Anda di halaman 1dari 22

‫فعالية المواد الدرسية الوحدة القياس في تعليم القواعد لترقية اتقان التالميذ للقواعد بما ّدة التراكب‬

) ‫( دراسة شبه التجربة على التالميذ الفصل السابع بمدرسة الثناوية دار الحفاظ‬
Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Modul Dalam Pembelajaran Qawaid
Untuk Meningkatkan Penguasaan Qawaid Peserta Didik Pada Materi
Tarakib

(Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII MTs Plus Darul Hufadz)

Disusun oleh:
Sopi

1172030141

Program Studi Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri

Sunan Gunung Djati

Bandung

2020
‫فعالية المواد الدرسية الوحدة القياس في تعليم القواعد لترقية اتقان التالميذ للقواعد بما ّدة التراكب‬

) ‫( دراسة شبه التجربة على التالميذ الفصل السابع بمدرسة الثناوية دار الحفاظ‬
Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Modul Dalam Pembelajaran Qawaid
Untuk Meningkatkan Penguasaan Qawaid Peserta Didik Pada Materi
Tarakib

A. Latar Belakang

Pandemi covid-19 yang kini telah mewabah hampir di seluruh negara di


dunia termasuk di Indonesia telah berdampak besar pada berbagai bidang
kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Coronavirus disease 2019 (Covid-
19) merupakan penyakit menular yang menyerang sistem pernapasan manusia,
seperti hidung, tenggorokkan, dan paru-paru yang disebabkan oleh jenis
coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang pertama kali ditemukan pada tanggal 31
Desember 2020 di Wuhan, Tiongkok. Covid-19 ini dapat menular dari manusia ke
manusia melalui kontak erat dan droplet (percikan cairan pada saat bersin dan
batuk). Penyebaran virus corona ini begitu cepat hingga sampai di Indonesia pada
bulan Maret 2020.

Dengan kondisi negara kita yang berada di tengah pandemi covid-19 dan
meningkatnya kasus tersebut di Indonesia hingga saat ini, maka pemerintah
menetapkan kebijakan pelarangan segala bentuk kerumunan, pembatasan sosial
(social distancing), menjaga jarak fisik (physical distancing), serta menerapkan
protokol kesehatan seperti senantiasa mencuci tangan dan memakai masker ketika
beraktifitas di luar rumah. Kebijakan tersebut diberlakukan sebagai upaya guna
memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Namun, dengan diberlakukannya kebijakan tersebut tentu memiliki


dampak pada sektor pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan
yang pada aktifitas normalnya menjadi tempat pengumpulan massa yang banyak
setiap harinya. Sekolah merupakan tempat berkumpulnya para guru dan para
peserta didik serta diberlangsungkannya kegiatan belajar mengajar. Dengan
mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan, berdasaran Surat Edaran Nomor 15
Tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan bahwa kegiatan belajar-mengajar ditetapkan penyelenggaraannya
dengan sistem Belajar Dari Rumah (BDR) pada Masa Darurat Penyebaran Corona
Virus Disease (COVID-19). Merespon dari kebijakan tersebut, secara cepat
banyak sekolah yang menetapkan pelaksanakan pembelajaran dilaksanakan secara
daring baik dari tingkat TK/PAUD sampai tingkat SMA. Sistem pembelajaran
secara daring yaitu sistem pembelajaran dimana peserta didik dan guru tidak
bertemu secara tatap muka/langsung tetapi berada di rumah masing-masing saat
melaksanakan proses belajar-mengajar baik peserta didik maupun guru dengan
menggunakan bantuan internet.

Media yang digunakan pada proses pembelajaran secara daring bisa


menggunakan handphone, tablet, atau laptop/PC dengan mengakses web sekolah
masing-masing ataupun melalui berbagai aplikasi seperti google classroom,google
meet, zoom meeting,atau bahkan hanya sebatas melalui grup whatsapp dan
melalui media-media yang lainnya. Perubahan kegiatan proses belajar-mengajar
yang semula diselenggarakan secara tatap muka beralih pelaksanaannya menjadi
pembelajaran secara daring pada masa pandemi covid-19 merupakan hal baru
yang dilaksanakan secara serentak di Indonesia. Dalam praktiknya pula,
pembelajaran secara daring tentu bukan hal yang mudah ditambah dengan
berbagai keterbatasan media baik dari pihak peserta didik maupun guru/sekolah.

Selain itu, berdasarkan observasi yang pernah dilakukan oleh peneliti, pada
realitanya juga masih terdapat sekolah-sekolah yang melaksanakan pembelajaran
secara luring di masa pandemi ini dengan menerapkan protokol kesehatan secara
ketat serta pada praktiknya terdapat pengurangan jam pelajaran dan sesi /
pembagian waktu belajar sehingga siswa tidak setiap hari ke sekolah. Adapun
pembelajaran secara luring tersebut memang diperbolehkan bagi sekolah-sekolah
yang berada di zona hijau setelah mendapat izin dari Satgas Gugus Penanganan
Covid-19 di wilayah setempat.
Dari fakta sistem pembelajaran yang diberlakukan oleh setiap sekolah di
tengah pandemi ini, baik yang dilaksanakan secara daring maupun luring dengan
berbagai keterbatasannya menimbulkan beberapa masalah-masalah baru dalam
proses belajar-mengajar yang perlu dicari solusinya agar pembelajaran di tengah
pandemi tetap dapat berjalan secara efektif. Selain itu, berdasarkan observasi
peneliti juga, pembelajaran di tengah pandemi menuntut peserta didik agar dapat
belajar lebih mandiri dikarenakan keterbatasan kontrol serta bimbingan dari guru.

Dari kondisi pembelajaran di tengah pandemi dan kebijakan tersebut


tentu juga berdampak terhadap pembelajaran bahasa Arab khusunya bagi
sekolah-sekolah yang tidak berada di zona hijau sehingga menetapkan
kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan secara daring. Ketika pembelajaran
bahasa Arab dilaksanakan dengan sistem baru ini yaitu sistem daring, tentu
tidak semudah membalikkan telapak tangan dalam proses pengajarannya.
Seorang guru harus mempelajari media daring yang mungkin mayoritas
dari para guru belum pernah menggunakannya. Ditambah kondisi para peserta
didik yang belum semua memiliki fasilitas tersebut juga menambah
daftar pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh para guru dan
pengajar. Selain i tu, kondisi ini j u ga membuat para guru harus lebih
ekstra dalam menyiapkan materi. Materi yang biasanya disajikan secara
luring harus dimodifikasi menjadi bahan ajar yang mampu disajikan
dengan sistem daring.

Namun meskipun demikian, guru tetap harus berupaya secara


maksimal agar pembelajaran dapat tetap berjalan secara efektif dan materi
pembelajaran tetap tersampaikan meskipun dengan berbagai keterbatasan
media daring baik dari pihak guru maupun peserta didik. Kondisi ini
memang tidak mudah, tapi menjadi tantangan baru juga agar guru dapat
secara kreatif dan inovatif mengemas bahan ajar sehingga tetap dapat
diterima dan mudah dipelajari oleh peserta didik.

Adapun pada pembelajaran bahasa arab¸ dapat dikatakan


merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak mudah diajarkan secara
daring. Secara hakikatnya, pembelajaran bahasa arab merupakan
pembelajaran bahasa yang mencakup pembelajaran cara kita
berbahasa/menggunakan bahasa dan memahami bahasa itu sendiri.
Sehingga pada pengajarannya, kebanyakan guru menggunakan metode
klasikal d i m a n a p e s e r t a d i d i k memerlukan pendampingan s e c a
r a intensif oleh guru dalam pembelajarannya. Sedangkan ketika
pembelajaran dilaksanakan secara daring, sulit bagi guru
mengontrol/membimbing siswa satu per satu dalam pembelajarannya. Hal
tersebut menjadikan peserta didik dituntut agar dapat lebih mandiri dalam
belajar dengan atau tanpa bimgingan dari guru.

Adapun berdasarkan pengalaman peneliti selama 2 bulan ketika


melaksanakan pengajaran pada mata pelajaran bahasa Arab baik yang
dilaksanakan secara daring maupun luring, mendapati bahwa salah satu
upaya yang dapat mengefektifkan proses pembelajaran terletak pada peran
bahan ajar yang digunakan oleh guru. Khususnya para pembelajaran yang
dilaksanskan secara daring, guru perlu mempersiapkan bahan ajar yang bisa
dengan mudah diakses dan mudah dipahami isi materinya oleh siswa
secara mandiri. S eda n g k an pada p em b el aj a r a n den gan sistem
lu ri ng , bahan ajar ini juga tetap memi li ki pe ranan besar
untuk m e n g e fe k ti f k a n k e b e r la n g s un g a n pem bela jaran di
tengah p an de mi . Dengan d emik ian , poin tersebut seputar
penggunaan bahan ajar yang tepat yang akan menjadi bahasan pokok
dalam tulisan penulis yang akan dibahas secara mendalam.

Menurut Depdiknas mendefinisikan bahan ajar merupakan bahan atau


materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan
siswa dalam KBM. Bahan ajar atau materi pembelajaran merupakan hal yang
sangat penting dan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap mutu
pendidikan. Guru akan kesulitan meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa
adanya bahan ajar, begitu pula tanpa adanya bahan ajar siswa akan mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam pembelajaran.
Peran bahan ajar dalam proses pembelajaran selain sebagai alat
bantu komunikasi untuk menyampaikan pesan guru kepada siswa, bahan ajar
juga efektif untuk membantu siswa dalam mempelajari lebih lanjut materi yang
belum dipahami. Dengan demikian, modifikasi penggunaan bahan ajar yang tepat
perlu dilakukan, untuk meningkatkan kulalitas pembelajaran.

Bahan ajar memiliki beragam jenis, ada yang cetak maupun noncetak.
Bahan ajar cetak yang sering dijumpai antara lain berupa buku, modul, brosur,
dan lembar kerja siswa. Dan salah satu bahan ajar yang efektif digunakan dalam
pembelajaran adalah bahan ajar berupa modul. Penggunaan modul dalam
pembelajaran merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran pada siswa. Penggunaan modul diharapkan
dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran lebih terencana dengan baik,
mandiri, tuntas, dan dengan hasil (output) yang berkualitas.

Secara umum, tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah agar siswa dapat
memperoleh keterampilan berbahasa Arab, yaitu keterampilan menyimak
(Maharah al-Istima’), ketampilan berbicara (Maharah al-Kalam), keterampilan
membaca (Maharah al-Qiro’ah), dan keterampilan menulis (Maharah al-
Kitabah). Dalam rangka mendukung siswa agar terkuasainya keempat
keterampilan tersebut, terdapat unsur-unsur bahasa Arab yang lain yang perlu
dipelajari seperti bunyi bahasa (ashwat), kosakata (mufradat) dan tata bahasa
(sharf- nahwu/qawaid). Penguasaan atas unsur-unsur bahasa Arab tersebut
dianggap sebagai bagian dari pembentuk kemampuan berbahasa Arab.

Pada tingkat tsanawiyah, salah satu unsur bahasa arab yang dipelajari
adalah pembelajaran seputar qawaid. Qawaid adalah kaidah-kaidah atau aturan-
aturan yang mengatur penggunaan bahasa Arab yang digunakan sebagai media
untuk memahami suatu kalimat. Qawaid menjadi salah satu kebutuhan pokok
ketika belajar bahasa Arab. Tanpa mempelajari qawaid, niscaya bagi seseorang
dapat membuat kalimat berbahasa arab serta membaca teks arab yang notabennya
gundul. Sehingga penting bagi seseorang untuk mempelajari qawaid ketika
hendak mengungkapkan bahasa arab baik secara lisan maupun tulisan dengan baik
dan benar. Penguaasaan qawaid adalah sebagai sarana berbahasa, bukan tujuan
akhir dari pembelajaran bahasa. Materi pelajaran yang dibahas cukup banyak
dan membutuhkan pemahaman yang mendalam. Salah satu materi dalam
pembelajaran bahasa Arab yakni materi qawaid, dan salah satu kajiannya
materi tentangmubtada khabar.

Penyajian materi qawaid sering dianggap sulit oleh peserta didik


dikarenakan bahan ajar dan buku-buku pembelajaran qawaid terkesan tidak
bervariasi, monoton, dan sulit dipahami tanpa bimbingan seseorang. Sekalipun
pembelajaran qawaid bukan termasuk ke dalam empat pokok tujuan
keterampilan bahasa arab, namun memiliki peranan besar dalam
mendukung tercapainya keempat keterampian tersebut. Sehingga bahan
ajar yang digunakan dalam mempelajari qawaid perlu dimodifikasi agar
lebih bervariatif, tidak monoton, serta dapat dengan mudah dipahami oleh
siswa dengan atau tanpa bimbingan dari guru.

Adapun modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang tepat yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran pada siswa, dikarenakan karakteristik modul
itu sendiri. Penggunaan modul diharapkan dapat mengkondisikan kegiatan
pembelajaran lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas, dan dengan hasil
(output) yang berkualitas. Modul dapat diartikan sebagai materi pelajaran yang
disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya
diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut. Dengan kata lain sebuah
modul adalah sebagai bahan ajar dimana pembacanya dapat belajar mandiri.
Sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru.

Dengan demikian, berdasarkan uraian latar belakan tersebut penulis


sangat tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah-masalah
pembelajaran tersebut dengan solusi pemilihan bentuk bahan ajar yang tepat.
Oleh karena itu, selanjutnya penelitian ini akan difokuskan pada judul
“Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Modul Dalam Pembelajaran Qawaid
Untuk Meningkatkan Penguasaan Qawaid Peserta Didik Pada Materi
Mubtada Khabar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat


diangkat sebuah penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penguasaan qawaid siswa kelas VII di MTs Plus Darul


Hufadz sebelum menggunakan bahan ajar modul?
2. Bagaimana penguasaan qawaid qawaid siswa kelas di VII MTs Plus
Darul Hufadz setelah menggunakan bahan ajar modul?
3. Apakah bahan ajar berbentuk modul efektif dalam meningkatkan
penguasaan qawaid siswa kelas VII di MTs Plus Darul Hufadz?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian


yang hendak diraih adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penguasaan qawaid siswa kelas VII di MTs Plus


Darul Hufadz sebelum menggunakan bahan ajar modul
2. Untuk mengetahui penguasaan qawaid siswa kelas VII di MTs Plus
Darul Hufadz setelah menggunakan bahan ajar modul
3. Untuk mengetahui efektivitas bahas ajar berbentuk modul terhadap
penguasaan qawaid siswa kelas VII di MTs Plus Darul Hufadz

D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritik

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan peranan yang


besar bagi terlaksananya pembelajaran secara efektif di tengah pandemi
khususnya pada efektivitas penggunaan bahan ajar modul yang dapat
meningkatkan penguasaan qawaid peserta didik.

2. Secara praktis
a. Bagi guru
Diharapkan pengemasan bahan ajar dalam bentuk modul menjadi salah
satu pilihan yang tepat bagi guru bahasa Arab dalam proses belajar-
mengajar khususnya pada kondisi peserta didik yang sulit mendapatkan
bimbingan dari guru secara intensif
b. Bagi siswa
Memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran bahasa arab
secara mandiri melalui modul yang telah dibuat oleh guru
c. Bagi sekolah
Meningkatkan kualitas pembelajaran di MTs Plus Darul Hufadz khusunya
pada pembelajaran bahasa arab melalui penggunaan bahan ajar modul

E. Kerangka Berfikir

Pembelajaran di masa pandemu covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi


seorang guru atau pengajar. Keterbatasan interaksi antara guru dan peserta didik
dalam proses belajar-mengajar di masa pandemi menjadi masalah utama sehingga
pembelajaran tidak dapat berjalan secara optimal dan efektif.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 584) mendeskripsikan


efektif adalah “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat
membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan)” dan efektifitas diartikan
“keadaan berpengaruh, hal berkesan” atau “keberhasilan (usaha, tindakan)”.
Sedangkan dalam kamus – kamus Ilmiah populer, efektifitas adalah ketepat
gunaan, hasil guna, menunjang tujuan (Widodo, 2002 : 114). Jadi dapat
disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu usaha atau tindakan yang
berpengaruh dan berkesan yang dapat membawa hasil/ berhasil guna.
Efektivitas belajar penting untuk diukur agar diketahui sejauh mana tujuan
yang ditetapkan telah dicapai. Bagi guru efektivitas belajar siswa merupakan
alat ukur untuk menilai berhasil tidaknya proses belajar mengajar yang telah
dilakukan, sedangkan siswa berkepentingan untuk mengetahui efektivitasnya
guna mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang diajarkan oleh
guru.

Penting bagi seorang guru untuk memperhatikan segala hal yang dapat
mempengaruhi pencapaian efektivitas pembelajaran serta senantiasa melakukan
evaluasi sehingga dapat mengukur sejauh mana siswa telah mampu menerima
dan menguasai materi yang telah disajikan. Berkaitan dengan materi
pembelajaran, guru mempunyai peranan vital untuk mengkonsep bahan ajar
sehingga bahan ajar mudah diterima dan mudah dipahami oleh peserta didik.
Adapun salah satu faktor tercapainya pembelajaran secara efektif adalah
bergantung pada bahan ajar yang telah dipersiapkan oleh guru. Maka, melalui
bahan ajar yang baik, siswa dapat lebih mudah memahami materi sehingga
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Panen (2001) mendefinisikan bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi


pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran (Andi, 2011 : 16). Bahan ajar memiliki ragam jenis
seperti: (a) bahan ajar cetak antara lain buku, lks, handout, modul dan lain
sebagainya. (b) bahan ajar dengar seperti kaset dan radio. (c) bahan ajar pandang
dengar antara lain video dan film. (d) bahan ajar multimedia interaktif seperti
bahan ajar berbasis web, compact disk (CD), dan lain sebagainya. Dengan ragam
jenis bahan ajar tersebut, pemilihan bahan ajar yang tepat hendaknya harus
didasarkan atas kebutuhan siswa. Dengan demikian, melihat kondisi
pembelajaran di tengah pandemi yang menuntut siswa belajar lebih mandiri
dengan keterbatasan kontrol dari guru, maka penelitian kali akan difokuskan pada
penggunaan bahan ajar berbentuk modul.

Menurut Purwanto (2007: 9) Modul ialah bahan belajar yang


dirancang secara sistematik berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas
dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara
mandiri dalam satuan waktu tertentu. Tujuannya agar peserta dapat menguasai
kompetensi yang diajarkan dalam diklat atau kegiatan pembelajaran dengan
sebaik-baiknya. Fungsinya sebagai bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran peserta didik. (Purwanto, 2007: 10).

Modul pembelajaran dapat digunakan oleh guru dalam proses


pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena didalam
pembelajaran modul, guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja, oleh karena itu
dalam proses pembelajaran guru tidak menggunakan metode ceramah lagi.

Pembelajaran merupakan suatu proses dimana guru dan peserta didik


saling berinteraksi. Guru harus mampu memberikan sajian materi pembelajaran
yang menarik sehingga membuat siswa pun aktif, kreatif, serta mandiri dalam
memahami sajian yang diberikan guru. Tujuan pembelajaran ini dapat terwujud
apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai seperti halnya modul.

Modul merupakan satu paket bahan ajar yang berkenaan dengan satu unit
bahan ajar yang berisi tujuan instruksional, materi pelajaran, evaluasi, serta
dipakai untuk jangka waktu tertentu. Keuntungan menggunakan modul sebagai
bahan ajar bagi siswa adalah adanya umpan balik (feedback), penguasaan
tuntas atau (mastery), tujuannya jelas, menimbulkan motivasi yang kuat,
pengajaran modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa (fleksibilitas),
kerjasama dan pengajaran remedial. Sedangkan keuntungan yang didapat guru
dari penggunaan modul dalam proses pembelajaran adalah timbulnya rasa puas,
dapat memberikan bantuan individual, mengadakan pengayaan, kebebasan dari
rutinitas yang membelenggunya selama ini, mencegah kemubaziran,
meningkatkan profesikeguruan dan evaluasi formatif. Oleh karenna itu,
penggunaan modul dalam pembelajaran diharapkan akan mampu meningkatkan
hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran di Pembelajaran di
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Siswa Kelas VII C Siswa Kelas VII D

(Kelas Kontrol) (Kelas Eksperimen)

a) Guru menyajikan materi pembelajaran


Langkah- Pre-test dalam bentuk modul
langkah guru b) Guru meminta siswa untuk membaca
pada umumnya modul dengan cermat
dengan c) Guru meminta beberapa siswa
menggunakan menjelaskan secara singkat apa yang sudah
metode ceramah Pembelajaran tanpa Pembelajaran dengan dibaca dari modul tersebut
dan bahan ajar menggunakan Modul menggunakan Modul d) Guru dapat mengulas atau menerangkan
menggunakan bahasa arab bahasa arab kembali materi tarakib sesuai dengan yang
buku paket / tercantum dalam modul
e) Guru melakukan sesi diskusi
LKS Post-test f) Guru menugaskan siswa untuk
mengerjakan soal tes formatif

INDIKATOR:

1) Siswa dapat menjelaskan pengertian pada materi tarakib


2) Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri materi tarakib tersebut
3) Siswa dapat memberi contoh dari materi tarakib tersebut
4) Siswa dapat menganalisis contoh kata atau kalimat di sebuah teks
seputar materi tarakib tersebut
5) Siswa dapat membuat kalimat sesuai dengan materi tarakib dengan
baik dan benar

ANALISIS

Penguasaan Peningkatan
qawaid siswa Penguasaan qawaid
pada materi siswa pada materi
tarakib tarakib

Gambar 1.1 Alur Kerangka Berpikir


F. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang berjudul “efektivitas Penggunaan Modul Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Upaya Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Kelas IX SMP Negeri 4 Kalasan” karya Bahtiar Muslim. Dalam penelitian
tersebut disimpulkan bahwa hasil belajar siswa melalui penggunaan modul
pembelajaran lebih unggul dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang
tidak menggunakan bahan ajar modul. Kesimpulan tersebut terbukti valid
dengan data yang didapat bahwa pada kelas IX B sebagai kelas eksperimen
menunjukan t hitung 8, 753 > t tabel 0,188 dengan taraf signifikan 5%.
Sedangkan pada kelas IX A sebagai kelas kontrol menunjukan t hitung 2,303
> t tabel 0, 029 dalam taraf signifikan 5%. Pada kelas eksperimen hasil rata-
rata pretes sebesar 71,40 dan hasil postest setelah mendapat perlakuan
pembelajaran menggunakan modul sebesar 89,60. Sedangkan pada kelas
kontrol, hasil pretes sebesar 79,64 dan hasil postest tanpa menggunakan
modul sebesar 85,17.
2. Penelitian yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Modul Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Boga Dasar Kelas X Di SMK
Negeri 1 Kalasan Yogyakarta” oleh Retno Fauziah. Berdarkan hasil uji paired
sample t-test menunjukan hasil rata-rata pretes pada kelas kontrol sebesar
59,94 dan hasil postest tanpa menggunakan modul sebesar 77,17. Sedangkan
pada kelas eksperimen menunjukan hasil pretes sebesar 59,54 dan hasil
postest setelah menggunakan modul sebesar 88,17. Dari hasil penelitian
tersebut, didapat hasil belajar kelas eksperimen > kelas kontrol yaitu 88,17 >
77, 17. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa menggunakan
modul lebih unggul dibandingkan dengan hasil belajar siswa tanpa
menggunakan modul. Berdasarkan pada uji paired t-test juga didapat yaitu
sig.2 sebesar 0,000 < 0, 05 sehingga disimpulkan bahwa penggunaan modul
dalam pembelajaran Boga Dasar lebih efektif.
G. Hipotesis

Mengacu pada kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan


sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar pada siswa yang menggunakan modul


pembelajaran dan siswa yang tidak menggunakan modul pembelajaran bahasa
arab pada materi qawaid (mubtada khabar) kelas VII MTs Plus Darul Hufadz
2. Terdapat kenaikan hasil belajar yang signifikan berdasarkan nilai pre-test dan
post-test siswa kelas eksperimen dalam pembelajaran bahasa arab pada
materi qawaid (mubtada khabar).

H. Metodologi Penelitian

Secara umum, metodologi penelitian adalah suatu metode atau cara


tertentu yang dipilih secara spesifik untuk memecahkan masalah yang diajukan
dalam sebuah penelitian.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Sesuai dengan judul penelitian yaitu Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar
Modul Dalam Pembelajaran Qawaid Untuk Meningkatkan Penguasaan Qawaid
Peserta Didik Pada Materi Mubtada Khabar, maka penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kuantitatif dan merupakan jenis penelitian kuasi eksperimen.
Tujuan penelitian dengan jenis kuasi eksperimen adalah untuk menyelidiki
adanya hubungan sebab-akibat antara suatu variabel dengan variabel yang
lain. Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Pada penerapannya yaitu dengan memberikan perlakuan
terhadap kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan
kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.
Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah control
group pre- test- post-test yang dapat digambarkan seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 1 Format Pre test - Post test control group


design
Kelompok Pre-Test Variabel Bebas Post-test

KE O1 X1 O2

KK O1 X2 O2

(Suharsimi Arikunto, 2002: 29)


Keterangan:

O1 = Test pemahaman awal

O2 = Test pemahaman akhir

X1 = Pengajaran menggunakan treatment modul

X2 = Pengajaran menggunakan metode konvensional

Dengan menggunakan design ini, kelompok eksperimen dan kelompok


kontrol dianggap bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama dan
seimbang sebelum diberikan perlakuan. Pada awalnya, kedua kelompok akan
diberikan tes awal (pre-test) dengan tes yang sama. Kemudian pada kelompok
eksperimen akan diberikan perlakuan khusus yaitu pembelajaran dengan
menggunakan bahan ajar modul sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan
seperti biasanya yaitu pembelajaran menggunakan bahan ajar buku paket/lks.
Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kedua kelompok akan diberikan tes
akhir (post-test) yang hasilnya akan dibandingkan.
Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh
penggunaan bahan ajar modul dalam meningkatkan penguasaan qawaid peserta
didik pada sampel yang telah ditentukan.

2. Menentukan Sumber Data


Menurut Suharsimi Arikunto, sumber data adalah subjek dimana data

diperoleh. Beliau juga menyatakan bahwa subjek dalam penelitian adalah benda,
keadaan, atau orang tempat data melekat dan dipermasalahkan. Adapun sumber

data terdiri dari dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh penulis dari

sumber pertamanya. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang langsung

dikumpulkan penulis sebagai penunjang dari sumber pertama.

Mengacu pada hal tersebut, maka sumber data penelitian ini yaitu:

a) Sumber data primer diambil dari siswa kelas VII MTs Plus Darul Hufadz

Tahun Ajaran 2020/2021.

b) Sumber data sekunder diambil dari Kepala Sekolah dan Guru Bidang

Studi

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakanakan di MTs Plus Darul Hufadz yang beralamatkan

di Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

4. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam sebuah penelitian, terdapat populasi dan sampel. Menurut

Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di MTs Plus Darul Hufadz.

Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

Apabila populasi melebihi 100 orang, maka sample bisa diambil antara 10%-15%

dan 20%-25% atau lebih sesuai dengan kemampuan peneliti, tapi apabila sampe

berjumlah 100 atau kurang maka bisa diambil secara keseluruhan (Sugiyono,

2017: 127). Dengan demikian, sampel yang diambil pada penelitian ini adalah

siswa Kelas VII C dan VII D.


5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumplan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a) Observasi

Ngalim purwanto, 1985 (Metode Peneltian Kualitatif, 2016: 230)


mengemukakan bahwa observasi adalah metode atau cara untuk membuat
catatan penelitian dan menganalisis cara sistematis mengenai tingkah laku
dengan cara melihat atau mengamati suatu individu atau kelompok secara
langsung dilapangan. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah
dengan cara terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di pembelajaran
tarakib

b) Wawancara

Wawancara (interview) adalah salah satu bentuk tekhnik pengumpulan


data yang banyak digunakan dalam penelitian kualitatif dan deskriptif
kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka
secara individual (sukmadinata, 2012: 216).

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti secara


langsung untuk mengumpulkan data. Wawancara diajukan kepada guru bahasa
Arab MTs Plus Darul Hufadz sebagi narasumbernya.

c) Tes
Pengumpulan data hasil belajar dilakukan dengan tes. Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok
(Suharsimi Arikunto, 2013 : 115). Tes dilakukan sebelum dan sesudah
perlakuan. Tes yang dimaksud adalah Pre-Test (sebelum perlakuan modul)
dan Post-Test (sesudah perlakuan modul). Tes ini digunakan untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol, sehingga dapat diketahui efektifitas penggunaan modul tersebut. Pre-
test dan post-test yang digunakan dibatasi pada aspek pengetahuan,
pemahaman, dan penerapan.
d) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan tekhnik pengumpulan data dengan cara


mengumpulkan data dari buku-buku, tulisan-tulisan dan referensi-referensi
yang sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan.

e) Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian, diantaranya yaitu menggunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono
(2010: 169) Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sabagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila
peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat
kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Kegunaan
utama statistic deskriptif ialah untuk menggambarkan jawaban-jawaban
observasi. Yang termasuk didalamnya diantaranya ialah distribusi frekuensi,
distribusi persen dan rata-rata (mean) .
Berikut adalah rumus-rumus dalam melakukan analisis data:
1. Uji Normalitas
Menurut Djarwanto (2003: 50) Uji normalitas digunakan untuk
menguji sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Untuk keperluan
uji normalitas dalam penelitian ini digunakan rumus Kolmogrov-Smirrov
dengan langkah-langkah sebagai berikut (Yayu Nurhyati, 2019:97) :
a. Merumuskan formula hipotesis
Ho : Pre-test dan post-test berasal dari data yang berdistribusi normal
Hi : Pre-test dan post-test berasal dari data yang tidak berdistribusi normal
b. Menentukan nilai nilai Z, FT, FS, dan | FT – FS |
Keterangan :
Z : Angka normal baku

Z=
FT : Probabilitas Kumulatif Teoritis
FS : Probabilitas Kumulatif Sampel
c. Menentukan tingkat signifikansi (α)
Tabel K – S = K – S (α) (n)
d. Menentukan kriteria pengujian hipotesis
Nilai | FT – FS | dibandingkan dengan nilai Tabel K – S :
- Jika nilai terbesar | FT – FS | < nilai Tabel K – S, maka Ho diterima.
Data berdistribusi normal
- Jika nilai terbesar | FT – FS | ≥ nilai Tabel K – S, maka Ho ditolak.
Data tidak berdistribusi normal
Uji normalitas dilakukan dari hasil tes awal (pre-test) dan tes
kemampuan akhir (post-test) kedua kelompok.

2, Uji Komparatif

Jika data berdistribusi normal, maka menggunakan Uji-T Berpasangan


(Paired) (Yayu Nurhayati 2018:125). Jika data tidak berdistribusi normal,
maka menggunakan Uji Wilcoxon (Match Pairs Test) (Yayu Nurhayati
2018:130).
a. Uji T Berpasangan
1) Merumuskan Formula Hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah perlakuan.
H1 : Terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah perlakuan.
̅
2) Menentukan Nilai Statistik Uji : t =

3) Menentukan Tingkat Signifikansi (α)


ttabel = t (α) (dk)
ttabel = t (α) (n-1)
4) Menentukan Kriteria Pengujian
Hipotesis H0 ditolak jika : thitung ttabel
H0 diterima jika : thitung ttabel
5) Memberikan Kesimpulan
b. Uji Wilcoxon
1) Merumuskan Formula Hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah perlakuan.
H1 : Tedapat perbedaan antara sebelum dan sesudah perlakuan.

2) Menentukan Nilai Statistik Uji


a) Sample (n) ≤ 25
1. Menentukan tanda beda (selisih) dan besarnya tanda beda antara
pasangan data.
2. Nilai beda dengan hasil “0” diabaikan.
3. Mengurutkan nilai beda tanpa memperhatikan tanda.
4. Memisahkan tanda beda yang positif dan negatif.
5. Menentukan nilai T hitung dengan menjumlahkan semua angka
positif dan angka negatif.
6. Menentukan nilai T hitung dengan memiliki nilai T absolute
terkecil.

b) Sample (n) > 25

c) Menentukan Tingkat Signifikansi (α)


1. Sample (n) ≤
a. Menentukan alpha (α)
b. Menentukan nilai T tabel Wilcoxon

2. Sample (n) > 25


a. Menentukan alpha (α)
b. Menentukan nilai Z tabel (kurva normal baku)

d) Menentukan Kriteria Pengujian Hipotesis


1. Sample (n) ≤ 25
a. Jika nilai T Wilcoxon hitung > T tabel Wilcoxon, maka H0
diterima
b. Jika nilai T Wilcoxon hitung < T tabel Wilcoxon, maka H0
ditolak
2. Sample (n) >25
a. Z hitung ≥ Z tabel, H0 ditolak, maka terdapat perbedaan
(signifikan).
b. Z hitung < Z tabel, H0 diterima, maka tidak terdapat
perbedaan.
3. Uji Normalized Gain (N-Gain)
Rumus gain ternormalisasi (normalized gain):

Adapun kategori gain ternormalisasi diinterpretasikan dalam tabel


berikut :
Kriteria Gain ternormalisasi
Gain Ternormalisasi Kriteria
g 0,30 Rendah
0,30 < g 0,70 Sedang
g > 0,70 Tinggi

Apabila data hasil posttest berdistribusi normal maka dilanjutkan


dengan uji t-bebas (independent), jika salah satu asumsi tidak terpenuhi
maka data dianalisis dengan uji statistic non parametrik, yaitu uji
Wilcoxon.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Fauziah, Retno. “Efektivitas Penggunaan Modul untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Mata Pelajaran Boga Dasar Kelas X Di SMK Negeri 1 Kalasan
Yogyakarta”. Skripsi Program Studi Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta 2016.

Kuswoyo. 2020. Kebutuhan Media Daring Untuk Pembelajaran Bahasa Arab


Pada Masa Pandemi. Jurnal Pendidikan. Vol. 1 (1) : 29-44.

Muslim, Bahtiar. “Efektivitas Penggunaan Modul Pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan Dalam Upaya Pencapaian Hasil Belajar Siswa Kelas IX Smp
Negeri 4 Kalasan”. Skripsi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Dan Hukum
Fakultas Ilmu Sosial. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta 2012.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Purwanto, dkk. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta: Depdiknas Pustekom.

Sadikin, Ali, dkk. 2020. Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Biologi. Vol. 6 (02) : 214-224.

St.Vembriarto. 1981. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Paramita.

www.kemendikbud.go.id

Anda mungkin juga menyukai