Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

STATUS GIZI PADA LANSIA

Ketut Sudiantara
I Wayan Githa
I Gusti Ngurah Putu Jaya Antara
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
Email: ngurahjayaantara@gmail.com

Abstract: Factors That Affecting The Nutritional Status Of Elderly At Panti Sosial Tresna
Werdha Wana Seraya Denpasar 2015. This study aims to determine the characteristics of
the elderly and the factors that affecting their nutritional status. The elderly characteristics
include age, gender and level of education. This research is a descriptive with cross sectional
approach using purposive sampling method. Measuring instrument of this research is a
questionnaire. The results showed the majority of respondents aged 75-90 years 18
respondents (48.7%), female 29 respondents (78.4%), and not have education background 25
respondents (67.6%). The factors that most influence the nutritional status of the elderly is a
lack of energy to keep the food 30 respondents (81%).

Abstrak: Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Pada Lansia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar Tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik dari lansia dan faktor – faktor yang mempengaruhi status gizinya
saat ini. Karakteristik lansia tersebut meliputi usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan metode
pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berusia 75-90 tahun sebanyak 18
responden (48,7%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 29 responden (78,4%), dan tidak
sekolah sebanyak 25 responden (67,6%). Faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap
status gizi pada lansia yaitu kurangnya energi untuk mempertahankan makanan sebanyak 30
responden atau 81%.

Kata kunci: lansia; status gizi; faktor – faktor yang mempengaruhi


Keberhasilan pembangunan keluarganya, masyarakat, bahkan bagi
nasional terutama dibidang kesehatan negara (Sativa, 2010).
secara tidak langsung telah menurunkan Status gizi adalah keadaan akibat
angka kesakitan dan kematian penduduk dari keseimbangan antara konsumsi dan
serta meningkatkan usia harapan hidup penyerapan zat gizi dan penggunaan zat –
(UHH). Peningkatan angka usia harapan zat tersebut, atau keadaan fisiologi akibat
hidup ini sekaligus berdampak pada dari tersedianya zat gizi dalam seluler
peningkatan jumlah penduduk lanjut usia tubuh (Azizah, 2011). Bagi lansia
atau lansia (Arisman, 2009). Lansia adalah pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan
tahap akhir dalam siklus hidup manusia dengan baik dapat membantu dalam proses
yang pasti dialami oleh setiap individu. beradaptasi atau penyesuaian diri dengan
Menurut Undang-Undang Republik perubahan-perubahan yang dialaminya,
Indonesia No. 13 Tahun 1998 pasal 1 ayat selain itu dapat menjaga kelangsungan
2 menyatakan lansia adalah seseorang pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat
yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. memperpanjang usia. Semua proses
Menurut Macao (dalam Fatmah, pertumbuhan memerlukan zat gizi yang
2010) populasi penduduk lansia di Asia terkandung dalam makanan. Kecukupan
dan Pasifik meningkat pesat dari makanan sehat sangat penting bagi para
410.000.000 jiwa pada tahun 2007 lansia. Orang yang berusia 70 tahun,
diprediksi akan menjadi 733.000.000 jiwa kebutuhan gizinya sama dengan saat
pada tahun 2025 dan mencapai 1,3 triliun berusia 50 tahun, namun nafsu makan
pada tahun 2050. Indonesia sebagai salah mereka cenderung terus menurun, karena
satu negara berkembang juga mengalami itu harus terus diupayakan konsumsi
peningkatan populasi penduduk lansia dari makanan penuh gizi (Proverawati dan
4,48% (53.000.000 jiwa) pada tahun 1971 Wati, 2010).
menjadi 9,77% (23.900.000 jiwa) pada Masalah gizi yang terjadi pada
tahun 2010. Bahkan pada tahun 2020 lansia dapat berupa gizi kurang atau gizi
diprediksi akan menjadi ledakan penduduk lebih. Masalah gizi dan penyakit yang
lansia sebesar 11,34% atau sekitar dipengaruhi oleh makanan yang sering kali
28.800.000 jiwa (Makmur 2006). menimpa lansia adalah berkaitan dengan
Menurut data Badan Pusat masalah kekurangan dan kelebihan gizi.
Statistik Provinsi Bali tercatat jumlah Perubahan kebutuhan dan asupan gizi
lansia pada tahun 2010 mencapai 733.490 harus diantisipasi dengan pemberian
jiwa dan pada tahun 2013 jumlah lansia nutrisi secara tepat sehingga tidak
mencapai 803.800 jiwa. Sedangkan jumlah menimbulkan masalah gizi atau
lansia di kota Denpasar pada tahun 2010 memperburuk kondisi fisik lansia. Banyak
berjumlah 88.356 jiwa dan pada tahun penelitian yang dilakukan ternyata
2013 meningkat menjadi 102.000 jiwa. kebanyakan masalah gizi pada lansia
Dampak dari meningkatnya adalah masalah gizi lebih atau kegemukan
jumlah lansia dapat dilihat dari pola (Maryam dkk, 2008).
penyakit yang bergeser kearah penyakit – Ketidakselektifan dalam memilih
penyakit degenaratif seperti gangguan makanan yang dikombinasi dengan
sendi, hipertensi, stroke dan diabetes yang melemahnya daya serap saluran
berkaitan dengan status gizi lansia. Pada pencernaan, memicu kekurangan vitamin
saat sekarang ini lansia kurang mendapat dan mineral yang akan berpengaruh
perhatian di tengah masyarakat terutama terhadap kondisi kesehatan dan status gizi
mengenai kecukupan gizi pada mereka. mereka (Arisman, 2009). Kondisi
Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, kesehatan pada tahap lansia sangat
lansia dapat menjadi beban bagi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
asupan gizi. Gizi yang baik akan berperan seluruh lansia Panti Sosial Tresna Werdha
dalam upaya penurunan prosentase Wana Seraya Denpasar yang masuk dalam
timbulnya penyakit dan angka kematian kriteria inklusi sebanyak 36 responden.
lansia. Lansia yang tinggal di panti werdha Data yang dikumpulkan dari sampel
dihadapkan pada situasi yang berbeda penelitian adalah data primer, yang didapat
dengan sebelum mereka tingga di panti. dari sampel yang diteliti dengan
Hal ini menyebabkan lansia melakukan menggunakan lembar kuesioner. Analisa
penyesuaian diri agar pemenuhan data yang digunakan dalam penelitian ini
kebutuhan diri mereka dapat terlaksana. adalah analisa univariat yaitu menganalisa
Walaupun lansia sudah mendapat terhadap tiap variabel dari hasil penelitian
perhatian terkait kesehatan oleh pihak untuk menghasilkan distribusi frekuensi
panti tapi masalah kesehatan lansia tidak dan prosentase dari tiap variabel.
dapat dihindari termasuk masalah gizi
(Sumiyati, 2007). HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi pendahuluan yang dilakukan
pada tanggal 7 Januari 2015 di Panti Sosial Karakteristik subyek penelitian
Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat
didapatkan data pada bulan Januari 2015 pendidikan dan pekerjaan dapat diuraikan
terdapat 45 lansia, 12 orang laki – laki dan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
33 orang perempuan. Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti, status gizi lansia di Tabel 3 Karakteristik Responden
Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Berdasarkan Usia pada Lansia di Panti
Denpasar berbeda – beda yaitu ada lansia Sosial Tresna Werdha Wana Seraya
yang status gizi lebih, normal dan kurang. Denpasar Tahun 2015
Sesuai data tersebut peneliti tertarik untuk
meneliti faktor – faktor yang No Usia (Tahun) (f) (%)
mempengaruhi status gizi pada lansia di 1 45-59 3 8,1
Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya 2 60-74 13 35,1
Denpasar tahun 2015. 3 75-90 18 48,7
4 >90 3 8,1
METODE Jumlah 37 100

Penelitian ini menggunakan jenis Berdasarkan interpretasi tabel 3,


penelitian deskriptif yaitu suatu metode dapat dilihat bahwa dari 37 responden,
penelitian yang dilakukan dengan tujuan frekuensi usia responden yang paling
utama untuk membuat gambaran tentang banyak adalah kategori usia lanjut tua (75-
suatu keadaan secara objektif (Setiadi, 90 tahun) yaitu sebanyak 18 orang atau
2013). Metode pendekatan yang digunakan 48,7%.
adalah cross sectional yaitu rancangan
penelitian dengan melakukan pengukuran Tabel 4 Karakteristik Responden
atau pengamatan pada saat bersamaan Berdasarkan Jenis Kelamin pada Lansia di
sekali waktu antara faktor risiko/paparan Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya
dengan penyakit (Hidayat, 2011). Denpasar Tahun 2015
Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial
Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar No Jenis (f) (%)
pada Bulan April sampai Mei 2015. Pada Kelamin
penelitian ini populasinya adalah seluruh 1 Laki-laki 8 21,6
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana 2 Perempuan 29 78,4
Seraya Denpasar sebanyak 45 orang. Pada Jumlah 37 100
penelitian ini yang menjadi sampel adalah
Berdasarkan interpretasi tabel 4, No Penyakit Akut atau (f) (%)
dapat dilihat bahwa dari 37 responden, Kronis
responden yang paling banyak adalah yang 1 Kuat 4 11
berjenis kelamin perempuan yaitu 2 Sedang 18 48
sebanyak 29 orang atau 78,4%. 3 Lemah 15 41
Total 37 100
Tabel 5 Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendidikan pada Lansia di Berdasarkan interpretasi tabel 7,
Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya dapat dilihat bahwa dari 37 responden,
Denpasar Tahun 2015 sebanyak 4 responden atau 11%
menyatakan penyakit akut atau kronik
No Jenis (f) (%) memiliki pengaruh kuat terhadap status
Kelamin gizinya saat ini.
1 Tidak 25 67,6 Berdasarkan penelitian yang
Sekolah dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha
2 SMA 1 2,7 Wana Seraya Denpasar dari 37 responden
3 SMP 1 2,7 yang diteliti, didapatkan lansia yang
4 SD 10 27,0 menyatakan penyakit kronik atau akut
Jumlah 37 100 memiliki pengaruh kuat terhadap status
gizinya saat ini yaitu sebanyak 4
Berdasarkan interpretasi tabel 5, responden atau 11%, pengaruh sedang 15
dapat dilihat bahwa dari 37 responden, responden atau 41% dan pengaruh lemah
sebagian besar tidak sekolah yaitu 18 responden atau 48%. Hasil ini sesuai
sebanyak 25 responden atau 67,6%. dengan penelitian Ulfa (2012) yang
mendapatkan bahwa adanya penyakit akut
Tabel 6 Hasil Pengukuran IMT Pada atau kronis menunjukkan penurunan
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha aktifitas fisik akibat dari bertambahnya
Wana Seraya Denpasar Tahun 2015 usia dan perubahan pola makan yang
menurun.  Jenis penyakit akut atau kronis
Kategori Status Hasil yang ditemukan pada lansia yaitu osteo
No
Gizi f % artrithis, hipertensi, dermatitis, katarak,
1 Lebih 7 18,9 diabetes mellitus, gastro enteris akut,
2 Normal 26 70,3 ISPA/asthma dan stroke.
3 Kurang 4 10,8 Hasil ini sesuai dengan pernyataan
Jumlah 37 100 Depkes (2003) bahwa penyakit yang
diderita lansia pada umumnya adalah
Berdasarkan interpretasi tabel 6, penyakit degeneratif, penyakit yang
dapat dilihat bahwa dari 37 responden, bersifat kronis, sering kambuh,
sebanyak 26 responden atau 70,3% multipatologis, proses penyembuhannya
memiliki status gizi normal lama serta memerlukan biaya perawatan
dan pengobatan yang relatif tinggi.
Tabel 7 Faktor Penyakit Akut atau Kronik Astawan dan Wahyuni (dalam Depkes,
yang Mempengaruhi Status Gizi Pada 2003) menyatakan status kesehatan adalah
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha situasi kesehatan yang dialami oleh
Wana Seraya Denpasar seseorang dan penyakit yang diderita
Tahun 2015 Status gizi berhubungan langsung
dengan status kesehatan, khususnya
keberadaan penyakit, terutama penyakit
infeksi. Seiring dengan peningkatan usia,
timbul masalah-masalah yang tidak
dijumpai pada usia muda seperti gangguan menyatakan faktor psikologis memiliki
kesehatan, gangguan kejiwaan dan pengaruh kuat terhadap status gizinya saat
gangguan adaptasi sosial. Hal ini ini yaitu sebanyak 17 responden atau 45%,
disebabkan oleh proses menua sebagai pengaruh sedang 5 responden atau 14%
akibat berubahnya kualitas kebutuhan dan pengaruh lemah 15 responden atau
pokok sebagai manusia yang berjalan 41%. Hasil ini sesuai dengan penelitian
kurang seimbang. Penyakit atau gangguan Patriasih (2004) di Bandung, menyatakan
kesehatan pada lansia umumnya berupa lansia yang tinggal dipanti sosial di
penyakit-penyakit kronik-menahun dan Bandung yang merasakan depresi akibat
degeneratif, seperti penyakit hipertensi, merasa sendiri (feeling lonely) sebanyak
diabates melitus, osteoporosis, demensia, 45%. Darmojo (2009) menyatakan depresi
gangguan jantung, gangguan pencernaan, adalah penyakit medis yang ditandai
gangguan pernapasan, gangguan dengan kesedihan terus menerus,
keseimbangan, gangguan penglihatan, kekecewaan dan hilangnya harga diri. Ada
gangguan pengunyahan dan sebagiannya. beberapa faktor risiko yang dapat memicu
Selain itu, pada lansia penyakit-penyakit depresi, namun tidak semua depresi dapat
infeksi akut juga masih sering terjadi, ditelusuri penyebabnya..
misalnya infeksi saluran pernapasan atas Depresi mental yang menyertai
(radang tenggorokan, influenza) atau proses penuaan, seringkali menjadi
infeksi saluran pernapasan bawah hambatan bagi para lansia untuk
(pneumonia, TBC), infeksi saluran kemih, memperoleh asupan gizi yang berkualitas.
infeksi kulit. Penyakit – penyakit tersebut Depresi mungkin disertai dengan
berkaitan dengan bahan makanan serta zat menurunnya energi dan konsentrasi,
gizi yang dikonsumsi sehari – hari yang masalah tidur (insomnia), menurunnya
berkaitan dengan status gizi lansia nafsu makan, kehilangan berat badan, dan
tersebut. sakit jasmani. Faktor risiko depresi pada
lansia diantaranya: kesepian dan isolasi,
Tabel 8 Faktor Psikologis yang berkurangnya aktivitas sosial, keterbatasan
Mempengaruhi Status Gizi Pada Lansia di aktivitas fisik, masalah kesehatan,
Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya kehilangan mendadak, dll. Perubahan
Denpasar lingkungan sosial, kondisi yang terisolasi,
Tahun 2015 kesepian dan berkurangnya aktivitas
menjadikan para lansia mengalami rasa
No Faktor Psikologis (f) (%) frustasi dan kurang bersemangat. Depresi
yang dialami lansia dapat menyebabkan
1 Kuat 17 45 selera makan terganggu dan pada akhirnya
2 Sedang 5 14 dapat mengakibatkan terjadinya penurunan
3 Lemah 15 41 berat badan. Oleh karena itu, kondisi
Total 37 100 mental yang tidak sehat secara tidak
langsung dapat memicu terjadinya status
Berdasarkan interpretasi tabel 8, gizi yang buruk.
dapat dilihat bahwa dari 37 responden,
sebanyak 17 responden atau 45% Tabel 9 Faktor Hilangnya Gigi yang
menyatakan faktor psikologis memiliki Mempengaruhi Status Gizi Pada Lansia di
pengaruh kuat terhadap status gizinya saat Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya
ini. Denpasar Tahun 2015
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha
Wana Seraya Denpasar dari 37 responden
yang diteliti, didapatkan lansia yang
No Hilangnya Gigi (f) (%) sendi rahang, sehingga mengganggu
kenikmatan hidup. Karies bersifat kronis
1 Kuat 28 76 dan dalam perkembangannya
2 Sedang 7 19 membutuhkan waktu yang lama, sehingga
3 Lemah 2 5 sebagian besar penderita mempunyai
Total 37 100 potensi mengalami gangguan seumur
hidup. Namun penyakit ini sering tidak
Berdasarkan interpretasi tabel 9, mendapat perhatian dari masyarakat dan
dapat dilihat bahwa dari 37 responden, perencana program kesehatan, karena
sebanyak 28 responden atau 76% dianggap tidak membahayakan jiwa.
menyatakan hilangnya gigi memiliki Keadaan gigi yang tidak sehat dapat
pengaruh kuat terhadap status gizinya saat mempengaruhi lansia dalam mencerna
ini. makanan sehingga akan berpengaruh
Berdasarkan penelitian yang terhadap status gizinya.
dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha
Wana Seraya Denpasar dari 37 responden Tabel 10 Faktor Kesalahan Dalam Pola
yang diteliti, didapatkan lansia yang Makan yang Mempengaruhi Status Gizi
menyatakan hilangnya gigi memiliki Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
pengaruh kuat terhadap status gizinya saat Wana Seraya Denpasar Tahun 2015
ini yaitu sebanyak 27 responden atau 73%,
pengaruh sedang 10 responden atau 41% No Kesalahan Dalam (f) (%)
dan pengaruh lemah 0 responden atau 0%. Pola Makan
Hasil ini sesuai dengan penelitian Darwita 1 Kuat 29 78
(2011) yang mendapatkan terganggunya 2 Sedang 7 19
proses pengunyahan akibat kehilangan gigi 3 Lemah 1 3
dapat mempengaruhi pemilihan makanan Total 37 100
sehingga terjadi perubahan terhadap pola
asupan zat gizi sehingga dapat Berdasarkan interpretasi tabel 10,
berpengaruh terhadap status gizi. Fatmah dapat dilihat bahwa dari 37 responden,
(2010) menyatakan bahwa salah satu sebanyak 29 responden atau 78%
faktor-faktor yang mempengaruhi menyatakan hilangnya gigi memiliki
perubahan selera makan lansia antara lain: pengaruh kuat terhadap status gizinya saat
kehilangan gigi, yang menimbulkan ini.
kurangnya kenyamanan atau munculnya Berdasarkan penelitian yang
rasa sakit saat mengunyah makanan. dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha
Situmorang (2004) menyatakan masalah Wana Seraya Denpasar dari 37 responden
kesehatan gigi yang paling menonjol di yang diteliti, didapatkan lansia yang
Indonesia adalah masalah kehilangan gigi menyatakan kesalahan dalam pola makan
akibat karies gigi, hal ini terkait dengan memiliki pengaruh kuat terhadap status
masalah pemeliharaan kebersihan mulut. gizinya saat ini yaitu sebanyak 29
Karies gigi umumnya disebabkan oleh responden atau 78%, pengaruh sedang 7
kebersihan mulut yang buruk, sehingga responden atau 19% dan pengaruh lemah 1
terjadilah akumulasi plak yang responden atau 3%. Hal ini sesuai dengan
mengandung berbagai macam bakteri penelitian yang dilakukan Proverawati dan
diantaranya Streptococcus mutans sebagai Wati (2010) yang menyebutkan bahwa
penyebab utama penyakit karies gigi. lansia cenderung mengalami penurunan
Pada golongan lansia penyakit nafsu makan yang berkaitan dengan pola
karies gigi lebih menonjol, karena adanya makannya. Depkes (2003) menyatakan
gangguan fisiologis yang berakibat pola konsumsi pangan lansia dapat
terganggunya fungsi pengunyahan dan dipengaruhi oleh perubahan akibat proses
menua yang terjadi pada lansia sehingga hubungan yang bermakna dengan status
penyajian dan pengolahan makanan pada gizi lansia ( = 0,004) dengan rata-rata
lansia perlu mendapat perhatian khusus. asupan energi 1724,2 kkal. Arisman
Perubahan – perubahan misalnya (2009) menyatakan melemahnya daya
berkurangnya sensitifitas indera serap saluran pencernaan, memicu
penciuman dan perasa pada lansia kekurangan vitamin dan mineral yang akan
mengakibatkan selera makan menurun. berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
Lansia sering mengalami gangguan pada dan status gizi lansia tersebut.
gigi yang mengakibatkan lansia Kebutuhan energi secara umum
mengalami hambatan dalam proses menurun seiring bertambahnya usia pada
pengunyahan dan membatasi jenis periode lansia karena terjadinya perubahan
makanan yang dikonsumsi. komposisi tubuh, penurunan angka
metabolisme basal, dan pengurangan
Tabel 11 Faktor Kurangnya Energi Untuk aktivitas fisik. Kebutuhan energi setiap
Mempertahankan Makanan yang individu merupakan tingkat asupan energi
Mempengaruhi Status Gizi Pada Lansia di yang didapat dari makanan yang akan
Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya menyeimbangkan pengeluaran energi yang
Denpasar Tahun 2015 sesuai dengan ukuran dan komposisi tubuh
serta tingkat aktivitas fisik. Mengkonsumsi
No Kesalahan Dalam (f) (%) sumber vitamin dan mineral, sayuran dan
Pola Makan buah – buahan yang merupakan sumber
1 Kuat 30 81 serat yang baik sangat diperlukan
2 Sedang 5 14 mengingat kelompok lansia sering
3 Lemah 2 5 mendapatkan kesulitan dalam buang air
Total 37 100 besar. Dengan adanya serat yang cukup,
kesulitan tersebut dapat di atasi dengan
Berdasarkan interpretasi tabel 11, mudah.
dapat dilihat bahwa dari 37 responden,
sebanyak 28 responden atau 76% Tabel 12 Faktor Kurangnya Pengetahuan
menyatakan kurangnya energi untuk Tentang Nutrisi yang Tepat yang
mempertahankan makanan memiliki Mempengaruhi Status Gizi Pada Lansia di
pengaruh kuat terhadap status gizinya saat Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya
ini. Denpasar Tahun 2015
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha No Kesalahan Dalam (f) (%)
Wana Seraya Denpasar dari 37 responden Pola Makan
yang diteliti, didapatkan lansia yang 1 Kuat 20 54
menyatakan kurangnya energi untuk 2 Sedang 11 30
mempertahankan makanan memiliki 3 Lemah 6 16
pengaruh kuat terhadap status gizinya saat Total 37 100
ini yaitu sebanyak 30 responden atau 81%,
pengaruh sedang 5 responden atau 14% Berdasarkan interpretasi tabel 12,
dan pengaruh lemah 2 responden atau 5%. dapat dilihat bahwa dari 37 responden,
Hasil ini sesuai dengan penelitian Mainake sebanyak 20 responden atau 54%
(2012) mengenai hubungan tingkat asupan menyatakan kurangnya pengetahuan
energi dengan status gizi lansia dimana tentang nutrisi yang tepat memiliki
hasil analisis dengan menggunakan uji pengaruh kuat terhadap status gizinya saat
korelasi Spearman dengan tingkat ini.
kemaknaan 95% (α=0,05) menunjukkan Berdasarkan penelitian yang
bahwa tingkat asupan energi mempunyai dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha
Wana Seraya Denpasar dari 37 responden (78,4%); tidak pernah bersekolah sebanyak
yang diteliti, didapatkan lansia yang 25 responden (67,6%). Faktor – faktor
menyatakan kurangnya pengetahuan yang mempengaruhi status gizi pada lansia
tentang nutrisi yang tepat memiliki di Panti Sosial Tresna Werdha Wana
pengaruh kuat terhadap status gizinya saat Seraya Denpasar dari 37 responden yang
ini yaitu sebanyak 20 responden atau 54%, diteliti adalah sebagai berikut: pertama
pengaruh sedang 11 responden atau 30% kurangnya energi untuk mempertahankan
dan pengaruh lemah 6 responden atau makanan memiliki pengaruh kuat terhadap
16%. Hasil ini sesuai dengan penelitian status gizi lansia yaitu sebanyak 30
Wahyuni (2009) yang dilakukan di responden atau 81%, kedua kesalahan
Panti Wreda Pucang Gading Semarang dalam pola makan memiliki pengaruh kuat
didapatkan bahwa sebanyak 37,8% sampel terhadap status gizi lansia yaitu sebanyak
pengetahuan mengenai gizinya masih 29 responden atau 78%, ketiga hilangnya
kurang. Darmojo (2009) menyatakan gigi memiliki pengaruh kuat terhadap
bahwa kurangnya pengetahuan mengenai status gizi lansia yaitu sebanyak 28
asupan makanan yang baik berdampak responden atau 76%, keempat kurangnya
pada status gizi pada lansia. Menurut pengetahuan tentang nutrisi yang tepat
Notoatmodjo (2007) perilaku yang didasari memiliki pengaruh kuat terhadap status
oleh pengetahuan akan bersifat langgeng gizi lansia yaitu sebanyak 20 responden
(long lasting). atau 54%, kelima faktor psikologis
Tingginya pengetahuan seseorang memiliki pengaruh kuat terhadap status
akan mempengaruhi seseorang untuk gizi lansia sebanyak 17 responden atau
berperilaku dengan benar. Pengetahuan 45% dan terakhir penyakit kronik atau akut
yang dimiliki lansia berpengaruh pada memiliki pengaruh kuat terhadap status
pemilihan serta kesadaran dalam gizi lansia yaitu sebanyak 4 responden atau
mencukupi kebutuhan sehari-hari serta 11%.
mengetahui pola makan yang tepat
khususnya pada lansia. Hal ini secara tidak DAFTAR PUSTAKA
lansung akan mempengaruhi status gizi
dari lansia tersebut. Lansia yang memiliki Adriani, Merryana, 2012, Pengantar Gizi
pengetahuan yang baik tentang nutrisi Masyarakat, Jakarta : Kencana
akan lebih selektif dalam memilih zat Prenada
makanan untuk dikonsumsi.
Arisman, 2009, Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi
SIMPULAN Dalam Daur Kehidupan, Edisi 2,
Jakarta : EGC
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai gambaran motivasi Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian
lansia usia pertengahan dalam mengikuti Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :
senam jantung sehat di Panti Sosial Tresna Rineka Karya
Werdha Wana Seraya Denpasar, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut Azizah, L.M., 2011, Keperawatan Lanjut
Adapun simpulan yang dapat disusun dari Usia, Yogyakarta : Graha Ilmu
hasil pembahasan ini adalah sebagai
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014,
berikut : Karakteristik lansia di Panti
Bali Dalam Angka Bali In Figures
Sosial Tresna Werdha Wana Seraya
2014, Denpasar : Badan Pusat
Denpasar Tahun 2015 sebagian besar
Statistik
responden berusia 79 – 90 tahun sebanyak
18 responden (48,7%); berjenis kelamin
perempuan sebanyak 29 responden
_____ , 2010, Bali Dalam Angka Bali In
Figures 2010, Denpasar : Badan
Pusat Statistik Makmur, S., 2006, Kebijakan Pelayanan
Sosial Lanjut Usia, Ditjen
Darmojo, B., 2009, Buku Ajar Boedhi- Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Darmojo Geriatri, Jakarta: Balai Departemen Sosial RI, Jakarta
Penerbit FK UI
Mubarak, W.I. & Chayati, N., 2009, Ilmu
Darwita, S., 2011, Hubungan Status Gizi Keperawatan Komunitas,
dengan Kehilangan Gigi pada Pengantar dan Teori, Jakarta :
Lansia di Panti Jompo Salemba Medika
Abdi/Dharma Asih Binjai Tahun
2010, (online), available: Maryam, R. Siti, dkk, 2008, Mengenal
http://repository.usu.ac.id/handle/1 Usia Lanjut dan Perawatannya,
23456789/22619 (6 Juni 2015) Jakarta : Salemba Medika

Depkes RI, 2003, Pedoman Pelatihan Notoatmojo, S., 2007, Kesehatan


Kader Kelompok Usia Lanjut Bagi Masyarakat Ilmu dan Seni,
Petugas Kesehatan, Jakarta : Jakarta : Rineka Cipta
Depkes RI
Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan
Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Metodologi Penelitian Ilmu
Pelayanan Rehabilitasi Sosial Keperawatan : Pedoman Skripsi,
Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Tesis dan Penelitian, Edisi 2,
Usia, 2008, Kualifikasi Panti Jakarta : Salemba Medika
Sosial Tresna Werdha (PSTW),
Jakarta : Departemen Sosial Nugroho, H.W., 2008, Keperawatan
Gerontik & Geriatrik, Jakarta :
Fatmah, 2010, Gizi Usia Lanjut, Jakarta : EGC
Erlangga
Patriasih, R., 2004, KTI : Pengetahuan
Hidayat, A. A. A., 2011, Metode Dan Sikap Gizi, Perilaku Makan
Penelitian Keperawatan dan Serta Status Gizi Lansia Pada
Teknik Analisa Data, Jakarta : Panti Werdha di Kota Bandung
Salemba Medika Tahun 2004, Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia
Hernawati, I., 2006, Pedoman Tatalaksana
Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga Politeknik Kesehatan Denpasar, 2010,
Kesehatan, Jakarta : Departemen Pedoman Penyusunan Karya
Kesehatan RI Ilmiah, Edisi Revisi Ke-3,
Denpasar : Politeknik kesehatan
Hutapea, 2005, Sehat dan Ceria di Usia Denpasar
Senja, Jakarta : Rineka Cipata
Proverawati, A. & Wati, E.K., 2010, Ilmu
Mainake, M. B., 2012, Hubungan Antara Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi
Tingkat Asupan Energi Dengan Kesehatan, Yogyakarta : Maha
Status Gizi Lansia Di Kelurahan Medika
Mapanget Barat Kecamatan
Mapanget Kota Manado, (online), Sativa, O., 2010, Karakteristik Perawatan
available: http://fkm.unsrat.ac.id (6 Lansia Terhadap Pemenuhan
Juni 2015) Kebutuhan Gizi di Panti Werdha
Tresna Abdi Dharma Asih Binjai, Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk., 2011,
(online), available: Penilaian Status Gizi, Edisi Revisi,
http://repository.asu.ac.id/bitstream Jakarta : EGC
/123456789/20753/4/Capter
%20II.pdf (10 Januari 2015) Ulfa, M., 2012, Gambaran persepsi
kualitas hidup lansia dengan
Setiadi, 2013, Konsep dan Penulisan Riset penyakit kronis di Panti Sosial
Keperawatan, Yogyakarta : Graha Tresna Werdha Budi Mulia 04
Margaguna Jakarta Selatan,
Situmorang, N., 2004, Dampak Karies Jakarta: Fakultas Kedokteran dan
Gigi dan Penyakit Periodontal Ilmu Kesehatan UIN Syarif
terhadap Kualitas Hidup, (online), Hidayatullah
available: http://library.usu.ac.id/do
wnload/e-book/Nurmala Wahyuni, I. S., 2009, Hubungan antara
%20Situmorang.pdf (5 Januari Pengetahuan dan Sikap terhadap
2015) Perilaku Gizi Seimbang pada
Lansia Panti Wreda Pucang
Sujatmoko, I., 2012, Sejarah Taman Gading Semarang 2009, (online),
Siswa, (online), available: available: skripsi.unnes.ac.id (5
http://www.tuanguru.com (11 Juni 2015)
Januari 2015)
Wirakusumah, E., 2001, Menu Sehat untuk
Sumiyati, N., 2007, Hubungan Antara Lanjut Usia. Jakarta : Puspa Swara
Tingkat Konsumsi Energi dan
Protein dengan Status Gizi Pada Yustana, 2010, KTI :Tingkat Kemandirian
Lansia di Panti Werda Pucang Lansia di Banjar Bumi Sari Desa
Gading Semarang, (online), Sanglah Wilayah Kerja Puskesmas
available: II Denpasar Barat Tahun 2010,
http://www.scribd.com/doc (10 Denpasar : Poltekkes Denpasar
Januari 2015)

Anda mungkin juga menyukai