubahan fungsi alarm elektronik

kognitif pribadi atau

Kondisi Klinis Terkait sensor pada


tempat tidur
 Kejang
atau kursi
 Sinkop
 Diskusikan
 Vertigo
mengenal
 Gangguan
latihan dan
penglihatan
terapi fisik yang
 Gangguan
diperlukan
pendengaran
 Diskusikan
 Penyakit
mengenai alat
Parkinson
bantu mobilitas
 Hipotensi
yang sesuai
 Kelainan nervus
(mis. tongkat
vestibularis
atau alat bantu
  Retardasi mental
jalan)
 Diskusikan
bersama
anggota

199
keluarga yang
dapat
mendampingi
pasien
 Tingkatkan
frekuensi
observasi dan
pengawasan
pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi
 Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan
jatuh ke pasien
dan keluarga
  Anjurkan
berganti posisi
secara perlahan
dan duduk
selama
beberapa menit
sebelum berdiri

200
DAFTAR PUSTAKA

Ellyana, E. (2012). Analisis Pengaruh Persepsi


Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap
Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit
Umum Daerah (Rsud) Pulang Pisau Kabupaten
Pulang Pisau Provinsi Kalimatan Tengah. STIE
Indonesia Banjarmasin.

Gillies, D. A. (1996). Manajemen Keperawatan :


Suatu Pendekatan Sistem (Edisi 2). W.B.
Saunders, Co.., 1996.

Huber, D. (2017). Leadership and nursing care


management-e-book. Elsevier Health Sciences.

Kozier, B. J., Erb, G., Berman, A. T., & Snyder, S.


(2004). Fundamental of Nursing: Concepts,
Process and Practice.(7th ed) (7 Tahun).

Meirawaty, G., & Yudianto, K. (2019). Field


Experience : Manajemen Strategis Pada Proses
Manajemen Keperawatan. Medika Karya
Kesehatan, 2(2).
https://doi.org/https://doi.org/10.24198/mkk.v2i
2.22765

Ns. Erita, S.Kep., M. K. (2019). Buku Materi


Manajemen Keperawatan.

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi


Keperawatan, Konsep dan Praktek (Edisi 2).
Penerbit Salemba Medika.

RI, D. (2020). Undang-Undang No 23 Tahun 2014


Tentang Kesehatan. Depkes RI.

Solikhati, S. (2019). Hubungan Gaya Kepemimpinan


Kepala Ruangan Dengan Kepuasan Kerja
Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah
Banyumas. UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO.

Suharto, E., & Ona, M. Y. (2019). Perancangan


Sistem Informasi Kematian Dengan
Menggunakan Microsoft Visual
Studio2010Pada Rumah Sakit Tk Ii 03.05. 01

201
Dustira Cimahi. INFOKOM (Informatika &
Komputer), 7(1), 33–41.

Susanti, S. S., Anggraini, D. D., Perangin-angin, M.


A., Girsang, B. M., Ritonga, I. L., Tahulending,
P. S., Rumerung, C. L., Sihombing, R. M.,
Hutapea, A. D., & Purba, D. H. (2020).
Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam
Keperawatan. Kita Menulis.

Swanburg, R. C., & Samba, S. (2000). Pengantar


Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
(M. Ester (ed.)). EGC.

Ulfa, H. M. (2017). Standar Pelayanan Minimal


Waktu Tunggu Di Pendaftaran Pasien Rawat
Jalan Di Rsud Petala Bumi Provinsi Riau.
Photon: Jurnal Sain Dan Kesehatan, 8(01), 57–
61.

Wahyuningtias, S. (2019). Persepsi Perawat Tentang


Model Asuhan Keperawatan Case Management
Di Rumah Sakit Umum Dr.Hardjono S.
Ponorogo. UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONOROGO.

Weiss, S. A., Tappen, R. M., & Grimley, K. (2019).


Essentials of nursing leadership &
management. FA Davis.

Williams, & Wilkins. (2011). Nursing : Memahami


Berbagai Macam Penyakit (1st ed.). Jakarta :
Indeks.

202

Anda mungkin juga menyukai