Lot = sejumlah makanan yang diproduksi dan ditangani pada kondisi yang
seragam dalam periode waktu tertentu
Unit = contoh makanan yang diambil secara acak dari suatu lot, yang dianggap
mewakili sifat-sifat lot tersebut
2. Keseragaman
Makanan lebih seragam (cair seperti susu) unit yang diambil
dapat lebih sedikit
3. Pengelompokan
Jika dalam lot terdapat pengelompokan yang lebih kecil (unit kaleng
dalam sebuah kotak), maka unit contoh diambil dari masing-masing
kotak/sub lot
4. Konsistensi produksi
Jika mutu suatu makanan tertentu dari suatu produsen selalu baik
maka pengambilan contoh dapat dikurangi
5. Batasan praktis
Uji mikrobiologi butuh waktu lama, tenaga,biaya mahal ~~ jumlah
unit yang akan diuji harus dipertimbangkan
4. Umur lot
Makanan yang diproses 6 bulan lalu tidak perlu diinkubasi lebih
lama untuk deteksi terjadinya kembung, tapi makanan kaleng yang
baru diproses perlu diikubasi
Bahan Pangan Organisme Patogen
Daging dan produk daging Salmonella E. coli patogenik
S. aureus L. monocytogenes
Y. enterocolitica Virus enteric
C. perfringens Parasit
C. botulinum
Aflatoksin Aspergillus flavus Jagung, kacang tanah, biji kapas, kopra, beras,
susu, kacang-kacangan lain.
Keuntungan
- Hanya sel yan masih hidup yang dihitung
- Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
Kelemahan
- Beberapa sel berdekatan membentuk satu koloni ~~ hasil tidak tepat
- Medium dan kondisi yang beda hasil akan beda
- Mikroba yang ditumbuhkan harus membentuk koloni yang jelas/tidak
menyebar
C. UJI KUALITATIF
Bakteri enteropatogenik umumnya terdapat dalam jumlah kecil pada
makanan, tapi jmlah tersebut cukup untuk menimbulkan sakit
Tahap uji
1) Tahap perbanyakan
Memperbanyak jumlah bakteri yang diuji (inokulasi contoh dalam
medium diperkaya) peluang deteksi lebih besar
Contoh ------ V. cholerae Alkalin pepton Water
------ V. parahaemolyticus APW + 3 % NaCl
2) Tahap seleksi
Menumbuhkan dalam medium selektif ~~ koloni yang akan diuji
mudah diisolasi
------ Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose (TCBS) agar
Bahaya dapat terjadi pada satu/ beberapa tahap dalam proses pengolahan.
Bahaya yang telah diidentifikasi dapat dikurangi/dihilangkan pada TKK tertentu
pada tahap pengolahan
1. Analisis bahaya
Bahaya mikrobiologis – mikroba yang bersifat infektif (vegetatif/spora)
harus dibunuh dengan pemanasan atau radiasi, diinaktifkan dengan asam
Bahaya kimia – toksin mikroba (aflatoksin), toksin bahan pangan(
solanin), bahan tambahan (nitrit) dsb
Bahaya fisika – benda asing yang tidak boleh ada didalam maknan
(rumput, duri, rambut, kancing, pecahan gelas dsb)
Kel. KARAKTERISTIK
Bahaya
Kelompok makanan KHUSUS yang terdiri dari makanan NON STERIL yang
A ditujukan untuk konsumen beresiko tinggi, seperti bayi, balita, orang
sakit/pasien, orang tua, ibu hamil, ibu menyusui, usia lanjut
Makanan yang mengandung bahan / ingridien yang SENSITIF terhadap
B
bahaya biologis, kimia, atau fisik
Di dalam proses pengolahan makanan TIDAK terdapat tahap yang dapat
C membunuh mikroorganisme berbahaya atau mencegah / menghilangkan
bahaya kimia / fisik
Makanan kemungkinan mengalami PENCEMARAN KEMBALI setelah
D
pengolahan SEBELUM pengemasan / penyajian
Kemungkinan dapat terjadi KONTAMINASI KEMBALI atau penanganan
E yang salah SELAMA distribusi, penanganan oleh konsumen / pasien, sehingga
makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
-Tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen / pasien yang dapat memusnahkan /
F menghilangkan BAHAYA BIOLOGIS.
- Atau Tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan, atau
menghancurkan BAHAYA KIMIA atau FISIK
3.Limit kritis
Atau suatu nilai yang merupakan batas antara keadaan dapat
diterima dan tidak dapat diterima, ditetapkan pada setiap CCP
yang ditentukan
Limit kritis adalah toleransi yang ditetapkan yang harus dipenuhi untuk
menjamin bahwa suatu TKK secara efektif dapat mengendalikan bahaya
mikrobiologis, kimia maupun fisik.
Kriteria yang umum digunakan untuk menentukan limit kritis adalah:
suhu, waktu, aw, pH, bahan pengawet, konsentrasi garam, Kuali & Kuant
mikroba, warna, bau, tekstur dll
4.Pemantauan limit kritis
Mengecek bahwa prosedur pengolahan dan penanganan pada TKK dapat
dikendalikan
Pengujian atau pengamatan terjadwal terhadap efektivitas proses untuk
mengendalikan TKK dan limit kritis
Kondisi/konsekuensi Contoh
Mutu bahan mentah tidak Residu pestisida pada sayuran/ buah, Logam
memenuhi syarat berat pada ikan, Formalin ayam/mie basah/tahu
basah, Boraks bakso / mie, angka kuman,
Adanya mikroba patogen, Angka asam pd
minyak & produknya, Gas NH3 & H2S pada
hewani, Mikotoksin (a.l. bm kering) & racun
alami
Prosedur
1. Penetapan jadwal verifikasi
2. Pemeriksaan kembali rencana HACCP
3. Pemeriksaan catatan HACCP
4. Pemeriksaan penyimpangan CCP & prosedur perbaikannya
5. Pengamatan visual selama produksi mengendalikan CCP
6. Pengambilan contoh / sampel dan analisa secara acak
7. Membuat kesesuaian rencana HACCP
APLIKASI HACCP
Spisifik untuk setiap jenis produk pangan, setiap proses dan setiap pabrik
terdiri dari beberapa tahap
1. Menyususn tim: terdiri dari multidisiplin (tehnik, produksi sanitasi,
mikrobilogi pangfan dll)
2. Membuat keterangan mengenai produk makanan dan cara distribusi
(resep, cara formulasi, cara penyimpanan—didinginkan/suhu kamar
3. Identifikasi cara penggunaan/konsumsi dan jenis konsumen ( orang tua,
bayi)
4. Menyusun diagram alir mengenai proses – dalam bagan masukkan tahap-
tahap sebelum. Selam dan sesudah pengolahan
5. Verifikasi diagram alir – periksa kelengkapan, apakah perlu dimodifikasi
6. Identifikasi bahya pada setiap tahap dan cara pencegahannya
7. penetapan TKK
8. Penetapan batas kritis dan toleransi untuk setiap TKK
9. penetapan sistim/tindakan pemantauan pada setiap TKK
10. Penetapan tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan dari batas kritis
11. Penetapan prosedur pencacatan yang efektif yang merupakan dokumen
sistem HACCP
12. Menyusun prosedur untuk verifikasi untuk membuktikan bahwa sistem
HACCP telah berjalan dengan benar