0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan3 halaman
Menurut masyarakat Kamaifui (Manet), asal usul manusia berawal dari empat orang yang turun dari langit dalam sebuah kapal. Keempat orang tersebut kemudian membuat kampung pertama dan mengeringkan tempat-tempat yang masih digenangi air untuk dihuni. Manusia di Manet memiliki tugas untuk bekerja, menjaga, dan merawat alam tempat tinggal mereka. Masyarakat Manet mempertahankan budaya mereka sendiri
Menurut masyarakat Kamaifui (Manet), asal usul manusia berawal dari empat orang yang turun dari langit dalam sebuah kapal. Keempat orang tersebut kemudian membuat kampung pertama dan mengeringkan tempat-tempat yang masih digenangi air untuk dihuni. Manusia di Manet memiliki tugas untuk bekerja, menjaga, dan merawat alam tempat tinggal mereka. Masyarakat Manet mempertahankan budaya mereka sendiri
Menurut masyarakat Kamaifui (Manet), asal usul manusia berawal dari empat orang yang turun dari langit dalam sebuah kapal. Keempat orang tersebut kemudian membuat kampung pertama dan mengeringkan tempat-tempat yang masih digenangi air untuk dihuni. Manusia di Manet memiliki tugas untuk bekerja, menjaga, dan merawat alam tempat tinggal mereka. Masyarakat Manet mempertahankan budaya mereka sendiri
Mula-mula datangnya manusia menurut masyarakat Kamaifui
Menurut masyarakat Kamaifui, awal mula manusia berada di kampung Kamaifui
ialah, bahwa ada empat orang yang turun langsung dari langit dengan memakai kapal laut karena pada waktu itu kampung yang mereka datangi masih digenangi dengan air laut. Di dalam kapal tersebut ada empat orang yakni Moy many (bapa), Fui lani (istrinya) dan kedua anak Mani moti dan Tila moti. Kapal sudah berada di atas air laut tetapi keempat orang ini tidak bisa keluar karena kampung tersebut belum kering. Kemudian Moy many memerintahkan air laut dan akhirnya air laut punk mendengar perintah Moy many lalu keringlah kampung tersebut. Setelah itu, ia (Moy many) membuka pintu kapal lalu menyuruh istri dan kedua anaknya keluar. Di samping itu ada sebuah batu yang masyarakat Kamaifui memberi nama “fara wy” air laut masi mendidih keluar dari dalam batu tersebut, lalu Moy mani menutupi lubang batu tersebut dengan “kafak” lalu keringlah air. Setelah itu, Moy many memberi “kafak” ini kepada anaknya Many moti lalu menyeruhnya untuk membuang “kafak” ini ke arah yang masih digenangi dengan air laut dan tempat itu kering dan diberi nama “Laka wy” kemudian mereka pindah ke “Laka wy” tetapi tempat yang berada di sekitar “Laka wy” masih digenangi dengan air laut dan kemudian Moy mani memasukkan kakinya ke dalam air laut maka tempat tersebut kering. Tempat itu diberi nama “Tilala wy many bata” dan “Roul wy malang wy”. Kemudian ada satu tempat yang masih digenangi dengan air laut dan hal yang sama pula dilakukan oleh Moy mani untuk mengeringkan tempat itu dan tempat itu diberi nama “Manet”. Kampung “Manet” merupakan tempat tinggal terakhir dari Moy many bersama keluarganya. Moy many bersama keluarga sampai di kampung “Manet” ada dua “Masang” (mesbah) yang sudah ada di kampung “Manet”, yakni “Tamok Masang” dan “Lan Masang”. “Lan masang” disusun oleh perempuan sedangkan “Tamok masang” disusun oleh laki-laki. Dan karena sudah ada “Masang” (mesbah) Moy many bersama keluarga memperbaiki “Masang” (mesbah) itu. “Masang” tersebut masih dijaga dan dipelihara sampai sekarang ini. Penemuan “Masang” itu membuat mereka terdorong untuk mengerjakan rumah di samping dari “Masang” tersebut. Setelah itu mereka memulai dengan “tebas bakar” untuk memulai proses menanam disebuah tempat yang bernama “Ata fata”. Suatu ketika Moy Mani berburuh ke sebuah hutan. Tujuan buruhannya untuk memanah rusa. Ia pergi bersama dua ekor anjingnya (Tifa kai Tilala kai). Namun ketika di sana, Moy many pun tidak pernah pulang. Karena masalah tersebut, anaknya Mani Moti pun pergi mencarinya. Di sana, Many moti menemukan jazad ayahnya yang tergeletak di tanah, dan sedang ditimbuni tanah. Sang anak pun memotong kepala bapaknya dan mengantarkan kepada ibunya. Hal ini dilakukan sebagai bukti kepada ibunya bahwa bapaknya sudah meninggal. Ibunya pun mempercayainya, karena benar bahwa kepala yang dibawakannya itu merupakan kepala bapaknya. Lalu Many moti membawa kepala bapanya ke “Lan masang” untuk membuat upacara adat dengan memukul gong tetapi hal ini tidak diterima oleh ibu dan saudari perempuan. Setelah peristiwa itu, Fui lani dan Tila moti melarikan diri karena ditakuti oleh bunyi suara gong, yang semakin hari semakin mendekati keberadaan mereka. Mereka pun merasa ketakutan dan kemudian berlari demi mencari ketenangan. Dalam pelarian, mereka menemukan seorang laki-laki di sebuah kali. Lalu Tila moti (anak perempuan) bertanya kepada laki-laki tersebut: Siapa kamu? Dari mana asalmu? Dan apa yang hendak kamu lakukan di sini? Ia menjawab: Saya Fui lan alo kameng, lagi mencari kepiting. Tila moti membalasnya: Ternyata namamu sama dengan namaku. Tila moti kemudian memintanya untuk menjadi suami baginya. Ia pun menyetujuai akan hal tersebut. Dari hasil perkawinan dua insan yang berbeda ini, lahirlah amakang (manusia).
Arti manusia manurut masyarakat Manet
Manusia menurut masyarakat Kamaifui (Manet) adalah: Amakang yang terdiri dari dua kata, yakni “ama dan kang”. Kata “ama” berarti orang lain. Orang lain di sini bukan berarti orang2 yang diluar dari masyarakat Kamaifui (Manet), tetapi baik masyarakat asli Kamaifui dan juga masyarakat diluar kampung Kamaifui tetap disebut sebagai orang lain. Sedangkan kata “kang” berarti baik. Baik yang dimaksud disini adalah bersangkutan dengan sifat manusia itu sendiri, jika sifatnya baik maka masyarakat Kamaifui (Manet) menyebutnya ‘baik’ tetapi jika sifatnya tidak baik maka masyarakat Kamaifui menyebutnya tidak baik “beka”. Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia menurut masyarakat Kamaifui (Manet) adalah amakang yang artinya manusia baik. Baik masyarakat asli Kamaifui dan juga masyarakat asing atau pendatang, masyarakat Kamaifui tetap menyebutnya sebagai amakang kecuali mereka semua berbuat hal2 yang baik atau sifat mereka itu terlihat baik, tetapi jika sifat mereka atau tingkah laku mereka terkesan tidak baik maka mereka bukan lagi disebut “amakang” tetapi “ama beka” (orang tidak baik).
Tugas dan peran manusia
Tugas dan peran manusia di Kampung manet adalah mereka bekerja, perhatikan, dan pelihara alam dimana mereka tinggal. Orang-orang manet memelihara alam seperti tidak membunuh binatang, tidak menebang pohon sembarang, dan membakar hutan sembarang, dan itu menjadi tradisi orang manet dari zaman dulu sampai sekarang. Antropologi. Dalam memahami antropologi orang-orang Manet ada yang sama dan ada pula yang tidak sama. Yang sama adalah mereka duduk bersama-sama untuk membicarakan hal-hal penting. Yang berbeda menurut orang manet adalah bahasa, adat, budaya masing- masing. Tetapi itu tidak menjadi permasalahan bagi mereka tetapi menjadi keunikan bagi mereka untuk saling menerima tetapi tidak meniru budaya yang lain tetapi masing- masing mempertahankan budaya yang sudah ada sejak dahulu kala. - Tanggung jawab: kepada diri sendiri dan sesama (mencakup alam ciptaan). Hal ini berhubungan dengan kesadaran diri. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri berarti kita harus mempertahankan arti amakang itu dalam diri. Jadi, jika dalam tingkalaku sehari- hari ada persoalan yang harus diselesaikan berarti tidak hanya satu orang saja yang menyelesaikan tetapi semua harus berpartisipasi di dalam untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Karena arti amakang disini menuntut kita untuk berbuat sesuatu yang baik bukan hanya terhadap diri sendiri tetapi terhadap semua orang. - Relasi; bukti dari kualitas diri. Menciptakan pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik dan benar dalam berelasi. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Kamaifui menjalankan kehidupan sangat rama dan saling menghargai satu dengan yang lain. Dalam berelasi, mereka saling menyapa dengan satu kata “kang”. Kata “kang” disini mengandung makna yang sangat dalam bagi masyarakat Kamaifui. “Kang” berarti baik, jadi mengatakan sesuatu yang baik kepada sesama. Dalam berelasi dengan sesama, baik itu masyarakat setempat maupun orang asing selalu ada sapaan yang diberikan. Sapaan itu tergantung dengan kehadiran mereka. Jika kehadiran mereka membawa dampak positif maka mereka akan disapa dengan kata “kang”. Jika sebaliknya maka mereka akan disapa dengan kata “beka”. - Memelihara alam ciptaan; seluruh ciptaan: tumbuh-tumbuhan dan segala yang ada. Jika dalam diri seseorang sudah tertanam prinsip “amakang” maka sudah ada kesadaran dalam diri seseorang untuk memelihara, menjaga dan merawat ciptaan lain seperti merawat diri sendiri. Oleh karena itu masyarakat Kamaifui selalu menjaga keindahan alam, dengan tidak menebang pohon sembarang, tidak membakar hutan sembarangan dan tidak sembarangan membunuh binatang-binatang yang ada, (binatang di hutan).