Anda di halaman 1dari 4

Nama : Frenky Naleko

No. Absensi : 18
Instansi : Lapas Kelas IIB Pohuwato
Jabatan : Penjaga Tahanan
NIP : 19971111 202012 1 001

1. Merugikan keuangan negara

Salah satu korupsi yang berkaitan dengan kerugian negara yaitu melawan hukum
untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuangan negara, dasar ancaman dalam
tindak pidana ini adalah menurut Pasal UU No.31 Tahun 1999 Jo. UU No. 20 Tahun
2001 Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana paling singkat 4 (tahun) dan paling lama 20 (dua puluh) tahun penjara
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta upiah)

Solusi: Penguatan pengawasan internal dan eksternal antara lain melalui evaluasi
berkala;

2. Suap

Tindak pidana suap dalam jumlah yang signifikan dapat menimbulkan ancaman
terhadap stabilitas dan keaman masyarakat, dapat merusak lembaga dan nilai-nilai
demokrasi, nila-nilai etika dan keadilan, adapun dasar ancaman nya yaitu dipidana
dengan pidana penjara paling sedikit 1 tahun dan paling lama 5 tahun dana tau denda
Rp.50.000.000.00 sesuiai dengan pasal 5 ayat (1) huruf a

Solusi:

 Membentuk dan membina komitmen manajemen


 Menunjuk pengawas anti-penyuapan
 Menilai risiko suap untuk seluruh aktivitas
 Menetapkan dan mewujudkan kebijakan, prosedur, ataupun kontrol lainnya
berdasarkan risiko suap yang mungkin terjadi
 Melakukan peningkatan kesadaran bagi semua pihak terkait
 Melaporkan, memantau, dan menginvestigasi implementasi sistem
manajemen antisuap serta menginvestigasi kasus suap yang terjadi
 Melakukan tindakan korektif dan peningkatan berkelanjutan

3. Gratifikasi

Ancaman tindak pidana korupsi terhadap gratifikasi diatur dalam pasal 12 B jo, Pasal
12 C yaitu:
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;

b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian


bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling
sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Solusi:
Memahami Gratifikasi
Ketidaktahuan atau ketidakpahaman juga dapat membuat kita menerima gratifikasi karena
gratifikasi itu selalu diidentikkan menerima uang atau barang dari pengguna
layanan/stakeholder. Padahal penggunaan fasilitas kantor yang tidak sesuai juga merupakan
gratifikasi misalnya penggunaan kendaraan dinas ke warung kopi. Jadi untuk terhindar dari
gratifikasi kita harus paham apa itu gratifikasi, tindakan apa saja yang termasuk gratifikasi
dengan cara membaca aturan, mengikuti sosialisasi, pelatihan-pelatihan atau webinar terkait
gratifikasi.
4. Penggelapan dalam jabatan

Pegawai negeri yang menggelapkan uang atau membiarkan Penggelapan. di rumuskan


dalam Pasal 8 UU No. 31 Tahun 1999 Jo. UU No 12 Tahun 2001: “Dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima tahun) dan
pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000.00(seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 750.000.000.00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang ditegaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau
surat berharga yang disimpan karena jabatannya atau membiarkan uang atau surat
berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam
melakukan perbuatan tersebut.
Solusi:
Membuat kebijakan dan prosedur untuk mengatasi perilaku tak jujur dan tak
beretika
Organisai perlu membuat mendokumentasikan prosedur dan kebijakan yang
menggambarkan perilaku tak beretika, prosedur pelaporan dan hukuman bagi pelaku.

5. Pemerasan

Dalam konteks hukum pidana, suatu perbuatan disebut pemerasan jika memenuhi
sejumlah unsur. Unsur-unsurnya bisa ditelaah dari pasal 368 ayat (1) KUHP:
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang atau
menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun”

Solusi: Memberikan hukuman berat bagi para pelaku Pemerasan, akan memunculkan
efek jera. Hal ini juga dapat menjadi pelajaran bagi seluruh kalangan agar tidak
melakukan hal yang serupa.

6. Perbuatan curang

Anacaman hukuman terhadap pelaku perbuatan curang diatur pada Pasal 7 ayat 1
yaitu

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7
(tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)
Solusi:
Mengedukasi karyawan tentang pentingnya program antikecurangan
Semua karyawan harus menerima pelatihan terkait kebijakan etika dan program anti
kecurangan serta menandatangani pernyataan bahwa mereka telah menerima pelatihan
tersebut

7. Konflik kepentingan

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, pada pasal 12i, menyebutkan adanya larangan
konflik kepentingan dalam sektor pengadaan barang dan jasa yang mengakibatkan
pelakunya dapat dipidana. Pasal 12 huruf i “Dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):

Solusi: Organisasi harus mengelola potensi konflik kepentingan melalui komunikasi


yang transparan. Dalam budaya yang transparan, organisasi akan memelihara sistem
catatan yang memadai, mendidik karyawannya tentang konflik kepentingan, dan
mendorong karyawan untuk melaporkan setiap tanda-tanda potensi konflik dan fraud
yang timbulkan

Anda mungkin juga menyukai