TINJAUAN PUSTAKA
1. Mutu
Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman.
Standar mutu, menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004
2. Standar Mutu
Standar Mutu pangan adalah penentuan mutu dengan berbagai kriteria. Dalam
menetap kan standar mutu harus dipertimbangkan dengan kondisi masyarakat dan
departemen perindutrian dan perdagangan, dan BPOM yang dikordinasi oleh BSN (badan
standarisasi nasional).
Tujuan melakukan standar mutu adalah Menciptakan kepastian mutu dengan adanya
kesatuan bahasa atau pengertian mutu yang sama, mencapai keseragaman mutu produk untuk
tiap kelas mutu, memperlancar transaksi dalam pemasaran, memberikan pedoman mutu bagi
Indonesia sendiri ditetapkan Standar Nasional Indonesia, sebagai syarat bagi produsen dalam
3. Jaminan mutu
Jaminan mutu adalah sebuah kegiatan terencana dan sistematik yang diterapkan
dalam system mutu dan diperagakan sesuai dengan kebutuhan, untuk memberikan keyakinan
secara memadai kepada konsumen bahwa barang atau jasa akan memenuhi persyaratan
mutu. Secara internal jaminan mutu dapat memberikan keyakinan pada manajemen,
sedangkan secara eksternal dapat memberikan keyakinan kepada pelanggan atau pihak lain.
Jaminan mutu pada prinsipnya menggunakan metode yang sama dengan pengendalian
mutu. Perbedaan jaminan mutu dengan pengendalian mutu adalah dapat dilihat pada ruang
lingkupnya yang lebih luas. Pada konsep jaminan mutu, pemeriksaan dan pengujian tidak
dilakukan diakhir proses saja, tetapi dilakukan sejak dari awal proses. Hal tersebut dapat
mendeteksi lebih dini kemungkinan timbulnya masalah, baik diawal, pertengahan maupun
“Standardisasi Nasional”. Pada konsep jaminan mutu apabila hasil dari pemeriksaan dan
pengujian ditemukan sebuah masalah, maka akan dilakukan tindakan koreksi atau perbaikan,
serta akan menganalisa terhadap akar penyebab permasalahan. Hasil analisa dapat digunakan
sebagai dasar pencegahan agar masalah tersebut tidak terulang lagi. Dewasa ini beberapa
negara telah menerapkan “Hazard Analysis Critical Control Point” (HACCP) sebagai acuan
atau standar internasional untuk pengawasan mutu dan keamanan pangan. Bahkan “Codex
Alimentarius Commision” (CAC) sebagai komisi standar pangan dari FAO/WHO telah
merekomendasikan HACCP sebagai suatu system jaminan mutu yang tepat dalam sistem
pengawasan pangan.
Bahan pangan merupakan bahan yang jika diolah akan menghasilkan produk pangan.
Bahan pangan berasal dari berbagai sektor, seperti sektor pertanian, perikanan, dan
perternakan. Dari sektor pertanian menghasilkan bahan pangan seperti serealia, umbi
umbian, rempah, buah buahan, sayuran, dan perkebunan. Dari sektor perikanan
menghasilkan bahan pangan seperti kerang, cumi, udang, gurita, kepiting, dan semua jenis
ikan. Dari sektor pertenakan menghasilkan bahan pangan seperti unggas, telur, daging, dan
susu. Walaupun bahan pangan berasal dari sektor yang berbeda beda namun memiliki sifat
Kerusakan pada bahan pangan akan menyebabkan penurunan mutu pangan. Bahan
pangan akan mengalami kerusakan yang dipengaruhi oleh semua variable lingkungan yang
dialami seperti panas, dingin, cahaya, oksigen, kelembaban, kekeringan dan juga serangan
dari bakteri, khamir, kapang, insekta dan rodentia (binatang pengerat). Kerusakan bahan
pangan juga akan terjadi jika pada setelah melakukan panen bahan pangan tidak disimpan
dengan benar
Suatu bahan dikatan rusak apabila bahan pangan mengalami penyimpangan dari batas
normal yang diterima secara pengindraan atau parameter lain. Perubahan yang biasanya
dialami seperti perubahan aroma, tekstur, dan fisik. Seperti pangan yang biasanya
mempunyai tekstur keras, jika tekstur mulai berubah menjadi lembek maka bisa sudah
mengalami tanda kerusakan pangan. Tampilan bahan pangan juga bisa menjadi tanda
kerusakan, misalnya pada tampilan buah ada memar makan buah sudah mengalami tanda
kerusakan pangan. Fisik bahan pangan bisa menjadi tanda kerusakan karena jika bahan
pangan sudah mengalami perubahan fisik seperti bahan pangan yang diserang hama dan
Jenis kerusakan bahan pangan dapat dibagi menjadi empat yaitu ada kerusakan
disebabkan oleh mikroba merugikan, bahan pangan sudah beracun atau bahan pangan yang
menjadi racun. Bahan pangan mengandung sejumlah mikroba, yaitu mikroba menguntungkan
maupun tidak menguntungkan. Contoh mikroba yang merugikan adalah mikroba pembusuk
dan pathogen. Keruskan mikrobiologis ini paling banyak merugikan serta kadang kadang
Kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan mentah, kerusakan ini juga
bisa terjadi pada bahan pangan setengah matang dan bahan pangan matang. Bahan makanan
yang mengalami kerusakan karena mikroba bisa mengontaminasi bahan makanan yang masih
segar, karena makanan yang baru mengalami kebusukan mengandung bakteri bakteri yang
masih muda sehingga dapat lebih cepat menkontaminasi bahan pangan yang masih segar
Tabel 1. Mikroorganisme Pathogen pada Produk
b. Kerusakan Mekanis
misalnya benturan antara bahan pangan ataupun benturan dengan dinding tempat
penyimpanan. Bahan pangan yang mengalami benturan benturan akan menjadi memar,
memar pada bahan pangan akan mudah mengalami pembusukan karena pada bagian yang
Keruskan mekanis juga dapat disebabkan oleh bahan pangan yang mengalami luka,
seperti luka alat alat yang digunakan untuk mempercepat pekerjaan. Luka pada baha pangan
c. Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia biasanya terjadi karena pengaruh terpapar sinar. Lemak yang
terkandung dalam bahan pangan jika terpapar sinar matahari terlalu lama akan menyebabkan
lemak itu teroksidasi dan berubah menjadi tengik. Untuk memperlambat terjadinya oksidasi
lemak pada produk pangan yang bisa menyebabkan perubahan flavor dan citarasa, maka bisa
diberi perlakuan selama penyimpanan produk seperti penyimpanan beku dan penyimpanan
dingin, penambahan sekuesteran atau pengkelat logam seperti asam sitrat, penambahan
antioksidan, perlakuan awal blansir untuk menonaktifkan enzim lipoksidase, kemasan inert
atau kemasan tanpa udara, dan hidrogenasi lemak untuk merubah asam lemak tidak jenuh
Bahan kimia berbahaya yang mungkin terdapat pada produk pangan dibedakan
kedalam dua kelompok yaitu bahan kimia yang terbentuk secara alami pada bahan pangan
dan bahan kimia yang ditambahkan kedalam bahan pangan baik secara sengaja maupun
d. Kerusakan Biologis
serangga, dan binatang pengerat (rodentia). Kerusakan fisiologis seperti kerusakan yang
disebabkan oleh reaksi-reaksi metabolisme dalam bahan pangan atau enzim-enzim yang
Ketika hewan ternak dipotong, maka akan mengalami penghentian darah yang
membawa oksigen ke jaringan otot (daging), hal ini akan membatasi terjadinya metabolisme
aerobik. Karena keadaan tersebut, maka sistem metabolisme akan berubah menjadi anaerobik
yang dapat menghasilkan asam laktat. Hal ini akan menyebabkan pH turun sehingga menjadi
5,6 – 5,8. Dengan turunnya pH, metabolisme anaerobik menjadi lambat dan jumlah ATP
menipis sehingga daging, mengeras (rigor mortis) kemudian kembali melunak dan proses
autolisis akan berlangsung sehingga daging menjadi rusak. Pemanasan suatu bahan yang
disebabkan oleh coating atau enamel dari lapisan dalam kaleng tidak baik. Reaksi browning
pada beberapa bahan dapat terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis. Browning secara
non-enzimatis ini dapat menyebabkan timbulnya warna coklat yang tidak diinginkan, dan hal
Tumbuhnya bakteri, khamir, atau kapang pada bahan pangan bisa mengubah
komposisi pada bahan pangan. Beberapa diantaranya dapat menghidrolisa pati dan selulosa
atau menyebabkan fermentasi gula, sedangkan lainnya dapat menghidrolisa lemak dan
menyebabkan ketengikan, atau dapat mencerna protein dan menghasilkan bau busuk dan
amoniak. Beberapa mikroba dapat membentuk lendir, gas, busa, warna, asam, toksin dan
lain-lainnya.
Bakteri, khamir dan kapang senang dengan keadaan yang hangat dan lembab.
Sebagian besar bakteri mempunyai suhu pertumbuhan antara 45 - 55°C dan disebut golongan
bakteri thermofilik. Beberapa bakteri mempunyai suhu pertumbuhan antara 20 -45°C yang
disebut bakteri mesofilik dan yang lainnya mempunyai suhu pertumbuhan dibawah 20°C
disebut bakteri psikrofilik. Spora dari kebanyakan bakteri dapat mempertahankan diri pada
suhu air mendidih, dan kemudian bila suhu turun akan bergerminasi dan bertambah, dan yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba diantaranya adalah air, pH, RH, suhu, oksigen, mineral
dan lainlainnya.
b. Kadar air
Pertumbuhan mikroba pada air. Air dalam subtract yang dapat digunakan untuk
pertumbuhan mikorba biasanya dinyatakan dengan istilah water activity (Aw). Pada
umumnya bakteri membutuhkan air (available water) yang lebih banyak dari kapang dan ragi,
berarti bahwa bakteri dapat tumbuh dengan baik dalam konsentrasi gula atau garam yang
rendah, kecuali bakteri-bakteri yang mempunyai toleransi terhadap konsentrasi gula dan
garam yang tinggi. Media untuk sebagian besar bakteri mengandung gula tidak lebih dari 1%
dan garam yang tidak lebih dari 0,85% (larutan garam fisiologis). Konsentrasi gula 3 – 4%
dan garam1 -2% dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri. Water activity (Aw)
yang optimum dan batas terendah untuk tumbuh tergantung dari macam bakteri, makanan,
Tingkat kerusakan bahan banyak ditentukan oleh kadar air produk, semakin kering
semakin tinggi daya simpannya. Beberapa tepung-tepungan memiliki kadar air dibawah 5%.
Jenis kerusakan yang terjadi dapat dibagi menjadi dua yaitu kerusakan kuantitatif dan
volume, besar dan jumlahnya. Sedang kerusakan kualitatif meliputi penurunan tekstur, warna
menjadi gelap atau redup serta pucat, rasa menjadi kacau tidak nikmat dan penurunan nilai
gizinya
c. Suhu
mikroba bakteri, kapang, dan khamir mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum
untuk tumbuh. Suhu minimum yaitu suhu terendah dimana mikroba masih dapat tumbuh dan
suhu maksimum yaitu suhu tertinggi untuk pertumbuhan mikroba, suhu pertumbuhan untuk
d. pH
pH menentukan macam mikroba yang tumbuh dalam makanan dan produk yang
mendekati netral, tetapi beberapa bakteri menyukai suasana asam dan yang lain dapat tumbuh
dengan sedikit asam atau dalam suasana basa. Sebagian besar kapang dapat tumbuh pada
kisaran pH yang lebar yaitu 2 – 8,5, tetapi biasanya senang hidup pada pH asam.
Pertumbuhan khamir pada umumnya lebih baik pada suasana asam dengan pH 4,0 – 4,5, dan
khamir ini tidak akan tumbuh dengan baik pada suasana basah
e. Oksigen
aerobik, anaerobik, fakultatif dan mikroaerofilik. Mikroba termasuk golongan aerobik, bila
untuk tumbuhnya memerlukan molekul oksigen bebas, dan golongan anaerobik tidak
memerlukan oksigen bebas dan tumbuh dengan baik tanpa adanya oksigen bebas. Mikroba
tergolong bakteri aerob dapat menggunakan oksigen yang berasal dari hasil reduksi nitrat
menjadi nitrit. Kapang yang tumbuh pada makanan, umumnya adalah aerobik karena
membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Demikian pula dapat tumbuh paling baik pada keadaan
aerobik, tetapi jenis khamir fermentatif dapat tumbuh secara perlahan-lahan pada keadaan
anaerobik.
Serangga dapat merusak bahan pangan dengan melukai permukaan bahan pangan
sehingga dapat menyebabkan kontaminasi oleh bakteri, khamir atau kapang.Serangga juga
bisa menkontaminasi bahan pangan dengan bentuk potongan bagian tubuh serangga yang
telah mati, cairan tubuh, ekstraknya serta mikroba yang melekat pada tubuhnya dan
(Trichinosis nematode) yang masuk kedalam tubuh babi melalui sisa-sisa makanan yang
Tikus ancaman yang berbahaya terhadap hasil pangan sebelum dipanen maupun
didalam gudang. Tikus bukan hanya merugikan karena jumlah bahan yang dimakan oleh
tikus, tetapi juga kotoran, rambut dan urine tikus tersebut dapat merupakan media yang baik
Jika pemanasan dilakukan pada suhu 10 - 38°C, maka untuk setiap kenaikkan suhu
10°C kecepatan reaksi termasuk reaksi enzimatik dan non enzimatik rata-rata akan bertambah
dua kali lipat. Pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan denaturasi protein, pemecahan
setelah dikeluarkan dari tempat pembekuan sehingga teksturnya akan berubah lunak, dan
dapat menyebabkan kontaminasi oleh mikroba. Keadaan pada bahan pangan yang berbentuk
cairan, misalnya pada susu. Jika susu dibekukan, emulsinya akan pecah dan lemaknya
terpisah. Pembekuan juga dapat menyebabkan denaturasi protein susu dan menyebabkan
penggumpalan.
Oksigen dapat dikurangi jumlahnya dengan cara mengisap udara keluar secara vakum
atau penambahan gas inert selama pengolahan, mengganti udara dengan nitrogen (N) atau
CO2, atau dengan menangkap molekul oksigen dengan pereaksi kimia. Pada bahan pangan
pemanasan atau pendinginan, kadar air, oksigen dan sinar, semua dipengaruhi waktu. Waktu
yang lebih lama akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar, kecuali yang terjadi pada
keju, minuman anggur, wisky dan lain-lainnya yang tidak rusak selama ageing
dilakukan tindakan koreksi. Program Kelayakan dasar harus disesuaikan dengan daya awet
(Shelf life) untuk jenis produk dan harus sesuai dengan ketentuan berlaku. Program kelayakan
a. Good Manufacturing Practices (GMP) atau cara berproduksi makanan yang baik
(CPMB)
c. Pemberian Nomor Kontrol Veteriner (NKV) yang diperoleh dari Direktorat Kesehatan
Masyarakat Veteriner
Jika GMP dan SSOP telah disusun oleh perusahaan dan telah mendapatkan NKV,
maka selanjutnya dapat melaksanakan Rencana Kerja Jaminan Mutu (RKJM) atau HACCP
B. Good manufacturing practice (GMP)
1. Pengertian GMP
makanan yang baik dengan tujuan agar produsen menghasilkan produk makanan yang
bermutu sesuai tuntutan konsumen. Artinya produk tersebut terjamin mutunya dan aman
dikonsumsi oleh masyarakat karena faktor keamanan pangan adalah tercemar tidaknya
pangan oleh cemaran mikrobiologis, logam berat, dan bahan kimia yang membahayakan
untuk kesehatan. Untuk memproduksi pangan yang bermutu baik dan aman, tidak bisa hanya
mengandalkan pengujian akhir di laboratorium saja, tetapi perlu adanya penerapan sistem
jaminan mutu dan sistem manajemen lingkungan, atau penerapan sistem produksi pangan
menurut Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 adalah cara produksi yang memperhatikan
a) Mencegah tercemarnya pangan olahan oleh cemaran biologis, kimia dan benda lain yang
b) Mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen dan mengurangi jumlah jasad
renik lainnya
c) Mengendalikan proses, antara lain pemilihan bahan baku, penggunaan bahan tambahan
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) merupakan sistem jaminan mutu
yang berdasarkan kesadaran atau perhatian bahwa hazard (bahaya) akan timbul pada berbagai
titik atau tahap produksi, tetapi pengendaliannya dapat dilakukan untuk mengontrol bahaya-
menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. Sistem HACCP dirancang untuk
Tujuan penerapan HACCP pada industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya
bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan
konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku
dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan didistribusikan. Oleh karena itu
dengan diterapkannya sistem HACCP akan mencegah resiko komplain karena adanya bahaya
pada suatu produk pangan. Selain itu, HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi
Penerapan HACCP ini sukses jika perusahaan perlu memenuhi prasyarat dasar
industri pangan yaitu, telah menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standard
menerapkan sistem HACCP adalah meningkatkan keamanan pangan pada produk makanan,
pengujian akhir yang bersifat retrospektif kepada pendekatan jaminan mutu yang bersifat
↓ Prinsip HACCP
Dalam menyusun tim HACCP yang terpenting adalah mendapatkan Tim dengan
Komposisi Tim HACCP orang-orang yang dilibatkan dalam Tim yang ideal adalah
meliputi:
4) Ahli Mikrobiologi
1) Data yang dikumpulkan sangat luas (dari beberapa atau seluruh unit atau devisi/bagian
3) Personil bagian Produksi, idealnya adalah Manager atau Supervisor Produksi, yang
mengerti segala seluk beluk proses produksi suatu produk, dari bahan baku sampai
4) Personil Bagian Teknis: mengerti disain higienis dan operasi dari pabrik/plant.
5) Ketua atau Koordinator Tim: mempunyai pengalaman dalam penerapan HACCP atau
Ahli HACCP
1) Nama produk
2) Komposisi
4) Metode pengawetan
5) Pengemasan - Primer
6) Pengemasan - Pengiriman/pengapalan
7) Kondisi penyimpanan
8) Metode distribusi
9) Masa simpan
Deskripsi yang lengkap dari produk harus digambarkan, termasuk informasi mengenai
dasar yang dapat memberikan petunjuk akan potensi bahaya seperti: Pengendalian suhu dan
jenis pengemas
produk oleh pengguna akhir atau konsumen. Tujuan penggunaan ini harus didasarkan kepada
manfaat yang diharapkan dari produk oleh pengguna atau konsumen. Pengelompokan
konsumen penting dilakukan untuk menentukan tingkat resiko dari setiap produk.
Tujuan penggunaan ini untuk memberikan informasi apakah produk tersebut dapat
didistribusikan kepada semua populasi atau hanya populasi khusus yang sensitif (balita,
manula, orang sakit dan lain-lain). Identifikasi pengguna produk yang ditujukan, konsumen
sasarannya dengan referensi populasi yang peka (sensitif). Sebutkan apakah produk ditujukan
untuk konsumsi umum atau apakah dipasarkan untuk kelompok populasi yang peka. Lima
kelompok populasi yang peka: Manula; Bayi; Wanita hamil; Orang sakit; Orang dengan
Diagram alir harus disusun oleh tim HACCP. Penyusunan diagram alir proses
pembuatan produk dilakukan dengan mencatat seluruh proses sejak diterimanya bahan baku
sampai dengan dihasilkannya produk jadi untuk disimpan. Pada beberapa jenis produk,
terkadang disusun diagram alir proses sampai dengan cara pendistribusian produk tersebut.
Hal tersebut tentu saja akan memperbesar pekerjaan pelaksanaan HACCP, akan tetapi pada
produk-produk yang mungkin mengalami abuse (suhu dan sebagainya) selama distribusi,
Diagram alir proses disusun dengan tujuan untuk menggambarkan keseluruhan proses
produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk membantu tim HACCP dalam
melaksanakan kerjanya, dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi orang atau lembaga
lainnya yang ingin mengerti proses dan verifikasinya. Diagram alir harus meliputi seluruh
bahan kimia,
3) Keluaran dan proses seperti limbah: pengemasan, bahan baku, product-in-progress, produk
Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk menguji dan membuktikan
ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses tersebut. Bila ternyata diagram alir proses
tersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus dilakukan modifikasi. Diagram alir
Practices), GDP (Good Distribution Practices) dan atau GCP (Good Catering Practices)
serta prinsip-prinsip sanitasi dengan diagram alir selama semua tahapan dan jam operasi serta
3) Wawancara
4) Operasi rutin/non-rutina
1) Indentifikasi bahaya harus mendaftar semua bahaya potensial yang terkait dengan setiap
b) Bahaya kimia: misalnya toksin, pestisida, residu obat dan hormon, logam berat, food
c) Bahaya fisik: misalnya plastik, serpihan tulang/logam, batu, kayu, pecahan gelas,
mencakup:
d) Produksi atau keberadaan toksin, bahan kimia atau fisik dalam makanan
3) Analisa resiko dalam HACCP yang digunakan dalam hal ini adalah sebagai peluang
kemungkinan suatu bahaya akan terjadi. Secara sederhana tingkat resiko dapat
patogen potensial?
tingkat yang dapat diterima. Bahaya pada setiap tahap dan disesuaikan dengan
kemampuan perusahaan
a. Tahap 7/prinsip 2: ccp dan pengendalian bahayanya
CCP atau titik-titik kritis pengawasan didefinisikan sebagai tahap di dalam proses
bila tidak terawasi dengan baik dapat menimbulkan tidak amannya pangan, kerusakan dan
resiko kerugian ekonomi. CCP ini dideterminasikan setelah tata alir proses yang sudah
teridentifikasi potensi hazard pada setiap tahap produksi dan tindakan pencegahannya.
Tahap ini merupakan kunci dalam menurunkan atau mengeliminasi bahaya-bahaya (hazards)
Pada tahap ini terdapat dua titik pengendalian kritis yaitu: titik pengendalian kritis 1
sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan, dan titik pengendalian kritis 2 dimana bahaya
dapat dikurangi Untuk membantu menentukan CCP maka dipergunakan pedoman berupa
Diagram Pohon Keputusan CCP (CCP Decision Tree). Diagram pohon keputusan adalah seri
pertanyaan logis yang menanyakan setiap bahaya. Jawaban dari setiap pertanyaan akan
memfasilitasi dan membawa Tim HACCP secara logis memutuskan apakah CCP atau bukan
Batas kritis harus ditentukan pada setiap CCP.Penetapan batas kritis ini tidak boleh
terlampaui, karena batas-batas kritis ini dapat menjamin bahwa bahaya dapat dikontrol.
Beberapa contoh yang umumnya digunakan sebagai limit adalah suhu, waktu, kadar air,
Kriteria yang kerap kali dipergunakan mencakup pengukuran suhu, waktu, tingkat
kelembaban, pH, Aw dan chlorine yang ada, dan parameter yang berhubungan dengan panca
indra seperti kenampakan dan tekstur. Batas kritis menunjukkan perbedaan antara produk
yang aman dan tidak aman sehingga proses produksi dapat dikelola dalam tingkat yang aman.
bahaya mikrobiologis dimana hidup atau matinya dikendalikan oleh parameter fisik.
Beberapa contoh batas kritis fisik adalah tidak adanya logam, ukuran retensi ayakan,
2) Batas kritis kimia biasanya dikaitkan dengan bahaya kimia atau dengan kendali bahaya
mikrobiologis melalui formulasi produk dan faktor intrinsik. Sebagai contoh adalah kadar
maksimum yang diterima untuk mikotoksin, pH, aw, alergen, dan sebagainya.
3) Batas kritis mikrobiologis biasanya tidak digunakan karena membutuhkan waktu yang
relatif lama untuk memonitor, tingkat kontaminasi produk oleh patogen rendah (<1%)
Kegiatan monitoring untuk menjamin bahwa critical limit tidak terlampaui. Dalam
bagaimana dan kapan harus terjawab yakni apa yang harus dievaluasi, dengan metode apa,
siapa yang melakukan, jumlah dan frekuensi yang diterapkan. Pemantauan bisa berupa
pengamatan (observasi) yang catat dalam suatu checklist atau pengukuran yang direkam ke
Monitoring batas kritis ini dilakukan untuk memeriksa apakah prosedur pengolahan
atau penanganan pada CCP terkendali, efektif dan terencana untuk mempertahankan
keamanan produk. Prosedur monitoring untuk CCP perlu dilaksanakan dengan cepat karena
mereka berhubungan dengan kegiatan pengolahan dan waktu untuk analisa pengujian yang
2) Evaluasi sensori
3) Pengujian fisik
4) Pengujian kimia
5) Pengujian mikrobiologi
Tahap ini dilakukan apabila pada CCP terjadi penyimpangan (out of control) dari
batas kritis. Semua tindakan koreksi dicatat. Tindakan yang harus dilakukan adalah
mengakibatkan bahaya keamanan pangan. Tindakan koreksi yang dilakukan jika terjadi
penyimpangan, sangat tergantung pada tingkat risiko produk pangan. Dalam pelaksanaannya
dicapai.
c) Peningkatan tingkat energi pakan jika ternak gagal mencapai berat yang dibutuhkan pada
e) Dihancurkan.
f) Diolah kembali (Hal ini hanya bisa dilakukan jika bahaya dapat dihilangkan dengan
pengolahan kembali).
g) Mutunya diturunkan (apel dapat diturunkan mutu atau grade-nya disebabkan adanya
cacat)
h) Dirubah atau diolah menjadi jenis produk yang lain (susu yang terkontaminasi
Salmonella dirubah menjadi susu kental karena proses pemanasan akan membunuh
Salmonella).
i) Dipasarkan ke pasar yang berbeda. Misalnya dikirim ke pasar pakan untuk dijadikan
pakan hewan.
Tanggung jawab untuk tindakan koreksi harus diberikan kepada petugas tertentu di
dalam perusahaan Maka pilihan yang diambil dilakukan oleh personil yang mempunyai
pengetahuan memadai untuk merekomendasi tindakan koreksi apa yang harus dilakukan.
Rincian tindakan koreksi harus dicatat dan didokumentasikan. Hal ini dapat
dilakukan dengan membuat formulir khusus yang didisain untuk mencatat detail tindakan
masalah serupa dan jika tindakan koreksi yang dilakukan ternyata efektif untuk mengatasi
masalah yang timbul, maka HACCP Plan dapat dimodifikasi menurut hasil pengamatan dan
pencatatan tersebut.
Verifikasi adalah pemeriksaan sistem HACCP secara menyeluruh agar bisa menjamin
bahwa makanan yang diproduksi aman untuk dikonsumsi dan mutunya bagus, benar-benar
diikuti. Informasi yang didapat melalui verifikasi harus dipakai untuk meningkatkan sistem
perusahaan
6) Menjamin dokumen yang tidak relevan dan out of date sudah dibuang
Verifikasi bisa memberikan jaminan bahwa rencana HACCP telah sesuai dengan
kegiatan operasional sehari-hari dan akan menghasilkan produk (makanan) dengan mutu baik
1) Validasi HACCP
Tujuan dari validasi adalah mengkonfirmasi HACCP Plan telah valid atau benar
Hasil kegiatan pemantauan dan tiap tindakan koreksi yang diambil harus ditinjau
persyaratan pelanggan dan/atau parameter keamanan pangan. Hal ini termasuk pengujian
produk akhir terhadap mikroorganisme, residu kimia, kontaminasi fisik, berat, ukuran,
4) Audit
Audit adalah pemeriksaan yang dilakukan bersifat independen dan sistematik untuk
menentukan apakah kegiatan mutu dan hasil-hasilnya telah sesuai dengan pengaturan yang
direncanakan
c) Penyimpangan dan Tindakan koreksi yang harus diambil jika terjadi penyimpangan.
g) Laporan-laporan audit
h) Keluhan-keluhan konsumen
i) Rekaman Kalibrasi
j) Rekaman Training
Contoh-contoh catatan:
Jenis catatan HACCP yang dapat dijadikan bagian sistem HACCP adalah:
2) Catatan Monitoring
1. Pengertian
Hygiene adalah suatu kegiatan atau aktivitas menjaga kesehatan dari penyakit dengan
mencuci tangan, memasak air/makanan, proses pengolahan produk, serta lain-lain. Sanitasi
merupakan suatu kegiatan menjaga kesehatan dari penyakit yang menitik beratkan pada
lingkungan. Hygine dan sanitasi adalah kegiatan atau aktivitasnya itu seperti menjaga
kebersihan ruangan, sirkulasi udara ruangan, pengelolaan sampah, penanganan vektor
penyakit, dan lain-lain. adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya
kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan
menerapkan prinsip hygiene sanitasi makanan mulai pemilihan bahan makanan sampai
1) Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu pengolahan sebelum
dihidangkan seperti:
2) Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi persyaratan sesuai
3) Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan tetapi digunakan
baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya
1) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first expired first
out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati
2) Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan contohnya
bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan makanan
Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut:
c. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi
makanan jadi/masak atau siap santap, dengan memperhatikan kaidah cara pengolahan
1) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene
sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah
2) Pemilihan bahan sortir untuk memisahkan/membuang bagian bahan yang rusak/afkir dan
untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta mengurangi risiko pencemaran
makanan.
3) Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas dalam memasak
harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua bahan yang siap dimasak
4) Peralatan
c) Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang kontak langsung
d) Kebersihan peralatan harus tidak ada kuman Eschericia coli (E. coli) dan kuman
lainnya.
e) Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompal dan mudah
dibersihkan
5) Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan makanan
mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu pengolahan minimal 900C agar
kuman patogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan zat gizi tidak hilang
akibat penguapan.
1) Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau, berlendir,
3) Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh melebihi ambang
4) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first expired
first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati
mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi yang dapat
Suhu Penyimpanan
e. Penyajian makanan
1) Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik dan uji biologis
a) Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan 5
(lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan),
mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur), menjilat (rasa). Apabila secara
b) Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu
2 (dua) jam tidak terjadi tanda – tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.
c) Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia
maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil
mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang
telah baku.
2) Tempat penyajian Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan
ke tempat penyajian serta hambatan yang mungkin terjadi selama pengangkutan karena
keterlambatan penyajian.
3) Prinsip penyajian
a) Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah, tertutup agar
tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat memperpanjang masa saji makanan sesuai
b) Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi (makanan berkuah) baru
dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat rusak dan
basi.
c) Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama seperti dus atau
rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan agar tidak saling campur aduk.
d) Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam keadaan panas
dengan memperhatikan suhu makanan, sebelum ditempatkan dalam alat saji panas (food
e) Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak cacat atau rusak.
f) Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung
Selama tahap proses pembuatan Ayam Bakar Bumbu Herb Divisi Catering Diet yang
dimulai dari persiapan air perebusan hingga penyajian terdapat 3 jenis potensi bahaya yang
ditinjau dari segi biologis, fisik, dan kimia. Dalam pelaksanaannya PT PCN yang telah
memegang sertifikat ISO 22000 mampu melaksanakan sistem HACCP dengan baik. Tahap
Produk ayam bakar bumbu Herb dimulai dari proses perebusan air hingga serving diketahui
terdapat 2 tahap yang merupakan Critical Control Point yang harus diwaspadai yaitu tahap
pendinginan (cooling) dan penyajian (serving). Titik kritis pada tahap pendinginan (cooling)
dan penyajian (serving) merupakan titik-titik yang dianggap paling memungkinkan terjadinya
kontaminasi. Jeda waktu antara pendinginan dan pengemasan dianggap kritis karena dapat
menyebabkan kontaminasi silang dari udara (Novira, 2018). Dari hasil kesimpulan sebuah
penenelitian mengenai Penerapan “Sistem Hazard Analisis Critical Control Point (HACCP)
Pada Produk Ayam Bakar Bumbu Herb Di Divisi Katering Diet PT. Prima Citra Nutrindo
Surabaya” bisa dilihat bahwa setelah menerapkan HACCP pada salah satu produk makanan
bisa mengetahui dimana titik kritis terjadinya bahaya, sehingga bisa mengurangi terjadinya