Dosen Pembimbing:
Ns. Aria Pranatha, S.Kep., M. Kep.
Ns. Aditiya Puspanegara, S.Kep., M.Kep.
Ns. Nining Rusmianingsih, S.Kep., M.Kep.
Disusun Oleh:
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur
kami panjatkan ke
Hadirat Allah SWT
karena atas berkat,
rahmat dan karunia-
Nya sehingga Laporan
Manajemen
Keperawatan di Ruang
Perawatan Anak (RPA)
dapat terselesaikan
sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.
Laporan ini disusun
untuk memenuhi salah
satu tugas Stase
Manajemen
Keperawatan pada
Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kuningan
(STIKKU). Adapun
dalam penyusunan
laporan ini, kami tidak
i
lepas dari bimbingan
dan motivasi dari
berbagai pihak.
Kami menyadari
dalam penyusunan
laporan ini masih
banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami
mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat
membangun demi
kesempurnaan laporan
ini. Akhir kata semoga
laporan ini dapat
bermanfaat khususnya
bagi kami dan
umumnya bagi
pembaca. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb
K
u
n
i
n
g
a
n
,
ii
M
e
i
2
0
2
2
K
e
l
o
m
p
o
k
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................5
2.1 Konsep Manajemen Keperawatan....................................................................5
2.2 Konsep Manajemen Unit................................................................................13
2.3 Metode Asuhan Keperawatan.........................................................................21
BAB III MANAJEMEN RUANGAN PERAWATAN ANAK RUMAH
SAKIT JUANDA KUNINGAN...........................................................................31
3.1 Gambaran Umum............................................................................................31
3.2 Kajian/Analisis Situasi....................................................................................33
BAB IV ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN........................................61
4.1 Analisis Data...................................................................................................61
4.2 Prioritas Masalah............................................................................................66
4.3 Planning Of Action.........................................................................................71
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................72
5.1 Implementasi...................................................................................................72
5.2 Hasil Dan Evaluasi..........................................................................................72
BAB VI PENUTUP..............................................................................................82
6.1 Simpulan.........................................................................................................82
6.2 Saran...............................................................................................................82
LAMPIRAN..........................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................149
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang
menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit. Keberadaan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam situasi yang komplek selain
24 jam secara berkesinambungan melibatkan klien, keluarga maupun tenaga
kesehatan lain.
Secara klasik, manajemen adalah tugas manajerial yang
dikembangkan oleh Henri Fayol’s tahun 1916 yaitu perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian kerja pada
kelompok karyawan. Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dari
koordinasi dan integrasi dari sumber daya melalui aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, koordinasi, pengarahan, dan pengendalian untuk
menyelesaikan tujuan yang spesifik (Weiss et al., 2019).
Manajemen juga dilihat sebagai suatu seni dan ilmu yang berkaitan
dengan perencanaan dan pengarahan baik usaha manusia maupun sumber
daya yang langka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen
keperawatan didefinisikan sebagai koordinasi dan intergrasi dari sumber
daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan sasaran pelayanan keperawatan (Huber, 2017).
Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang berkualitas,
harus sejalan dengan peningkatan kualiatas manajerial
keperawatan. Dimana salah satu upaya manajerial keperawatan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yaitu dengan peningkatan
jumlah (kuantitas) sumber daya perawat (Nursalam, 2003). Kuantitas atau
jumlah sumber daya perawat merupakan aspek yang dapat mempengaruhi
beberapa hal di dalam pelayanan keperawatan diantaranya kepuasan pasien,
kepuasan kerja perawat, beban kerja perawat, dan sebagainya.
Manajer keperawatan mempunyai beberapa tingkatan yaitu: top
manager, middle manager, dan nursing low manager. Kepala ruang
keperawatan merupakan bagian dari nursing low manager yang mempunyai
peranan penting dalam pelayanan di suatu ruangan. Kepala ruang
2
keperawatan yang merupakan bagian dari manajemen keperawatan berpijak
kepada fungsi manajemen keperawatan yaitu POAC (Planning, Organizing,
Actuating, Controlling) dalam rangka meningkatkan kualitas staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Nursalam, 2013).
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu
tuntutan bagi organisasi pelayanan Kesehatan. Kualitas pelayanan
keperawatan pada saat ini melibatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku dari para praktisi, klien keluarga dan dokter. Saat mendefinisikan
kualitas keperawatan, perlu diperhitungkan nilai-nilai dasar keyakinan para
perawat serta cara mengorganisasikan suhan keperawatan tersebut. Latar
belakang dalam pemberian tugas dalam mutu asuhan yang berorientasi
Teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan keperawtan
yang lebih holistic dan ada kemungkinan bahwa metode keperawtan hanya
merupakan prosedur dan Teknik bukanya interpersonal dan kontekstual
yang berkaitan dengan mutu asuhan.
Salah satu cara untuk mendapatkan keterampilan manajemen
keperawatan yang handal selain didapatkan dibangku perkuliahan juga harus
melalui pembelajaran di tempat praktik manajemen keperawatan. Kami
melaksanakan praktik Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan di RS
Juanda Kuningan dengan arahan pembimbing rumah sakit dan pembimbing
akademik. Dengan adanya praktik tersebut diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah dalam mengelola ruang
perawatan dengan pendekatan proses manajemen keperawatan dengan
menerapkan fungsi manajemen keperawatan.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik profesi Ners stase manajemen
keperawatan mahasiswa mampu mengelola pelayanan dan asuhan
keperawatan di ruang perawatan anak (RPA) menggunakan konsep
dan fungsi manajemen keperawatan.
3
1.1.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan kajian situasi dan analisis
SWOT di unit pelayanan ruang perawatan anak (RPA) Rumah
Sakit Juanda Kuningan
b. Mahasiswa mampu menyusun skala prioritas masalah yang di dapat
dari hasil pengkajian di ruang perawatan anak (RPA) Rumah Sakit
Juanda Kuningan dan membuat alternatif penyelesaian masalah
c. Mahasiswa mampu menemukan penyebab masalah di ruang
perawatan anak (RPA) Rumah Sakit Juanda Kuningan dengan
diagram sebab akibat ( fish bone diagram)
d. Mahasiswa mampu menentukan solusi alternatif untuk menemukan
masalah di ruang perawatan anak (RPA) Rumah Sakit Juanda
Kuningan
e. Mahasiswa mampu menyusun rancangan strategis dan operasional
di ruang perawatan anak (RPA) Rumah Sakit Juanda Kuningan
berdasarkan kajian bersama-sama penanggung jawab unit
f. Mahasiswa mampu membuat Plan of Action (POA) untuk
menjawab masalah yang ditemukan di ruang perawatan anak
(RPA) Rumah Sakit Juanda Kuningan
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
peralatan dan sumber daya manusia
untuk memberikan pengobatan yang
efektif dan ekonomi pada pasien
(Solikhati, 2019).
Berdasarkan bebrapa pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen keperawatan adalah suatu
proses dan tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan
untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengawasi sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga
dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada
pasien, keluarga dan masyarakat.
2. Tujuan Manajemen Keperawatan
a. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
b. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial
c. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan
melibatkan seluruh komponen yang ada
d. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf
perawatan bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu
kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya
3. Proses Manajemen Keperawatan
Menurut Ns. Erita, S.Kep., (2019) proses
manajemen yaitu : POLC (Planning,
Organizing, Leading, Controlling).
Dalam hal ini ada dua ide penting dalam
definisi:
a. Empat fungsi manajemen, yaitu
6
perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian
b. Pencapaian sasaran organisasi
dengan cara yang efektif dan efisien.
Empat tahap dalam proses
manajemen, yakni:
1) Perencanaan
Perencanaan merupakan
definisi mengenai organisasi di
masa depan dan cara mencapai
tujuannya. Perencanaan berarti
penentuan sasaran sebagai
pedoman kinerja organisasi di
masa depan, ditambah dengan
penetapan tugas serta alokasi
sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai sasaran
organisasi. Ketiadaan rencana
atau perencanaan yang buruk
dapat menjatuhkan kinerja
organisasi. Dalam proses
manajemen, rencana jangka
panjang untuk kelangsungan
organisasi (usaha) sangat 11
diperlukan. Perkembangan
organisasi sangat bergantung
salah satunya oleh perencanaan
yang baik dan tepat sasaran
untuk organisasi, tanpa
perencanaan, kelangsungan
organisasi kedepannya tidak
7
terjamin.
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian
biasanya mengikuti perencanaan
dan mencerminkan organisasi
yang mencoba untuk
menyelesaikan rencana itu.
Pengorganisasian melibatkan
penetapan dan pengelompokan
tugas ke departemen, dan
alokasi berbagai sumber daya ke
berbagai departemen. Melalui
pengorganisasian diharapkan
organisasi bersifat lebih
sistematik dan tim lebih
mempunyai tanggung jawab.
Hal itu berguna untuk
manajemen pribadi menempati
posisi yang seharusnya.
3) Kepemimpinan
Dalam organisasi
memberikan kepemimpinan
menjadi fungsi manajemen yang
semakin penting.
Kepemimpinan (leading) adalah
penggunaan pengaruh untuk
memotivasi karyawan agar
mencapai sasaran organisasi.
Memimpin berarti menciptakan
budaya dan nilai bersama,
mengkomunikasikan sasaran
8
kepada karyawan, dan
memberikan inspirasi agar
karyawan berprestasi.
Memimpin termasuk
memotivasi seluruh departemen,
divisi, dan juga orang yang
bekerja langsung dengan
manajer. Kompetisi
internasional, dan keragaman
yang meningkat dalam tenaga
kerja, kemampuan untuk
membentuk budaya,
mengkomunikasikan sasaran,
dan memotivasi karyawan
merupakan hal penting bagi
kesuksesan bisnis. Selain itu,
anjuran untuk setiap karyawan
memiliki tanggung jawab
kepimpinan, memecahkan
masalah, dan membantu
memotivasi orang lain akan
membuat para karyawan merasa
dihargai. Kepemimpinan yang
buruk akan menyebabkan
pengaruh negatif terhadap
sebuah organisasi.
4) Pengendalian
Pengendalian adalah
fungsi keempat dalam proses
manajemen dan yang terakhir
dalam proses manajemen.
9
Pengendalian (controlling)
artinya memantau aktivitas
karyawan, menjaga organisasi
agar tetap berjalan ke arah
pencapaian sasaran, dan
membuat koreksi bila
diperlukan. Para manajer juga
harus memastikan bahwa
organisasi yang mereka atur
bergerak menuju tujuannya.
Pelimpahan wewenang dan
kepercayaan terhadap karyawan
telah membuat banyak
perusahaan lebih menekankan
pada pelatihan karyawan untuk
memantau dan mengoreksi diri
sendiri. Terutama para karyawan
pada lini depan dilatih dengan
menanamkan nilai inti dan
standar kinerja yang diharapkan.
Hal ini memungkinkan
perusahaan untuk memberikan
kebebasan 12 yang besar tanpa
harus membahayakan standar
perusahaan yang tinggi. Namun,
para manajer harus menyadari
bahwa keberhasilan dalam
sebuah perusahaan atau situasi
mungkin tidak sama terhadap
yang lainnya.
10
Gambar 2.1 Proses manajemen yang
mendukung proses keperawatan
11
4. Fungsi Dasar Manajemen
Menurut Ns. Erita, S.Kep., (2019)
Secara umum, fungsi dari manajemen
dapat dikatakan sebagai serangkaian
kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh
Manajemen didalam hal untuk mencapai
tujuannya. Fungsi dari Manajemen juga
dikenal dengan Istilah POAC:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah salah
satu fungsi yang digunakan untuk
merencanakan segala sesuatu dengan
sebaik mungkin dalam upaya untuk
mencapai tujuannya. Hal tersebut
akan berjalan dengan lancar apabila
kita memiliki gambaran mengenai
hal apa saja yang akan digunakan
atau dijalani, oleh sebab itu hal ini
harus melibatkan perencanaan.
1) Tujuan perencanaan dalam
manajemen:
a) Meningkatkan peluang untuk sukses
b) Menstimulasi berfikir analisis
c) Mencegah terjadinya krisis manajemen
d) Memfasilitasi berfikir kritis dan membuat keputusan
secara fleksibel.
e) Meningkatkan keterlibatan staf dan komunikasi
f) Menjamin biaya yang efektif
2) Langkah – langkah perencanaan
a) Pahami dan tentukan misi,
filosofi dan tujuan
12
b) Kumpulkan data
c) Analisa
d) Buat alternatif
e) Pilih dan usulkan alternatif
f) Pimpinan menetapkan
alternatif
g) Susun rencana
h) Kaji ulang
13
b. Pengorganisasian (Organizing)
pengorganisasian ini sangat
penting untuk dilakukan agar
mempermudah manajer melakukan
sebuah pengewasan yang lebih
efektif.
c. Pengarahan (Actuacting)
Fungsi dari manajemen yang
ketiga adalah Pengarahan,
pengarahan ini sangat penting
dilakukan agar segala sesuatu yang
sudah direncanakan dapat berjalan
dengan lancar sesuai denga
perencanaan yang dibuat.
d. Pengawasan (Controlling)
Manajer akan secara aktif
melakukan pengawasan terhadap
sumber daya yang telah
diorganisasikan sebelumnya dan
memastikan apa yang dikerjakan itu
sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan atau tidak.
Input
Perawatan pasien
Pengembangan Staf
14
Process Output
Data
Personalia
Outcome
Kepuasan pelanggan
Mutu
Derajat kesehatan
4) Tujuan perencanaan dalam
manajemen:
g) Meningkatkan peluang untuk sukses
h) Menstimulasi berfikir analisis
i) Mencegah terjadinya krisis manajemen
j) Memfasilitasi berfikir kritis dan membuat keputusan
secara fleksibel.
15
k) Meningkatkan keterlibatan staf dan komunikasi
l) Menjamin biaya yang efektif
5) Langkah – langkah perencanaan
i) Pahami dan tentukan misi,
filosofi dan tujuan
j) Kumpulkan data
k) Analisa
l) Buat alternatif
m)Pilih dan usulkan alternatif
n) Pimpinan menetapkan
alternatif
o) Susun rencana
p) Kaji ulang
6) Tahapan dalam perencanaan
e) Pengumpulan data
(8) Sensus pasien harian
(9) Kapasitas tempat tidur
(10) BOR
(11) Rata- rata lama dirawat
(12) Kecenderungan
populasi pasien
(13) Perkembangan
teknologi
(14) Ketenagaan
f) Analisa lingkungan
(3) Internal : strength,
weakness
(4) Eksternal : opportunity,
threats
g) Pengorganisasian data
Pilih data penunjang dan
16
penghambat
h) Pembuatan rencana
17
4) Kondisi: pencahayaan cukup dan
sesuai luas ruangan, besar
ruangan sesuai dengan jumlah
tempat tidur, jumlah dan ukuran
jendela sesuai dengan besar
ruangan, warna cat lembut, tidak
berjamur, bersih, pintu fleksibel
dapat dilalui brankard, bersih,
tidak licin. Perbandingan kamar
mandi dengan klien sesuai,
lantai tidak licin, bersih, letak
terjangkau oleh klien. Kasur
bersih, dapat dirubah posisinya,
terdapat side rails, fasilitas
ruangan tidak mengganggu
delivery klien, sampiran ada pada
setiap tempat tidur klien.
b. Alat dan bahan
1) Alat tenun : laken, boven laken,
sarung bantal, sarung guling,
perlak, stik laken, selimut, baju
klien, waslap, taplak meja, alas
baki, handuk, sarung buli-buli,
sarung O2, gorden, dan vitrage.
2) Alat kesehatan: bak instrumen
(besar, sedang, kecil), bak steril,
kom, Doppler, pinset anatomis
dan chirurgis, gunting (jaringan,
hecting, perban), bengkok,
korentang dan tempatnya.
18
3) Alat-alat tanda vital: tensimeter,
stetoscope, termometer,
4) Alat-alat pemeriksaan fisik:
refleks hammer, tongue spatel,
timbangan BB, pengukur TB,
midline.
5) Irigator, WWZ panas/dingin,
waskom mandi.
6) Alat transportasi: brankard, kursi
roda
7) Emergency trolley
8) O2 dan manometer
9) Bahan habis pakai: alkohol,
betadine, aquadest, savlon, H2O2,
NaCI, cairan infus, lysol, spuit
dengan berbagai ukuran, kapas,
kassa plester, set infus, kateter,
NGT, kondom kateter, urine bag,
dan obat-obatan.
10) Alat-alat rumah tangga: kasur,
bantal, guling, meja, jam
dinding, kursi, lemari (besar dan
kecil), lampu, alat makan
(piring, sendok, gelas), gayung,
tempat sampah (medis, ATK,
umum), kapstok pakaian, rak
handuk, keset, telepon dan white
board.
11) ATK, amplop, buku ekspedisi,
buku laporan, buku, lem,
perforator, spidol, formulir
19
(perencanaan, pengkajian dan
implementasi) resume klien
pulang/meninggal/dirujuk, grafik
suhu nadi, pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium
dan radiologi).
c. Hubungan perawat-klien
1) Hubungan perawat-klien dimulai
sejak klien masuk, selama
perawatan (pelaksanaan proses
keperawatan) sampai klien pulang.
2) Pada profesi keperawatan,
komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan
metode utama dalam
mengimplementasikan proses
keperawatan. Dengan kata lain
kualitas asuhan yang diberikan
pada klien sangat lergantung pada
hubungan perawat-klien.
d. Hubungan perawat-perawat
1) Komunikasi antar perawat
berjalan dengan baik.
2) Mekanisme pengambilan
keputusan disesuaikan
dengankondisi.
3) Kegiatan serah terima klien
dilakukan setiap pergantian
dinas dan berorientasi pada
asuhan keperawatan yang telah
direncanakan.
20
(a) Mengadakan ronde
keperawatan dan supervisi
khusus.
(b) Mengadakan rapat bulanan
secara rutin.
(c) Media komunikasi antar
perawat menggunakan buku
laporan, bukuronde dan
whiteboard.
e. Hubungan perawat-profesi lain
1) Bekerjasama sebagai sebuah tim
kesehatan untuk menangani
masalah.
2) Komunikasi antar profesi
berjalan dengan baik
3) Proses pendelegasian jelas
dilakukan secara jelas dan
tertulis.
4) Tiap profesi membuat
dokumentasi secara jelas
5) Saling menghargai antar profesi.
2. Unsur-Unsur Manajemen
a. Manusia/Man
Manusia sebagai unsur pokok
dalam manajemen karena memiliki
peran penting dalam pelaksanaan
manajemen sebagai penggerak
unsur-unsur lainnya. Sebagus apapun
unsur lain dalam manajemen tidak
akan bisa berjalan jika tidak
digerakan oleh manusia. Oleh karena
21
itu perlunya memperhatikan unsur
pertama ini sebagai SDM yang akan
menentukan kualitas suatu organisasi
ataupun lembaga. Pada prinsipnya
manusia adalah makhluk pekerja,
karena dalam sebuah manajemen
pun manusialah yang sesungguhnya
bekerja, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai pada tahap
pengawasan yang pada dasarnya
dilakukan dan dikendalikan
sepenuhnya oleh manusia (Susanti et
al., 2020).
1) Untuk alat ukur dibuat
berdasarkan rata-rata klien
membutuhkan perawatan:
a) Minimal Care :
1 jam/hari
b) Intermidiate Care :
2 jam/hari
c) Total Care :
2,5 jam/hari
2) Formula pembagian shift ( Wastler dalam
swansbrug (1999)):
a) Pagi : 47 %
b) Sore : 36 %
c) Malam : 17 %
3) Pembagian proporsi tenaga
untuk asuhan langsung
profesional : 55% : 45%
4) Jumlah hari libur dalam setahun:
22
a) Rata-rata hari minggu
pertahun : 52 Hari
b) Libur Nasional
: 15 Hari
c) Cuti Sakit
: 7 Hari
d) Jumlah Hari Pertahun
: 365 Hari
e) Jam Kerja Produktif
: 7 Jam
5) Jumlah Perawat (tenaga asuhan
langsung)
Total kebutuhan jam perawatan/hari x Jumlah hari dalam setahun
(Jumlah hari dalam setahun – hari
libur dalam setahun) x 7
6) Jumlah Tenaga Pendukung
Asuhan
(Kapasitas unit/30 x jml shift x 20
jam)x jml hari /thn
(Jml hari dlm Setahun – hari libur
dlm setahun) x 7
b. Uang/Money
Dewasa ini posisi uang dalam
sebuah perusahaan, lembaga ataupun
organisasi menjadi pennetu
berjalannya sebuah manajemen.
Tanpa adanya uang manajemen tidak
akan berjalan dengan efektik dan
efisien. Semakin banyak uang atau
modal yang dimiliki maka akan
semakin cepat pula proses
23
manajemen dalam mencapai
tujuannya. Tidak sedikit masalah
yang muncul dalam sebuah
manajemen karena kekurangan
uang/modal sehingga pada akhirnya
juga mengalami kebangkrutan.
Disinilah perlunya memanajemen
uang agar tetap bisa mengendalikan
pendapatan uang serta
pengeluarannya agar tetap seimbang
(Susanti et al., 2020).
c. Metode
Metode ini menggunakan tim
yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim / grup yang
terdiri dari tenaga profesional,
tehnikal dan pembantu dalam satu
grup kecil yang saling membantu.
1) Konsep dasar SOP dan SAK
a) Pengertian SOP
(1) Suatu standar/pedoman
tertulis yang
dipergunakan untuk
mendorong dan
menggerakkan suatu
kelompok untuk
mencapai tujuan
organisasi.
24
(2) SOP merupakan tatacara
atau tahapan yang
dibakukan dan yang
harus dilalui untuk
menyelesaikan suatu
proses kerja tertentu.
b) Tujuan SOP
(1) Agar petugas/pegawai
menjaga konsistensi dan
tingkat kinerja
petugas/pegawai atau tim
dalam organisasi atau
unit kerja.
(2) Agar mengetahui dengan
jelas peran dan fungsi
tiap-tiap posisi dalam
organisasi
(3) Memperjelas alur tugas,
wewenang dan tanggung
jawab dari
petugas/pegawai terkait.
(4) Melindungi
organisasi/unit kerja dan
petugas/pegawai dari
malpraktek atau
kesalahan administrasi
lainnya.
(5) Untuk menghindari
kegagalan/kesalahan,
keraguan, duplikasi dan
inefisiensi
25
c) Fungsi SOP :
(1) Memperlancar tugas
petugas/pegawai atau
tim/unit kerja.
(2) Sebagai dasar hukum
bila terjadi
penyimpangan.
(3) Mengetahui dengan jelas
hambatan-hambatannya
dan mudah dilacak.
(4) Mengarahkan
petugas/pegawai untuk
sama-sama disiplin
dalam bekerja.
(5) Sebagai pedoman dalam
melaksanakan pekerjaan
rutin.
d) Penerapan SOP
(1)SOP harus sudah ada
sebelum suatu pekerjaan
dilakukan
(2)SOP digunakan untuk
menilai apakah pekerjaan
tersebut sudah dilakukan
dengan baik atau tidak
(3)Uji SOP sebelum
dijalankan, lakukan
revisi jika ada perubahan
langkah kerja yang dapat
mempengaruhi
lingkungan kerja.
26
e) Keuntungan adanya SOP
(1)SOP yang baik akan
menjadi pedoman bagi
pelaksana, menjadi alat
komunikasi dan
pengawasan dan
menjadikan pekerjaan
diselesaikan secara
konsisten
(2)Para pegawai akan lebih
memiliki percaya diri
dalam bekerja dan tahu
apa yang harus dicapai
dalam setiap pekerjaan
(3)SOP juga bisa
dipergunakan sebagai
salah satu alat trainning
dan bisa digunakan untuk
mengukur kinerja
pegawai.
f) Pengertian SAK
Standar praktek
keperawatan adalah suatu
pernyataan yang
menguraikan suatu kualitas
yang diinginkan terhadap
pelyanan keperawatan yang
diberikan untuk klien
(Gillies, 1996). Fokus utama
standar praktek keperawatan
adalah klien. Digunakan
27
untuk mengetahui proses dan
hasil pelayanan keperawatan
yang diberikan dalam upaya
mencapai pelayanan
keperawatan. Melalui standar
praktek dapat diketahui
apakah intervensi atan
tindakan keperawatan itu
yang telah diberi sesuai
dengan yang direncanakan
dan apakah klien dapat
mencapai tujuan yang
diharapkan.
Tipe standar praktek
keperawatan : Beberapa tipe
standar telah digunakan untuk
mengarahakan dan
mengontrol praktek
keperawatan. Standar dapat
berbentuk ‘normatif’ yaitu
menguraikan praktek
keperawatan yang ideal yang
menggambarkan penampilan
perawat yang bermutu tinggi,
standar juga berbentuk
‘empiris’ yaitu
menggambarkan praktek
keperawatan berdasarkan
hasil observasi pada
sebagaian besar sarana
pelayanan keperawatan
28
(Gillies, 1996).
Secara umum standar
praktek keperawatan
ditetapkan untuk
meningkatkan asuhan atau
pelayanan keperawatan
dengan cara memfokuskan
kegiatan atau proses pada
usaha pelayanan untuk
memenuhi kriteria pelayanan
yang diharapkan. Penyusunan
standar praktek keperawatan
berguna bagi perawat, rumah
sakit/institusi, klien, profesi
keperawatan dan tenaga
kesehatan lain.
d. Material
Peralatan dan perlengkapan medis
dan non medis:
1) Alat tenun
a. k. Kelambu
A l. Laken
dewas
b. a
A m. Selimut
wol
c. n. Stik laken
B o. Sarung
bantal
d. p. Sarung
B pende
29
rita
e. sampi
D ran
q. Tutup
f. mayat
D r. Taplak
meja
g. klien
D s. Waslap
t. Kasur
h. busa
G dewas
a
i.
G
j.
H
30
e) Alat transportasi: brankard,
kursi roda, roda cucian
f) Machine: suction portabel,
EKG, nebulizer
g) Lain-lain: vena seksi set,
dressing cart, perlak, buli-buli
panas, standar infus, standar
BSE, windring, stabilisator
listrik, Doppler.
h) Dressing set: pinset anatomis,
pinset sirurgis, gunting benang,
gunting jaringan, kom besar
tertutup, kom sedang, kom
kecil, korentang, gunting
perban, bak instrumen besar,
bak instrumen sedang, bak
instrumen kecil, baki besar,
bengkok besar, bengkok
sedang, gunting besar, benang,
gunting jahitan.
e. Marketing
Dilakukan dalam bentuk
pemberian pendidikan kesehatan
tentang perawatan mandiri di rumah,
penyediaan sarana pendidikan dan
pelayanan.Sasaran market adalah
masyarakat umum (menerima klien
dengan KS, Askes, umum dan
kontraktor).Sedangkan market dalam
bidang pendidikan dan pelayanan
31
adalah peserta didik/calon praktisi
kesehatan.
32
terbatas sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang
satu klien secara komprehensif
kecuali mungkin kepala ruangan.
Keterbatasan itu sering
menyebabkan klien merfasa kurang
puas terhadap layanan atau asuhan
yang diberikan. Pada metode ini,
kepala ruangan mennetukan tugas
yang dikerjakannya kepada kepala
ruangan dan kepala ruangan tersebut
bertanggung jawab dalam membuat
laporan klien (Wahyuningtias, 2019).
c. Metode TIM
Kegiatan In House Training
(IHT) SP2KP berfokus pada perawat
ruang rawat inap dimana dalam hal
ini metode Tim yang dilakukan di
ruang rawat inap. Metode
keperawatan yang sering digunakan
adalah asuhan keperawatan metode
tim. Asuhan keperawatan metode tim
dikenal di Indonesia pada tahun 1996
yang telah diterapkan dibeberapa
rumah sakit. Metode ini merupakan
suatu metode pemberian asuhan
keperawatan pada sekelompok klien
melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif. Keuntungan
menggunakan metode tim adalah
memfasilitasi pelayanan
33
keperawatan yang komprehensif dan
memungkinkan pencapaian proses
keperawatan. Kerugiannya adalah
rapat tim memerlukan waktu,
sehingga mengganggu komunikasi
dan koordinasi anggota tim dalam
memberikan asuhan keperawatan
pada pasien (Meirawaty & Yudianto,
2019).
Pelaksanaan metode tim
menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan
terhadap kelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3
tim/group yang terdiri dari perawat
profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu tim kecil yang saling
membantu. Metode ini didasarkan
pada keyakinan bahwa setiap
anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi
(Meirawaty & Yudianto, 2019).
Menurut Arwani dan Supriyatno
(2006) dalam Meirawaty & Yudianto
(2019) pemberian metode tim pada
asuhan keperawatan bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan
34
sesuai dengan kebutuhan objektif
pasien sehingga pasien merasa puas.
Metode tim juga dapat
meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan, dan motivasi perawat
karena dalam metode ini ada
kerjasama antar sesama perawat dan
transfer of knowledge.Untuk
tercapainya tujuan tersebut maka
tugas dan tanggung jawab dari tim
keperawatan harus diarahkan dan
benar-benar direncanakan serta
memiliki ketua tim yang profesional.
Menurut Huber (2010), Marquis &
Huston (2012) dikutip dalam
Meirawaty & Yudianto (2019) faktor
yang mempengaruhi dari metode tim
yaitu kepemimpinan, komunikasi,
koordinasi, penugasan, motivasi dan
supervisi. Menurut Sitorus (2006)
dalam Meirawaty & Yudianto (2019)
mengatakan ketua tim sebagai
perawat profesional, harus mampu
menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan dan harus dapat
membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, serta
evaluasi asuhan keperawatan. Ketua
tim harus mampu mengontrol setiap
perkembangan pasien, keberhasilan
asuhan keperawatan sangat
35
ditentukan oleh ketua tim yang
profesional.
d. Metode keperawatan Primer
Metode penugasan yang
paling dipuji dan dipraktikkan saat
ini adalah keperawatan primer.
Tanggung jawab mencakup periode
24 jam, dengan perawat kolega yang
memberikan perawatan bila perawat
primer tidak ada. Perawatan yang
diberikan direncanakan dan
ditentukan secara total oleh perawat
primer (Wahyuningtias, 2019).
Perawat primer bertanggung
jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dan juga
akan membuat rencana pulang klien
jika diperlukan. Jika perawat primer
tidak bertugas, kelanjutan asuhan
akan didelegasikan kepada perawat
lain (Wahyuningtias, 2019).
2. Efisiensi Ruang Rawat
Efisiensi ruang rawat merupakan
salah satu aspek dalam mutu pelayanan
kesehatan, menyangkut pemanfaatan
semua sumber daya di rumah sakit secara
berdaya guna dan berhasil guna dapat
dilihat dari segi ekonomi dan medis,
dimana pasien dirawat dan tinggal di
rumah sakit untuk jangka waktu tertentu,
untuk pasien yang memerlukan asuhan
36
dan pelayanan keperawatan dan
pengobatan secara berkesinambungan
lebih dari 24 jam (Ellyana, 2012).
Indikator-indikator pelayanan
rumah sakit dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu,
dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
Indikator-indikator berikut bersumber
dari sensus harian rawat inap:
a. BOR (Bed Ocupancy Ratio = Angka
pengguanaa tempat tidur)
BOR menurut Huffman
(1994) adalah “the ratio of patient
service days to inpatient bed count
days in a periode under
consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI (2020), BOR adalah
presentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator
ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit. Nilai
parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% menurut Depkes RI
(2020):
Rumus:
jumlah hari perawatan di rumah sakit
¿¿
37
LOS menurut Huffman
(1994) adalah “The average
hospitalization stay of inpatient
discharge during the periode under
consideration”. LOS menurut
Depkes RI (2020) adalah rata-rata
lama rawat seorang pasien. Indikator
ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal
yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai LOS yang
ideal antara 6-9 hari (Depkes RI,
2020)
Rumus:
jumlah lama dirawat
jumlah pasien keluar(hidup+mati )
38
¿¿
39
(2020) adalah angka kematian umum
untuk setiap 1000 penderita keluar.
Rumus:
jumlah pasien meninggal seluruhnya
x 100 %
jumlah pasien keluar ( hidup+mati )
3. Discharge Planning
Menurut Kozier et al. (2004)
mendefinisikan discharge planning
sebagai proses mempersiapkan pasien
untuk meninggalkan satu unit pelayanan
kepada unit yang lain didalam atau di
luar suatu agen pelayanan kesehatan
umum.Perencanaan pulang didapatkan
dari proses interaksi dimana perawatan
professional, pasien dan keluarga
berkolaborasi untuk memberikan dan
mengatur kontinuitas keperawatan yang
diperlukan oleh pasien dimana
perencanaan harus berpusat pada masalah
pasien, yaitu pencegahan, teurapeutik,
rehabilitative, serta perawatan rutin yang
sebenarnya (Swanburg & Samba, 2000).
Discharge planning sebagai
perencanaan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubunagan
dengan kondisi penyakitnya. Discharge
planning (perencanaan pulang)
40
merupakan komponen sistem perawatan
berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan
klien secara berkelanjutan dan bantuan
untuk perawatan berlanjut pada klien dan
membantu keluarga menemukan jalan
pemecahan masalah dengan baik, pada
saat tepat dan sumber yang tepat dengan
harga yang terjangkau.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
discharge planning adalah komponen
sistem perawatan berkelanjutan sebagai
perencanaan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya yang dituliskan untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada
unit yang lain didalam atau diluar suatu
agen pelayanan kesehatan umum,
sehingga pasien dan keluarganya
mengetahui tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubunagan
dengan kondisi penyakitnya.
a. Tujuan Discharge Planning
Tujuan dari dilakukannya
discharge planning sangat baik
untuk kesembuhan dan pemulihan
pasien pasca pulang dari rumah
sakit. Menurut Nursalam (2011)
tujuan discharge
planning/perencanaan pulang antara
lain sebagai berikut:
41
1) Menyiapkan pasien dan keluarga
secara fisik, psikologis, dan
sosial.
2) Meningkatkan kemandirian
pasien dan keluarga.
3) Meningkatkan keperawatan yang
berkelanjutan pada pasien.
4) Membantu rujukan pasien pada
sistem pelayanan yang lain
5) Membantu pasien dan keluarga
memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam
memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan
pasien
6) Melaksanakan rentang
keperawatan antara rumah sakit
dan masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang,
terdapat pemberian edukasi atau
discharge teaching dari tim
kesehatan. Menurut Williams &
Wilkins (2011) discharge teaching
harus melibatkan keluarga pasien
atau perawat lainnya untuk
memastikan bahwa pasien
mendapatkan home care yang tepat.
Discharge teaching bertujuan agar
pasien :
42
1) Memah
ami mengenai
penyakitnya
2) Melaku
kan terapi obat secara
efektif
3) Mengik
uti aturan diet secara
hati-hati
4) Mengat
ur level aktivitasnya
5) Menget
ahui tentang perawatan
yang dilakukan
6) Mengen
ali kebutuhan
istirahatnya
7) Menget
ahui komplikasi yang
mungkin dialami
8) Menget
ahui kapan mencari
follow up care
b. Manfaat Discharge Planning
1) Bagi Pasien:
a) Dapat memenuhi kebutuhan
pasien
b) Merasakan bahwa dirinya
adalah bagian dari proses
perawatan sebagai bagian
43
yang aktif dan bukan objek
yang tidak berdaya.
c) Menyadari haknya untuk
dipenuhi segala
kebutuhannya
d) Merasa nyaman untuk
kelanjutan perawatannya dan
memperoleh support sebelum
timbulnya masalah.
e) Dapat memilih prosedur
perawatannya
f) Mengerti apa yang terjadi
pada dirinya dan mengetahui
siapa yang dapat
dihubunginya.
2) Bagi Perawat:
a)Merasakan bahwa
keahliannya di terima dan
dapat di gunakan
b)Menerima informasi kunci
setiap waktu
c)Memahami perannya dalam
system
d)Dapat mengembangkan
ketrampilan dalam prosedur
baru
e)Memiliki kesempatan untuk
bekerja dalam setting yang
berbeda dan cara yang
berbeda.
44
f) Bekerja dalam suatu system
dengan efektif.
45
pengetahuan dari tenaga yang
tersedia maupun fasilitas yang
tersedia di masyarakat.
5) Perencanaan pulang
dilakukan pada setiap sistem
pelayanan kesehatan, setiap
klien masuk tatanan pelayanan
maka perencanaan pulang
harus dilakukan.
d. Jenis-jenis Discharge Planning
1) Conditioning discharge (pulang
sementara atau cuti), keadaan
pulang ini dilakukan apabila
kondisi pasien baik dan tidak
terdapat komplikasi. Pasien untuk
sementara dirawat dirumah sakit
namun harus ada pengawasan dari
pihak rumah sakit atau puskesmas
terdekat.
2) Absolute discharge (pulangmutlak
atau selamanya) cara ini
merupakan akhir dari hubungan
pasien dengan rumah sakit,
namun apabila pasien perlu
dirawat kembali, maka prosedur
perawatan dapat dilakuakan
kembali.
3) Judicial discharge (pulang
paksa), kondisi ini pasien
diperbolehkan pulang walaupun
kondisi kesehatan tidak
46
memungkinkan untuk pulang,
tetapi pasien hrus dipantau
dengan melakukan kerja sama
dengan perawatan puskesmas
terdekat.
47
BAB III
MANAJEMEN RUANGAN PERAWATAN ANAK
RUMAH SAKIT JUANDA KUNINGAN
48
dan keramahan petugas sehingga kepuasan
pasien (Customer Satisfaction) adalah segala-
galanya. Sebagai rumah sakit swasta di Kota
Kuningan Rumah Sakit Juanda Kuningan hadir
tidak untuk berkompetisi dengan rumah sakit
yang lain, melainkan untuk saling melengkapi
dan meningkatkan kualitas derajat kesehatan
masyarakat di Kabupaten Kuningan. Dalam
usianya yang telah mencapai sepuluh tahun RS.
Juanda Kuningan terus berbenah dalam
berbagai aspek, baik aspek pelayanan medis,
manajemen, peralatan kesehatan, sarana dan
prasarana yang menunjang dalam bidang
pelayanan kesehatan terhadap pasien.
49
b) Poli Gigi
c) Poli Gizi
d) Poli Laktasi
e) Poli Khitan
f) Poli Vaksin
g) Poli Transfusi
h) Poli PDP
i) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
j) Poliklinik Spesialis Paru & Pernapasan
k) Poliklinik Spesialis Anak
l) Poliklinik Spesialis Kebidanan &
Kandungan
m) Poliklinik Spesialis Bedah
n) Poliklinik Spesialis Kulit & Kelamin
o) Poliklinik Spesialis Mata
p) Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik
q) Poliklinik Spesialis Kesehatan Jiwa
r) Poliklinik Spesialis Orthopedi
s) Poliklinik Urologi
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Bedah Sentral
5. Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
6. Instalasi Pemulasaran Jenazah
7. Instalasi Laboratorium
8. Instalasi Farmasi
9. Instalasi Radiologi
10. Instalasi Pemasaran Sosial dan SIM RS
11. Instalasi Laundry
12. Instalasi Bank Darah
13. Instalasi Gizi
14. Instalasi Administrasi Pasien
50
15. Unit Hemodialisa
16. Ruang JKN & Casemix
17. Ruang Bimroh
3.2 Kajian/Analisis Situasi
3.2.1 Kajian Situasi Rumah Sakit Juanda Kuningan
1. Visi Rumah Sakit Juanda Kuningan
“Menjadi Rumah Sakit Pilihan
Utama di Kabupaten Kuningan yang
Berorientasi Pada Layanan Berkualitas,
Paripurna dan Berkesinambungan”
2. Misi Rumah Sakit Juanda Kuningan
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan
berkualitas sesuai standar nasional.
2) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia sesuai standar
nasional yang berkesinambungan.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana
guna menunjang kualitas mutu layanan
kesehatan
4) Menciptakan hubungan kerjasama yang
harmonis dengan institusi dan
pelanggan
5) Kendali mutudan kendali biaya
3. Motto Rumah Sakit Juanda Kuningan
“Kesembuhan dan Kepuasan Pasien
Adalah Tujuan Utama Kami”
4. Tujuan Rumah Sakit Juanda Kuningan
Melaksanakan pelayanan kesehatan
yang paripurna dengan mengutamakan
kesembuhan, dengan berpedoman kepada
usaha promotive, preventive, curative,
51
rehabilitative.
3.2.2 Kajian/Analisis Situasi Ruangan RPA
A. Karakterstik Unit
1. Visi Ruangan
“Menjadikan Ruang Perawatan
Anak sebagai ruangan unggulan dan
terdepan dalam memberikan Pelayanan
Kesehatan Anak dengan baik dan
berkualitas serta penuh kasih sayang”
2. Misi Ruangan
1) Menciptakan Lingkungan kerja
yang harmonis dan nyaman
2) Memberikan pelayanan kesehatan
yang efektif, efisien, professional,
dan bermoral
3) Menyelenggarakan Pendidikan,
Pelatihan dan Pengembangan di
Bidang Pelayanan Kesehatan yang
berkesinambungan
4) Menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan Anak yang senantiasa
mengikuti perkembangan ilmu
kesehatan
3. Sifat Kekayaan Ruangan
a. Fokus telaah
Fokus telaah ruang RPA
Rumah Sakit Juanda Kuningan
yaitu perawatan anak laki-laki dan
perempuan. Ruang RPA merupakan
unit pelayanan bagi pasien BPJS
dan non BPJS (umum). Dalam
52
bidang pendidikan fokus telaah
ruang RPA adalah dokter, perawat,
staff, pasien, keluarga pasien dan
juga mahasiswa yang membutuhkan
pengetahuan dan pengalaman dalam
memenuhi kebutuhan pasien
khususnya masalah keperawatan.
b. Lingkup garapan
Lingkup garapan di ruang
RPA Rumah Sakit Juanda Kuningan
adalah pemenuhan kebutuhan
dasar manusia. Berdasarkan fokus
telaah, maka lingkup garapan ruang
RPA RS Juanda Kuningan adalah
memberi pelayanan secara efektif
dan efisien, memberikan
kenyamanan dan kepuasan pasien
serta mencegah dan mengurangi
terjadinya komplikasi lebih lanjut
pada pasien anak dengan segala
aktivitas untuk mengatasi gangguan
hambatan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia.
c. Basis intervensi
Basis intervensi dalam
bidang pelayanan ruang RPA RS
Juanda Kuningan adalah
ketidaktahuan, ketidakmauan, dan
ketidakmampuan keluarga pasien
untuk memenuhi kebutuhan dasar
pasien dengan masalah kesehatan
53
yang dialami. Sebagian asuhan
keperawatan di ruang RPA sudah
menggunakan SDKI, SLKI, SIKI.
Tetapi pada pelaksanaannya sesuai
dengan kemampuan perawat
pelaksana.
4. Model Layanan
Manajemen asuhan
keperawatan di RPA Rumah Sakit
Juanda Kuningan menggunakan
metode keperawatan tim. Metode ini
diterapkan dengan menggunakan
kerjasama yang terdiri dari kepala tim
dan perawat pelaksana yang saling
membantu. Pembagian tugas dalam
setiap shift dilakukan oleh ketua tim.
Selain itu, ketua tim bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota
tim, memberi pengarahan, menerima
laporan kemajuan pelayanan
keperawatan pasien, membantu
anggota tim dalam menyelesaikan
tugas jika mengalami kesulian dan
melaporkan kepada kepala ruangan
terkait asuhan keperawatan yang
dilakukan timnya.
54
5. Letak Ruangan
Denah RPA
Playground
Tangga Pagar
R. Janitor
Ruang Perawat Pinokio 1
Bougenvile 9
Pinokio 2
Pokemon 1
Ruang Pinokio 3
Tindakan Pokemon 2
Aster 4
Mickey Mouse
Doraemon
Pinokio 5 Pinokio 4
Pokemon 3
Aster 5
55
Keterangan:
= Lantai 2 = Kelas 1
= Lantai 1 = Kelas 2
= VRPA = Kelas 3
= RPA
56
Tabel 3.1 Jumlah Pasien Menurut Cara Pembayaran pada Bulan 1 April 2022 s.d
30 April 2022
NO CARA PEMBAYARAN RPA
1 Umum 24 pasien
2 BPJS 98 pasien
3 Jamkesda 3 pasien
4 Asuransi 9 pasien
TOTAL 134 pasien
Sumber : Laporan Registrasi Pasien Ruang RPA tanggal 1 April 2022 s.d 30 April 2022
57
5) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
6) Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan otot
7) Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan
8) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas
9) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
10) Risiko cidera b.d perubahan sensasi
e) 10 tindakan yang sering dilakukan
1) TTV
2) Anjurkan kompres air hangat
3) Beri terapi oksigen
4) Ciptakan lingkungan nyaman
5) Anjurkan mobilitas bertahap
6) Anjurkan makan sedikit tapi sering
7) Anjurkan tirah baring
8) Nebulisasi
9) Anjurkan minum air putih yang cukup
10) Kaji skala nyeri
58
C. Analisis Unit Layanan Keperawatan
1. Flow of Care
Alur transfer pasien
Staff IGD / Poli rawat inap Staff Perawat / Bidan IGD / Poli
mengkonfirmasi kondisi rawat inap mengirim pasien ke
pasien, diagnosa, dll ruangan yang dituju
59
a. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru Di Ruang RPA
Tabel 3.3 Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru Di RPA
No Hal-hal yang Diorientasikan Tidak Ya
1 P1 : Perkenalan
a. Perkenalan perawat yang bertanggung
100%
jawab dan perawat associate
b. Perkenalan dokter yang bertanggung 100%
Jawab
2 P2 : Peraturan rumah sakit
Penjelasan tentang aturan rumah sakit
a. Fasilitas 12.5% 87.5%
b. Jelaskan hak dan kewajiban pasien 100%
c. Fungsi gelang 12.5% 87.5%
d. Jam berkunjung 25% 75%
e. Waktu makan 100%
f. Tata cara pembayaran jasa rumah sakit 100%
g. Anjurkan untuk tidak membawa barang 12.5% 87.5%
berharga
h. Jelaskan cara operasional tempat tidur 25% 75%
3 P3 : Penyakit / Diagnosa
a. Pengertian 100%
b. Etiologi 25% 75%
c. Tanda dan gejala 100%
d. Pemeriksaan 100%
e. Pengobatan 100%
Rata-rata 7.5% 92.5%
Berdasarkan observasi dan pengkajian tanggal 25-27 April 2022 dari 8
responden bahwa pelaksanaan orientasi baru didapatkan nilai rata-rata sebesar 92.5%
sudah dilaksanakan dengan baik.
b. Operan Jaga
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 25-27 April 2022
dan dilanjutkan pada tanggal 12-14 Mei didapatkan hasil bahwa operan jaga yang
dilakukan oleh perawat di Ruang Perawatan Anak (RPA) RS Juanda Kuningan
cukup optimal dimana ketika shift pagi kepala ruangan melakukan pre conference
and post conference sebelum melakukan kegiatan, menyampaikan maksud dan
tujuan, kemudian penyampaian asuhan yang telah diberikan dari shift malam ke shift
pagi, selanjutnya melakukan kunjungan ke setiap kamar pasien akan tetapi terkadang
hanya dijelaskan saja di ruang perawat. Hal ini dilakukan hanya ketika shift pagi
saja. Pada saat shift siang dan malam hanya menjelaskan di ruang perawat.
60
c. Ronde Keperawatan
Tabel 3.4 Ronde Keperawatan RPA
No Aspek Hasil Observasi
1. Pelayanan Alur Pasien Masuk
Penerimaan Hasil Observasi Saat Pengkajian Tanggal 25-27 April 2022
Pasien 1. Pasien masuk dari IGD setelah mendapat konfirmasi dari
perawat RPA bahwa kamar dan tempat tidur tersedia dan
telah siap, pasien baru akan diantar dari IGD ke ruangan.
Setelah itu perawat melakukan anamnesa kembali pada
pasien baru yang baru masuk ke ruangan. Diruangan
perawat akan melaporkan pasien baru kepada dokter,
setelah menerima advis dari dokter, perawat mengecek
obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien, inform
consent dilakukan pada pasien dan keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Selanjutnya
tindakan disesuaikan dengan advis dokter.
Hasil Observasi Saat Pengkajian Tanggal 25-27 April 2022
1. Dari 1 orang pasien baru yang masuk ke ruang RPA, pasien
diantar petugas dari IGD dan keluarga. Perawat memeriksa
kelengkapan status dan memberi tahu kamar dan tempat
tidur yang telah disiapkan. Pasien langsung diantar oleh
petugas IGD ke kamar dan tempat tidur yang telah
disiapkan. Pasien dipindahkan oleh petugas IGD dan
keluarga pasien ikut membantu memindahkan pasien
ketempat tidur. Selanjutnya perawat ruangan mengatur
peralatan pendukung sesuai kebutuhan pasien (tetesan infus,
oksigen dll).
2. Pasien baru yang masuk ke ruang RPA dilakukan anamnesa
kembali dan pengkajian tanda-tanda vital. Selanjutnya
perawat akan meminta keluarga pasien untuk datang ke
nurse station. Perawat melakukan orientasi ruangan dan
penjelasan tata tertib ruangan pada keluarga pasien, serta
penjelasan penyakit atau diagnosa penyakit kepada keluarga
pasien cukup optimal dilakukan.
Alur Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium sudah dilakukan di IGD.
Pemeriksaan laboratorium pagi atau siang hari dilakukan
dengan pengambilan sampel darah kemudian mengirimkan
sampel pemeriksaan ke laboratorium.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan setelah pasien diperiksa
oleh dokter atau pasien yang perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang lain. Dokter atau perawat akan menulis di form
sesuai kebutuhan pasien, kemudian perawat akan membawa
pasien beserta status pasien tersebut kebagian yang dituju.
Simpulan Hasil Kegiatan:
Perlunya dipertahankan dan ditingkatkan dalam pelaksanaan alur penerimaan pasien masuk
di Ruang RPA, terutama mengenai orientasi ruangan, peraturan rumah sakit dan penjelasan
61
diagnosa.
2. Pengelolaan Pengelolaan Pasien di Ruangan
Pasien di 1. Hasil observasi selama 3 hari didapatkan pengelolaan pasien
Ruangan diruangan yaitu : setelah pasien menempati kamar yang
sesuai kemudian perawat mengecek dokumen pasien terkait
pengobatan dan terapi lain yang telah didapatkan di IGD,
kemudian diresepkan obat dan keperluan lainnya seperti
konsul dengan dokter terkait sesuai kebutuhan pasien.
2. Metode tim di RPA sudah diterapkan tetapi belum cukup
optimal.
3. Distribusi penyakit di RPA sebagian besar pasien dengan
Observasi Febris (OF), DF, Demam Typoid, Diare,
Bronkopneumonia, Kejang Demam.
4. Distribusi perawat : jumlah tenaga perawat di RPA sebanyak
17 orang termasuk dengan kepala ruangan, kepala tim,
perawat pelaksana dan POS. Shift pagi terdiri dari 5 orang
perawat termasuk 1 orang kepala ruangan, 1 orang kepala
tim, 2 orang perawat pelaksana serta 1 orang POS. Shift sore,
1 orang kepala tim, 3 orang perawat pelaksana. Serta shift
malam, 1 orang kepala tim dan 3 orang perawat pelaksana.
5. Distribusi mahasiswa : jumlah mahasiswa program profesi
ners sebanyak 12 orang yang terbagi dalam 3 shift dengan
jumlah masing-masing orang pershift adalah sebanyak 4
orang.
6. Bed yang terisi pada tanggal 25-27 April 2022 sebanyak 8
bed dan bed yang kosong sebanyak 23 bed.
7. Dalam pengambilan obat dilakukan oleh perawat yang
sebelumnya sudah diberikan resep yang ditandatangani
oleh dokter untuk pengambilan obat ke apotek.
8. Pemeriksaan laboratorium untuk pagi, siang hari, atau sore
hari. Perawat akan menyiapkan form pemeriksaan
laboratorium dan alat untuk pengambilan darah.
Pengambilan sampel darah dilakukan oleh perawat dan
perawat akan mengirimkan sampel pemeriksaan ke
laboratorium.
9. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien, perawat
bekerjasama dengan ahli gizi. Ahli gizi akan menganalisis
nutrisi apa saja yang dibutuhkan pasien sesuai kondisinya.
Selanjutnya ahli gizi akan mengantarkan makanan setiap
pagi, siang dan sore hari.
10. Visit dokter dilakukan sesuai jadwal, jika ada pasien baru
perawat akan langsung mengonsultasikannya ke dokter via
telepon jika dokter yang bersangkutan tidak sedang berada di
rumah sakit. Advise yang didapatkan di dokumentasikan
dalam buku catatan dan rekam medik pasien.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu ditingkatkan dan dipertahankan dalam pengelolaan pasien di RPA.
3. Discharge Alur Pasien Pulang
Planning 1. Pasien diperbolehkan pulang setelah dinyatakan sembuh
atau rawat jalan sudah diizinkan oleh dokter yang
62
menangani. Bila pasien pulang paksa, pasien atau keluarga
harus menandatangani format penolakan rawat inap maka
pasien akan diizinkan untuk pulang. Perawat menjelaskan
cara penyelesaian administrasi dan memeriksa kelengkapan
administrasi serta hasil pemeriksaan penunjang. Setelah
administrasi dinyatakan lengkap, perawat memberikan dan
menjelaskan obat pulang yang harus diminum, waktu kontrol
yang telah ditulis secara lengkap dan cara perawatan di
rumah.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu dipertahankan dalam Discharge Planning di RPA, karena penerapannya sudah
cukup baik bagi pasien dan keluarga yang akan pulang untuk perawatan dirumah.
4. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan 1. Pasien yang mengalami gangguan oksigenasi dibantu dengan
Dasar pemberian O2 yang sesuai dengan advis dokter.
Manusia 2. Ventilasi/jendela tiap kamar dibuka namun hanya ada berapa
ventilasi saja dan berfungsi dengan baik.
3. Pada tanggal 25-27 Mei 2022 berdasarkan observasi terdapat
pasien yang menggunakan oksigen.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Ventilasi ruangan di RPA sudah cukup memenuhi kebutuhan pasien.
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien di RPA
dilakukan dengan cara oral dan parenteral.
2. Pergantian alat infus dilakukan bila pasien plebitis, bengkak
dan transfusi darah. Cairan diganti berdasarkan laporan
anggota keluarga pasien dan observasi perawat.
3. Pergantian cairan infus biasanya jenisnya sama dengan
sebelumnya atau disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
pasien yang merupakan hasil konsultasi dengan dokter.
4. Pada tanggal 25-27 Mei 2022 berdasarkan observasi terdapat
8 orang yang terpasang cairan infus.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu dipertahankan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit bagi pasien di RPA
Kebutuhan Nutrisi
1. Menu makanan pasien diatur oleh ahli gizi dan disesuaikan
dengan kondisi pasien.
2. Penyajian makanan diberikan 3 kali sehari.
3. Penyajian makan pagi jam 06.00, makan siang jam 11.00 dan
makan sore jam 17.00.
4. Makanan dan air minum disajikan dalam keadaan tertutup.
5. Perubahan diit pasien didokumentasikan di buku makanan.
6. Dari segi penyajian makanan, kebersihan makanan, ketepatan
waktu pemberian makan hampir seluruh pasien mengatakan
sudah “baik”.
7. Kontrol makanan atau diit ditentukan oleh dokter dan
dilakukan oleh ahli gizi.
8. Pengkajian pada tanggal 25-27 April 2022, terdapat 8 Pasien
dengan hasil wawancara 5 pasien mengatakan bahwa makanan
63
dari rumah sakit “cukup enak”, serta mengatakan nafsu makan
kurang baik, terbukti dengan ada beberapa pasien yang porsi
makan yang dihabiskan dan tidak dihabiskan.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Sudah cukup baik Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada pasien di RPA
Kebutuhan Eliminasi
1. Pemenuhan kebutuhan eliminasi dilakukan dengan bantuan
keluarga ke kamar mandi, menggunakan pispot atau pasien
menggunakan pampers.
2. Kamar mandi yang tersedia di ruang VRPA, RPA, kelas 1, dan
kelas 2 sebanyak 1 kamar mandi, dan di ruang kelas 3 sebanyak
2 kamar mandi. Kamar mandi di setiap ruang perawatan dalam
kondisi cukup bersih dengan aliran air yang lancar.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu dipertahankan dalam Kebutuhan Eliminasi bagi pasien di Ruang RPA.
Istirahat dan Tidur
1. Dari hasil observasi, pengaturan tentang tata tertib jam
kunjungan dan batasan jumlah penunggu terlaksana dengan
cukup baik, sehingga tidak mengganggu kenyamanan dan
istirahat tidur pasien.
2. Tidak tersedia ruang tunggu untuk keluarga pasien.
3. Fasilitas tempat tidur: 100% layak pakai, tempat tidur juga
terdapat pengamanan tempat tidur.
4. Dari hasil observasi tingkat kebisingan di RPA dapat
disimpulkan bahwa sedikit bising, hal ini dikarenakan
apabila pasien bayi atau anak balita sedang rewel dan belum
optimalnya jam besuk pasien sehingga pengunjung bebas
keluar masuk ruang perawatan.
5. Hasil wawancara dari 5 pasien dan keluarga, didapatkan
semua pasien mengatakan dapat tidur nyenyak. Akan tetapi
terkadang merasa tidak nyenyak apabila ada anak yang
sedang rewel.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlunya pengoptimalan jam besuk dan pengunjung yang dibatasi untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman dan aman.
Kebutuhan Aktivitas
1. Pemenuhan ADL pasien dibantu oleh keluarga
2. Pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat melalui lisan,
namun poster yang terpasang di dinding masih minim.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu ditingkatkan dalam Kebutuhan Aktifitas pasien di Ruang RPA dan memperhatikan
pendidikan kesehatan bagi pasien yang mobilisasi minimal.
Kebutuhan Integritas Kulit dan Kebersihan Diri
1. Menurut perawat, pemenuhan kebutuhan kebersihan diri
dilakukan oleh keluarga dan dibantu oleh perawat baik dari
segi alat, bahan dan tenaga.
2. Pemenuhan personal hygiene dilakukan oleh keluarga dan
dibantu oleh perawat.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu adanya pemantauan untuk pasien dengan bantuan kebersihan diri, karena tidak semua
64
keluarga pasien memahami bagaimana cara perawatan diri pada pasien.
Pencegahan Terhadap Infeksi
1. Upaya pencegahan infeksi pada pasien :
a. Perawat menggunakan sarung tangan dan gown
sebelum melakukan tindakan.
b. Set ganti balutan yang steril dan menggunakan
teknik septic dan aseptic.
c. Sebagian besar perawat melakukan cuci tangan
menggunakan handrub sebelum melakukan tindakan
kepada pasien dan hanya beberapa perawat yang lupa
melakukan cuci tangan terlebih dahulu. Perawat akan
melakukan cuci tangan setelah melakukan tindakan
atau kontak dengan pasien sesuai protap (6 langkah cuci
tangan).
d. Petunjuk cuci tangan yang benar belum terpasang di
sebelah tempat cuci tangan di ruang perawat. Belum
terpasang untuk petunjuk cuci tangan pasien.
e. Terdapat handrub di depan setiap kamar pasien.
2. Kamar pasien di pel sebanyak 2x sehari pada shift pagi dan
sore.
3. Penampungan sampah medis dan non medis sudah terpisah.
4. Terdapat 2 (dua) tempat sampah untuk sampah medis (warna
kuning), 2 non medis (warna hitam), namun untuk sampah
bekas makanan atau minuman masih disatukan ke sampah non
medis dan 1 safety box yang masing-masing terpisah dari
tempat sampah.
Simpulan Hasil Kegiatan :
Perlu ditingkatkan tindakan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan pada pasien
secara langsung serta petunjuk atau edukasi melakukan cuci tangan untuk pasien dan
keluarga.
5. Aplikasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Proses 1. Sistem pendokumentasian yang berlaku di RPA adalah
Keperawatan system SOR (Source Oriented Record), yaitu suatu sistem
pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber
tenaga kesehatan, misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi,
dan lain-lain Selama ini, pendokumentasian asuhan
keperawatan sudah dilakukan dengan cukup optimal. Hal
tersebut berdasarkan observasi dan wawancara dengan
kepala ruangan bahwa pendokumentasian dilakukan oleh
perawat yang mengisi format pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2. Dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 25-27 Mei 2022,
dengan melihat status pasien didapatkan dokumentasi untuk
pengisian lembar pengkajian sudah diisi secara optimal,
laporan catatan perkembangan pasien yang meliputi SOAP
sudah cukup optimal. Format laporan harian dinas terdiri dari
nama, no kamar, diagnose penyakit, terapi dan laporan
keadaan pasien yang ditulis dari tiap shiftnya yaitu keadaan
umum klien, tanda-tanda vital, dan intruksi dari tim
kesehatan lain (Dokter).
65
Pengkajian
Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan selama 3 hari
terhadap 8 dokumentasi asuhan keperawatan, didapatkan hasil
lengkap dalam pengisian format pengkajian yang ada, yaitu
dengan mencheck list pada option yang disediakan. Namun,
berdasarkan observasi terhadap perawat, perawat ruangan tidak
melakukan pengkajian secara keseluruhan karena tidak semua
berdasarkan tehnik pemeriksaan fisik yang ditetapkan terutama
auskultasi dan perkusi jarang dipergunakan. Perawat sering
menggunakan tehnik inspeksi dan palpasi dalam
menginterpretasi klien.
Diagnosa Keperawatan
Dari semua dokumentasi asuhan keperawatan yang ada, perawat
mencantumkan diagnosa keperawatan yang disesuaikan
berdasarkan keluhan pasien dan mulai menggunakan standarisasi
diagnose keperawatan Indonesia (SDKI).
Perencanaan Keperawatan
Secara keseluruhan perencanaan intervensi keperawatan sudah
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul dan mulai
menerapkan penggunaan SLKI, dan SIKI.
Pelaksanaan Keperawatan
1. Sebagian besar dari rencana tindakan yang dibuat oleh
perawat dilakukan dengan melibatkan pasien atau keluarga.
2. Implementasi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan, sebagian besar implementasi keperawatan yang
dilakukan yaitu sesuai kebutuhan pasien, dalam beberapa
kondisi terkadang kebutuhan pasien berubah sehingga
perlu melakukan tindakan segera. Namun, sebelumnya
dikonsultasikan atau sesuai advis dokter.
Berdasarkan observasi yang dilakukan dari 8 dokumentasi
ASKEP didapatkan hasil seluruh dokumentasi sudah
mencantumkan nama, tanggal, jam dan tanda tangan perawat
dalam melakukan setiap tindakan.
Evaluasi Keperawatan
1. Evaluasi yang dilakukan sudah mengacu pada tujuan dan
dilakukan evaluasi hasil dari setiap tindakan yang diberikan.
Catatan perkembangan yang digunakan sudah
SOAP/SOAPIER.
6 Metode Metode ini menggunakan cara tim yaitu terdapat 5 kepala tim
Pengelolaan dengan 3 anggota setiap tim. Setiap tim berhak memegang
Pasien pasien secara menyeluruh.
7 Pendidikan Pendidikan kepada pasien dan keluarga dilakukan cukup aktif
oleh perawat. Pendidikan kesehatan diberikan sesuai dengan
diagnosis, prognosis dan pengobatan pasien dan ketika keluarga
menanyakan tentang penyakit atau hal lain yang berkaitan
dengan pasien. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada saat
melakukan anamnesa kembali setelah pasien baru datang ke
ruangan, serta biasanya dilakukan berbarengan pada saat
tindakan, misalnya pada saat pemberian terapi dan pada saat ada
keluarga pasien yang bertanya, atau dalam beberapa situasi
66
juga perawat memberikan penkes khusus pada pasien dan
keluarga.
8 Penelitian Di Rumah Sakit Juanda Kuningan sudah dijadikan tempat
penelitian untuk jenjang pendidikan Diploma, Sarajana, dan
Profesi. Namun berdasarkan wawancara ke kepala ruangan, di
Ruang RPA belum ada yang menjadikan sebagai tempat
penelitian oleh mahasiswa.
2. Manajemen Unit
Data Inventaris Ruang Perawatan/Sarana dan Prasarana Penunjang Rumah
Sakit Juanda Kuningan.
Ruang : RPA
Jumlah Tempat Tidur : 31
Tabel 3.5 Sarana dan Prasarana RPA RS. Juanda Kuningan
No. Jumlah Kondisi
1. EKG 0 -
2. X-Ray Viewer 1 Baik
3. Timbangan Dewasa 1 Baik
4. Stetoskop 4 Baik
5. Termometer 2 Baik
6. SPO2 20 Baik
7. Troli 1 Baik
8. Ambu Bag 3 Baik
9. Nebulizer 1 Baik
10. Komputer 1 Baik
11. Kotak Saran 1 Baik
12. Dispenser 1 Baik
13. Safety Box 1 Baik
14. Tempat Sampah Infeksius 2 Baik
15. Tempat Sampah Rumah
1 Baik
Tangga
16. Tempat Sampel 1 Baik
17. Apar 1 Baik
67
18. Helm 4 Baik
19. Hazmat 0 -
20. Kursi Roda 1 Baik
21. Handsrub 8 Baik
22. Troli keranjang 1 Baik
23. Bak Instrumen 7 Baik
24. Bengkok 1 Baik
25. Torniquet 2 Baik
26. Kursi 7 Baik
27. Kom tertutup 1 Baik
28. Kom kecil 1 Baik
29. Kom besar 4 Baik
30. Blankar 2 Baik
31. Tensimeter Manual 2 Baik
32. Gunting Verban 1 Baik
33. Gunting 1 Baik
34. Alat GDS 1 Baik
35. Kunci inggris 1 Baik
36. Regulator oksigen 10 Baik
37. Wastafel 3 Baik
38. Infus Pump 2 Kurang Baik
68
AC 1 Baik
Kulkas 1 Baik
Telepon 1 Baik
RPA (Pinokio 1- Tempat Tidur Pasien 4 Baik
4) Lemari Pasien 4 Baik
Standar Infus 4 Baik
Sofa 4 Baik
Televisi 4 Baik
AC 4 Baik
Telepon 4 Baik
Bougenvile Tempat Tidur Pasien 2 Baik
Lemari Pasien 2 Baik
Standar Infus 2 Baik
Televisi 1 Baik
Pokemon 1 Tempat Tidur Pasien 2 Baik
Lemari Pasien 2 Baik
Standar Infus 2 Baik
Televisi 1 Baik
Kipas 1 Baik
Pokemon 2 Tempat Tidur Pasien 2 Baik
Lemari Pasien 2 Baik
Standar Infus 2 Baik
Televisi 1 Baik
Kipas 1 Baik
Pokemon 3 Tempat Tidur Pasien 2 Baik
Lemari Pasien 2 Baik
Standar Infus 2 Baik
Televisi 1 Baik
Kipas 1 Baik
Mickey Mouse Tempat Tidur Pasien 3 Baik
Lemari Pasien 3 Baik
Standar Infus 3 Baik
69
Televisi 1 Baik
Kipas 1 Baik
Aster 4 Tempat Tidur Pasien 3 Baik
Lemari Pasien 3 Baik
Standar Infus 3 Baik
Kipas 1 Baik
Aster 5 Tempat Tidur Pasien 3 Baik
Lemari Pasien 3 Baik
Standar Infus 3 Baik
Kipas 1 Baik
Doraemon Tempat Tidur Pasien 7 Baik
Lemari Pasien 7 Baik
Standar Infus 7 Baik
Kipas 3 Baik
Pinokio 5 Tempat Tidur Pasien 2 Baik
Lemari Pasien 2 Baik
Standar Infus 2 Baik
Kipas 1 Baik
70
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ruang RPA Rumah Sakit Juanda Kuningan
KABID KEPERAWATAN
KEPALA RUANGAN
PERAWAT PELAKSANA
POS
Maidasari
71
b) Ketenagakerjaan/Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja Ruang RPA Rumah Sakit Juanda
Kuningan berjumlah 17 orang yang terdiri dari 1 kepala
ruangan, 5 kepala tim, 10 perawat pelaksana dan 1 POS. Dari
17 orang tenaga kerja yang bekerja di ruang RPA Rumah
Sakit Juanda Kuningan berpendidikan sebagai berikut:
Tabel 3.7 Daftar Keadaan dan Kebutuhan Pegawai Ruang RPA Rumah
Sakit Juanda Kuningan
No. KETENAGAAN NAMA PENDIDIKAN LAMA STR
RPA KERJA
1. KEPALA Fransiska Juju, S.Kep., Profesi Ners 15 tahun
RUANGAN Ners +
72
c) M3 (Metode)
Manajemen asuhan keperawatan di RPA Rumah Sakit
Juanda Kuningan menggunakan metode keperawatan tim.
Metode ini diterapkan dengan menggunakan kerjasama yang
terdiri dari kepala tim dan perawat pelaksana yang saling
membantu. Pembagian tugas dalam setiap shift dilakukan
oleh ketua tim. Selain itu, ketua tim bertanggung jawab
dalam mengarahkan anggota tim, memberi pengarahan,
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan pasien,
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas jika
mengalami kesulian dan melaporkan kepada kepala ruangan
terkait asuhan keperawatan yang dilakukan timnya.
Salah satu yang diatur manajemen rumah sakit adalah
Standar Prosedur Operasional. Standar Prosedur Operasional
adalah suatu standar atau pedoman tertulis yang
dipergunakan untuk mendorong dan menggerakan suatu
kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala ruangan dimana dalam
memberikan pelayanan keperawatan di RPA mengacu pada
standar prosedur operasional yang telah ada di ruangan.
d) Marketing
Ruang Perawatan Anak (RPA) terdiri dari ruang perawat,
nurse station, ruang perawatan, ruang tindakan, ruang janitor,
dan tempat bermain. Ruang perawatan terdiri dari 6 kamar
kelas yang berbeda dengan jumlah kapasitas tempat tidur 31
bed.
E. Lingkungan Kerja
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat
disekitar, seperti ruangan, suhu udara, sirkulasi udara, pencahayaan,
kebisingan, getaran mekanis, kebersihan dan bau-bauan, warna akan
73
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut.
74
Perawatan VRPA dengan kapasitas 1 bed. Ruangan RPA
dengan kapasitas 4 bed. Ruangan Bougenville
dengan kapasitas 2 bed. Ruangan Pokemon dengan
kapasitas 8 bed. Ruangan Aster 4 dengan kapasitas 3
bed. Ruangan Aster 5 dengan kapasitas 3 bed.
Ruangan Doraemon dengan kapasitas 7 bed dan
Ruangan Pinokio 5 dengan kapasitas 2 bed Masing
masing Ruang Pokemon terdapat 3 kipas angin dan 3
kamar mandi, Ruang Aster terdapat 2 kipas angin
dan 2 kamar mandi, Ruangan Doraemon terdapat 3
kipas angin dan 1 kamar mandi. Kemudian ruangan
VRPA dan RPA memiliki kapasitas 1 bed dilengkapi
dengan sofa, kamar mandi, televisi dan kipas di
dalam ruangan.
3. Kamar Keadaan kamar mandi perawat cukup bersih, ada
Mandi gayung, sabun, penerangan cukup baik, pintu kamar
Perawat mandi baik, ventilasi kamar mandi baik.
4. Kamar Mandi Keadaan kamar mandi pasien cukup bersih,
Pasien penerangan cukup baik, terdapat handraile kamar
mandi (toilet bar) untuk membantu pasien yang
kekurangan dalam mobilisasi, ventilasi kamar mandi
baik.
75
membantu mengganti pakaian.
2. Hubungan Hubungan antara perawat dengan perawat
Perawat dengan lainnya saat di ruangan berjalan dengan baik,
Perawat di pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah
Ruangan dan komunikasi perawat berjalan dua arah, jika
keadaan mendesak keputusan diambil oleh ketua tim
atau kepala ruangan.
Serah terima tugas atau timbang terima (operan)
dilakukan oleh perawat shift sebelumnya dengan shift
berikutnya. Dalam serah terima ini juga dibicarakan
mengenai informasi-informasi terbaru yang perlu
diketahui oleh perawat, termasuk rencana tindakan
yang sedang dan akan dilakukan.
Serah terima pasien terkadang dilakukan
diruang perawat saja dan berkeliling ke setiap ruangan
untuk melihat kondisi pasien. Dilakukan setiap
pergantian shift baik shift pagi, siang, dan malam.
3. Hubungan Dengan tim medis
Perawat dengan Komunikasi dengan dokter bersifat sosial
Profesi Lain dan komunikasi yang berhubungan dengan pasien
bersifat delegatif dan kolaboratif. Komunikasi dengan
dokter lebih banyak terjadi saat visit dokter dan
saat perawat berkonsultasi terkait kondisi pasien
yang kurang baik.
Dengan tim gizi
Komunikasi perawat dengan tim gizi saling
membantu untuk pemenuhan kebutuhan gizi pasien.
Komunikasi dengan tim gizi lebih banyak berkaitan
dengan perubahan diit. Komunikasi terjadi dua arah
antara perawat dan tim gizi untuk memastikan diit
yang diberikan pada pasien.
Dengan petugas laboratorium
Hubungan antara perawat dengan petugas
laboratorium terjadi saat perawat mengantar sampel ke
laboratorium atau saat perawat menanyakan terkait
hasil pemeriksaan laboratorium pasien.
4. Hubungan Hasil observasi dan pengamatan hubungan perawat dan
Perawat dengan mahasiswa terjalin baik, perawat bersikap ramah dan
Mahasiswa baik, mulai dari kepala ruangan, ketua tim maupun
perawat pelaksana.
5. Hubungan Hubungan kepala ruangan maupun perawat pelaksana
Perawat dengan terjalin sangat baik dengan cleaning service dan satpam.
POS, Cleaning
Service dan
Satpam
76
Tabel 3.11 Penilaian Kepuasan Pasien Di Ruangan RPA RS. Juanda
NILAI
No JENIS PELAYANAN 1 2 3 4 5
1 PENDAFTARAN
a. Ketepatan waktu pelayanan 40% 60%
b. Tanggapan petugas dalam memberi informasi 20% 80%
2 RUANG TUNGGU
a. Kebersihan dan keindahan ruang tunggu 100%
b. Kenyamanan ruang tunggu 20% 80%
c. Kejelasan papan petunjuk 80% 20%
3. INSTALASI GAWAT DARURAT
a. Kecepatan pelayanan 60% 40%
b. Keramahan petugas 60% 40%
c. Kejelasan informasi 60% 40%
4 KENYAMANAN DAN KEBERSIHAN
RUANG PASIEN
a. Kebersihan ruangan dan kamar mandi 20% 40% 40%
b. Gangguan dari nyamuk 60% 40%
c. Kerapian tempat tidur 20% 20% 60%
d. Penerangan di kamar saudara/i 40% 60%
e. Pengambilan sampah dari kamar saudara/i 80% 20%
5 PERAWAT RUMAH SAKIT
a. Kecepatan petugas dalam menangani keluhan 60% 40%
penyakit saudara/i
b. Keramahan petugas 60% 40%
c. Tanggapan petugas terhadap keluhan saudara/i 60% 40%
d. Kejelasan informasi 60% 40%
e. Keteraturan observasi rutin pasien 60% 40%
6 PEMERIKSAAN DOKTER
a. Keramahan 100%
b. Perhatian terhadap keluhan yang disebutkan 80% 20%
c. Penjelasan penyakit dengan bahasa yang 60% 40%
mudah dimengerti
7 MAKANAN
a. Menu yang dihidangkan 40% 60%
b. Penata atau penampilan makanan 40% 60%
c. Ketepatan waktu penyaji makanan 20% 80%
Rata-rata 27% 59% 45%
77
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik
Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-
rata kepuasan pasien di Rumah Sakit Juanda Kuningan dari 5 responden
yaitu 27% menjawab sangat baik, 59% menjawab baik, dan 45%
menjawab cukup.
F. Kajian Indikator Mutu Ruangan
1) Alat Ukur (Teori Indikator Mutu Ruangan)
a) BOR (Bed Occupancy Rate)
Indikator mutu ruangan pada 1 April – 30 April 2022 sebagai
berikut:
Tabel 3.12 Indikator Mutu Ruangan Bulan April 2022
KINERJA RAWAT INAP
NO URAIAN
1 – 30 April 2022
1. BOR 50%
2. LOS 3
3. BTO 4
4. TOI 4
5. JUMLAH HARI RAWAT 439
6. JUMLAH TEMPAT TIDUR 31
7. JUMLAH PASIEN 143
G. Pendidikan
Tabel 3.13 Jenjang Pendidikan Perawat Ruang RPA
No. Nama Jabatan Pendidikan
1 Fransiska Juju, S.Kep., Ners Kepala Ruangan Profesi Ners
2 Cecep Yogi Amd. Kep Ka. Tim DIII Keperawatan
3 Titis Amd.Kep Ka. Tim DIII Keperawatan
4 Lilis Suryani Amd.Kep Ka. Tim DIII Keperawatan
5 Rini Astriani, S.Kep., Ners Ka. Tim Profesi Ners
6 Arifah Siti Saidah, S.Kep., Ners Ka. Tim Profesi Ners
7 Ranika Sri Utami Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
8 Kamila Nur Alimah Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
9 Vivi Vitriani Indriana S.Kep Ners Pelaksana Profesi Ners
10 Ririn Noviyanti Dewi S.Kep Ners Pelaksana Profesi Ners
78
11 Nur Aini Yuliana Dewi Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
12 Mila S.Kep Ners Pelaksana Profesi Ners
13 Siti Aisyah Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
14 Enok Laila Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
15 Gian Priasdhika Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
16 Aulia Istiana Amd. Kep Pelaksana DIII Keperawatan
17 Maidasari POS Tamat SLTA/sederajat
79
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN
4.1 Analisis Data
Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 25 April sampai 27 April
2022. Hasil kajian situasi ruangan, analisa SWOT di RPA RS Juanda
Kuningan adalah sebagai berikut:
4.1.1 Analisis Data Berdasarkan Pilar
Berdasarkan hasil pengkajian pada 25 April sampai 27 April
2022 di RPA RS Juanda didapatkan data berdasarkan 4 pilar sebagai
berikut:
1. Pilar Management Approach (Pendekatan Manajemen)
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan di RPA
tidak mempunyai rencana tahunan, bulanan maupun harian secara
tertulis.
b. Pengorganisasian
Terdapat adanya pembagian tugas antara Kepala Ruangan, Ketua
Tim dan Perawat Pelaksana. Berikut struktur organisasi di RPA.
80
KEPALA RUANGAN
Fransiska Juju, S.Kep., Ners
PERAWAT PELAKSANA
POS
Maidasari
c. Pengarahan
Berdasarkan hasil observasi, breafing, operan dinas, ronde
keperawatan pre conference dan post conference dilakukan di setiap
dinas. Antara Kepala Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat pelaksana.
d. Controling
1) Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Kepala
Ruangan terdapat adanya pengawasan terhadap perawat
pelaksana.
81
2) Untuk jadwal Kepala Ruangan yaitu dinas di pagi hari setiap
hari, perawat terdapat pembagian 3 shift yaitu shift pagi, shift
siang, dan shift malam.
2. Pilar Profesional Relationship
a. Kelengkapan tulisan yang perawat tulis sudah lengkap, terdapat
sisipan paraf, nama, dan tanggal.
b. Perawat selalu menghubungi dokter bila ada yang harus
dikonsulkan dan ketika dokter berhalangan hadir untuk visit.
c. Perawat selalu berkolaborasi dengan dokter, farmasi dan ahli
gizi.
3. Pilar Care Delivery
a. Kekuatan:
1) Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan.
RPA menggunakan model keperawatan metode tim.
2) Berdasarkan hasil observasi perawat pelaksana melakukan
tindakan sesuai dengan perencanaan.
3) Tenaga Keperawatan di RPA berjumlah 17 orang yaitu 6
orang memiliki latar belakang Pendidikan S1 Keperawatan
(Ners) dan 10 orang memiliki latar belakang Pendidikan D3
Keperawatan, dan 1 orang Pembantu Orang Sakit berlatar
belakang SLTA/Sederajat.
4) Usia Perawat Relatif masih muda (usia 20 tahun – 40 tahun)
b. Kelemahan:
1) Berdasarkan hasil observasi dan wawancara belum
optimalnya fungsi metode keperawatan tim di RPA.
2) Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan RPA
adanya ketidakseimbangan beban kerja perawat dengan
tingkat ketergantungan pasien.
4. Pilar Reward dan Punishman
a. Kekuatan: Perawat pelaksana mendapatkan apresiasi dari kepala
ruangan apabila kinerjanya baik.
82
b. Kelemahan: Adanya sanksi bagi perawat berupa teguran, surat
peringatan apabila melanggar aturan.
4.1.2 Analisis SWOT
Tabel 4.1 Analisis SWOT kuantitaif
Faktor Internal Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Berdasarkan hasil wawancara dan Berdasarkan hasil wawancara
observasi didapatkan : dan observasi didapatkan :
1. Tersedianya dokter spesialis 1. Belum optimalnya metode
sebagai leader dan pengambil tim dalam pemberian asuhan
keputusan dalam patien center keperawatan pada pasien di
care ruang RPA yang benar sesuai
2. Tenaga Keperawatan di RPA teori
berjumlah 17 orang yaitu 6 2. Belum adanya papan tata
orang memiliki latar belakang tertib di ruang RPA
Pendidikan S1 Keperawatan 3. Struktur organisasi dengan
(Ners) dan 10 orang memiliki
metode tim terpampang
latar belakang Pendidikan D3
Keperawatan, dan 1 orang diruangan namun belum
Pembantu Orang Sakit (POS) diperbaharui
berlatar belakang
SLTA/Sederajat
3. Usia Perawat Relatif masih
muda
4. Masa kerja Kepala Ruangan di
Rumah Sakit Juanda > 10 Tahun
5. Kepala Ruangan mengikut
sertakan partisipasi seluruh
perawat pelaksana dalam
mengambil keputusan
6. Dalam melakukan perawatan,
ruang RPA menggunakan
metode tim.
7. Ruang RPA menggunakan
model asuhan keperawatan
metode tim, dengan cara
pembagian shift yang terdiri dari
shift pagi 4 orang, shif siang 4
orang dan shif malam 4 orang
8. Dengan dilaksanakannya operan
shift perawat yang berdinas
sebelumnya dapat
menginformasikan mengenai
kondisi pasien kepada perawat
yang akan berdinas berikutnya
83
9. Tersedianya Nurse Station
10. Mampu menggunakan dan
memelihara sarana prasarana
dengan baik
11. Jumlah pasien yang berada di
ruang RPA dalam rentang waktu
tanggal 25 sampai 27 April 2022
adalah 8 pasien
12. Hasil analisa data bulan April
2022 memiliki indikator mutu
rumah sakit di RPA dengan
BOR sebesar 50%, LOS sebesar
3% atau 3 hari, TOI sebesar 4
atau 4 hari dan BTO sebesar 4
atau 4 kali
13. Tingkat kepuasan pasien dapat
dikategorikan “Baik”
14. kebanyakan pasien yang dirawat
di RPA menggunakan BPJS
Faktor Oppurtunity (Peluang) Threat (Ancaman)
Eksternal 1. Adanya mahasiswa/i profesi 1. Belum meratanya
ners yang sedang menjalankan penggunaan asuhan
praktek di ruang RPA keperawatan berbasis SDKI
2. Adanya kerjasama yang baik SLKI SIKI.
antar mahasiswa/i Profesi ners 2. Masih ada perawat yang
dengan perawat ruangan belum mengikuti pelatihan
3. Kepala ruangan dengan
pendidikan S.Kep Ners, mampu
mengoptimalkan keadaan di
ruangan khususnya dengan
kinerja perawat pelaksana
4. Perawat menjadi terbiasa
melakukan tindakan sesuai
SPO.
5. Adanya protap untuk SPO dan
SAK
6. Adanya kebijakan tentang
pasien dan tarif BPJS kesehatan
84
SO:
1. Dengan banyaknya perawat yang mengikuti pelatihan dapat meningkatkan
standar profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang bermutu
sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Beberapa perawat yang sudah terpapar dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan berbasis SDKI, SLKI, SIKI dapat membantu untuk mengajarkan
teman sejawatnya yang belum terpapar, agar diruangan dapat di seragamkan
penggunaan dokumentasi asuhan keperawatan berbasis SDK, SLKI dan SIKI.
WO:
1. Di ruangan belum optimalnya fungsi metode pemberian asuhan keperawatan
tim.
2. Adanya pembayaran melalui akses BPJS memudahkan pasien rawat inap
dalam menyelesaikan administrasi dengan mendapatkan layanan yang
bermutu.
ST:
1. Tersedianya perawat dengan pendidikan DIII keperawatan dan Profesi Ners,
menjadikan beragamanya pendokumentasian asuhan keperawatan diruangan.
2. Belum meratanya penggunaan asuhan keperawatan berbasis SDKI, SLKI, dan
SIKI.
WT:
1. Belum optimalnya metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien di ruang RPA yang benar sesuai teori dan belum meratanya
penggunaan asuhan keperawatan berbasis SDKI, SLKI, dan SIKI di ruang
RPA, maka pihak rumah sakit dapat memfasilitasi perawat untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan maupun seminar.
4.2 Prioritas Masalah
Dengan mempertimbangkan masalah waktu, sumber daya dan
kemampuan untuk mengatasi masalah yang ada, maka dalam penyelesaian
85
identifikasi masalah tersebut diselesaikan berdasarkan prioritas masalah.
Teknik yang digunakan untuk memprioritaskan masalah adalah dengan
menggunakan metode USG dan memperhatikan beberapa aspek sebagai
berikut:
U = Urgency
S = Seriousness atau tingkat keseriusan
G = Growth atau tingkat perkembangan
Dengan Skala Likert :
5 : Sangat Besar
4 : Besar
3 : Sedang
2 : Kecil
1 : Sangat Kecil
Tabel 4.2 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan
NILAI KRITERIA
NO MASALAH
C A R L TOTAL PRIORITAS
1. Belum optimalnya
metode tim dalam
pemberian asuhan
keperawatan pada 5 3 5 4 300 1
pasien di ruang
RPA yang benar
sesuai teori
2. Belum optimalnya
perhitungan beban 4 3 3 3 108 2
kerja di ruang RPA
3. Belum meratanya
penerapan standar
asuhan
3 3 3 3 81 3
keperawatan
berbasis SDKI,
SLKI, SIKI
Berdasarkan hasil pembobotan masalah diatas, maka penentuan prioritas
yang akan diselesaikan, didiskusikan dengan Kepala Bidang Keperawatan serta
Kepala Ruangan dengan mempertimbangkan lingkup kegiatan aplikasi,
keterbatasan waktu dan kemampuan maka disepakati untuk menyelesaikan dua
masalah yang dilakukan oleh mahasiswa. Prioritas masalah pertama yang
86
dilaksanakan oleh mahasiswa adalah belum optimalnya fungsi metode pemberian
asuhan keperawatan metode tim di RPA, dan yang kedua adalah Belum
optimalnya perhitungan beban kerja di ruang RPA.
MONEY MAN
Masih ada perawat
Dalam pembentukan
yang belum
keanggotaan tim
mengikuti pelatihan
tidak membutuhkan Belum optimalnya
dana. fungsi metode
pemberian asuhan
Struktur organisasi Di ruang RPA keperawatan tim yang
dengan metode tim metode tim belum benar sesuai teori
terpampang diruangan berfungsi secara
namun belum optimal
diperbaharui
MATERIAL METHODE
87
4.2.1 Alternatif Penyelesaian Masalah
Setelah diketahui faktor penyebab dari masalah tersebut, kemudian
faktor penyebab dicari cara menyelesaikannya. Adapun penyelesaiannya
dijelaskan pada tabel berikut.
88
2. Merekomendasikan
pembaharuan struktur organisasi 4 3 3 3 108 2
terbaru
89
Cukup penting : Bernilai 3
Penting : Bernilai 4
Sangat penting : Bernilai 5
90
4.3 Planning Of Action
N PENANGGUNG
MASALAH KEGIATAN TUJUAN METODE SASARAN WAKTU
O JAWAB
1. Belum optimalnya a. Mensosialisasikan tentang metode Agar pelaksanaan 1. Diskusi a. Kepala 24 Mei a. Ahaddin Yusuf
metode tim dalam asuhan keperawatan dengan asuhan keperawatan 2. Sosialisasi Ruangan 2022 b. Ilfa Latifah
pemberian asuhan menggunakan metode tim yang lebih efektif dan b. Perawat Fauziah
keperawatan pada sesuai dengan teori efisien ruangan c. Isabela Yopita
pasien di ruang b. Merekomendasikan pembaharuan Putri
RPA yang benar struktur organisasi terbaru d. Nurul Hidayah
sesuai teori e. Dosen
Pembimbing
2. Belum optimalnya a. Berdiskusi dengan kepala ruangan Meningkatkan 1. Diskusi a. Kepala 26 Mei a. Sabila Nurul
perhitungan beban dan perawat tentang perhitungan kemandirian pasien Ruangan 2022 Faizah
kerja di ruang beban kerja perawat agar tidak selalu b. Perawat b. Riva Amanah
RPA bergantung pada ruangan Ilahi
perawat c. Triyani
d. Warleni
e. Dosen
Pembimbing
3. Belum meratanya a. Mensosialisasikan penerapan Sebagai usaha 1. Sosialisasi a. Kepala Mei a. Nur Iman
penerapan standar standar asuhan keperawatan pemerataan 2. Pendampingan Ruangan 2022 b. Ananda Idlal
asuhan berbasis SDKI, SLKI, SIKI pendokumentasian b. Perawat Faridah
keperawatan b. Pembuatan SAK 10 diagnosa asuhan keperawatan ruangan c. Aan
berbasis SDKI, keperawatan terbanyak diruangan agar sesuai standar Nurhasanah
SLKI, SIKI dengan berbasis SDKI, SLKI, SIKI PPNI d. Dini
c. Memfasilitasi referensi buku SDKI, Sugihartati
SLKI, dan SIKI e. Dosen
Pembimbing
91
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Implementasi
1. Belum optimalnya metode tim dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien
di ruang RPA yang benar sesuai teori.
a. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan
diskusi mengenai metode tim yang
benar sesuai teori. Sosialisasi ini
dilaksanakan pada hari Selasa-Kamis
(24-26 Mei 2022) yang diikuti oleh
Kepala Ruangan, Kepala Tim, dan
Perawat Pelaksana di Ruang RPA.
b. Melakukan pre dan post test mengenai
pengetahuan perawat tentang metode
tim keperawatan. Dilaksanakan sebelum
dan setelah melakukan sosialisasi pada
hari Selasa-Kamis (24-26 Mei 2022)
yang diikuti oleh Kepala Ruangan,
Kepala Tim, dan Perawat Pelaksana di
Ruang RPA.
c. Pembaharuan struktur organisasi di
ruang RPA. Diserahkan pada hari
Kamis, 02 Juni 2022.
2. Belum optimalnya perhitungan beban kerja di ruang RPA
a. Melaksanakan kegiatan diskusi
mengenai perhitungan beban kerja pada
tanggal 26 Mei 2022 yang diikuti oleh
Kepala Tim dan Perawat Pelaksana di
Ruang RPA.
3. Belum meratanya penerapan standar asuhan keperawatan berbasis SDKI,
92
SLKI, SIKI
a. Melaksanakan kegiatan sosialisasi penerapan standar asuhan
93
katim dan perawat pelaksana sepakat
untuk mengganti penerapan metode tim
dengan pembaharuan struktur
organisasi di ruangan.
b. Melakukan pre dan post test mengenai
pengetahuan perawat tentang metode
tim keperawatan
Sebelum dan sesudah
melaksanakan sosialisasi, kami
memberikan soal pre test dan post test
untuk mengukur pengetahuan perawat
terkait metode tim. Dari 10 soal pre test
dan post test yang diberikan pada 11
perawat terhitung dari hari Selasa-
Kamis (24-26 Mei 2022) didapatkan
hasil sebagai berikut:
S
k
P
o
a
r
r
P
t P
N o
i r
o s
s e
. t
i
p T
T
a e
e
n s
s
t
t
94
1 P 7 8
. 1
2 P 6 8
. 2
3 P 7 7
. 3
4 P 5 8
. 4
5 P 4 7
. 5
6 P 6 9
. 6
7 P 5 8
. 7
8 P 6 8
. 8
9 P 6 8
. 9
1 P 7 7
0 1
. 0
1 P 4 9
1 1
. 1
95
7, 8, 7, 9, 8, 8, 8, 7, 9. Dapat
disimpulkan bahwa ada 9 responden
yang mengalami peningkatan
pengetahuan setelah diberikan materi
sosialisasi mengenai metode tim, dan
2 orang dengan pengetahuan tetap.
c. Pembaharuan struktur organisasi di
ruang RPA.
Pada hari Selasa, 24 Mei 2022
telah dilakukan konsultasi secara
langsung dengan Kepala Ruangan RPA
terkait struktur organisasi yang belum
ada pembaharuan.
Setelah dilakukan konsultasi
dengan Kepala Ruangan, untuk
penyedian struktur organisasi yang baru
akan dilakukan oleh Mahasiswa
Program Profesi Ners. Adapun struktur
yang dibuat mengikuti pola struktur
yang sebelumnya telah ditetapkan di
ruangan, kami hanya mengganti nama
perawat yang sebelumnya dengan
perawat yang baru sesuai dengan
instruksi dari Kepala Ruangan. Dalam
pembaharuan struktur organisasi ini
tidak berdasarkan kententuan membuat
struktur organsisasi model metode tim
sesuai teori, seperti contoh berikut:
96
KEPALA RUANGAN
97
di ruang RPA
a. Melaksanakan kegiatan diskusi mengenai perhitungan beban kerja
di ruang RPA.
Pada hari Kamis dan Rabu,
tanggal 26 Mei dan 1 Juni 2022 telah
dilaksanakan diskusi mengenai
perhitungan beban kerja di ruang RPA
bersama Katim dan perawat
pelaksana. Kami menyiapkan format
perhitungan beban kerja selama satu
minggu yang terhitung dari tangal 19
Mei – 25 Mei 2022. Kami menghitung
beban kerja menggunakan salah satu
rumus perhitungan beban kerja yaitu
rumus Douglas. Berikut
perhitungannya:
98
sore 3 orang, dan shift malam 3 orang.
99
didapatkan bahwa total jumlah
perawat yang dibutuhkan pada hari
kamis sebanyak 10 orang yang terdiri
dari shift pagi sebanyak 5 orang, shift
sore 3 orang, dan shift malam 2 orang.
100
Sore 0.42 0,75 0,9 2
Malam 0.3 0,21 0,6 2
Jumlah secara keseluruhan perawat dalm perhari 8 orang
Berdasarkan tabel diatas
didapatkan bahwa total jumlah
perawat yang dibutuhkan pada hari
kamis sebanyak 8 orang yang terdiri
dari shift pagi sebanyak 4 orang, shift
sore 2 orang, dan shift malam 2 orang.
101
Sore 3 15 3
Malam 3 16 3
KONVERSI KE RUMUS DOUGLAS
Jadwal Dinas Minimal Parsial Total Jumlah
Perawat
Pagi 0,68 3,24 0,72 5
Sore 0,42 2,25 0,9 4
Malam 0,3 1.12 0,6 2
Jumlah secara keseluruhan perawat dalm perhari 11 orang
Berdasarkan tabel diatas
didapatkan bahwa total jumlah
perawat yang dibutuhkan pada hari
kamis sebanyak 11 orang yang terdiri
dari shift pagi sebanyak 5 orang, shift
sore 4 orang, dan shift malam 2 orang.
REKAPAN TOTAL
Jadwal Dinas Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kebutuhan Rata-Rata
Perawat Per Shift
Pagi 4 4 5 5 4 4 5 5
Sore 3 3 3 3 2 3 4 3
Malam 3 2 2 2 2 2 2 3
Berdasarkan tabel diatas
didapatkan bahwa kebutuhan rata-rata
perawat pershift berbeda, diantara
pada shift pagi kebutuhan rata-rata
perawat pershift sebanyak 5 orang,
shift sore sebanyak 3 orang, dan shift
malam sebanyak 3 orang.
Dengan begitu beban kerja
yang dirasakan perawat yaitu sedang,
hal ini disebabkan karena pada setiap
shift sore dan malam perawat yang
bertugas hanya 3 orang. Sedangkan
rata-rata jumlah pasien berkisar 20-25
102
orang, dengan harus melaksanakan
observasi pasien secara ketat dan terus
menerus yang harus dilakukan demi
kesehatan dan keselamatan pasien
selama jam kerja berlangsung. Tetapi
meskipun begitu perawat dapat
menyelesaikan pekerjaan nya dengan
baik meski pekerjaan banyak perawat
tetap menikmati pekerjaan tersebut.
b. Keterbatasan Pada Saat Implementasi
1) Terbatasnya waktu pada saat melaksanakan diskusi kepada
perawat, karena Perawat memiliki pekerjaan dan kesibukan
di ruangannya.
2) Terpotongnya waktu untuk melaksanakan sosialisasi
bersamaan dengan pelaksanaan Try Out Mahasiswa Profesi
Ners.
3. Belum meratanya penerapan standar asuhan
keperawatan berbasis SDKI, SLKI, SIKI
a. Melaksanakan kegiatan sosialisasi penerapan standar asuhan
103
mengenai penerapan asuhan
dan SIKI.
104
menyiapkan buku SDKI, SLKI, dan
105
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil kajian situasi dari
manajemen di Ruang RPA RS Juanda Kuningan
terdapat beberapa poin yang dapat disimpulkan
yaitu:
1. Belum optimalnya penerapan metode tim
sesuai dengan teori di Ruang RPA.
2. Belum optimalnya perhitungan beban kerja
di ruang RPA
3. Belum ratanya penerapan asuhan
keperawatan berbasis SDKI, SLKI, dan
SIKI di ruang RPA
6.2 Saran
106
dikemudian hari, selain itu mahasiswa
diharapkan mampu memahami situasi dan
kondisi sesuai visi dan misi rumah sakit.
LAMPIRAN
107
4. Tanggung Jawab
Perawat dalam Asuhan
Keperawatan Tim
A. TUJUAN
a) Tujuan umum sosialisasi diharapkan semua
Perawat dapat mengerti tentang metode
keperawatan tim dan pelaksanaanya
b) Tujuan khusus
1. Perawat mengerti tentang definisi
Metode Keperawatan Tim
2. Perawat mengerti tentang tujuan
Metode Keperawatan Tim
3. Perawat mengerti tentang kelebihan dan
kelemahan Metode Keperawatan Tim
4. Perawat dapat mengetahui peran dan
fungsi Karu, Katim dan Anggota Tim
dalam menjalankan fungsi POAC
5. Perawat dapat memahami fungsi
ketenagaan dalam melaksanakan
Metode Keperawatan Tim
B. METODE PENYULUHAN
1. Pemaparan Bahasan Sosialisasi
2. Tanya jawab
3. Diskusi
C. MEDIA
Power point
No Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan Metode
Kegiatan Penyuluhan peserta
1. Pembukaan 5 Menit 1. Ceramah dan
M M tanya jawab
2.
M M
108
3.
M M
4.
M B
2.
T M
3.
K M
4.
T
2.
M M
B
2.
M M
M
1. Pengertian
Model Praktik Keperawatan Profesional
109
(MPKP) adalah suatu sistem meliputi struktur,
proses dan nilai-nilai profesional yang
memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut. Menurut (Sitorus & Yulia,
2006) dalam skripsi (Anggita, 2021) MPKP
terdiri dari lima komponen antara lain nilai-nilai
profesional, pendekatan manajemen, metode
pembagian asuhan keperawatan, hubungan
profesional dan sistem kompensasi dan
penghargaan.
Metode Asuhan Keperawatan Profesional
Tim merupakan metode pemberian pelayanan
asuhan keperawatan dimana perawat ruangan
dibagi menjadi dua sampai tiga tim, dalam satu
tim terdiri dari enam sampai tujuh perawat yang
dipimpin oleh perawat profesional sebagai ketua
tim untuk memberikan pelayanan asuhan
keperawatan terhadap beberapa pasien yang
dirawat (Suryani, 2018).
Dalam metode asuhan keperawatan
profesional tim sekelompok tenaga keperawatan
memberikan pelayanan asuhan keperawatan
kepada pasien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Magopa, Linnie, & Rivelino, 2017)
Metode asuhan keperawatan profesional
tim berlandaskan pada keyakinan bahwa setiap
anggota tim mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan pelayanan
asuhan keperawatan agar tumbuh motivasi dan
110
rasa tanggung jawab pada diri perawat, sehingga
mutu asuhan keperawatan dapat meningkat
(Ulfa, 2014). Perawat profesional sebagai ketua
tim harus mampu menerapkan teknik dan gaya
kepemimpinan untuk mengkoordinasi
anggotanya, selain itu anggota tim harus
menghargai kepemimpinan dari ketua tim
tersebut (Nursalam, 2015) dalam (Anggita,
2021).
2. Tujuan
Penerapan metode asuhan keperawatan
profesional tim lebih diminati karena
berorientasi pada kebutuhan pasien, mudah
untuk mengetahui perkembangan pasien dan
mendukung proses pelaksanaan keperawatan
(Suryani, 2018). Uraian tersebut sesuai dengan
tujuan dari metode ini yaitu memfasilitasi
pelayanan keperawatan yang komprehensif,
menerapkan penggunaan proses keperawatan
sesuai standar, dan menyatukan kemampuan
anggota tim yang berbeda-beda (Hasibuan,
2018).
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode
Keperawatan Tim
Kelebihan dari metode asuhan
keperawatan profesional tim menurut (Suryani,
2018) dan (Ulfa, 2014) yaitu pertama pelayanan
keperawatan pada pasien yang menyeluruh.
Dalam metode asuhan keperawatan profesional
111
tim pelayanan yang diberikan kepada pasien
dapat diberikan secara maksimal dan
menyeluruh karena perawat bertanggung jawab
dengan pasien sesuai pembagian dan akan lebih
fokus untuk memberikan pelayanan.
Kedua mendukung pelaksanaan proses
keperawatan. Dalam metode asuhan
keperawatan profesional tim perawat dalam
melaksanaan proses keperawatan dimulai dari
pengkajian sampai evaluasi akan melakukan
tugasnya dengan lebih fokus sehingga sehingga
pelaksanaan proses keperawatan akan berjalan
secara maksimal.
Ketiga terbentuknya komunikasi antar
tim untuk meminimalisir adanya konflik.
Dengan metode asuhan keperawatan profesional
tim tugas dan pasien sudah terbagi oleh masing-
masing tim pada saat timbang terima sehingga
akan terbentuk tanggung jawab dalam perawatan
dan meminimalisir adanya konflik.
Keempat memberikan kepuasan antar
anggota tim dan pasien. Pemberian pelayanan
keperawatan yang sudah terbagi-bagi dan lebih
fokus dalam memberikan tindakan keperawatan
akan menimbulkan kepuasan pada diri pasien
karena pasien akan merasa lebih diperhatikan,
sedangakan jika pasien merasakan puas dalam
pelayanan yang diberikan maka akan memicu
kepuasan kerja pada diri perawat.
Kelima lebih mudah untuk mengetahui
perkembangan kesehatan pasien. Dalam metode
112
asuhan keperawatan profesional tim perawat
akan fokus untuk memberikan pelayanan pasien
sesuai dengan pembagian dengan maksimal
sehingga akan mempermudah perawat untuk
mengontrol perkembangan kesehatan pasien.
Dan yang terakhir adalah perawat akan bekerja
lebih produktif sehingga kemampuan perawat
akan lebih mudah terlihat. Dengan pembagian
tugas dan pembagian pasien dalam metode
asuhan kepeawatan profesional tim membuat
perawat dalam melakukan tindakan keperawatan
lebih mudah untuk diobservasi dan kemampuan
pada perawat yang sebelumnya belum disadari
akan muncul sehingga akan mudah untuk dinilai
apakah perawat tersebut sudah berpengalaman
atau belum.
Kelemahan dari metode asuhan
keperawatan profesional tim menurut (Suryani,
2018) dan (Hasibuan, 2018) yaitu pertama
membutuhkan banyak waktu untuk
berkoordinasi. Dalam metode asuhan
keperawatan profesional tim sebelum
melaksanakan tugas maka harus berkoordinasi
terlebih dahulu mengenai tugas yang akan
dikerjakan sehingga akan memakan waktu kerja
perawat.
Kedua sulit jika dilaksanakan pada waktu
yang sibuk. Dalam kelemahan metode asuhan
keperawatan profesional tim sebelumnya yaitu
membutuhkan waktu untuk berkoordinasi
sehingga waktu perawat dalam memberikan
113
pelayanan keperawatan akan berkurang, apabila
didalam ruangan tersebut sangat padat dengan
pasien yang menempati ruangan penuh maka
metode ini kurang efektif karena akan
menimbulkan kurangnya waktu perawat dalam
menyelesaikan tugasnya.
Ketiga metode tim kurang efektif untuk
dilakukan apabila koordinasi dalam satu tim
kurang baik. Terbentuknya tim dalam satu
rungan terdiri dari beberapa perawat dengan satu
perawat yang sudah profesional, jika dalam satu
tim tersebut komunikasi terbentuk kurang baik
dan terjadi konflik antar anggota dalam satu tim
akan menimbulkan dampak dan munculnya
konflik dalam pemberian pelayanan
keperawatan.
Keempat perawat yang kurang dalam
pengalaman bekerja akan lebih bergantung
dengan perawat yang sudah memiliki
pengalaman bekerja yang banyak untuk
menyelesaikan tugasnya. Terbentuknya tim
dalam ruangan terdiri dari beberapa perawat dan
dalam satu tim kemampuan setiap perawat
berbeda-beda ada perawat yang sudah
berpengalaman dan perawat yang kurang
berpengalaman karena beberapa faktor sehingga
perawat yang kurang berpengalaman yang
kurangnya niat untuk belajar akan menambah
beban kerja pada perawat yang sudah
berpengalaman.
Dan yang terakhir adalah apabila dalam
114
pembagian tugas tidak jelas maka tanggung
jawab dalam tim akan hancur. Dalam metode
asuhan keperawatan profesional tim terdapat
ketua tim yang ditunjuk oleh kepala ruang, salah
satu tugas dari ketua tim yaitu membagi tugas
kepada anggota tim dan bertanggung jawab atas
tugas tersebut namun jika pembagian yang
diberikan atau dalam komunikasi saat
pembagian tugas kurang jelas dapat
mengakibatkan rasa tanggung jawab dalam
anggota tim hancur.
4. Peran dan fungsi Karu, Katim dan Anggota
Tim dalam menjalankan fungsi POAC
a. Kepala Ruangan
1) Fungsi sebagai koordinator dalam
tugasnya
a) Menetapkan standar kinerja yang
diharapkan darin staf
b) Memberikan kesempatan kepada
ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinanya
c) Mengorientasikan tenaga baru
tentang metode tim
d) Menjadi narasumber bagi ketua tim
e) Mendorong staf untuk
meningkatkan kemampuannya
f) Menciptakan iklim komunikasi
terbuka
2) Fungsi manajemen
a) Perencanaan
115
(1) Menentukan tim dan
anggotanya serta menentukan
pasien yang akan menjadi
kelolaannya
(2) Mengidentifikasi tingkat
ketergantungan pasien bersama
ketua tim
(3) Mengidentifikasi jumlah
anggota tim yang dibutuhkan
bersama ketua tim
(4) Merencanakan strategi
pelaksanaaan asuhan
keperawatan yaitu dengan
fokus terhadap masalah
keperawatan yaitu dengan
fokus terhadap masalah
keperawatan yang ditemukan
saat ini
(5) Mengikuti ronde tim kesehatan
lain untuk mengetahui rencana
tindakan yang akan dilakukan
dan mendiskusinya kondisi
pasien bersama ketua tim
b) Pengorganisasian
(1) Menetapkan metode penugasan
yang digunakan, yaitu metode
tim
(2) Menetapkan ketua tim dan
tugasnya dengan rentang
kendali 2-3 tim
116
(3) Bersama ketua tim,
menetapkan anggota tim dan
tugasnya dengan rentang
kendali 3-5 perawat setiap tim
c) Pengarahan
(1) Memberikan pengarahan
tentang peningkatan kerjasama
antara anggota tim
(2) Memberikan penguatan dan
motivasi kepada ketua tim dan
anggotanya atas pelaksanaan
tugas
(3) Mengadakan konferensi
dengan ketua tim dan
anggotanya terhadap
pelaksanaan tugas asuhan
keperawatan
(4) Melakukan bimbingan dan
bantuan bersama ketua tim
terhadap anggota tim dalam
pelaksanaan asuhan
keperawatan
d) Pengawasan
(1) Melakukan pengawasan
dengan atau melalui ketua tim
terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan
(2) Melakukan pengawasan tidak
langsung melalui dokumentasi
asuhan keperawatan
117
(3) Menerima laporan ketua tim
saat ronde keperawatan
b. Ketua Tim
1) Fungsi Tugas ketua tim
Ketua tim sebagai perawat
profesional harus mampu menggunakan
berbagai tehnik kepemimpinan,
merencanakan dan mengambil keputusan
dalam memprioritaskan kebutuhan
pasien, melakukan supervisi dan
mengevaluasi asuhan keperawatan.
Adapun tanggung jawab ketua tim
sebagai berikut:
a) Mengkaji dan menetapkan rencana
asuhan keperawatan setiap pasien
b) Mengkordinasikan rencana asuhan
keperawatan dengan tindakan medik
c) Membagi tugas yang harus
dilaksanakan oleh setiap anggota tim
dan memberi bimbingan melalui
konferensi
d) Mengevaluasi asuhan keperawatan
baik proses atau hasil yang
diharapkan serta
mendokumentasikannya.
Kemampuan ketua tim adalah sebagai
berikut :
a) Membuat perencanaan berdasarkan tugas yang telah didelegasikan
oleh kepala ruangan
b) Membuat prioritas kebutuhan asuhan keperawatan
c) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan
118
d) Mengembangkan kemampuan anggota dalam memberikan asuhan
keperawatan
e) Menyelengarakan konferensi
2) Tugas ketua tim ditinjau dari fungsi
manajemen
a) Perencanaan
(1) Bersama kepala ruangan (untuk
shift pagi) melakukan timbang
terima tugas dari perawat dinas
malam
(2) Menerima pendelegasian tugas
dari kepala ruangan dan
melakukan pembagian tugas
perawatan pasien kepada
anggota tim sebagai perawat
pelaksana
(3) Menyusun rencana asuhan
keperawatan pasien.
b) Pengorganisasian
(1) Memberikan penugasan kepada
anggota timn untuk merawat
pasien kelolaannya sesuai
dengan rencana yang telah
dibuat
(2) Mendelegasikan pelaksanaan
dokumentasi proses
keperawatan kepada anggota tim
yang telah mampu sesuai
dengan pasien kelolaannya
119
(3) Mengkoordinir pekerjaan yang
akan dan harus dikolaborasikan
kepada tim kesehatan lain
(4) Mengatur waktu istirahat
anggota tim
c) Pengarahan
(1) Melakukan komunikasi
langsung dengan anggota tim
dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan
(2) Memberikan pengarahan tugas-
tugas yang harus dilaksanakan
oleh anggota tim sesuai dengan
pasien kelolaannya dan rencana
yang dibuat
(3) Mengingatkan anggota tim
untuk segera
mendokumentasikan tindakan
keperawatan yang telah
dilakukan
(4) Memberika penguatan kepada
anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
d) Pengawasan
(1) Melakukan pengawasan
langsung kepada anggota tim
dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan
(2) Melakukan pengawasan tidak
langsung melalui dokumentasi
tindakan keperawatan
120
c. Anggota Tim
Sebagai pelaksana asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun oleh ketua
tim diharapkan:
1) Menyadari bahwa mereka bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
tugas asuhan keperawatan sesuai dengan pasien kelolaannya
2) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan dengan
sebaik-baiknya
3) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
dikerjakan
4) Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim
5. Ketenagaan
Jumlah tenaga yang dibutuhkan dalam
melaksanakan metode tim ditentukan berdasarkan
klasifikasi pasien. Untuk itu perlu diidentifikasi
tingkat ketergantungan pasien sehingga pasien
dapat diklasifikasikan kategorinya.
Sebagai contoh diunit medikal bedah
kategori ketergantungan pasien dibagi kedalam:
a) Minimal care yang membutuhkan 1-2 jam
perawatan langsung per 24 jam
b) Parsial care yang membutuhkan 3-4 jam
perawatan langsung per 24 jam
c) Total care yang membutuhkan 5-6 jam
perawatan langsung per 24 jam
Adapun komponen dasar klasifikasi pasien
dan cara menentukannya dapat dilihat pada contoh
format klasifikasi pasien pada tabel 1. dibawah
ini. Setelah klasifikasi diperoleh, dapat ditentukan
jumlah perawat yang dibutuhkan pada shift pagi,
121
sore, dan malam menurut perhitungan Douglas
(2005).
Tabel 1.
Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Klasifikasi Pasien di Ruang
Rawat
Jumlah
Pasien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0.17 0.14 0.10 0.27 0.15 0.07 0.36 0.30 0.20
2 0.34 0.28 0.20 0.54 0.30 0.14 0.72 0.60 0.40
3 0.51 0.42 0.30 0.81 0.45 0.21 1.08 1.90 0.60
4 0.68 0.56 0.40 1.08 0.60 0.28 1.44 1.20 0.80
5 0.85 0.70 0.50 1.35 0.75 0.35 1.80 1.50 1.00
6 1.02 0.84 0.60 1.62 0.90 0.42 2.16 1.80 1.20
7 1.19 0.98 0.70 1.89 1.05 0.49 2.52 2.10 1.40
8 1.36 1.12 0.80 2.16 1.20 0.56 2.88 2.40 1.60
9 1.53 1.26 0.90 2.43 1.35 0.63 3.24 2.70 1.80
10 1.70 1.40 0.100 2.70 1.50 0.70 3.60 3.00 2.00
Sebagai contoh:
Ruang wanita Bedah Irna saat ini merawat 15 orang pasien dengan klasifikasi 7
orang minimal care, 6 orang parsial care, dan 2 orang total care, maka jumlah
perawat yang dibutuhkan setiap shift adalah seperti yang terlihat pada tabel 2.
Tabel 2.
Jumlah Kebutuhan Perawat Berdasarkan
Klasifikasi Pasien Setiap Shift
Jumlah dan Shift
Klasifikasi Pagi Sore Malam
pasien
Minimal care = 7 7 x 0.17 = 1.19 7 x 0.14 = 0.98 7 x 0.10 = 0.70
Parsial care = 6 6 x 0.27 = 1.26 6 x 0.15 = 0.90 6 x 0.07 = 0.42
Total care = 2 2 x 0.36 = 0.72 2 x 0.30 = 0.60 2 x 0.20 = 0.40
Jumlah Perawat 3.53 = 4 orang 2.48 = 3 orang 1.52 = 2 orang
Berarti ruang bedah Irna wanita tersebut hari tersebut membutuhkan jumlah
perawat sebanyak 9 orang yang terdiri dari:
122
1. Dinas pagi 4 perawat yang selanjutnya dibagi
menjadi 2 tim
a. Tim I (2 perawat + ketua tim) merawat;
1) 4 pasien minimal care
2) 3 pasien parsial care
3) 1 pasien total care
b. Tim II (2 perawat + ketua tim) merawat ;
1) 3 pasien minimal care
2) 3 pasien parsial care
3) 1 pasien total care
2. Dinas sore 1 tim terdiri dari 3 perawat + ketua
tim
3. Dinas malam 1 tim terdiri dari 2 perawat + 1
ketua tim
Total perawat = 13 orang perawat terdiri dari 9
perawat + 4 ketua tim
123
b) Mengidentifikasi dan
merencanakan tindakan
keperawatan
c) Mengkomunikasikan rencana
keperawatan kepada anggota tim
d) Memonitor pendokumentasian
tindakan keperawatan yang
dilakukan anggota tim
b. Pelaporan
Pelaporan dokumentasi asuhan
keperawatan dilakukan oleh ketua tim
kepada kepala ruangan dan kepada ketua
tim shift berikutnya melalui mekanisme
timbang terima yang terdiri dari :
1) Masalah keperawatan
2) Masalah kolaborasi
3) Tindakan yang telah dilakukan
4) Tindakan yang akan dilakukan
5) Evaluasi perkembangan berupa :
masalah yang teratasi, sebagian
teratasi, belum teratasi, atau ada
masalah baru.
124
KUESIONER METODE TIM
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan cara memberi
tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d
3. Tanyakan langsung pada peneliti bila ada yang tidak pahami.
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan metode tim?
a. Metoda yang terdiri dari anggota yang berbeda dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien.
b. Metode yang terdiri dari anggota yang berbeda dalam memberikan suatu
tindakan tertentu kepada sekelompok pasien.
c. Metoda yang terdiri dari anggota yang berbeda dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada sebagian pasien.
d. Metoda yang dilaksanakan dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama
2. Apa kekurangan dari metoda tim?
a. Pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Komunikasi antar anggota tim terbentuk dalam bentuk konferensi tim
yang membutuhkan waktu.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim.
d. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3. Apa yang menjadi tanggung jawab kepala ruangan, kecuali?
a. Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
b. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien
c. Mengetahui kondisi pasien
d. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
4. Bagaimana konsep metode tim, kecuali?
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan
125
b. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim
5. Apa kelebihan menggunakan metode tim, kecuali?
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
d. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi
6. Siapa saja yang ada dalam tim/group?
a. Tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu kelompok
b. Tenaga professional saja
c. Tenaga professional dan teknikal
d. Teknikal dan pembantu dalam satu tim
7. Apa tanggung jawab sebagai anggota tim, kecuali?
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya
b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c. Menerima pasien dan memenuhi kebutuhan pasien
d. Memberikan laporan
8. Apa tanggung jawab sebagai ketua tim?
a. Membuat perencanaan, penugasan, supervise dan evaluasi
b. Membuat jadwal perjanjian klinis
c. Membuat perencanaan
d. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
9. Dalam metode tim, biasanya ketua tim membawahi berapa perawat?
a. 1 perawat
b. 2-3 perawat
c. 4-5 perawat
d. Lebih dari 5 perawat
10. Apa peran kepala ruangan sebagai pengorganisasian?
a. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
126
b. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
c. Merumuskan metode penugasan yang digunakan dan merumuskan tujuan
metode penugasan
d. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
127
Lampiran 2 Kuesioner Pre-Post Test Metode Keperawatan TIM
128
KUESIONER POST TEST
129
Lampiran 3 Dokumentasi
130
131
Lampiran 4 Dokumentasi Tingkat Kepuasan Pasien
132
Lampiran 5 SAP asuhan keperawatan berbasis SDKI, SLKI, dan SIKI
I. TUJUAN
4. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan sosialisasi
diharapkan sasaran mampu mengaplikasi
asuhann keperawatan berbasis SDKI,
SLKI dan SIKI
5. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan sosialisasi
diharapkan sasaran mampu :
a. Menjelaskan pengertian Asuhan Keperawatan berbasis SDKI,
SLKI dan SIKI
133
b. Mampu menerapkan pendokumentasian Asuhan Keperawatan
berbasis SDKI, SLKI dan SIKI
c. Menyebutkan kegunaan Asuhan keperawatan berbasis SDKI, SLKI
dan SIKI
II. MATERI
Terlampir
III. METODE
- Ceramah
- Tanya Jawab
- Demonstrasi
- Kuesioner (Pre dan Post Test)
IV. MEDIA
- Buku SDKI, SLKI dan SIKI
V. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Kegiatan
Mahasi Pera
swa wat
P 1. M 1. M
en e
( gu n
ca j
pk a
an w
sal a
am b
da S
n a
me l
m a
pe m
rk 2. M
134
en e
alk n
an d
dir e
i n
2. M g
enj a
ela r
sk k
an a
Tu n
jua
n
P 1. M 1. P
ela e
( ks r
an a
ak w
an a
Pr t
e m
Te e
st n
2. M g
em i
be s
rik i
an K
M u
ate e
ri s
135
me i
ng o
en n
ai e
pe r
nd P
ok r
u e
me T
nta e
sia s
n t
As 2. M
uh e
an n
Ke d
pe e
ra n
wa g
tan a
be r
rb k
asi a
s n
S d
D a
KI n
, m
SL e
KI n
da y
136
n i
SI m
KI a
3. M k
ela m
ks a
an t
ak e
an r
tan i
ya y
ja a
wa n
b g
4. M d
en i
de b
m e
on r
str i
asi k
ka a
n n
se 3. P
kal e
ig r
us a
be w
rdi a
sk t
usi a
137
me k
ng ti
en f
ai d
tat a
a l
car a
a m
me
m m
ba e
ca n
bu g
ku a
As j
uh u
an k
Ke a
pe n
ra p
wa e
tan r
be t
rb a
asi n
s y
S a
D a
KI n
, 4. P
SL e
138
KI r
da a
n w
SI a
KI t
5. M m
ela e
ks n
an g
ak i
an k
Po u
st ti
Te a
st p
a
y
a
n
g
M
a
h
a
s
i
s
w
a
d
e
139
m
o
n
t
r
a
s
i
k
a
n
5. P
e
r
a
w
a
t
m
e
n
g
i
s
i
k
u
e
s
i
o
140
n
e
r
P
o
s
t
T
e
s
t
E Mengevalu 1. P
asi e
( Penget r
ahuan a
Perawa w
t: a
1. M t
em m
int e
a n
Pe j
ra e
wa l
t a
un s
tu k
k a
me n
nje c
las a
141
ka r
n a
ba p
gai e
ma n
na d
car o
a k
pe u
nd m
ok e
u n
me t
nta a
sia s
n i
As a
uh n
an A
Ke s
pe u
ra h
wa a
tan n
Be K
rb e
asi p
s e
S r
D a
KI w
142
, a
SL t
KI a
da n
n b
SI e
KI r
2. M b
em a
int s
a i
pe s
ra S
wa D
t K
un I,
tu S
k L
me K
nc I
ari d
Di a
ag n
no S
sa I
ke K
pe I
ra 2. P
wa e
tan r
di a
143
bu w
ku a
S t
D m
KI a
m
p
u
m
e
n
c
a
r
i
D
i
a
g
n
o
s
a
k
e
p
e
r
a
w
a
144
t
a
n
d
i
b
u
k
u
S
D
K
I
s
e
c
a
r
a
m
a
n
d
i
r
i
145
- Perawat peserta sosialisasi hadir di
tempat sosialisasi
- Penyelenggaraan Pre dan Post Test, dan
sosialisasi pendokumentasian Asuhan
Keperawatan berbasis SDKI, SLKI dan
SIKI dilaksanakan di Ruang RPA
- Pelaksanaan dan sosialisasi sudah
dikonsulkan dengan
pembimbing
- Peran dan tugas mahasiswa sesuai
dengan rencana
- Tempat dan alat tersedia sesuai dengan
rencana
b. Evaluasi Proses
- Peserta mengamati terhadap materi
sosialisasi
- Peserta mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan
- Peserta berperan aktif selama kegiatan
berlangsung
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
waktu yang direncanakan
c. Evaluasi Hasil
- Pre : Peserta antusias terhadap
materi sosialisasi
- Post : Peserta memahami dengan
baik materi penyuluhan
yang disampaikan oleh
penyaji
Setelah sosialisasi diharapkan perawat
mampu mengerti dan memahami penyuluhan
146
yang diberikan dan sasaran mampu
mendokumentasikan Asuhan Keperawatan
berbasis SDKI, SLKI dan SIKI.
147
MATERI SOSIALISASI
A. PENGERTIAN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
148
C. JENIS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi 2
jenis, yaitu Diagnosis Negatif dan Diagnosis
Positif.
1. Diagnosis Negatif
149
disebut juga dengan istilah Diagnosis
Promosi Kesehatan (ICNP, 2015; Standar
Praktik Keperawatan Indonesia – PPNI,
2005).
Berikut penjabaran lengkap mengenai
macam-macam diagnosis tersebut diatas
(Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013).
1. Diagnosis Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respon
klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupan yang menyebabkan klien
mengalami masalah kesehatan. Tanda atau
gejala mayor dan minor dapat ditemukan
dan divalidasi pada klien secara langsung.
2. Diagnosis Resiko
Diagnosis ini menggambarkan respon
klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang dapat
menyebabkan klien beresiko mengalami
masalah kesehatan.
Dalam penegakan diagnosis ini, tidak
akan ditemukan tanda/gejala mayor
ataupun minor pada klien, namun klien
akan memiliki faktor resiko terkait
masalah kesehatan yang mungkin akan
dialaminya dikemudian hari.
3. Diagnosis Promosi Kesehatan
Diagnosis ini menggambarkan adanya
keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke
tingkat yang lebih baik atau optimal.
150
D. KOMPONEN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan memiliki 2
komponen utama, yaitu Masalah (Problem)
atau Label Diagnosis dan Indikator
Diagnostik.
1. Masalah (Problem)
Masalah merupakan label diagnosis
keperawatan yang menggambarkan inti
dari respon klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya.
2. Indikator Diagnostik
Indikator diagnostik terdiri dari
penyebab, tanda/gejala, dan faktor resiko
dengan uraian sebagai berikut.
a. Penyebab (Etiology)
Merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Etiologi ini dapat mencakup 4 kategori, yaitu;
Fisiologis, Biologis atau Psikologis,
Efek Terapi/Tindakan,
Situasional (lingkungan atau personal)
Maturasional
b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)
Tanda merupakan data objektif yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan prosedur
diagnostik.
Sedangkan gejala merupakan data subjektif
yang diperoleh dari hasil anamnesis atau
pengkajian.
Tanda/gejala ini dikelompokan menjadi 2
kategori, yaitu:
151
Tanda/Gejala Mayor: Ditemukan sekitar
80% – 100% untuk validasi diagnosis.
Tanda/Gejala Minor: Tidak harus
ditemukan, namun jika ditemukan dapat
mendukung penegakan diagnosis.
152
c. Faktor Resiko (Risk Factor)
Merupakan kondisi atau situasi yang
dapat meningkatkan kerentanan klien dalam
mengalami masalah kesehatan atau proses
kehidupannya. Indikator diagnosis ini akan
berbeda-beda pada masing-masing macam
jenis diagnosis.
Pada diagnosis aktual, indikator
diagnostiknya terdiri dari penyebab dan
tanda/gejala.
Pada diagnosis resiko, tidak memiliki
penyebab dan tanda/gejala, melainkan
hanya faktor resiko saja.
Pada diagnosis promosi kesehatan, hanya
memiliki tanda/gejala yang menunjukan
kesiapan klien untuk mencapai kondisi
yang lebih optimal.
E. PROSES PENEGAKAN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Proses penegakan diagnosis (diagnostic
process) adalah suatu proses yang sistematis
yang terdiri dari 3 tahap yaitu, analisis data,
identifikasi masalah dan perumusan
diagnosis.
Untuk perawat profesional yang telah
berpengalaman, proses ini dapat dilakukan
secara simultan. Namun untuk perawat yang
belum memiliki pengalaman yang memadai,
setidaknya diperlukan latihan dan pembiasaan
untuk melakukan proses penegakan diagnosis
secara sistematis.
Proses penegakan diagnosis keperawatan
153
diuraikan sebagai berikut;
1. Analisis Data
Tahap pertama dalam proses penegakan
diagnosis keperawatan adalah Analisis data
yang dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut ini.
a. Bandingkan data dengan nilai
normal/rujukan
Data-data yang didapatkan dari
pengkajian, bandingkan dengan nilai-nilai
normal dan identifikasi tanda/gejala yang
bermakna, baik tanda/gejala mayor ataupun
tanda/gejala minor.
b. Kelompokkan data
Tanda/gejala yang dianggap bermakna,
dikelompokan berdasarkan pola kebutuhan
dasar yang meliputi;
1. respirasi,
2. sirkulasi,
3. nutri/cairan,
4. eliminasi,
5. aktivitas/istirahat,
6. neurosensori,
7. reproduksi/seksualitas,
8. nyeri/kenyamanan,
9. integritas ego,
10. pertumbuhan/perkembangan,
154
11. kebersihan diri,
12. penyuluhan/pembelajaran
13. interaksi sosial, dan
14. keamanan/proteksi.
2. Identifikasi Masalah
Setelah data dianalisis, perawat dan klien
bersama-sama mengidentifikasi masalah,
mana masalah yang aktual, resiko dan /atau
promosi kesehatan.
Pernyataan masalah kesehatan ini merujuk
pada label diagnosis keperawatan yang
sebelumnya telah dibahas diatas.
3. Perumusan Diagnosis Keperawatan
Perumusan atau penulisan diagnosis
disesuaikan dengan jenis diagnosis
keperawatannya. Terdapat 2 metode
perumusan diagnosis, yaitu;
a. Penulisan 3 Bagian (3 Parts Format)
Metode penulisan ini terdiri dari
Masalah, Penyebab dan Tanda/Gejala dan
hanya dilakukan pada diagnosis aktual saja.
Formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3
bagian adalah sebagai berikut:
Masalah berhubungan
dengan Penyebab dibuktikan
dengan Tanda/Gejala
Frase ‘berhubungan dengan’ dapat
disingkat b.d dan frase ‘dibuktikan
dengan’ dapat disingkat d.d.
Contoh Penulisan:
Bersihan jalan nafas tidak
efektif b.d spasme jalan nafas d.d batuk tidak
155
efektif, sputum berlebih, mengi, dispnea dan
gelisah.
b. Penulisan 2 Bagian (2 Parts Format)
Metode penulisan ini dilakukan pada
diagnosis resiko dan diagnosis promosi
kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut:
(1) Diagnosis Resiko
Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko
Contoh Penulisan:
Resiko aspirasi dibuktikan dengan
tingkat kesadaran menurun.
(2) Diagnosis Promosi Kesehatan
Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Contoh Penulisan:
Kesiapan peningkatan eliminasi urin
dibuktikan dengan pasien mengatakan ingin
meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan
karakteristik urin normal.
F. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
SESUAI SDKI
1. Ansietas : Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
2. Berat Badan Lebih : Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang
tidak sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
3. Berduka : Respon psikososial yang ditunjukan oleh klien sebagai
akibat dari kehilangan, baik kehilangan orang, objek, fungsi, bagian
tubuh atau hubungan.
4. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif : Ketidakmampuan membersihkan
sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas
tetap paten.
156
5. Defisit Kesehatan Komunitas : Terdapat masalah kesehatan atau faktor
risiko yang dapat menganggu kesejahteraan pada suatu kelompok.
6. Defisit Nutrisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhikebutuhan
metabolisme.
7. Defisit Pengetahuan : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif
yang berkaitan dengan topik tertentu.
8. Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
9. Diare : Pengeluaran feses yang sering. Lunak dan tidak berbentuk.
10. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
Referensi :
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Msn, R. N.,
Makic, M. B. F., Martinez-Kratz, M., &
Zanotti, M. (2019). Nursing Diagnosis
Handbook E-Book: An Evidence-Based
Guide to Planning Care. Mosby.
Carpenito-Moyet, L. J. (2006). Handbook
of nursing diagnosis. Lippincott Williams
& Wilkins.
https://www.nerslicious.com/standar-
diagnosis-keperawatan-indonesia/
PPNI (2019). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia.
157
Standar Asuhan Keperawatan memiliki
tiga komponen utama, yaitu diagnosis
keperawatan, intervensi keperawatan dan
luaran (outcome) keperawatan. PPNI telah
menerbitkan standar diagnosis keperawatan
(SDKI) dan standar intervensi keperawatan
(SIKI). Untuk menyempurnakan Standar
Asuhan Keperawatan, perlu diterbitkan pula
standar luaran keperawatan.
A. DEFINISI
Luaran (Outcome) Keperawatan Aspek-
aspek yang dapat diobservasi dan diukur
meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi pasien,
keluarga atau komunitas sebagai respons
terhadap intervensi keperawatan. Luaran
keperawatan menunjukkan status diagnosis
keperawatan setelah dilakukan intervensi
keperawatan (Germini et al, 2010; ICNP, 2015).
Hasil akhir intervensi keperawatan yang terdiri
atas indikator-indikator atau kriteria-kriteria
hasil pemulihan masalah (ICN, 2009).
B. TUJUAN PENYUSUNAN SLKI
Menjadi acuan penentuan luaran
(outcome) keperawatan Mengarahkan intervensi
keperawatan Meningkatkan efektivitas asuhan
keperawatan Mengukur pencapaian level
keberhasilan intervensi keperawatan
Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
C. SISTEM KLASIFIKASI
Mengikuti klasifikasi diagnosis
keperawatan International Classification of
158
Nursing Practice Diagnosis Classification
(Wake, 1994) Doenges & Moorhouse s
Diagnostic Division of Nursing Diagnosis
(Doenges et al, 2013)
D. PENETAPAN LUARAN KEPERAWATAN
Penetapan luaran memenuhi prinsip
SMART S M A R T Spesific Measurable
Attainable Realistic Timed Label dan indikator
distandarisasi Disesuaikan kondisi pasien
dengan menggunakan clinical judgement
perawat Diadaptasi dari: Ackley et al (2017),
Berman et al (2015), Doenges et al (2013),
Potter & Perry (2013),
159
Menggunakan skor (1 s.d 5) pada
pendokumentasian computer-based
1. Ekspektasi Luaran Keperawatan
No Ekspektasi, Definisi Contoh Luaran 1
Meningkat Bertambah baik dalam ukuran,
jumlah maupun derajat atau tingkatan, 2
Menurun Berkurang baik dalam ukuran,
jumlah maupun derajat atau tingkatan, 3
Membaik Menimbulkan efek yang lebih baik,
adekuat, atau efektif. Bersihan Jalan Napas
Curah Jantung Perawatan Diri Sirkulasi
Spontan Status Kenyamanan Tingkat
Keletihan Tingkat Ansietas Tingkat Berduka
Tingkat Perdarahan Eliminasi Fekal Fungsi
Seksual Identitas Diri Penampiran Peran
Proses Pengasuhan
2. Variasi Penggunakan Skala Likert (1-5) Kriteria Hasil Luaran
Keperawatan
Menurun Cukup, Menurun Sedang, Cukup
Meningkat, Meningkat, Meningkat Cukup,
Meningkat Sedang, Cukup Menurun,
Menurun Memburuk, Cukup Memburuk,
Sedang, Cukup Membaik, Membaik.
G. PENERAPAN LUARAN KEPERAWATAN
Metode Dokumentasi Manual/Tertulis
“Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama., maka [Label] [Ekspektasi] dengan
kriteria hasil: - Kriteria 1 (hasil) - Kriteria 2
(hasil) - Kriteria 3 (hasil)” - dst Contoh:
“Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam,
maka Bersihan Jalan Napas Meningkat,
160
dengan kriteria hasil: Batuk efektif meningkat
Produksi sputum menurun Mengi menurun
Frekuensi napas kali/menit”. Metode
Dokumentasi Berbasis Komputer Setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama.,
maka [Label] [Ekspektasi] dengan kriteria
hasil: - Kriteria 1 (skor) - Kriteria 2 (skor) -
Kriteria 3 (skor) - dst Contoh: Setelah
dilakukan intervensi selama 3 jam, maka
Bersihan Jalan Napas Meningkat, dengan
kriteria hasil: Batuk efektif 5 Produksi
sputum 5 Mengi 5 Frekuensi napas 5
- CONTOH LUARAN SLKI Nomor
Kode, Panggil Label Luaran, Definisi
Luaran, Ekspektasi Luaran, Kriteria Hasil
dan Skor.
H. TAUTAN SDKI - SLKI
Tautan (linkage) merupakan suatu
hubungan antara dua elemen atau konsep,
yakni SDKI dan SLKI. Tautan ini tidak
dimaksudkan untuk menggantikan penilaian
klinis (clinical judgement) perawat.
Pemilihan luaran keperawatan tetap harus
didasarkan pada penilaian klinis dengan
mempertimbangkan kekhasan kondisi pasien,
keluarga, kelompok atau komunitas Satu
diagnosis dapat memiliki lebih dari satu
luaran, jika diperlukan.
161
Lampiran 6 Standar Asuhan Keperawatan
D r
a
p
162
T
e
u
t
P
i
k
K
Sediakan
lingkungan
yang dingin
P
Longgarkan
atau lepaskan
pakaian
R
Basahi dan
kipasi
permukaan
A tubuh
Berikan cairan
oral
P
Ganti linen
setiap hari atau
Gejala dan Tanda
lebih sering jika
Mayor
mengalami
Suhu tubuh diatas hiperhidrosis
nilai normal (keringat
( 37,50 C). berlebih)
Gejala dan Tanda
Lakukan
Minor
pendinginan
eksternal (mis.
K selimut
hipotermia atau
163
kompres dingin
K pada dahi,
leher, dada,
abdomen,aksila
T )
Hindari
pemberian
T antipiretik atau
aspirin
Batasi
K oksigen, jika
perlu
Kondisi Klinis Terkait
Edukasi
P Anjurkan tirai
baring
H K
o
l
S a
b
o
D r
a
s
T i
Kolaborasi
cairan dan
elektrolit
164
intravena, jika
perlu
165
Dehidrasi dan terbalik, depresi
intoksikasi air) segmen ST,
Kelebihan volume gelombang U,
cairan kelelahan,
Gangguan parestesia,
mekanisme penurunan
regulasi (mis. refleks,
Diabetes) anoreksia,
Efek samping konstipasi,
prosedur (mia. motilitas usus
Pembedahan) menurun,
Muntah pernapasan)
166
mengarah
asistol)
Monitor tanda
dan gejala
hipontremia
(mis.
Disorientasi,
otot berkedut,
sakit kepala,
membrane
mukosa kering,
hipotensi
postural,
kejang, letargi,
penurunan
kesadaran)
Monitor tanda
dan gejala
hypernatremia
(mis. Haus,
demam, mual,
muntah, gelisah,
peka rangsang,
membrane
mukosa kering,
takikardia,
hipotensi,
letargi, konfusi,
kejang)
Monitor tanda
dan gejala
167
hipokalsemia
(mis. Peka
rangsang, tanda
IChvostekI
[spasme otot
wajah], tanda
Trousseau
[spasme karpal],
kram otot,
interval QT
memanjang)
Monitor tanda
dan gejala
hiperkalsemia
(mis. Nyeri
tulang, haus,
anoreksia,
letargi,
kelemahan otot,
segmen QT
memendek,
gelombang T
lebar, kompleks
QRS lebar,
interval PR
memanjang)
Monitor tanda
dan gejala
hipomagnesemi
a (mis. Depresi
pernapasan,
168
apatis, tanda
Chvostek, tanda
Trousseau,
konfusi,
disritmia)
Monitor tanda
dan gejala
hipomagnesia
(mis.
Kelemahan otot,
hiporefleks,
bradikardia,
depresi SSP,
letargi, koma,
depresi)
Terapeutik
Atur interval
waktu
pemantauan
sesuai dengan
kondisi pasien
Dokumentasika
n hasil
pemantauan
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
diuretik, jika
perlu
3. Deficit Nutrisi Luaran Utama : Manajemen Nutrisi
169
Definisi : Status Nutrisi (I.03119)
Luaran Tambahan : Observasi
su Berat badan Identifikasi
pa Eliminasi status nutrisi
n fekal Identifikasi
nut Fungsi alergi dan
risi gastrointestina intoleransi
tid l makanan
ak Nafsu makan Identifikasi
cu makanan yang
Perilaku
ku disukai
meningkatkan
p Identifikasi
berat badan
unt kebutuhan
Status
uk kalori dan jenis
menelan
me nutrient
Tingkat
me Identifikasi
depresi
nu perlunya
Tingkat nyeri
hi penggunaan
ke selang
but nasogastric
uh Monitor asupan
an makanan
me
Monitor berat
tab
badan
oli
Monitor hasil
sm
pemeriksaan
.
laboratorium
Penyebab :
T
Ketidakmampuan
e
menelan makanan
r
Ketidakmampuan a
170
mencerna p
makanan e
Ketidakmampuan u
mengabsorbsi t
nutrient i
Peningkatan k
kebutuhan Lakukan oral
metabolism hygiene
Factor ekonomi sebelum makan,
(mis. Finansial jika perlu
tidak mencukupi) Fasilitasi
Factor psikologis menentukan
(mis, stress, pedoman diet
keengganan untuk (mis. Piramida
makan) makanan)
Gejala dan Tanda Sajikan
Mayor makanan secara
Subjektif menarik dan
( suhu yang
t sesuai
i Berikan makan
d tinggi serat
a untuk
k mencegah
konstipasi
t Berikan
e makanan tinggi
r kalori dan
s tinggi protein
e Berikan
d suplemen
171
i makanan, jika
a perlu
) Hentikan
O pemberian
b makan melalui
j selang
e nasigastrik jika
k asupan oral
t dapat
i ditoleransi
f E
Berat badan d
menurun minimal u
10% dibawah k
rentang ideal. a
Gejala dan Tanda s
Minor i
Subjektif Anjurkan posisi
Cepat kenyang duduk, jika
setelah makan mampu
Keram/nyeri Anjarkan diet
abdomen yang
Nafsu makan diprogramkan
menurun K
O o
b l
j a
e b
k o
t r
i a
172
f s
Bising usus i
hiperaktif Kolaborasi
Otot mengunyah pemberian
lemah medikasi
Otot menelan sebelum makan
lemah (mis. Pereda
Membrane nyeri,
mukosa pucat antiemetik), jika
Sariawan perlu
berlebihan menentukan
K
l
i
n
i
s
173
T
e
r
k
a
i
t
Stroke
Parkinson
Mobius syndrome
Cerebral palsy
Cleft palate
Amyotrofic lateral
sclerosis
Kerusakan
neuromuscular
Luka bakar
Kanker
infeksi
4. Gangguan Rasa Luaran Utama : Manajemen Nyeri
Nyaman : Status (I.08238)
Definisi : Kenyamanan Observasi
(L.08064) Identifikasi
eraLuaran Tambahan : lokasi,
saa Pola tidur karakteristik,
n Tingkat durasi,
kur agitasi frekuensi,
an Tingkat kualitas,
g ansietas intensitas nyeri
sen Tingkat nyeri Identifikasi
174
an Tingkat skala nyeri
g, keletihan Identifikasi
leg respon nyeri
a non-verbal
da Identifikasi
n faktor yang
se memperberat
mp dan
urn meringankan
a nyeri
dal Identifikasi
am pengetahuan
di dan keyakinan
me tentang nyeri
nsi Identifikasi
fisi pengaruh
k, budaya terhadap
psi respon nyeri
ko Identifikasi
spi pengaruh nyeri
rit pada kualitas
usl hidup
, Monitor
lin keberhasilan
gk terapi
un komplementer
ga yang sudah
n diberikan
da
Monitor efek
n
samping
soc
penggunaan
175
ial analgetik
Penyebab : Terapeutik
Berikan teknik
G nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
K rasa nyeri (mis.
TENS,
Ketidakadekuatan hypnosis,
stimulus terbimbing,
lingkungan kompres
hangat/dingin,
Efek samping
terapi bermain)
terapi (mis.
Medikasi, radiasi, Kontrol
kemoterapi) lingkungan
yang
Gangguan adatasi
memperberat
kehamilan
rasa nyeri (mis.
Gejala dan Tanda
Suhu ruangan,
Mayor
pencahayaan,
S
kebisingan)
Fasilitasi
Mengeluh tidak
istirahat dan
nyaman
tidur
O
Pertimbangkan
176
Gelisah jenis dan
G sumber nyeri
dalam
S pemilihan
strategi
meredakan
M nyeri
T Jelaskan
penyebab,
periode, dan
M pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan
M nyeri
Anjurkan
memonitor
M nyeri secara
mandiri
Anjurkan
M menggunakan
analgetik secara
O tepat
Anjurkan teknik
Menunjukkan nonfarmakologi
gejala distress s untuk
Tampak mengurangi
177
berubah l
Postur tubuh a
berubah b
o
Iritabilitas
r
a
s
i
Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika
perlu
5. Intoleransi aktivitas Luaran utama : Manajemen Energi
(D.0056) Toleransi (I.05178)
Definisi : aktivitas Observasi
Luaran Tambahan : Identifkasi
eti Ambulasi gangguan
da Curah jantung fungsi tubuh
kc Konservasi yang
uk energi mengakibatkan
up Tingkat kelelahan
an keletihan Monitor
en kelelahan fisik
erg dan emosional
i Monitor pola
unt dan jam tidur
uk Monitor lokasi
me dan
lak ketidaknyamana
uk n selama
178
an melakukan
akt aktivitas
ivit Terapeutik
as Sediakan
seh lingkungan
ari nyaman dan
- rendah stimulus
har (mis. cahaya,
i suara,
Penyebab : kunjungan)
Ketidakseimbanga Lakukan
n antara suplai dan rentang gerak
kebutuhan oksigen pasif dan/atau
Tirai baring aktif
Kelemahan Berikan
Mobilitas aktivitas
monoton menyenangkan
179
Dispnea menghubungi
saat/setelah perawat jika
aktivitas tanda dan gejala
Merasa tidak kelelahan tidak
nyaman setelah berkurang
beraktivitas Ajarkan strategi
Merasa lelah koping untuk
Objektif mengurangi
menunjukan meningkatkan
aritmia asupan
saat/setelah makanan
aktivitas
Gambaran EKG
menunjukan
iskemia
sianosis
180
am n toleransi fisik
ger Konservasi melakukan
ak energy pergerakan
an Koordinasi Monitor
fisi gerakan frekuensi
k Motivasi jantung dan
dar Pergerakan tekanan darah
i sendi sebelum
sat Status memulai
u neurologis mobilisasi
ata Status nutrisi Monitor kondisi
u umum selama
Toleransi
leb melakukan
aktivitas
ih mobilisasi
eks Terapetik
tre Fasilitasi
mit aktivitas
as mobilisasi
sec dengan alat
ara bantu (mis.
ma pagar temapt
ndi tidur)
ri Fasilitasi
Penyebab : melakukan
Kerusakan pergerakan, jika
integritas struktur perlu
tulang Libatkan
Perubahan keluarga untuk
metabolism membantu
Ketidakbugaran pasien dalam
meningkatkan
181
fisik pergerakan
Penurunan kendali Edukasi
otot Jelaskan tujuan
Penurunan massa dari prosedur
otot mobilisasi
Penurunan Anjurkan
kekuatan otot melakukan
Keterlambatan mobilisasi dini
perkembangan Ajarkan
Kekakuan sendi mobilisasi
Kontraktur sederhana yang
182
Kengganan
melakukan
pergerakanGanggu
an sensori persepsi
Gejala dan Tanda
Mayor
Subjektif :
Mengeluh sulit
menggerakan
ekstremitas
Objektif :
Kekuatan otot
menurun
Rentang gerak
(ROM) menurun
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
Nyeri saat
bergerak
Enggan
melakukan
pergerakan
Merasa cemas saat
bergerak
Objektif :
Sendi kaku
Gerakan tidak
terkoordinasi
Gerakan terbatas
183
Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait
Stroke
Cedera medula
spinalis
Trauma
Fraktur
Osteoathritis
Ostamalasia
Keganasan
7. Pola Napas Tidak Luaran Utama : Pemantauan
Efektif (D.0005) Pola napas Respirasi (I.01014)
Definisi : (L.01004) Observasi
Luaran Tambahan : Monitor
ns Berat baadn frekuensi,
pir Keseimbanga irama,
asi n asam-basa kedalaman dan
da Konservasi upaya napas
n/a energy Monitor pola
tau Status napas (seperti
eks neurologis bradipnea,
pir Tingkat takipnea,
asi ansietas hiperventilasi,
ya kussmaul,
Tingkat
ng cheyne-stokes,
keletihan
tid biot, ataksik)
Tingkat
ak Monitor
nyeri
me kemampuan
mb batuk efektif
eri Monitor adanya
184
ka produksi
n sputum
ve Monitor adanya
ntil sumbatan jalan
asi napas
ad Palpasi
ek kesimetrisan
uat ekspansi paru
Penyebab : Auskultasi
Depresi pusat bunyi napas
pernapasan Monitor saturasi
Hambatan upaya oksigen
napas (mis. nyeri Monitor nilai
saat bernapas, AGD
kelemahan otot Monitor hasil x-
pernapasan) ray thoraks
Deformitas Terapetik
dinding dada Atur interval
Deformitas tulang pemantauan
dada respirasi sesuai
Gangguan kondisi pasien
neuromuscular Dokumentasika
Gangguan n hasil
neurologis (mis. pemantauan
elektroensefalogra Edukasi
m [EEG] positif, Jelaskan tujuan
cedera kepala, dan prosedur
gangguan kejang) pemantauan
Imaturitas Informasikan
neurologis hasil
185
Penurunan energi pemantauan,
Obesitas jika perlu
186
kussmaul, cheyne-
stokes)
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
Ortopnea
Objektif :
Pernapasan
pursed-lip
Pernapasan cuping
hidung
Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
Ventilasi semenit
menurun
Kapasitas vital
menurun
Tekanan ekspirasi
menurun
Tekanan inspirasi
menurun
Ekskursi dada
berubah
Kondisi Klinis Terkait
Depresi sistem
saraf pusat
Cedera kepala
Trauma thoraks
Gullian bare
187
syndrome
Multiple sclerosis
Myasthenia gravis
Stroke
Kuadriplegia
Intoksikasi
alkohol
8. Bersihan Jalan Napas Luaran Utama : Latihan Batuk Efektif
Tidak Efektif (D.0001) Bersihan (I.01006)
Definisi : jalan napas Observasi
(L.01001) Identifikasi
etiLuaran Tambahan : kemampuan
da Kontrol gejala batuk
km Pertukaran Monitor adanya
am gas retensi sputum
pu Respons Monitor tanda
an alergi lokal dan gejala
me Respon alergi infeksi saluran
mb sistemik napas
ers Respons Monitor input
ihk ventilasi dan output
an mekanik cairan (mis.
sek jumlah dan
Tingkat
ret karakteristik)
infeksi
ata Terapetik
u Atur posisi
ob sedmi-fowler
str atau fowler
uk Pasang perlak
si dan bengkok di
jal
188
an pangkuan
na pasien
pas Buang sekret
unt pada tempat
uk sputum
me Edukasi
mp Jelaskan tujuan
ert dan prosedur
ah batuk efektif
an Anjurkan tarik
ka napas dalam
n melalui hidung
jal sdelama 4 detik,
an ditahan selama
na 2 detik,
pas kemudian
tet keluarkan dari
ap mulut dengan
pat bibir mencucu
en (dibulatkan)
Penyebab selam 8 detik
Fisiologis : Anjurkan
Spasme jalan mengulamgi
napas tarik napas
Hipersekresi jalan dalam hingga 3
napas kali
Disfungsi Anjurkan batuk
neuromuskuler dengan kuat
Benda asing dalam langsung
jalan napas setelah tarik
Adanya jalan napas dalam
189
napas buatan yang ke-3
Sekresi yang Kolaborasi
tertahan Kolaborasi
Hiperplasia pemberian
dinding jalan mukolitik atau
napas ekspektoran,
Proses infeksi jika perlu
Respon alergi
Efek agen
farmakologis (mis.
anastesi)
Situasional :
Merokok aktif
Merokok pasif
Terpajan polutan
Gejala dan Tanda
Mayor
Subjektif :
-
Objektif :
Batuk tidak efektif
Tidak mampu
batuk
Sputum berlebih
Mengi, wheezing
dan/atau ronkhi
kering
Mekonium di
jalan napas (pada
neonatus)
190
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
Dipsnea
Sulit bicara
Ortopnea
Objektif :
Gelisah
Sianosis
Bunyi napas
menurun
Frekuensi napas
berubah
Pola napas
berubah
Kondisi Klinis Terkait
Gullian bare
syndrome
Sklerosis multiple
Myasthenia gravis
Prosedur
diagnostik (mis.
bronkoskopi,
transesophageal
echocardiography
[TEE])
Depresi sistem
saraf pusat
Cedera kepala
Stroke
191
Kuadriplegia
Sindrom aspirasi
meconium
Infeksi saluran
napas
9. Nyeri Akut (D.0077) Luaran Utama Manajemen Nyeri
Definisi : Tingkat nyeri (I.08238)
(L.08066) Observasi
en Luaran Tambahan Identifikasi
gal Fungsi lokasi,
am gastrointestina karakteristik,
an l durasi,
sen Kontrol nyeri frekuensi,
sor Mobilitas fisik kualitas,
ik Penyembuhan intensitas nyeri,
ata luka Identifikasi
u skala nyeri
Perfusi
em Identifikasi
miokard
osi respon nyeri
Perfusi perifer
on non verbal
Pola Tidur
al Identifikasi
Status
ya faktor yang
kenyamanan
ng memperberat
Tingkat
ber nyeri dan
cedera
kai memperingan
tan nyeri
de Identifikasi
ng pengetahuan
an dan keyakinan
ker tentang nyeri
usa
192
ka Identifikasi
n pengaruh
jari budaya terhadap
ng respon nyeri
an Identifikasi
akt pengaruh nyeri
ual pada kualitas
ata hidup
u Monitor
fun keberhasilan
gsi terapi
on komplementer
al, yang sudah
de diberikan
ng Monitor efek
an samping
on penggunaan
set analgetik
me Terapetik
nd Berikan teknik
ad non
ak farmakologis
ata untuk
u mengurangi
la rasa nyeri (mis.
mb tens, hypnosis,
at akupresur,
da terapi musik,
n biofeedback,
ber terapi pijat,
int aromaterapi,
193
esi teknik imajinasi
tas terbimbing,
rin kompres
ga hangat/dingin,
n terapi bermain)
hin Kontrol
gg lingkungan
a yang
ber memperberat
at rasa nyeri (mis.
ya suhu ruangan,
ng pencahayaan,
ber kebisingan)
lan Fasilitasi
gs istirahat dan
un tidur
g Pertimbangkan
kur jenis dan
an sumber nyeri
g dalam
da pemilihan
dri strategi
3 meredakan
bul nyeri
an Edukasi
Penyebab Jelaskan
Agen pencedera penyebab,
fisiologis (mis. periode dan
inflamasi, iskemia, pemicu nyeri
neoplasma) Jelaskan strategi
Agen pencedera meredakan
194
kimiawi (mis. nyeri
terbakar, bahan Anjurkan
kimia iritan) memonitor
Agen pencedera nyeri secara
fisik (mis. abses, mandiri
amputasi, Ajarkan teknik
terbakar, non
terpotong, farmakologis
mengangkat berat, untuk
prosedur operasi, mengurangi
trauma, latihan rasa nyeri
fisik berlebihan) Kolaborasi
Gejala dan Tanda Kolaborasikan
Mayor pemberian
Subjektif : analgetik, jika
Mengeluh nyeri perlu
Objektif :
Tampak meringis
Bersikap protektif
(mis. waspada,
posisi
menghindari
nyeri)
Gelisah
Frekuensi nadi
meningkat
Sulit tidur
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
195
-
Objektif :
Tekanan darah
meningkat
Pola napas
berubah
Nafsu makan
berubah
Proses berpikir
terganggu
Menarik diri d
Berfokus pada diri
sendiri
Diaforesia
Kondisi Klinis
Terkait
Kondisi
pembedahan
Cedera traumatis
Infeksi
Sindrom koroner
akut
Glaukoma
10. Risiko Cidera (D.0136) Luaran Utama Pencegahan Cedera
Definisi : Tingkat (I.14537)
cedera Observasi
eri (L.14136) Identifikasi area
sikLuaran Tambahan lingkungan
o Fungsi sensori yang berpotensi
me Keamanan meyebabkan
196
ng lingkungan cedera
ala rumah Identifikasi obat
mi Keseimbanga yang berpotensi
ba n menyebabkan
ha Kinerja cedera
ya pengasuhan’ Identifikasi
ata Kontrol ksesuaian alas
u kejang kaki atau
ker Koordinasi stoking elastis
usa pergerakan pada
ka Mobilitas ekstremitas
n Orientasi bawah
fisi kognitif Terapetik
k Sediakan
Tingkat
ya pencahayaan
delirium
ng yang memadai
Tingkat
me Gunakan lampu
demensia
ny tidur selama
Tingkat
eb jam tidur
jatuh
ab Sosialisasikan
ka pasien dan
n keluarga dengan
ses lingkungan
eor ruang rawat
an (mis.
g penggunaan
tid telepon, tempat
ak tidur,
lag penerangan
i ruangan dan
sep lokasi kamar
197
en mandi)
uh Gunakan alas
ny lantai jika
a berisiko
seh mengalami
at cedera serius
ata Sediakan alas
u kaki antislip
dal Sediakan pispot
am atau urinal
ko untuk eliminasi
ndi ditempat tidur,
si jika perlu
bai Pastikan bel
k panggilan atau
Faktor Risiko telepon mudah
Eksternal : dijangkau
Terpapar patogen Pastikan
Terpapar zat kimia barang-barang
toksik pribadi mudah
Terpapar agen dijangkau
nosokomial Pertahankan
Ketidakamanan posisi tempat
transportasi tidur diposisi
Internal : terendah saat
Ketidaknormalan digunakan
profil darah Patikan roda
Perubahan tempat tidur
orientasi afektif atau kursi roda
Perubahan sensasi dalam kondisi
198
Disfungsi terkunci
autoimun Gunakan
Disfungsi pengaman
biokimia tempat tidur
Hipoksia jaringan sesuai dengan
Kegagalan kebijakan
mekanisme fasilitas
pertahanan tubuh pelayanan
Malnutrisi kesehatan
psikomotor penggunaan
199
keluarga yang
dapat
mendampingi
pasien
Tingkatkan
frekuensi
observasi dan
pengawasan
pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi
Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan
jatuh ke pasien
dan keluarga
Anjurkan
berganti posisi
secara perlahan
dan duduk
selama
beberapa menit
sebelum berdiri
200
DAFTAR PUSTAKA
201
Dustira Cimahi. INFOKOM (Informatika &
Komputer), 7(1), 33–41.
202