Anda di halaman 1dari 13

Journal of Agritech Science, Vol 2 No 2, November 2018

KARAKTERISTIK TEPUNG AMPAS KELAPA


(Characteristics of coconut palm flour)

Rosdiani Azis1 dan Ingka Rizkyani Akolo2


1,2
Politeknik Gorontalo, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Jl. Muchlis Rahim, Desa Panggulo Barat, Kecamatan Botupingge,
Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Kode Pos 96583
Email : rosdiani@poligon.ac.id

ABSTRAK

Ampas kelapa merupakan limbah yang diperoleh dari hasil pengolahan kelapa /
pembuatan minyak kelapa. Pada umumnya limbah ini jarang dimanfaatkan masyarakat dan
biasanya hanya dijadikan pakan ternak. Padahal jika diteliti lebih jauh ternyata ampas kelapa
memiliki kandungan galaktomanan yang mempunyai peran penting dalam bidang pangan dan
kesehatan. Tepung Ampas kelapa adalah Tepung adalah bahan baku utama pembuatan
berbagai jenis makanan (kue). Disamping sebagai sumber pati(gizi), tepung juga sebagai
pembentuk struktur. Sifat fisik tepung yang harus diperhatikan adalah harus berwarna putih ,
tidak menggumpal dan tidak lengket. Dikaitkan dengan sifat kimia daging buah kelapa hibrida
maka yang berperan pada sifat fisik tepung adalah kadar galaktomanan dan fosfolipida.. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari tepung ampas kelapa dihasilkan
dari proses ekstrak pada ampas kelapa berdasarkan kadar air, kadar abu, kadar protein,
kandungan karbohidrat, uji warna. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil
Pertanian Politeknik Gorontalo. Penelitian ini menggunakan software Minitab 16 dengan
metode Sedangkan perlakuan yang diguankan adalah lamanya waktu pengeringan yaitu 2 jam,
4 jam dan 6 jam.

Kata kunci: Ampas kelapa; tepung ampas kelapa; pengeringan

ABSTRACT

Coconut pulp is a waste obtained from coconut processing / coconut oil production. In
general, this waste is rarely used by the community and is usually only used as animal feed. In
fact, if examined further it turns out coconut pulp has galactomannan content which has an
important role in the field of food and health. Coconut Flour is Flour is the main raw material
for making various types of food (cakes). Aside from being a source of starch (nutrition), flour
also forms the structure. The physical properties of flour that must be considered are that they
must be white, not lumpy and not sticky. Associated with the chemical properties of hybrid
coconut meat, the role of the physical properties of flour is the level of galactomannan and
phospholipids. The purpose of this study was to determine the characteristics of coconut pulp
produced from the extraction process on coconut pulp based on water content, ash content,
protein content , carbohydrate content, color test. The research will be conducted at the
Polytechnic Gorontalo Agricultural Product Technology Laboratory. This study uses Minitab
16 software with the method. While the treatment used is the length of drying time, which is 2
hours, 4 hours and 6 hours.

Keywords: Coconut pulp; coconut pulp; drying

104
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

PENDAHULUAN Coconut Oil), daging kelapa segar yang


telah diparut kemudian dikeringkan dan
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.)
dipres hingga minyaknya terpisah. Hasil
termasuk jenis tanaman palma yang
samping dari proses pembuatan minyak
memiliki multi fungsi karena hampir semua
kelapa murni ini adalah ampas kelapa.
bagian dari tanaman tersebut dapat
Ampas kelapa hasil samping pembuatan
dimanfaatkan. Kelapa (Cocos nucifera L.)
minyak kelapa murni masih memiliki
merupakan salah satu tanaman perkebunan
kandungan protein yang cukup tinggi. Hal
yang paling banyak dibudidayakan di
ini menyebabkan ampas kelapa berpotensi
Provinsi Gorontalo. Berdasarkan data BPS
untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi
tahun 2016 diketahui bahwa dari delapan
pakan (Miskiyah, 2006).
tanaman perkebunan yang ada di
Ada dua jenis ampas kelapa yang
Gorontalo, tanaman kelapa memiliki luas
dihasilkan dari proses pembuatan minyak,
perkebunan yang terbesar yakni 54.865
yakni ampas dari pembuatan santan untuk
hektar dibandingkan dengan tanaman
pengolahan makanan di rumah tangga; dan
perkebunan lainnya (kakao, kopi, cengkeh,
ampas kelapa yang diperoleh pada
jambu mete, aren, kapuk, vanili). Tanaman
pembuatan minyak goreng yang disebut
ini tersebar di 5 kabupaten yakni kabupaten
bungkil. Pemanfaatan ampas kelapa saat ini
Gorontalo 22.810 hektar, kabupaten
belum optimal dan masih sangat terbatas.
Pohuwato 14.312 hektar, kabupaten
Hal ini terlihat dari pola hidup masyarakat
Gorontalo Utara 8528 hektar, dan
dimana dalam kehidupan sehari-hari ampas
kabupaten Boalemo 6862 hektar. Produksi
kelapa hanya langsung dibuang atau
buah kelapa selama 7 tahun terakhir (2010-
dijadikan pakan ternak. Padahal
2016) juga cukup besar yakni berkisar
berdasarkan temuan dari para ahli diketahui
antara 54.000 ton sampai 67.000 ton
bahwa ampas kelapa mengandung protein
pertahun (BPS, 2018). Angka ini tentunya
tinggi dan mengandung 61%
menunjukkan bahwa kelapa dapat menjadi
galaktomannan, 26% manan, dan 16%
potensi utama bagi masyarakat Gorontalo
selulosa (Zultiniar, dkk.,2009).
untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
Salah satu produk yang dihasilkan dari
hidup jika diolah dan dimanfaatkan sebaik-
ampas kelapa adalah tepung ampas kelapa
baiknya.
tepung ampas kelapa ini sangat potensial
Salah satu produk olahan dari kelapa
untuk dikembangkan karena kaya akan
adalah minyak kelapa. Pada proses
serat. Tepung ampas kelapa dibuat secara
pembuatan minyak kelapa murni (Virgin
langsung dari hasil samping ampas kelapa.
105
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

Pada proses pembuatan VCO dan Oleh karena pemanfaatan ampas


pemisahan santan kelapa, tersisa hasil kelapa yang belum optimal dan ampas
samping atau limbah yang masih dapat merupakan salah satu bahan baku penghasil
dimanfaatkan yaitu ampas kelapa hasil tepung ampas kelapa yang bermanfaat serta
ekstraksi yang cukup banyak. Ampas daerah Gorontalo sebagai salah satu
tersebut dapat diproses menjadi tepung penghasil kelapa terbesar di Indonesia,
ampas kelapa.. Tepung ampas kelapa maka penulis akan melakukan penelitian
adalah tepung yang diperoleh dengan cara tentang tepung ampas kelapa, dianalisis
menghaluskan ampas kelapa yang telah lebih lanjut khususnya dalam hal
dikeringkan.Rony Palungkun (1993, hal karakteristiknya dengan membandingkan
53) menjelaskan bahwa tepung ampas lama waktu pengeringan. Penelitian ini
kelapa dapat dibuat dari kelapa parut kering menggunakan Rancangan Acak Lengkap
yang dikeluarkan sebagian kandungan dengan 3 kali ulangan. Pengolahan data
lemaknya melalui proses pressing. Lebih penelitian menggunakan software Minitab
lanjut dijelaskan bahwa dari proses ini 16.
selain diperoleh tepung kelapa juga
1.1. Rumusan Masalah
diperoleh minyak yang bemutu tinggi
Rumusan masalah pada penelitian
Tepung adalah bahan baku utama
adalah bagaimana karakterisasi tepung
pembuatan berbagai jenis makanan (kue).
ampas kelapa dilihat dari kadar air, kadar
Disamping sebagai sumber pati(gizi),
abu, uji warna, kadar protein, kandungan
tepung juga sebagai pembentuk struktur.
karbohidrat dan banyaknya rendemen yang
Sifat fisik tepung yang harus diperhatikan
dihasilkan pada proses pengeringan.
adalah harus berwarna putih , tidak
menggumpal dan tidak lengket. Dikaitkan 1.2. Tujuan Penelitian
dengan sifat kimia daging buah kelapa Tujuan dari penelitian ini adalah
hibrida maka yang berperan pada sifat fisik mengetahui karakterisasi tepung ampas
tepung adalah kadar galaktomanan dan kelapa hasil pengeringan dari ampas kelapa
fosfolipida. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari kadar air, kadar abu, kadar
dilihat pada tabel 2. sifat-sifat fisikokimia protein, kandungan karbohidrat, serta
daging buah kelapa yang mempengaruhi banyaknya rendemen yang d hasilkan.
pengolahan kopra, minyak, kelapa parut 1.3. Manfaat Penelitian
kering, santan dan tepung (Mediati Fajri, Manfaat yang diharapkan dari hasil
2014) penelitian adalah dapat menyediakan
informasi mengenai karakterisasi tepung
106
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

ampas dilihat dari kadar air, kadar abu, penelitian ini dilakukan beberapa tahapan.
kadar protein, dan kandungan karbohidrat, Yaitu tahapan persiapan bahan
serta banyaknya rendemen yang dihasilkan (pengeringan dan penepungan) dan tahapan
pada proses pemgeringan sehingga dapat analisa. Beberapa analisa yang dilakukan
dimanfaatkan lebih lanjut dalam pembuatan yakni kadar protein, kadar air, kadar abu,
produk pangan lainnya kandungan karbohidrat, uji warna (derajat
putih) dan rendemen ampas kelapa.
METODE PENELITIAN
2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan 2.4 Pembuatan Tepung dari Ampas
Juli - Desember 2018 di Laboratorium Kelapa

Teknologi Hasil Pertanian Kampus Daging kelapa yang sudah dikupas


Politeknik Gorontalo dibersihkan dari kotoran – kotoran yang
menempel pada daging kelapa. Setelah
2.2 Alat dan Bahan
dibersihkan daging kelapa diparut dengan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu parutan. Pemisahan dilakukan dari santan
wadah, Loyang, Timbangan analitik, gelas kelapa dan diambil ampas kelapa. Setelah
ukur, sendok, oven, blender, ayakan 60 didapatkan ampas kelapa, dilakukan proses
mesh, plastik, neraca analitik, cawan pengeringan menggunakan oven. Pada
porselen, desikator, penjepit air, ampas proses pengeringan, parameter yang
kelapa pembuatan santan yang diperoleh diamati dalam penelitian ini antara lain:
dari limbah rumah tangga, bungkil kelapa kadar protein, kadar air, kadar abu,
hasil limbah minyak kelapa, air, metanol kandungan karbohidrat, uji warna (derajat
96%, abu sekam padi, larutan Luff putih) dan rendemen ampas kelapa.
School.,aquades, larutan KL, Sedangkan perlakuan yang diguankan
H2SO4,amilum, natrium tiosulfat 2.600, adalah lamanya waktu pengeringan yaitu 2
NaOH 1500, HCL 0,1 N 25.000, methyl jam, 4 jam dan 6 jam. Untuk analisa yang
red-brom cresol green 2000,H3Bo3 dilakukan diambil berdasarkan lamanya
80.000. waktu pengeringan, sampel pertama
diambil dari pengeringan 2, 4, dan 6 jam.
2.3 TAHAPAN PENELITIAN
Powdering dilakukan setelah proses
Penelitian Pembuatan Tepung Ampas
pengeringan dengan oven dengan cara
Kelapa dengan variasi lama Pengeringan
ditumbuk. Proses powdering belum bisa
dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil
langsung menjadi produk karena ukuran
Pertanian Politeknik Gorontalo. Dalam
mesh belum seragam. Oleh karena itu,

107
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

dilakukan proses meshing untuk semakin rendah, pernyatan ini sesuai


penyeragaman ukuran partikel tepung dengan pendapat Winarno et al., (1980)
ampas kelapa. Setelah penyeragaman baru penurunan protein kasar juga dapat
bisa dijadikan produk tepung ampas kelapa. disebabkan oleh reaksi Browning. Reaksi
Browning terjadi karena adanya reaksi
2.5 Analisa parameter pengamatan
• Analisa Kadar Air antara asam-asam amino dengan gula

• Analisa Kadar abu pereduksi. Reaksi ini ditandai dengan

• Uji Warna Derajat keputihan perubahan warna kecoklatan yang terjadi


pada hijauan pakan setelah mengalami
• Analisa Kadar Protein
proses pengeringan. Semakin lama proses
• Analisa Karbohidrat
pengeringan maka semakin lama reaksi
• Analisa Kadar Lemak
browning itu terjadi, sehingga jumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN protein kasar akan menurun.

Langkah selanjutnya adalah


rata-rata kadar protein
menguji lama pengeringan terhadap kadar
3.44 protein tepung ampas kelapa. Pengujian
5.00 2.53 2.15
dilakukan menggunakan ANOVA, dan
0.00
2 jam 4 jam 6 jam hasilnya ditampilkan pada Tabel dibawah

Gambar 1. Kadar protein tepung ampas ini.


kelapa
Tabel 1. Hasil uji Anova terhadap lama
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan pengeringan protein tepung ampas
kelapa
bahwa kadar protein tertinggi terdapat Sum d Mean F Sig
pada tepung ampas kelapa yang proses of f s
squar squar
pengeringan dengan oven selama 2 jam es es
yakni 3.44 % sedangkan kadar protein Betwe 2.644 2 1.322 7.32 .02
en 4 5
terendah adalah terdapat pada tepung groups
ampas kelapa dengan proses pengeringan Within 1.83 6 .181
groups
dengan oven selama 6 jam yakni 2.15 % . Total 3.727 8
Adanya perbedaan lama pengeringan
berpengaruh pada kadar protein yang Perlakuan signifikan karena nilai p-value
dikandung oleh tepung ampas kelapa, hal (sig) = 0,025 < α = 5%. Hal ini
ini terjadi karena semakin lama menunjukkan bahwa dapat dilakukan uji
pengeringan maka kandungan protein lanjut menggunakan uji BNT..

108
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

Tabel 2. Uji BNT rata-rata kadar protein Gambar 2, menunjukkan perbedaan


Perlakuan Rata-Rata Kadar
kadar air yang di kandung oleh tepung
Protein
ampas kelapa, dari gambar tersebut terlihat
2 jam 3.44a
bahwa kadar air tertinggi terdapat pada
4 jam 2.53b
pengeringan dengan waktu oven 2 jam
b
6 jam 2.15 yakni 19,37 % sedangkat kadar air terendah
Tabel uji BNT untuk kadar protein adalah adalah terdapat pada pengeringan dengan
a,b menunjukkan kode adanya perbedaan
lama oven 6 jam yakni 2,38 % hal ini
perlakuan, huruf yang sama menunjukkan
perlakuan yang sama pada α = 5% pada uji menunjukkan bahwa semakin lama waktu
BNT
yang diperlukan melakukan pengeringan
Dari Tabel diatas menunjukkan
maka kandungan kadar air akan semakin
bahwa pada perlakuan pengeringan dengan
rendah pula dan semakin cepat waktu yang
waktu yang berbeda yakni 2 jam, 4 jam dan
digunakan untuk pengeringan maka kadar
6 jam berdasarkan tabel ANOVA
air yang akan dihasilkan akan semakin
menunjukkan bahwa perlakuan lama
tinggi hal ini sesuai dengan pendapat (
pengeringan berpengaruh nyata terhadap
Winarno, 2008), meyatakan bahwa proses
kadar protein yang dihasilkan hal ini terjadi
pengeringan yang tidak merata dan
karena semakin lama pengeringan maka
perubahan temperatur secara fluktuatif
kandungan protein semakin rendah.
tersebut mempengaruhi kandungan air.
Setelah diperoleh faktor yang
Semakin lama waktu pengeringan yang
signifikan serta level yang mampu
dilakukan, maka kadar air yang terdapat
mengoptimumkan nilai protein dengan uji
pada suatu bahan akan semakin rendah.
BNT. Tahap uji BNT menunjukkan bahwa
Langkah selanjutnya adalah
perlakuan pengeringan berbeda nyata
menguji lama pengeringan terhadap kadar
dengan perlakuan 4 jam dan 6 jam ,
air tepung ampas kelapa. Pengujian
sedangkan perlakuan pengeringan 4 jam
dilakukan menggunakan ANOVA, dan
dan 6 jam adalah tidak berbeda nyata
hasilnya ditampilkan pada Tabel dibawah
rata-rata kadar air ini.
19.37
20.00
7.00
10.00 2.38

0.00
2 jam 4 jam 6 jam

Gambar 2. Kadar air tepung ampas kelapa

109
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

Tabel 3. Analisis anova untuk uji kadar air perlakuan, Hal ini diperkirakan disebabkan
Sum d Mea F Si karena perlakuan panas akan menguapkan
of f ns g
air yang terikat secara bebas pada bahan
squar squar
es es pangan.
Betwe 463.3 2 231. 2017.6 .00
en 6 68 53 0 rata-rata kadar abu
group
0.64 0.58 0.45
s 1.00
Withi .689 6 .115 0.00
n 2 jam 4 jam 6 jam
group
s Gambar 3. Kadar abu tepung ampas kelapa
Total 464.0 8
51 Gambar 3 diatas menunjukkan
bahwa kadar abu tertinggi terdapat pada
Tabel diatas menunjukkan bahwa tepung ampas kelapa dengan lama
Perlakuan pengeringan berpengaruh pengeringan 2 jam yakni 0,64 % sedangkan
signifikan terhadap kadar air tepung ampas kadar abu terendah terdapat pada lama
kelapa karena nilai p-value (sig) = 0,000 < pengeringan 6 jam yakni 0,45 %. Hal ini
α = 5%. Hal ini menunjukkan bahwa dapat dikarenakan pada proses pengeringan yang
dilakukan uji lanjut menggunakan uji BNT. semakin lama maka semakin rendah kadar
Tabel 4. Uji BNT rata-rata kadar air abu pada bahan, pendapat ini berbeda
Perlakuan Rata-Rata Kadar Air
dengan beberapa pendapat peneliti.
2 jam 19.37a
Menurut Desy Windia dkk (2013)
b
4 jam 7.00 mengatakan bahwa Peningkatan suhu
6 jam 2.38c pengeringan menyebabkan kenaikan kadar
abu sebab dengan meningkatnya suhu
Berdasarkan Tabel Uji BNT kadar mengakibatkan kadar air semakin menurun
airdiatas menunjukkan tepung ampas sehingga semakin banyak residu yang
kelapa sangat berbeda nyata dari setiap ditinggalkan dalam bahan. Kandungan air
berlakuan pengeringan 2jam, 4jam dan 6 bahan makanan yang dikeringkan akan
jam a,b,c menunjukkan kode adanya mengalami penurunan lebih tinggi dan
perbedaan perlakuan, huruf yang sama menyebabkan pemekatan dari bahan-bahan
menunjukkan perlakuan yang sama pada α yang tertinggal salah satunya mineral. Hal
= 5% pada uji BNT. Hal ini terjadi karena ini menurutnya diperkuat oleh pendapat
lama pengeringan berbeda nyata terhadap Susanto dan Saneto, (1994). Kadar abu ada
kandungan kadar air masing-masing hubungannya dengan mineral suatu bahan.

110
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

Abu merupakan zat organik zat sisa organik 6 jam berdasarkan tabel ANOVA
sisa hasil pembakaran suatu bahan organic menunjukkan bahwa perlakuan lama
dan juga Sudarmadji et al., (1989). pengeringan tidak berpengaruh terhadap
Semakin tinggi suhu pengeringan vakum kandungan kadar abon yang dihasilkan, ini
akan meningkatkan kadar abu karena berarti tidak ada uji selanjutkan
peningkatan suhu yang sesuai dalam suatu
proses pengeringan tidak mengakibatkan rata-rata kadar karbohidrat
perusakan zat gizi bahan makanan terutama 67.52 81.34 86.85
100.00
mineral, hanya mengurangi kadar air bahan
makanan saja dan ini sesuai dengan 0.00
2 jam 4 jam 6 jam
pendapat Harris dan Karmas, (1989)
Gambar 4. Kadar karbohidrat tepung ampas
Langkah selanjutnya adalah kelapa.
menguji lama pengeringan terhadap kadar
Adapun Analisis terhadap kandungan
Abu tepung ampas kelapa. Pengujian
karbohidrat dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan ANOVA, dan
menggunakan perhitungan by difference
hasilnya ditampilkan pada Tabel dibawah
yakni dimana untuk mendapatkan
ini.
kandungan karbohidrat dapat dihitung
Tabel 5. Hasil uji Anova kadar abu pada
dengan menggunakan nilai sisa
tepung ampas kelapa
Sum d Mean F Sig perhitungan akhir terhadap kandungan air,
of f s
protein, lemak dan abu. Menurut Suharjo
squar squar
es es dan Kusharto (1987), menyatakan bahwa di
Betwe .053 2 .027 3.94 .08
dalam tubuh zat-zat makanan yang
en 3 1
groups mengandung unsur karbon dapat
Withi .040 6 .007
dimanfaatkan sebagai bahan pembentuk
n
groups energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein.
Total .094 8
Kadar karbohidrat yang diperoleh pada
pengeringan tepung ampas kelapa dengan
Perlakuan signifikan karena nilai p-value
berbagai perbedaan waktu yang dugunakan
(sig) = 0,081 > α = 5%. Hal ini
untuk melalukan pengeringan pada ampas
menunjukkan bahwa tidak dilakukan uji
kelapa yakni 2 jam , 4 jam dan 6 jam.
lanjut BNT.
Gambar diatas menunjukkan bahwa
Dari Tabel diatas menunjukkan
kadar kerbohidrat tertinggi terdapat pada
bahwa pada perlakuan pengeringan dengan
tepung ampas kelapa dengan pengovenan
waktu yang berbeda yakni 2 jam, 4 jam dan

111
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

lama pengeringan 6 jam yakni 62,52 %


Tabel 6. Hasil uji Anova karbohidrat pada
sedangkan kadar karbohidrat terendah
tepung ampas kelapa
terdapat pada lama pengovenan dengan Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
pengeringan 6 jam yakni 86,85 %. Hal ini
Betwee
dikarenakan pada proses pengeringan 297.62 1047.
n 595.244 2 .000
2 569
waktu lama akan meningkatkan Groups
Within
kandungan karbohidrat pada pangan, Hal 1.705 6 .284
Groups
ini dikarenakan waktu yang lama pada Total 596.948 8
Perlakuan signifikan karena nilai p-value
pengeringan memberikan pengaruh yang
(sig) = 0,000 < α = 5%. Hal ini
signifikan pada kadar karbohidrat tepung
menunjukkan bahwa dapat dilakukan uji
ampas kelapa. Kadar karbohidrat pada
lanjut menggunakan uji BNT.
produk ini pengaruh dari besarnya
Tabel 7. Uji BNT Rata-Rata Karbohidrat
proporsi kandungan nilai kadar air, kadar
Perlakuan Rata-Rata
abu, kadar protein dan kadar lemak, Karbohidrat
namun jika proporsi yang diberikan 2 jam 67.52a
tersebut kecil maka kadar dari karbohidrat
4 jam 81.34b
akan semakin besar. Hal ini sejalan
6 jam 86.85c
dengan pendapat dari Muchtadi dan
a,b,c
Ayustaningwarno (2010), mengemukakan menunjukkan kode adanya perbedaan

bahwa dengan mengurangi kadar airnya, perlakuan, huruf yang sama menunjukkan

bahan pangan akan mengandung perlakuan yang sama pada α = 5% pada uji
BNT
senyawasenyawa seperti karbohidrat,
protein dan mineral dalam konsentrasi Dari Tabel diatas menunjukkan

yang lebih tinggi, akan tetapi vitamin- bahwa pada perlakuan pengeringan dengan

vitamin dan zat warna pada umumnya waktu yang berbeda yakni 2 jam, 4 jam dan

menjadi rusak atau berkurang. 6 jam berdasarkan tabel ANOVA


menunjukkan bahwa perlakuan lama
Langkah selanjutnya adalah pengeringan berpengaruh nyata terhadap
menguji lama pengeringan terhadap kadar kadar karbohidat yang dihasilkan. Setelah
Karbohidrat tepung ampas kelapa. diperoleh faktor yang signifikan serta level
Pengujian dilakukan menggunakan yang mampu mengoptimumkan nilai
ANOVA, dan hasilnya ditampilkan pada protein dengan uji BNT. Tahap uji BNT
Tabel dibawah ini . menunjukkan bahwa perlakuan

112
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

pengeringan berbeda nyata dengan Lemak tepung ampas kelapa. Pengujian


perlakuan 2 jam, 4 jam dan dan 6 jam . dilakukan menggunakan ANOVA, dan
hasilnya ditampilkan pada Tabel dibawah
rata-rata kadar lemak ini .
Tabel 8. Hasil uji Anova kadar_lemak
10.00 9.03 8.55 tepung ampas kelapa
9.00 7.84 Sum of D Mean F Sig.
8.00
7.00
Square f Squar
2 jam 4 jam 6 jam s e
Betwee
Gambar 5. Kadar lemak tepung ampas 82.00 .00
n 2.165 2 1.082
kelapa 2 0
Groups
Within
.079 6 .013
Gambar diatas menunjukkan bahwa Groups
Total 2.244 8
kadar Lemak tertinggi terdapat pada Perlakuan signifikan karena nilai p-
tepung ampas kelapa dengan pengovenan value (sig) = 0,000 < α = 5%. Hal ini
lama pengeringan 2 jam yakni 9,02 % menunjukkan bahwa dapat dilakukan uji
sedangkan kadar Lemak terendah terdapat lanjut menggunakan uji BNT.
pada pengovenan dengan lama pengeringan Tabel 9. Uji BNT rata-rata kadar lemak
6 jam yakni 7,84 %. Hal ini menunjukkan Perlakuan Rata-Rata Kadar
Lemak
bahwa semakin lama waktu yang
digunakan untuk melakukan pengeringan 2 jam 9.03a

makan kadar lemak akan semakin rendah , 4 jam 8.55b


hal ini karena perlakuan pengeringan dalam 6 jam 7.84c
hal ini ada panas menyebabkan rusaknya a,b,c
menunjukkan kode adanya perbedaan
komponen-komponen lemak pada bahan perlakuan, huruf yang sama menunjukkan
perlakuan yang sama pada α = 5% pada uji
sehingga kandungan lemaknya semakin
BNT
lama dikeringkan akan semakin rendah. Hal
Dari Tabel diatas menunjukkan
serupa juga dinyatakan oleh Deddy dan
bahwa pada perlakuan pengeringan dengan
Nurhaeni (1992), bahwa proses pemanasan
waktu yang berbeda yakni 2 jam, 4 jam dan
menyebabkan pecahnya komponen-
6 jam berdasarkan tabel ANOVA
komponen lemak menjadi produk volatil,
menunjukkan bahwa perlakuan lama
seperti aldehid, keton, alkohol, asam-asam,
pengeringan berpengaruh nyata terhadap
dan hidrokarbon
kadar lemak yang dihasilkan hal ini terjadi
Langkah selanjutnya adalah
perlakuan pengeringan dalam hal ini ada
menguji lama pengeringan terhadap kadar
panas menyebabkan rusaknya komponen-

113
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

komponen lemak pada bahan sehingga dikarenakan pigmen warna cokelat tadi
kandungan lemaknya semakin lama telah menguap bersama dengan proses
dikeringkan akan semakin rendah . pemanasan yang semakin lama selain itu
Setelah diperoleh faktor yang ampas kelapa mengandung adanya asam
signifikan serta level yang mampu amino yang berasal dari protein , saat
mengoptimumkan nilai protein dengan uji dilakukan pengeringan pada tepung ampas
BNT. Tahap uji BNT menunjukkan bahwa kelapa menyebabkan kandungan asam
perlakuan pengeringan berbeda nyata amino pun akan semakin hilang akibat
dengan perlakuan 2 jam, 4 jam dan dan 6 terlalu lama dikeringkan. Hal ini didukung
jam . oleh Rahma (2010) menyatakan bahwa
terjadi penurunan kandungan senyawa
rata-rata derajat putih kimia pada bahan pangan selama proses

72.47 77.13 77.80 pemanasan, komponen kimia ini adalah


80.00
seperti protein, vitamin, lemak dan lainnya.
70.00
60.00 Sedangkan menurut (Susanto dan Saneto,
2 jam 4 jam 6 jam
1994) pada proses pengeringan, semakin
Gambar 6. Derajat putih tepung ampas
kelapa tinggi suhu pengeringan dan semakin lama
perlakuan pengeringannya, maka semakin
Gambar 6 menunjukkan bahwa banyak pigmen dari buah-buahan yang
derajat putih tertinggi terdapat pada berubah.
pengeringan ampas kelapa dengan oven Derajat putih menunjukkan tingkat
selama 6 jam 77,80 % dan derajat putih warna yang dimiliki oleh bahan komoditas.
terendah terdapat pada tepung ampas Parameter sensoris ini sangat penting
kelapa dengan pengovenan selama 2 jam karena dapat menunjukkan kualitas bahan
yakni 72,47 %. Hal ini menujukkan bahwa dan mempengaruhi tingkat kesukaan
semakin lama waktu pengeringan maka konsumen. Derajat putih tepung
derajat putih tepung ampas kelapa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
semakin meningkat. Kelapa yang di parut lain, senyawa fenol dan aktivitas enzim
dan dikeringkan masih mengandung kulit fenolase atau polifenol oksidase (PPO),
ari, dimana kulit ari tersebut memiliki adanya pigmen dalam ampas kelapa serta
warna cokelat , setelah dikeringkan dengan adanya lapisan luar di kulit daging kelapa
variasi waktu yang berbeda menunjukkan yang dapat membawa kotoran sehingga
bahwa semakin lama pengeringan maka memberikan kenampakan yang lebih buruk
derajat keputihan semakin tinggi hal ini (derajat putih jelek).
114
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

Langkah selanjutnya adalah menguji menunjukkan bahwa perlakuan lama


lama pengeringan terhadap warna derajat pengeringan berpengaruh nyata terhadap
keputihan tepung ampas kelapa. Pengujian derajat putih pada tepung ampas kelapa
dilakukan menggunakan ANOVA, dan yang dihasilkan hal ini terjadi karena
hasilnya ditampilkan pada Tabel dibawah pigmen warna cokelat tadi telah menguap
ini bersama dengan proses pemanasan yang
semakin lama selain itu ampas kelapa
Tabel 10. Hasil uji Anova terhadap lama mengandung adanya asam amino yang
pengeringan warna derajat
berasal dari protein , saat dilakukan
keputihan tepung ampas kelapa
Sum Df Mea F Si pengeringan pada tepung ampas kelapa
of n g.
menyebabkan kandungan asam amino pun
Squares Square
Bet akan semakin hilang akibat terlalu lama
50.66 25.3 28 .0
ween 2 dikeringkan.
7 33 .607 01
Groups
Wit Setelah diperoleh faktor yang
hin 5.313 6 .886 signifikan serta level yang mampu
Groups
Tota 55.98 mengoptimumkan nilai protein dengan uji
8
l 0 BNT. Tahap uji BNT menunjukkan bahwa
Perlakuan signifikan karena nilai p-
perlakuan pengeringan berbeda nyata antar
value (sig) = 0,001 < α = 5%. Hal ini
perlakuan 2 jam pengeringan dan 4 jam
menunjukkan bahwa dapat dilakukan uji
pengeringan sementara perlakuan 4 jam
lanjut menggunakan uji BNT.
dan 6 jam tidak berbeda
Tabel 11. Uji BNT rata-rata derajat putih
Perlakuan Rata-Rata
Derajat Putih KESIMPULAN
2 jam 72.47a Adapun kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
4 jam 77.13b
1. Ekstraksi Galaktomanan
6 jam 77.80b
menunjukkan tidak ada endapa hal
a,b
menunjukkan kode adanya perbedaan ini berarti tidak di temukan
perlakuan, huruf yang sama menunjukkan
perlakuan yang sama pada α = 5% pada galaktomanan pada ampas kelapa
uji BNT dan bungkil kelapa
Dari Tabel diatas menunjukkan 2. Kandungan Fisikomia tepung
bahwa pada perlakuan pengeringan dengan ampas kelapa menunjukkan bahwa
waktu yang berbeda yakni 2 jam, 4 jam dan pengeringan 6 jam merupakan
6 jam berdasarkan tabel ANOVA perlakuan pengovenan terbaik , hal

115
JASc, Vol 2 No 2, November 2018

ini dilihat dari kadar air 2,38 % , alchemist.blogspot.com/2010/02/


penurunan-mutu-bahan-pangan.
kadar karbohidrat 86,85, kadar
Roni Palungkan. 1993. Aneka Produk
lemak 7,84 % , kadar abu 0,45 % , Olahan Kelapa. Jakarta: Penebar
Swadaya
kadar protein 2,15 % , derajat
Rony P., Aneka Produk Olahan Kelapa, Jakarta
keputihan 77,80 % dan rendemen :Penebar Swadaya,1993
Sudarmadji. 2008. Prosedur Analisa Untuk
20,21 %
Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Lyberty.
DAFTAR PUSTAKA Susanto. T. dan. B. Saneto. 1994.
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.
BPS. 2018. Provinsi Gorontalo dalam Bina Ilmu, Surabaya.
Angka 2017. Gorontalo: Publikasi BPS Wibowo, A.D. 2010. Fraksinasi Protein
Desrosier, W.N., 1988. Teknologi Bungkil Kelapa dari Hasil Samping
Pengawetan pangan . Diterjemahkan Industri Minyak Kelapa. Bogor: IPB
oleh M.Muldjohardjo.UI-Press,. Jakarta [skripsi].Winarno FG. 2008. Teknologi
Desy dkk , 2013 Pengeruh Suhu Pengolahan Rumput Laut. Jakarta:
pengeringan Vakum terhadap kualitas Pustaka Sinar Harapan. ---------------.
serbuk albumin ikan Gabus 2008. Kimia
((Ophiocephalus striatus). Brawijaya Winarno, F. G., S. Fardiaz, & D. Fardiaz.
THPi STUDENT JOURNAL, VOL. 1 1980. Pengantar Teknologi Pangan.
NO. 1 pp 1-9 Gramedia, Jakarta
Haerudin, dkk. 2017. Pengaruh jenis
pelarut terhadap hasil ekstraksi rumput
laut Gracilaria sp. Sebagai zat warna
alam pada kain batik katun datera.
Meddiati Fajri Kandungan Gizi dan Sifat
Gizi Tepung Ampas Kelapa sebagai
Bahan Pangan Sumber
Serat.Teknobuga Vol 1.no 1, Juli 2014
Miskiyah. 2006. Pemanfaatan ampas
kelapa limbah pengolahan minyak
kelapa murni menjadi pakan. Bogor:
Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.
Muchtadi, T. R. dan F. Ayustaningwarno.
2010. Teknologi Proses Pengolahan
Pangan. Alfabeta. Bandung.
Murbantan, dkk. 2010. Proses Ekstraksi
dan Powderisasi Zat Warna Alam.
Industri Kimia Kecil Dan Menengah,
1–5.
Prasetyanti, R. 1991. Karakterisasi
Galaktomanan dan Fosfolifid Daging
Buah berbagai Kultivar Kelapa. (Cocos
nucifera L.). Bogor: IPB
Rahma, 2010. Penurunan Mutu Bahan
Pangan. http:// rahma-

116

Anda mungkin juga menyukai